Selasa, 23 April 2013

[daarut-tauhiid] Jangan Tinggalkan Dunia Pertanian, Ya Ikhwah!

Jangan Tinggalkan Dunia Pertanian, Ya Ikhwah!
By Pizaro on April 4, 2013

[image: petani]<http://islampos.com/jangan-tinggalkan-dunia-pertanian-ya-ikhwah-51174/petani-2/>

*Oleh: Abu Muhammad Waskito*

Akhi wa Ukhti rahimkumullah..

Tahukah Anda, saat kapan dunia pertanian di Indonesia serasa mengalami
pesta besar yang sangat meriah? Ketika itu, semua mata dan akal manusia
memuji dan mengelu-elukan dunia pertanian. Ia terjadi tidak lama setelah
meledak Krisis Moneter tahun 1997-1998 lalu.

Pasca Krisis Moneter banyak orang mengutuk dunia perbankan, pasar valas,
bursa saham, investasi, dll. Mereka menganggap semua itu sebagai biang
Krisis Moneter. Lalu pandangan mereka dialihkan ke dunia agrobisnis dan
agroindustri. Ketika itu dunia pertanian dipuji-puji. Bahkan saya masih
ingat, waktu itu banyak karyawan sektor keuangan di-PHK, lalu mereka
banting setir menjadi petani. Ada yang menanam sayuran, jamur, bunga,
memelihara ikan hias, sampai membudi-dayakan kodok, cacing, jangkrik, dan
lain-lain.

Harumnya tanah pertanian… Hayo!

Namun saat ini, kekaguman kepada dunia pertanian sudah amblas. Seperti
ungkapan, "Hangat-hangat tai ayam." Minat masyarakat kita kepada dunia
pertanian bersifat temporer. Hanya kalau terpaksa saja, mereka peduli dunia
pertanian. Kalau dunia industri sudah pulih, pasar uang menggeliat, dunia
pabrik marak lagi, mereka pun kembali ke dunia semula. Pertanian hanya
dibutuhkan, kalau terdesak. Jika situasi lapang, mereka akan memandang
dunia pertanian dengan tatapan sinis, sentimen, bahkan membenci. "Apaan
dunia pertanian? Dapat apa dari dunia macam begitu? Apa bisa dunia
pertanian ngongkosi selera dugem?"

Sungguh, dunia pertanian ini sangat penting bagi kita. Dr. Aida Vitalaya,
seorang pakar pertanian dari IPB (mungkin saat ini beliau sudah menjadi
guru besar). Ketika di Indonesia lagi marak-maraknya popularitas IPTN yang
sukses memproduksi pesawat, beliau pernah mengatakan, "Meskipun bangsa kita
mampu membuat pesawat, tetap saja kita makan nasi." Begitu kurang lebih
ungkapan Dr. Aida.

Ungkapan itu maknanya dalam. Biarpun teknologi telah maju setinggi apapun,
sebagai makhluk biologis kita tetap membutuhkan makanan dari bahan-bahan
organik. Kita tidak mungkin makan dari bahan-bahan anorganik (non makanan).
Artinya, nasib manusia tidak bisa dipisahkan dari dunia pertanian, sebab
dunia inilah yang memproduksi makanan untuk manusia.

Dalam film *Abad 21* yang dibintai para penyanyi dari grup nasyid Raihan,
disana digambarkan suatu komunitas Muslim yang mendiami suatu area tertentu
yang sarat dengan teknologi. Bukan hanya teknologi digital, tetapi sampai
cuaca di daerah itu pun bisa dimanipulasi. Kalau melihat film ini, betapa
kagumnya kita dengan dunia kecanggihan teknologi. Tetapi satu hal yang
tidak disentuh dari film tersebut, yaitu penyediaan suplai makanan. Dari
mana mereka bisa bertahan tanpa suplai makanan? Mungkinkah mereka akan
makan dari bahan kardus, plastik, karet, logam, bahan karbon, sisa-sisa IC,
RAM, hard disk, dll.? Jelas tidak mungkin.

Tubuh manusia hanya ramah dengan bahan-bahan organik yang sehat. Jika tubuh
kita kemasukan zat-zat anorganik, organ-organ tubuh kita akan rusak. Salah
satu buktinya, ada puluhan ribu bayi-bayi di China mengalami gangguan
ginjal, setelah ditemukan skandal "susu berbahan melamin" di negara
tersebut. Hanya bahan organik yang ramah bagi tubuh.

Secara perhitungan bisnis, usaha di bidang pertanian tidak mengenal kata
TAMAT. Bisnis pertanian selalu memiliki prospek cerah, sebab selamanya
manusia selalu membutuhkan bahan pangan. Jika ada masalah utama dalam
bisnis ini, ialah harga produk pertanian yang bersifat fluktuatif. Jika
panen raya, harga turun; jika masa paceklik, harga meroket. Kemudian,
tentang masalah pembusukan produk pertanian. Jika produk itu tidak cepat
dijual, ia akan membusuk. Kecuali kalau dilakukan usaha-usaha pengawetan.
Itulah dua problem tradisional yang dihadapi para petani. Sementara di
dunia bisnis lain, problemnya jauh lebih banyak.

Prospek dunia pertanian sangat kuat. Apalagi jika kita bisa menjangkau
pasar ekspor. Dunia pertanian bisa menjadi andalan penghasilan yang mapan.
Sebagai contoh, produk CPO (Crude Palm Oil) dari kelapa sawit sangat besar
bagi Grup Bakrie. Bahkan bisa dikatakan, bisnis minyak sawit inilah yang
telah menyelamatkan bisnis Grup Bakrie. Akbar Tandjung dan keluarga
Megawati juga memiliki basis bisnis yang besar di bidang kelapa sawit ini.

Mengapa hal ini saya tekankan? Sebab, ada sebuah FAKTA yang sangat membuat
hati kita miris. Saat ini, banyak usaha-usaha agrobisnis yang dimiliki
orang-orang China. Mereka memiliki perkebunan, persawahan padi, usaha
perikanan, peternakan, penangkapan ikan laut, dll.

Seorang kawan pernah mengatakan, bahwa di daerah agrobisnis Lembang, banyak
tanah-tanah yang dimiliki orang China. Mereka tidak terjun menjadi petani,
tetapi cukup memakai tangan-tangan warga lokal untuk mengelola usaha
pertanian itu. Kawan yang lain juga mengatakan, bahwa pengepulan bambu pun
banyak dikuasai orang China. Kalau Anda melihat acara-acara TV, disana
banyak usaha-usaha agrobisnis yang dikelola orang China. Padahal semula,
usaha-usaha itu biasa dikelola oleh warga pribumi Muslim.

Orang-orang China sangat belajar dari kasus Krisis Moneter 1997. Sejak itu
mereka sangat menghargai bisnis di bidang pertanian. Sementara orang-orang
kita sikapnya "hangat-hangat tai ayam". Kita berminat kepada dunia
pertanian hanya sesaat saja, setelah itu kita abaikan lagi. Amat sangat
disayangkan, sangat memprihatinkan.

Sikap tidak konsisten ini juga menimpa kalangan organisasi-organisasi
Islam. Mereka semula juga memberi perhatian terhadap dunia pertanian, pasca
Krisis Moneter. Tetapi setelah kondisi berubah, mereka berubah pikiran
lagi. Padahal seharusnya, kita berpijak kepada PEMIKIRAN ASASI, bukan
berpijak di atas fakta-fakta sosial yang selalu berubah-ubah.

Sebuah apresiasi yang tinggi layak kita sampaikan kepada sebuah pesantren
agrobisnis Al Ittifaq di Ciwidey, Kabupaten Bandung. Mereka konsisten sejak
awal mengelola usaha pertanian dan tidak berubah minat meskipun masyarakat
mengabaikan bidang pertanian. Bahkan pesantren ini menjadi proyek
percontohan bagi pesantren-pesantren lain.

Akhi wa Ukhti rahimakumullah…

Dunia pertanian adalah anugerah khas Allah Ta'ala kepada bangsa kita. Sejak
lama kita dikenal sebagai bangsa agraris. Andaikan bangsa kita tidak
menambang barang-barang tambang, namun hanya memaksimalkan dunia pertanian
saja, insya Allah hal itu bisa mencukupi kebutuhan hidup kita. Dulu di
jaman Orde Baru, Indonesia dikagumi dunia dengan dunia pertaniannya. Namun
kini, semua berubah. Kita seperti kata ungkapan, "Anak ayam mati di lumbung
padi." Kita hidup menderita di tengah kesubuhan dan kekayaan alam hayati
Indonesia.

Bukan sesuatu yang aneh jika almarhum Buya Muhammad Natsir, mendorong kaum
Muslimin di Indonesia sangat memberi perhatian kepada dunia pertanian. Dan
hal ini sering diabaikan oleh generasi muda kaum Muslimin. Dibandingkan
perdebatan seru seputar isu-isu politik, dunia pertanian memang tidak
menarik. *Tetapi disini ada fondasi masa depan Ummat Islam, khususnya di
Indonesia ini*. Jika dunia pertanian sudah berpindah tangan ke orang China
dan orang-orang asing, alamat kehancuran Ummat kita sudah di ambang pintu.
(Jika itu yang terjadi, maka tidak ada yang lebih disesali, selain diri
kita sendiri).

Saya menasehatkan kepada kaum Muslimin agar kembali memperhatikan dunia
pertanian. Mohon jangan diabaikan dunia ini. Inilah *benteng terakhir* kekuatan
kita, setelah kaum Muslimin kalah bersaing di dunia bisnis perkotaan dan
industri. Gerakan-gerakan mahasiswa Muslim sebaiknya ikut peduli. Mereka
jangan sibuk berdebat soal isu-isu politik melulu, lalu mengabaikan benteng
ekonomi Ummat ini. Harus ada konsentrasi serius di bidang ini.

Alhamdulillahi Rabbil 'alamiin. Semoga Allah menolong kaum Muslimin untuk
memperbaiki kehidupan mereka, memperbaiki keimanan dan martabat mereka.
Allahumma amin

http://islampos.com/jangan-tinggalkan-dunia-pertanian-ya-ikhwah-51174/


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: