Kamis, 26 Maret 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2578

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (7 Messages)

Messages

1.

[maklumat] Update donasi baksos di lapas anak Tangerang per 25 Maret

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Wed Mar 25, 2009 6:20 am (PDT)

Assalamu'alaikum wrwb

Sahabat-sahabat SK yang dirahmati Allah, berikut update donasi untuk baksos
di lapas anak Tangerang per 25 Maret 2009:

1) Sumbangan dari hasil penjualan kaos = Rp
476,000
2) Donasi hamba Allah 10 Maret 2009 = Rp
48,000
3) Donasi hamba Allah 11 Maret 2009 = Rp
50,000
4) Donasi hamba Allah 13 Maret 2009 = Rp 102,500
5) Donasi dari Mbak Indar 17 Maret 2009 = Rp 100,000

6) Donasi dari hamba Allah 19 Maret 2009 = 2000 yen

7) Donasi dari hamba Allah 19 Maret 2009 = Rp 175,000

8) Donasi dari Mas Nursalam 20 Maret 2009 = Rp 200,000

9) Donasi dari hamba Allah 23 Maret 2009 = Rp 200,000

10) Donasi dari Mbak Asma 24 maret 2009 = Rp 48,000

11) Donasi dari Mbak Sya 24 Maret 2009 = Rp 198,000 (ada sama mbak wiwiek)

12) Donasi dari Pak Yudhi 24 Maret 2009 = Rp 100,000 (ada sm lia)

13) Donasi dari Mbak Dyah 24 Maret 2009 = Rp 100,000 (ada sm lia)

14) Donasi dari hamba Allah 25 Maret 2009 = Rp 400,000 (ada sm lia)

15) Donasi dari hamba Allah 25 Maret 2009 = Rp 300,000

16) .....

17) .....

18) .....
siapa menyusul?

Salam
Lia
2a.

[Maklumat] Dibuka Donasi Untuk Baksos Di Lapas Anak Tangerang

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Wed Mar 25, 2009 6:23 am (PDT)

Assalamu'alaikum wrwb

Sahabat-sahabat SK di mana saja berada, bagaimana kabarnya? Semoga Allah
senantiasa melindungi dan menyertai langkah sahabat-sahabat dalam
beraktifitas dan menjalani kehidupan sehari-hari.

Untuk mempererat tali silaturahim di antara keluarga besar SK dan sekaligus
membagi sebagian dari kelebihan rezeki yang telah dilimpahkan Allah pada
kita, SK kembali mengadakan kegiatann offline yang pertama di tahun 2009,
yaitu bakti sosial di Lapas Anak tangerang dengan mengusung tema "Let's
Build Up Your Dreams!" yang insya Allah akan diadakan pada:

Hari / Tanggal : Sabtu, 28 Maret 2009
Waktu : Pukul 10.00 - 16.00 WIB
Tempat : Lapas Anak Pria Tangerang
Jl. Raya Daan Mogot No. 29C
Tangerang, Banten
Susunan acara:

10.00 - 10.05: Pembukaan oleh MC (Nina)

10.05 - 10.10: Tilawah oleh Dikdik, saritilawah oleh Yayan

10.10 - 10.20: Sambutan dari SK Founder, Bapak Sinang Bulawan

10.20 - 10.25: Sambutan dari Kepala Lapas Anak Tangerang, Bapak Haru Tamtomo

10.25 - 10.30: Sambutan dari Ketua Pelaksana, Wiwiek

10.30 - 10.40: Ice breaking - games tebak lagu yang dipandu oleh MC. Judul
lagu-lagu yang akan ditebak akan diberikan panitia pada hari H pada kru band
lapas anak. Disediakan hadiah bagi 3 orang pemenang

10.40 - 12.45: Pelatihan Menulis oleh Arul Khan, Moderator RW Dodo

12.45 - 13.30: Apel siang bagi andikpas & ishoma bagi keluarga besar SK

13.00 - 13.40: Ishoma yang diselingi oleh penampilan dari grup Punk Muslim
selama 1/2 jam dan dilanjutkan dengan request lagu dari andikpas

13.40 - 15.00: Training Motivasi oleh Amelia Naim (trainer)

15.00 - 15.30: Penyerahan hadiah kepada pemenang lomba Amazing Moms oleh
Deppenpus

Penyerahan simbolis donasi buku kepada Lapas diwakili
oleh Pak Sinang & Kang Dani kepada Kepala Lapas

Pengumuman pemenang lomba internal andikpas untuk 3
orang

15.30 - 15.45: Penutup oleh MC

Dan seperti kegiatan-kegiatan sosial SK lainnya, kami membuka dan menerima
donasi dari sahabat-sahabat SK berupa uang atau barang.

Donasi berupa uang dapat ditransfer ke rekening bendahara umum SK atau ke
rekening ketua pelaksana kegiatan sbb:

Retnadi Nur'aini

No. rek. 0108061745

BNI

atau

Retnadi Nur'aini

No. rek. 2407002570

Bank Syariah Mandiri (BSM)

atau

Wiwiek Sulistyowati

No rek: 2241423494

BCA

Mohon mengirimkan konfirmasi pada Mbak Retno di 081210698852 setelah
melakukan transfer. Untuk pemberian donasi berupa barang, dapat menghubungi
Kang Dani (085694771764), Kang Galih (087877328607), atau Mbak Wiwiek
(08128747415).

Donasi diterima panitia paling lambat *Kamis, 26 Maret 2009. *

Sedikit bagi kita, namun banyak artinya bagi anak-anak penghuni Lapas.

Semoga Allah membalas semua kebaikan teman-teman dengan rahmat dan kebaikan
yang berlimpah. Amin.

Terima kasih banyak.

Salam

BPH Komunitas Sekolah-kehidupan.com

Dani Ardiansyah

Lia Octavia

Retnadi Nur'aini

cc Bapak Sinang Bulawan - Pendiri

http://sekolahkehidupan.multiply.com

www.sekolah-kehidupan.com
3a.

Ditutup! Peserta yg ikut dgn bus ke lapas sudah penuh

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Wed Mar 25, 2009 6:24 am (PDT)

Berikut nama-nama peserta yang insya Allah berngkat bersama-sama dengan bis
menuju lapas anak tangerang.

Bagi yang membawa kendaraan pribadi tetapi juga ingin ikut konvoi
dengan bus, juga dapat berkumpul di depan Masjid Diknas dan berangkat
bersama-sama tepat pukul 7.30 WIB.

Nama-nama yang ingin berangkat dengan bus:
1) Wiwiek
2) Galih
3) Nina
4) Lia
5) Nia
6) Dani
7) Endah
8) Loiy
9) Loiy's husband..
10) Bunda Icha dan Van
11) Sisca Lahur
12) Nataya Bagya
13) Hendra Bagya
14) Fiyan Arjun
15) Arul Khan
16) RW Dodo
17) Retno
18) Catur Catriks
19) Indarwati Harsono
20) Muhan
21) Dewi
22) Azzura Dayana
23) Yanuardi Syukur
24) Asma Sembiring
25) Dyah Zakiati

Bagi teman-teman di luar Jabodetabek yang hendak menginap,
disediakan rumah singgah untuk bermalam yaitu

1) Di rumah Mba Retno (1 orang)

2) Di rumah Mbak Nia (3
orang).

Silakan langsung menghubungi Mbak Retno atau Mbak Nia bila ada yang
ingin menginap

3) Di rumah Mbak Indar dan keluarga (3 orang)
Silakan menghubungi Mbak Indar di telp 021-7750687 atau 0814 100 44551.

Salam
Lia

------------------------------
Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web
<http://sg.rd.yahoo.com/th/messenger/pingbox/mailtagline/*http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/>
Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online

3b.

Re: [kabinet-eska] Ditutup! Peserta yg ikut dgn bus ke lapas sudah p

Posted by: "Nia Robie'" musimbunga@gmail.com

Wed Mar 25, 2009 8:19 pm (PDT)

huaaaaaaaa!!!!!! senangnyah senangnyah:D kangeun kalian dengan amat sangat

Pada 25 Maret 2009 20:20, Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com> menulis:

>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Berikut nama-nama peserta yang insya Allah berngkat bersama-sama dengan bis
> menuju lapas anak tangerang.
>
> Bagi yang membawa kendaraan pribadi tetapi juga ingin ikut konvoi
> dengan bus, juga dapat berkumpul di depan Masjid Diknas dan berangkat
> bersama-sama tepat pukul 7.30 WIB.
>
> Nama-nama yang ingin berangkat dengan bus:
> 1) Wiwiek
> 2) Galih
> 3) Nina
> 4) Lia
> 5) Nia
> 6) Dani
> 7) Endah
> 8) Loiy
> 9) Loiy's husband..
> 10) Bunda Icha dan Van
> 11) Sisca Lahur
> 12) Nataya Bagya
> 13) Hendra Bagya
> 14) Fiyan Arjun
> 15) Arul Khan
> 16) RW Dodo
> 17) Retno
> 18) Catur Catriks
> 19) Indarwati Harsono
> 20) Muhan
> 21) Dewi
> 22) Azzura Dayana
> 23) Yanuardi Syukur
> 24) Asma Sembiring
> 25) Dyah Zakiati
>
>
>
> Bagi teman-teman di luar Jabodetabek yang hendak menginap,
> disediakan rumah singgah untuk bermalam yaitu
>
> 1) Di rumah Mba Retno (1 orang)
>
> 2) Di rumah Mbak Nia (3
> orang).
>
> Silakan langsung menghubungi Mbak Retno atau Mbak Nia bila ada yang
> ingin menginap
>
> 3) Di rumah Mbak Indar dan keluarga (3 orang)
> Silakan menghubungi Mbak Indar di telp 021-7750687 atau 0814 100 44551.
>
> Salam
> Lia
>
>
>
>
>
> ------------------------------
> Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web
> <http://sg.rd.yahoo.com/th/messenger/pingbox/mailtagline/*http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/>
> Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
4.

(ruang baca) proyek persahabatan itu bernama: "let's talk about..."

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Wed Mar 25, 2009 7:22 pm (PDT)

Proyek Persahabatan itu Bernama "Let's Talk About: Friendship, Love&Marriage, Ordinary Miracles"
Oleh Retnadi Nur'aini

Judul : "Let's Talk About: Friendship, Love&Marriage, Ordinary Miracles"
Penulis : Airin Nisa, Shinta Anita, Retnadi Nur'aini
Penerbit : Halaman Moeka Publishing
Jml hal : 194 hal
Editor : Catur S
Tata letak : Anang S
Desain sampul : Yena Badruddin

Kalau salah satu endorser buku kami, Jenny Jusuf, menulis bahwa buku ini adalah `Proyek Hati', maka saya sebagai salah satu tim penulis berpendapat lain bahwa buku "Let's Talk About: Friendship, Love&Marriage, Ordinary Miracles" adalah `Proyek Persahabatan'.

Bukan hanya karena saya, Airin Nisa, Shinta Anita dan Yena Badruddin kebetulan mengambil jurusan Komunikasi Massa yang sama di FISIP UI pada tahun 2002. Bukan hanya karena kesamaan itu, beserta keterlibatan kami dalam banyak kegiatan seperti: mengerjakan majalah jurusan, aktivitas kerohanian, diskusi, dan tugas kelompok, kemudian membuat kami mulai membuka diri satu sama lain.

Di mana, diam-diam kami mulai saling membaca blog masing-masing. Meresapi setiap tulisan dan buah pikiran, memberikan komentar dan masukan, sembari mempersilakan diri satu sama lain untuk saling berkunjung ke dalam ruang hati paling pribadi. Segalanya berlangsung dengan alami dan sangat halus. Demikian halusnya, sampai-sampai tanpa kami sadari, 7 tahun kemudian, kami semua berada di sini.

Sebuah semesta kecil sederhana, yang diudarai oleh cinta.
***
Tentang Airin Nisa

Ada banyak hal yang bisa saya tulis tentang seorang Airin Nisa.
Bahwa Ain suka komik Peppermint Age, Garfield, aroma kopi, dan langit berbintang. Bahwa Ain selalu tampak sangat cantik dalam warna peach dan pink. Bahwa Ain tidak bisa makan masakan pedas, sering lupa makan yang membuat maagnya kambuh, dan punya mata yang berkantung saat ia kurang tidur.

Bahwa Ain sangat senang menulis. Bahwa kesenangan itu, membuat Ain selalu menulis dengan hati. Bahwa ia berusaha menguraikan pikirannya dengan runut, sederhana, dan tanpa menggurui. Bahwa Ain juga selalu berusaha berpikiran positif`dalam banyak hal, dan selalu berusaha untuk mengambil hikmah dari segala peristiwa—satu hal yang masih dengan susah payah saya pelajari.

Dalam "Pikiran itu Suatu Pilihan" di halaman 182 misalnya. Tulisan yang tergabung dalam bab "What I Know for Sure" ini Ain menuliskan daftar pikiran negatif yang berasal dari dirinya sendiri. Beberapa di antaranya adalah: "Karena hanya diri saya sendiri yang menghujat terus kegagalan saya mencapai target hari ini. Karena hanya diri saya sendiri yang berteriak kencang bahwa saya tidak akan menjadi istri yang baik. Karena hanya diri saya sendiri yang memaki-maki bahwa seumur hidup, saya tidak akan menjadi ibu yang penyayang, dan selamanya tidak akan ada keluarga yang hangat untuk saya," (hal 182-183) .

Kali pertama membaca tulisan ini, saya langsung terkagum-kagum seketika. Bukan hanya karena saya merasa seketika berkaca di dalamnya, namun juga karena Ain, dengan beraninya menegakkan kepala dan berkata, "…di satu titik ada rasa marah dan muak yang luar biasa terhadap setan di kepala, dan saya sadar semuanya hanya masalah frekuensi" (hal 183).

Dengan beraninya, Ain juga berusaha mendebat serangan kepalanya tentang menjadi istri dan ibu, dengan berkata: "Mengapa tidak bisa? Saya bisa belajar bersikap hangat; belajar memasak; belajar mengurus anak; belajar caranya belanja; bukankah yang terpenting adalah memandang masa depan sebagai solusi, bukannya meratapi masa lalu?" (hal 184). Dengan lantangnya, Ain juga menyergah serangan kepalanya tentang perlakuan pantas dari kekasih dengan kalimat: "Salah besar. Saya pantas. Karena saya memang berharga." (hal 184).

Secara sepintas, kalimat-kalimat yang digunakan Ain untuk mendebat kepalanya memang kalimat-kalimat sederhana. Kita semua bisa meneriakkannya dengan lantang, saat sedang gembira, bersemangat—atau setidaknya punya emosi yang relatif stabil.

Namun lain halnya, saat jiwa yang rapuh sedang terjatuh dalam jurang depresi tanpa dasar. Di mana kepercayaan diri jatuh bebas di titik nol, dan akal sehat yang biasanya dapat diandalkan untuk mengambil keputusan mulai menguap. Saat itu, betapa kalimat-kalimat sederhana Ain untuk mendebat kepalanya adalah salah satu peperangan terberat dan tersulit yang pernah dilewati seorang manusia. Mengutip kalimat Ain di bagian opening: "Jika ada satu teori yang sangat saya mutlakkan kebenarannya, itu adalah premis dari Rasulullah SAW, bahwa musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri," (hal 182).

Karena hanya diri sendirilah yang paling tahu, semua kebusukan dan kekotoran pikiran kita—hal yang membuat diri sendirilah yang paling paham titik kelemahan kita untuk kemudian menyerangnya secara tepat sasaran. Karena hanya diri sendirilah yang—meski kerap enggan mengakui—menikmati rasanya berputar-putar dalam masokisme penderitaan, menjadi pecandu drama dan tragedi. Hal yang mungkin membuat kita bisa punya imej tertentu yang kita harapkan untuk kita labelkan: sebagai orang yang tak putus dirundung malang, atau sebagai survivor yang bisa menepuk dada dengan bangga karena telah merasa melewati banyak rintangan.

Namun mengutip kata Ain: "It's a matter of habit" (hal 186). Dan pilihannya ada pada kita, "untuk mengelap, dan membersihkannya sekarang juga, atau terus menunda dan menikmati masokisme, lalu hidup menderita. Be brave to fight. Open your mind." (hal 186).

Bravo, Ain.
***

Kata "bravo" ke dua, saya ucapkan pada seorang Airin Nisa dalam artikelnya yang berjudul "Betrayal" (hal 66). Dalam artikel yang termuat dalam bab "Love&Marriage" ini, Ain menuliskan pengalaman pribadinya dikhianati oleh calon suami. Betapa dengan jujur, Ain membagi perasaan sedih dan sakit hatinya. Namun betapa dengan hati-hati, Ain juga membatasi dirinya untuk tidak bercerita terlalu banyak, untuk tidak menguar aib orang lain, untuk tidak melibatkan pembaca terlalu jauh dalam pengalaman personalnya—suatu hal yang tak mudah, karena kita kerap kali kelepasan curhat panjang lebar dan menonjolkan `keakuan' saat menulis tentang sesuatu yang bersifat emosional.

Di lain sisi, sebagai sahabat, sedikit banyak saya juga tahu mengenai kejadian itu. Sedikit banyak saya juga melihat, mendengar, dan mengamati banyak detil yang kelewat pribadi untuk dituliskan di sini. Dan sebagai sahabat, sungguh saya salut akan kedewasaan Ain untuk membuka pikiran dengan menulis "Kehancuran suatu hubungan, bukanlah kesalahan satu pihak. Ada dua orang yang memberi dan menerima. Maka jika satu orang memberikan feedback yang buruk, pasti ada yang salah dengan umpannya," (hal 68).

Sama salutnya, saat berbulan-bulan telah lewat dan Ain membuat tulisan ini. Dimana ia kemudian menuliskan dengan lapang dada "Lalu, tanpa saya sadari, meski tidak akan melupakan kejadian ini, saya sudah memaafkan pria itu. Bagi hidup versi saya, ia hanyalah satu fase yang harus dilalui untuk mendewasakan diri," (hal 71).

Dengan sangat manusiawi, Ain juga menuliskan "Mungkin saya tak akan pernah menghormati dirinya, tapi paling tidak saya tetap bisa menjalin silaturahmi. Mungkin saya tak akan menerima keputusannya secara logika, tapi paling tidak saya bisa menghormati keputusan itu sebagai pilihannya," (hal 73).

Sebagai seorang sahabat, sungguh saya bangga luar biasa akan kebesaran hati Ain yang menuliskan ending: "Pengkhianatan tetaplah tidak akan pernah menjadi kondisi yang positif, karena niatnya saja sudah buruk. Namun paling tidak kini saya tahu, ada cara untuk menghadapinya, dan ada cara untuk keluar hidup-hidup dari jeratan traumanya. Itu yang paling penting, ilmu yang paling berharga," (hal 73).
***

Tentang Shinta Anita

Bicara tentang seorang Shinta Anita, saya akan menggambarkan sosok Shinta sebagai seorang yang berkarakter, tertarik pada isu feminisme muslim, dan punya prinsip. Saat kami kuliah dulu, Shintalah yang punya ide pertama kali untuk mendirikan [icon!]—Islamic Communication: sebuah wadah aktivitas rohani untuk mahasiswa Komunikasi. Karena saat itu stereotipe umum untuk mahasiswa Komunikasi adalah `hedonis dan anak dugem yang hobi clubbing', ide Shinta bak oase yang menyejukkan bagi para mahasiswa lain—seperti saya dan Ain misalnya—yang merasa tidak termasuk dalam generalisasi stereotipe tersebut.

Semangat dakwah Shinta ini pertama kalinya terwujud dalam sebuah buletin Jumat [icon!] yang dibagikan secara gratis. Saya ingat, buletin [icon!] pertama kami ini hanya berupa fotokopian hitam putih yang dibuat Shinta secara sederhana dari guntingan-guntingan artikel yang ditempelkannya pada satu kertas. Alhamdulillah, Allah menunjukkan jalanNya, dengan mengirimkan Yena untuk bergabung dan me-lay out buletin kami. Dengan tim kecil yang terdiri atas Ain, Shinta, saya, Yena, dan Dhanny, mulailah kami menjalankan buletin tersebut secara rutin. Lagi-lagi alhamdulillah, Bang Ade Armando kemudian bersedia menjadi donatur tetap untuk membiayai ongkos cetak sederhana buletin di atas kertas samson warna coklat ini.

Dari sana, [icon!] pun mulai merambah banyak kegiatan. Mulai dari buka puasa bersama, kajian, sampai mabit di Puncak. Sungguh saya bangga pada seorang Shinta Anita untuk ide dan semangatnya yang tak putus untuk berdakwah di lingkungan manapun ia berada.

Sekalipun saya sangat bangga pada Shinta, namun dulu bagi saya, Shinta terasa tak terjangkau sebagai sosok seorang sahabat. Di mata saya, Shinta tampak terlalu pintar dan terlalu dewasa untuk menanggapi segala kekonyolan dan pertanyaan bodoh saya.

Namun dengan berjalannya waktu, seperti saya yang mulai menyilakan masuk ruang pribadi hati saya, Shinta juga memberikan undangan balasan bagi saya untuk bertamu ke rumah hatinya—suatu tempat yang ternyata interiornya tak jauh beda dengan ruang hati saya. Dimana ruangan-ruangan itu juga bisa berantakan, sedikit berdebu dan kusam, atau malah gelap senyap karena sempat kehilangan cahaya.

Dalam buku "Let's Talk About: Friendship, Love&Marriage, Ordinary Miracles" ini sendiri, tak banyak memang tulisan Shinta Anita yang bisa dinikmati. Bukan karena Shinta tak pandai menulis ataupun tidak produktif. Namun karena, banyak tulisan Shinta yang kelewat personal untuk dibagikan.

Ini karena, Shinta menikah di usia yang cukup muda—22 tahun. Hanya dalam waktu sekitar 2 minggu setelah pernikahan, suami Shinta, Nandha Handharu, meninggalkan Shinta demi melanjutkan studi S2-nya di Korea. Sebagai newlywed yang terpaksa menjalani hubungan jarak jauh, Shinta sering menuangkan perasaannya pada sang suami lewat blognya.

Salah satunya, adalah puisi "Tentang Mencintai" nya yang merupakan pernyataan cinta pertama Shinta pada Nandha, yang ditulis dengan demikian indahnya. Beberapa kalimat indah itu adalah "Kalau mencintai adalah mengenai wajah bersemu merah dan senyum merekah; Kalau mencintai adalah mengenai degup jantung yang jungkir balik; Kalau mencintai adalah ketakutan atas keasingannya sendiri; Kalau mencintai adalah tentang mencoba memahami, mengerti, mendalami arti, alasan dan tujuan hidup, berkontemplasi dalam merenungi segala makna, berkutat dalam jagad pemikiran," (hal 58-59).

Sebagai sahabat, sungguh saya terharu akan mimpi sederhana Shinta untuk merayakan Ramadhan bersama suaminya, yang tertuang dalam "Hari-hari Ramadhan Kami". Betapa dalam tulisan yang termuat dalam bab "Love&Marriage" ini, Shinta menuliskan keinginan-keinginan sederhananya untuk sahur bersama, buka puasa bersama, mencuci piring bersama, berangkat bersama ke masjid untuk menunaikan shalat tarawih, shalat maghrib berjamaah, dan bercengkerama bersama suami sepulang tarawih. Hal-hal sederhana yang terasa mewah saat sang suami terpisahkan jarak sekian ribu mil dan beberapa jam waktu.

Sebuah keinginan yang sungguh-sungguh sederhana.Dan indah.
***
Tentang Yena Badruddin

Proyek persahabatan "Let's Talk About: Friendship, Love&Marriage, Ordinary Miracles" ini juga tak bisa dilepaskan dari seorang Yena Badruddin. Berawal dari hobinya menggambar, gambar Yena saat masih kanak-kanak kerap dimuat di majalah Bobo. Hobi yang diteruskannya dengan menggambar aneka komik saat masih remaja. Kegemaran ini membuatnya tergabung dalam tim Buku Tahunan Sekolah SMUN 8, saat Yena masih duduk di kelas 2 SMU. Dimana saya selalu terkagum-kagum melihat totalitas detil ilustrasi dan gambar secara manual yang menghiasi buku tahunan itu.

Karena hobinya untuk pada desain inilah, Yena kerap didaulat oleh teman-teman di jurusan Komunikasi untuk mendesain banyak hal. Mulai dari majalah jurusan On! Communication, buletin [icon!], desain poster dan flyers untuk KomNite, atau apapun.

Dengan setumpuk permintaan tolong yang dilakukannya secara cuma-cuma ini, saya tak pernah habis pikir bagaimana caranya Yena membagi waktu dan meraih nilai A dan B di hampir seluruh mata kuliah.

Padahal stereotipe yang lebih spesifik saat itu di jurusan Komunikasi adalah: anak Komunikasi Massa adalah anak yang senang berdiskusi, mata kuliahnya susah-susah, dosennya pelit nilai, dll—tidak seperti stereotipe anak Humas dan Iklan yang konon lebih mudah untuk mendapat nilai A. Namun Yena, dengan mengambil jurusan Komunikasi Massa dengan fokus Kajian Media, adalah satu-satunya mahasiswa angkatan kami dari jurusan KoMas yang berhasil meraih predikat cum laude. Salut.

Di sisi lain, hobinya akan desain juga selalu membuat saya terkagum-kagum. Bukan hanya hasilnya yang—mengutip komentar Ain akan desain Yena: "outstanding"—namun juga karena Yena hampir selalu memuaskan keinginan kami. Padahal kala itu, kami yang masih baru belajar caranya menulis dan manajemen majalah, masih hijau sekali soal desain. Kerap kali Yena turun tangan, karena kami tak punya ide sama sekali untuk cover dan foto ilustrasi artikel. Dan Yena, dengan rajinnya, akan membacai seluruh artikel yang di-layoutnya. Menambahkan foto-foto dari web gratis. Untuk kemudian mendesain cover depan dan belakang yang pas.

Mungkin karena itu pula, saya merasa aman-aman saja, saat hanya mengirim satu imel sederhana tentang ide cover buku "Let's Talk About: Friendship, Love&Marriage, Ordinary Miracles". Saya percaya, Yena bisa menangkap `feel' buku ini (karena dia juga kerap membacai blog kami). Dan seperti yang selalu dikatakan Yena pada setiap kliennya: `Kalopun nggak persis kaya gini, konsepnya geser-geser dikit ya', saya juga percaya, bahwa pergeseran konsep itu akan selalu menghasilkan yang terbaik.

Karena saya selalu percaya, kami bicara dengan `bahasa' yang sama.
***

Ain, Shinta, dan Yena adalah tiga nama yang bergabung secara langsung dalam proyek persahabatan ini. Dalam prakteknya, ada nama-nama sahabat lain yang tanpa henti menyemangati proyek ini. Mereka adalah Diani Citra, Diah Tantri Dwiandani, dan Niken Suryandari. Nama-nama inilah yang mewarnai 4 tahun masa kuliah saya, sekaligus juga nama-nama yang membuat saya belajar banyak hal. Tentang hidup. Tentang diri. Tentang Tuhan. Tentang buku bagus dan film lucu. Dan juga, tentang cinta.

Dalam buku `Tuesdays with Morrie' karya Mitch Albom, ada salah satu kutipan favorit saya tentang persahabatan. Dalam salah satu bab, Morrie Schwartz sang profesor yang terserang ALS mendapat pertanyaan: "Bagaimana jika di kemudian hari Anda tak lagi bisa bicara, sementara sahabat Anda juga sudah tak lagi bisa mendengar?"

Dengan sederhana, Morrie menjawab "Maka kami akan berpegangan tangan. Karena kami sudah bersahabat selama lebih dari lima belas tahun, maka tak ada lagi yang perlu dikatakan. Kami cukup berpegangan tangan, dan cinta pun akan mengalir diantara kami."

Ah, dan saya pun berdoa pada Tuhan, semoga persahabatan saya dengan para sahabat saya di kemudian hari akan tetap seperti ini. Pun kami dibatasi jarak, ruang, waktu, bahkan mungkin juga keterbatasan fisik seperti Morrie.

Semoga selamanya kami akan berada di sini.

Sebuah semesta kecil sederhana, yang diudarai oleh cinta. Amin
***


5.

(Selingan)  Wanita Cantik

Posted by: "teha sugiyo" sinarning_rat@yahoo.co.id   sinarning_rat

Wed Mar 25, 2009 7:54 pm (PDT)

 
dari milis tetangga...
 
 
JIKA WANITA MUDA CANTIK INGIN MENIKAH DENGAN PRIA KAYA...

Kisah yang akan membuat Anda tersenyum. ...
 
Kisah ini adalah kisah nyata karena saya membacanya di majalah Fortune.
 
Judulnya:
Young and pretty lady wishes to marry a rich guy.
 
Jawaban fantastik dari seorang ahli keuangan:
 
  ---
Seorang wanita memposting sebuah pertanyaan melalui sebuah forum terkenal dengan bertanya:
 
"Apakah yang harus saya lakukan untuk dapat menikah dengan pria kaya?"
 
  Saya akan jujur dengan apa yang aku katakan. Usia saya 25 tahun. Saya sangat cantik, bergaya dan memiliki selera yang tinggi. Saya berharap menikah dengan pria kaya dengan penghasilan pertahun $500 ribu (+/-Rp.5,5M) atau lebih.  
 
  Anda mungkin akan berkata kalau saya termasuk perempuan materialistis, tapi kelompok penghasilan s.d $ 1 juta pun masih termasuk kelas menengah di New York.
Permintaan saya tidak setinggi itu. Adakah pria di forum  ini  yang
berpenghasilan   $ 500 ribu per tahun? Apakah Anda semua telah
menikah? Saya ingin bertanya apa yang harus aku lakukan untuk dapat menikah dengan orang2 seperti Anda?
 
  Di antara pria yang telah berpacaran denganku, yang terkaya hanya
berpenghasilan $ 250 ribu dan kelihatannya ini batas tertinggi yang
pernah saya capai. Jika seseorang ingin pindah ke perumahan mewah di wilayah  barat New York City Garden , penghasilan $250 ribu tentu
tidak cukup.
 
  Beberapa hal yang ingin saya tanyakan:
  1. Dimanakah kebanyakan para pria kaya bertemu & berkumpul?
      Mohon nama dan alamat bar, restauran dan gym yang sering
      dikunjungi.
  2. Rentang usia berapakah yang dapat memenuhi kriteria saya?
  3. Kenapa wajah istri-istri orang kaya hanya terkesan biasa-biasa saja?
  Saya telah bertemu dengan beberapa gadis yang tidak cantik dan
  menarik, tapi mereka bisa menikah dengan pria kaya.
  4. Apa pertimbangan Anda dalam menentukan istri dan siapakah
      yang bisa menjadi pacar Anda?
 
  Terus terang, tujuan saya sekarang adalah untuk menikah.
 
  Terimakasih,
  Gadis Jelita
 
Dan inilah jawaban dari seorang ahli keuangan dari Wall Street Financial
 
  Dear Gadis Jelita,
 
  Saya membaca email anda dengan sangat antusias. Saya yakin sebenarnya banyak gadis2 yang memiliki pertanyaan senada dengan Anda. Ijinkan saya untuk menganalisa situasi Anda dari sudut pandang investor profesional . Penghasilan tahunan saya lebih dari $ 500 ribu yang tentu memenuhi kriteria Anda. Jadi, saya harap setiap orang percaya bahwa jawaban saya cukup kredibel dan tidak membuang waktu.
 
  Dari sudut pandang seorang pebisnis, menikah dengan Anda adalah
keputusan   yang buruk. Jawabannya sangat sederhana dan akan saya jelaskan.
 
  Kesampingkan dulu detil-detil yang Anda tanyakan. Sebenarnya apa yang ingin Anda lakukan adalah pertukaran antara "kecantikan" dan "uang".
  Si A akan menyediakan kecantikan dan si B akan membayar untuk itu. Kelihatannya   adil dan cukup wajar. Tapi ada permasalahan fatal di sini. Kecantikan Anda   akan sirna, tapi uang saya tidak akan hilang
tanpa alasan yang jelas.
 
  Faktanya adalah penghasilan saya mungkin akan meningkat dari tahun ke tahun. Tapi, Anda tidak akan bertambah cantik tiap tahunnya. Karena itu dari sudut pandang ekonomi: saya adalah aset yang ter-apresiasi sedangkan Anda adalah aset yang ter-depresiasi.
  Depresiasi yang Anda alami bukan depresiasi normal, tapi depresiasi eksponensial. Jika hanya ini aset Anda, nilai Anda akan sangat mencemaskan 10 tahun kemudian.
  Dengan menggunakan istilah yang kami gunakan di Wall Street, setiap perdagangan memiliki sebuah posisi.
Berpacaran dengan Anda juga memiliki   "posisi perdagangan" .
Jika nilai aset yang didagangkan menurun, maka kami akan menjualnya.
  Bukan ide yang baik untuk mempertahankannya. Begitu juga   dengan pernikahan yang Anda inginkan. Saya sangat kejam
untuk berkata seperti ini, tapi untuk membuat keputusan bijak,
aset yang menurun nilainya akan dijual atau disewa.
  Pria dengan penghasilan   $ 500 ribu tentu bukan orang bodoh. Kami akan  berpacaran dengan Anda, tapi tidak akan menikahi Anda.
 
  Saran saya lupakan mencari petunjuk bagaimana cara menikahi pria kaya. Usahakan agar Anda dapat membuat diri Anda kaya dengan
berpenghasilan $ 500 ribu, lebih berpeluang ketimbang mencari pria
kaya yang bodoh.
 
  Semoga jawaban saya dapat membantu
 
  Tertanda,
  JP Morgan

Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda? Buat Pingbox terbaru Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
6.

TUKANG BAKSO ITU........(CATATAN KAKI)

Posted by: "arya noor amarsyah arya" arnabgaizir@yahoo.co.id   arnabgaizir

Wed Mar 25, 2009 11:02 pm (PDT)

TUKANG BAKSO ITU.........
Sudah baca artikel "Kisah Tukang Bakso yang Inspiratif" di kaunee.com? Waah rugi deh kalau nggak baca, ceritanya inspiratif.
Dikisahkan
seorang tukang bakso membagi pos keuangan menjadi 3 bagian. Jika tukang
bakso ini menerima bayaran dari orang yang membeli, dia langsung
membagi uang itu ke dalam 3 tempat. Ke laci, yang satu ke dompet dan
yang berikutnya ke kaleng bekas, semacam kencleng.
Ketika ditanya,
mengapa dia melakukan hal itu dan apa maksudnya? Dia menjawab, "1. Uang
yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari -
hari untuk keluarga.
2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq
/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah
selama 17 tahun menjadi tukang bakso saya selalu ikut qurban seekor
kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.
3. Uang yang
masuk ke kencleng, karena saya ingin menyempurnakan agama yang saya
pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu untuk
melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar,
Maka kami sepakat dengan istri bahwa di setiap penghasilan harian hasil
jualan bakso ini kami harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai
tabungan haji.. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2
tahun lagi saya dan istri akan melaksanakan ibadah haji. (matadunia.com)
Sehabis
membaca artikel ini, saya menjadi teringat pada kisah sahabat
Rasulullah Saw yang bernama Abdurrahman bin `Auf ra.. Dia membagi
hartanya juga menjadi 3 bagian. Satu bagian untuk keluarganya, satu
bagian siap untuk dipinjamkan ke orang lain dan satu bagian lagi dalam
bentuk piutang.
Serupa tapi tak sama. Sahabat Abdurrahman bin Auf
ra. merupakan salah seorang sahabat Rasulullah yang kaya. Hartanya
benar-benar dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan dunia dan
akhirat. Kepentingan dunianya terpenuhi dengan tetap bertanggung jawab
kepada keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kepentingan akhiratnya
terpenuhi bahwa menolong orang termasuk perbuatan amal shalih yang
tidak bisa dianggap ringan.
Sikap ini juga nampak pada abang tukang
bakso. Dia begitu piawai mengatur keuangan dirinya. Untuk keluarga ada
posnya sendiri, untuk fakir miskin juga ada jatahnya dan untuk niat
mulia naik haji juga ada bagiannya. Perpaduan dunia akhirat yang
menjadi landasan tukang bakso ini.
Suatu semangat yang luar biasa.
Seorang tukang bakso dapat sedemikian rupa mengatur keuangannya. Untuk
memperoleh ridha Allah tidak bisa dengan amalan `recehan´, amalan `asal
jadi´. Abang tukang bakso berprinsip dengan amalan yang terbaik,
pengorbanan yang maksimal ingin menggapai sejumput ridha illahi.
Abang
tukang bakso ini seolah seorang professional yang memiliki rencana
jangka panjang yang briliant. Target yang ingin dicapainya juga tidak
tanggung-tanggung, target tertinggi.
Bagi mereka yang berpendapatan
tinggi, pembagian pos -hingga beberapa pos- bukan merupakan masalah.
Tapi bagaimana mereka yang berpenghasilan pas-pasan? Setengah untuk
keperluan keluarga dan setengahnya lagi buat beli mobil BMW misalnya,
padahal tinggal di rumah kontrakan.
Mungkin untuk mereka yang berpenghasilan pas-pasan, keinginan di atas terlalu mengada-ada. Terlalu berlebihan.
Tapi
tidak demikian bagi abang tukang bakso itu. Dia tidak mau dikatakan
sebagai orang yang tidak mampu. Menurutnya semua orang bisa dikatakan
mampu, yang terpenting dia berniat.
Menurutnya, definisi `mampu´
dapat dikategorikan oleh masing-masing orang. Kalau kita mendefinisikan
tidak mampu, maka selamanya kita tidak akan mampu. Tapi kalau kita
mengkategorikan diri sebagai orang yang mampu, maka insya Allah dengan
kekuasaan dan kewenangan-Nya akan membuat kita menjadi mampu.
Kalau
semua orang memiliki rasa optimis seperti tukang bakso ini, mungkin
tidak ada orang yang mencari pelarian ke minuman keras dan narkoba.
Jika semua bermental seperti tukang bakso ini, tidak ada orang yang
mudah menyerah. Andaikan semua orang bermental baja, tentu tidak ada
orang yang bunuh diri.
Tapi tidak semua orang dapat bermental baja
seperti abang tukang bakso ini. Seorang mahasiswa, terpelajar dapat
saja bermental `tempe´, walau ilmu yang dimilikinya segudang. Seorang
pengusaha terkenal dapat saja seolah mendapat jalan buntu dan tidak
dapat bergerak ke mana-mana. Tapi tidak bagi tukang bakso itu, dia
yakin Allah Maha segalanya. Allah dapat merubah sesuatu yang tidak
mungkin menjadi mungkin.
Harta bagi sebagian orang dapat
menjerumuskannya. Barang-barang yang tidak perlu, dibelinya;
barang-barang yang tidak dibutuhkan diupayakan untuk dimilikinya.
Barang-barang yang berkaitan dengan gengsi saja, dia upayakan untuk
dimiliki.
Bagi yang berpenghasilan tinggi, mungkin akan memiliki
angan-angan dan rencana yang beraneka ragam. Dari yang penting, ½
penting, agak penting, tidak begitu penting hingga yang tidak penting.
Namun
bagi yang berpenghasilan pas-pasan, mungkin yang ada dibenaknya adalah
rencana atau cita-cita yang benar-benar penting saja.
arnabgaizir.blogspot.com
arnab20.multiply.com

Mulai chatting dengan teman di Yahoo! Pingbox baru sekarang!! Membuat tempat chat pribadi di blog Anda sekarang sangatlah mudah. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
Recent Activity
Visit Your Group
Drive Traffic

Sponsored Search

can help increase

your site traffic.

Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Everyday Wellness

on Yahoo! Groups

Find groups that will

help you stay fit.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: