Kamis, 18 April 2013

[daarut-tauhiid] Jadilah Imam yang Baik Bagi Keluarga

 

Jadilah Imam yang Baik Bagi Keluarga
jadilah imam yang baik bagi keluarga

Senin, 15 April 2013

*BIDUK *rumah tangga bak bahtera yang berlayar di tengah lautan. Lautan
tentu tak selamanya tenang dan nyaman, kadang kala harus menghadapi badai,
ombak, angin kencang, atau cuaca yang tidak bersahabat. Itulah mengapa
dalam Islam suami dinobatkan sebagai kepala rumah tangga atau pemimpin
(imam) bagi keluarganya.

Bahkan tanggung jawab seorang imam keluarga tidak saja terbatas di dunia
semata, tetapi berlanjut hingga ke akhirat. Di sini para suami sangat
penting mengetahui bagaimana menjadi imam yang baik bagi keluarganya.

*Lebih dari Istri
*

Lebih di sini tiada lain adalah lebih dalam segala sifat positif. Seperti
lebih ikhlas, lebih sabar, lebih dewasa, dan lebih yang lainnya. Kompetisi
dalam hal ini sangat-sangat positif. Seperti kompetisi antara Abu Bakar dan
Umar dalam hal amal shaleh.

Hal ini tiada lain karena seorang suami telah menjadi tumpuan, harapan, dan
masa depan istri serta anak-anaknya. Suami adalah kekayaan paling nyata
bagi seorang istri. Selain itu, masa depan suami juga ditentukan oleh baik
tidaknya keluarga yang dipimpinnya.

Oleh karena itu, tidak patut seorang suami tidak menghargai, tidak
menghormati dan tidak memuliakan istrinya. Suami harus mampu memuliakan
istrinya, menasehati sekaligus membimbingnnya agar tidak keliru dalam
kehidupan.

Namun demikian, ada cara yang mesti ditaati oleh para suami dalam
menasehati, membimbing atau pun membina istrinya. Hal ini karena wanita
adalah sosok perasa, mungkin ada yang sangat sensitif, sehingga perlu seni
dan kehati-hatian dalam membimbing mereka.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "*Nasehatilah para wanita
dengan baik, sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk (laki-laki)
sebelah kanan, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya,
maka seandainya engkau berusaha meluruskannya, niscaya dia akan patah dan
kalau engkau biarkan, ia akan tetap bengkok. Nasehatilah para wanita dengan
baik." *(HR. Bukhari Muslim).

*Bijaksana
*

Kebijaksanaan seorang suami itu hanya bisa diwujudkan manakala dirinya
memang lebih dari istri. Dengan kata lain, seorang suami harus lebih
peduli, lebih peka, dan lebih memahami mana yang terbaik bagi istri dan
keluarganya sesuai dengan tuntunan syari'ah-Nya.

Kebijaksanaan akan menjadikan suami lebih tepat dalam mengambil keputusan,
lebih arif dalam perkataan dan lebih hati-hati dalam menjaga perasaan
istri, sehingga tidak mudah terbawa emosi manakala dirinya melihat ada
kekurangan atau pun kesalahan dari sang istri.

Hal ini tidak lain karena dibalik kekurangan atau sesuatu yang dianggap
kurang dari istri pasti tetap ada sisi lain yang menjadi keunggulan seorang
istri. Itulah mengapa Rasulullah mengingatkan para suami agar tidak
terjebak emosi dan buta mata hati ketika melihat kesalahan atau kekurangan
seorang istri.

Beliau bersabda, *"Tidaklah seorang mukmin marah kepada wanita yang
beriman, jika dia membenci darinya satu sifat, dia akan menyukainya karena
sifatnya yang lain."* (HR. Muslim).

Maka dari itu, sudah seharsunya bagi suami untuk mengingat-ingat kebaikan
dan kelebihan istrinya. Menimbang-nimbang apa yang tidak disukainya dengan
hal yang disukai. Dengan begitu, Insya Allah, dia akan menemukan kebaikan
yang sangat besar. Dan, kebaikan besar tidak akan dimiliki kecuali oleh
pemimpin yang bijaksana.

*Menjamin Kehalalan Nafkah
*

Selain mencari nafkah, satu kewajiban yang tidak boleh dianggap ringan oleh
seorang suami adalah menjamin kehalalan nafkah yang diperoleh dan
dikonsumsi atau digunakan istri dan keluarga. Di sini peran suami sebagai
seorang pemimpin sangat menentukan masa depan kehidupan keluarganya
dunia-akhirat.

Allah Ta'ala berfirman;

وَعلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

*"Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
yang ma'ruf." *(QS. Al-Baqarah [2]: 233). Ma'ruf dalam ayat tersebut
bermakna cukup, tidak berlebihan apalagi kekurangan.

Namun demikian, apabila ternyata takdir belum memberikan kelapangan rizki
sehingga harus hidup dalam keadaan kekurangan, maka seorang suami harus
tetap sabar dan tawakkal sembari terus berusaha memperbaiki kondisi
ekonominya dengan cara yang halal.

Jangan sampai, karena dorongan membahagiakan keluarga, seorang suami nekat
melakukan perbuatan curang, sehingga harta yang diperoleh dan makanan yang
dikonsumsi istri dan keluarganya adalah makanan yang haram. Cara seperti
ini tentu tidak bijaksana dan bisa berakibat fatal dunia-akhirat.

Oleh karena itu, setiap suami wajib hukumnya mengetahui apa yang halal dan
apa yang haram. Jangan sampai karena alasan ekonomi dan kebutuhan keluarga,
seorang suami mengabaikan aturan halal-haram yang sesungguhnya sangat
berpengaruh bagi kehidupan diri dan keluarganya.

*Bersama Bangun Keteguhan
*

Suami yang bisa menjadi imam yang baik adalah suami yang senantiasa
mengajak istri dan keluarganya memiliki keteguhan hati, sehingga lahirlah
sifat qana'ah, sabar, dan tawakkal. Sifat seperti itu sangat diperlukan
agar dalam mengarungi biduk rumah tangga, keluarga tetap utuh terjaga dan
mampu menghadapi segala situasi dengan penuh iman dan ketakwaan.

Demikianlah yang telah ditauladankan oleh Nabi Ibrahim Alayhissalam.
Bagaimana beliau menanamkan keteguhan hati yang sangat kuat kepada Siti
Hajar, sehingga tidak ada yang diharapkan kecuali hanya pertolongan Allah
Ta'ala.

Dengan keteguhan hati, seorang istri akan tabah menghadapi ujian dan pandai
mendidik buah hati. Selain itu, seorang istri atau ibu yang memiliki
keteguhan hati, ia akan mampu menularkan sifat mulianya itu kepada
anak-anaknya. Itulah yang terjadi pada Nabi Ismail Alayhissalam. Sekalipun
lama ditinggal sang ayah, Ismail kecil tetap tumbuh menjadi pemuda yang
sabar dan penuh ketakwaan.

Oleh karena itu, jadilah imam yang baik bagi keluarga, dengan senantiasa
mengarahkan istri pada ketaatan, memberikan nafkah yang halal, serta
mendidiknya untuk memiliki keteguhan hati. Insya Allah, keberkahan dan
kebahagiaan akan senantiasa menghampiri perjalanan rumah tangga. Bahkan
bukan tidak mungkin, akan lahir anak-anak yang kelak dapat mengantarkan
ayah dan ibunya ke dalam surga, amin.*/*Imam Nawawi*
http://hidayatullah.com/read/28139/15/04/2013/jadilah-imam-yang-baik-bagi-keluarga.html

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE


.

__,_._,___

Tidak ada komentar: