Rabu, 15 April 2009

[daarut-tauhiid] "AWAS ADE MAU LEWAT..."



"AWAS ADE MAU LEWAT..."

 
 
Jakarta, 15 April 2009
 
    "Teng...teng...teng...", bunyi sirene
tanda bahwa Kereta Api mau melintas telah dibunyikan petugas penjaga pintu
seraya palang pintu mulai turun untuk menutupi jalan agar kendaraan tidak
melintas atau yang parahnya menjaga jika ada yang nekad untuk menerobos. Palang
tersebut memang sudah ada kerusakan di sana dan sini, bahkan panjangnya pun
tidak sepenuhnya menutupi jalan. Karenanya bapak petugas penjaga pintu pun
kelihatan menjaga sisi yang tidak dapat dihalangi oleh palang pintu Kereta
tersebut. Sementara pada sisi kanan jalan padat diisi oleh motor-motor - yang
seharusnya sisi itu kosong untuk melintasnya kendaraan dari arah yang berlawanan
jika Kereta Api sudah melintas. Tapi kenyataannya...yah itulah Jakarta
sampai-sampai haknya orang lainpun kadang terganggu, meskipun jalan sisi kanan
tersebut masih kosong dari kendaraan karena tertahan Kerata Api yang hendak
lewat.
 
    Selang beberapa menit berlalu Kereta
Api melintas dan pintu palangpun dibuka. Kekacauanpun sedikit terjadi, dimana
motor-motor yang tadi menunggu Kereta Api lewat di jalur kanan jalan - harus
bersusah payah untuk kembali ke jalur kiri karena "pemilik" jalan dari arah
berlawanan akan melintas. Tak terkecuali motor yang saya tunggangi pun makin ke
kiri karena desakan motor-motor yang dari kanan hendak ke jalur kiri. Matahari
pagi itu cukup terik membuat suasana makin "panas", belum lagi ditambah dengan
klakson mobil maupun motor yang bersaut-sautan...uh makin pusing rasanya. Makin
diperparah oleh kelakuan supir angkutan umum yang sempat-sempatnya berhenti
menaikan penumpang bahkan ada yang sempat ngetem segala meskipun aga di pinggir
badan jalan namun tetap saja berkontribusi mengganggu kelancaran kendaraan yang
akan lewat.
 
    "Woooooy.....", teriak seorang bapak
pengendara motor di samping saya pada angkot di depannya. "Jalan bego, macet nih
di belakang," tambahnya lagi makin sewot sambil membunyikan klakson motornya
panjang. "Jayan bejo....", terdengar suara cukup kecil. Saya mencari sumber
suara itu dan rupanya bapak pengendara motor tersebut membawa anak kecil
(berusia sekitar 4-5 tahun) pada motornya yang duduk tepat di belakang kemudi
dan dari anak itulah suara itu berasal. "Ayo jalan...," kata bapak tersebut agak
pelan sambil melihat anaknya. "Ayo jayan...," anaknya mengikuti. "Awas Ade mau
lewat...," lanjut bapak itu. "Awas Ade mau yewat...," anak itupun mengikuti.
"Kalo ga minggir Ade tabrak...," bapak itu meneruskan. "Kalo ga minggiy Ade
tabyak...," anak itupun mengikutinya lagi. Rupanya bapak tadi sengaja berbicara
seperti itu agar diikuti anak kecil yang dibawanya (yang menurut saya itu
anaknya). Saya yang melihat kejadian itu hanya dapat mengucap Istigfar -
bagaimana mungkin ada seorang bapak yang pasti menjadi contoh bagi anaknya,
bisa-bisanya menorehkan dan mengajarkan kalimat yang tidak baik didengar apalagi
diucapkan seorang anak kecil.
 
    Saya sempat sekilas memperhatikan
anak tersebut, yang rupanya anak laki-laki yang tetap riang meski udara cukup
panas. "Awas...awas," ucapnya sambil nunjuk-nunjuk ke arah depan. "Iya awas Ade
mau lewat," terdengar suara bapaknya menimpali sambil mendekatkan mulutnya ke
arah telinga putranya tersebut. Kali ini saya hanya bisa geleng-geleng kepala
sambil menatap ke arah pengemudi motor itu sambil berlalu mendahuluinya.
Sepertinya memang bapak tersebut sengaja mengajarkan kalimat-kalimat itu ke
anaknya meskipun saya yakin maksudnya adalah membuat anaknya tetap riang atau
bersendau gurau dengannya. Teringat akan keponakan saya yang apabila mengatakan
satu kata saja yang tidak pantas diucapkan anak kecil - segera saya atau orang
tuanya melarang.
 
    Pernah suatu ketika teman
kantor saya bercerita bahwa dia sekarang kalo sedang kesal saat berkendaraan
yang dulunya suka memaki - sekarang dia harus sekuat tenaga menghilangkan
kebiasaan itu. "Iya anak gw yang kecil suka ikut-ikutan kalo gw lagi maki-maki
pengendara lain karena kesalahannya," katanya sambil mengungkapkan alasannya.
"Gw sampe harus minta bantuaan istri untuk ngingetin kalo gw keceplosan ngomong
kasar di depan anak gw bos," lanjutnya. "Kayanya emang anak-anak seumur segitu
lagi doyan-doyannya niru-niru," katanya lagi."Tapi ga tau deh kalo anak cewe
mungkin ga gitu kali ya," tambahnya. "Emang berapa umur anak lu ?" kata saya
bertanya. "Bulan depan masuk 4 tahun," jawabnya.  
 
    Kita mungkin sering menemukan
anak-anak kecil dengan usia berkisar 4 - 9 tahun yang harus (terpaksa) mencari
rezeki di perempatan jalan dan hidup dengan cara "jalanan" dan sering pula kita
dengar kata-kata yang tidak patut dilontarkan seperti (maaf) menyebutkan
binatang menggonggong atau (maaf lagi) menyebutkan kotoran ke temannya.
Yang mungkin mereka dapatkan, mereka pelajari dan mereka tiru dari
kita-kita yang lebih tua ini, sebab darimana lagi mereka meniru kalo bukan dari
orang-oarng yang lebih dewasa darinya.
 
    Bukannya dalam Islam (saya bisa
pastikan semua agama mengajarkan hal yang sama) di ajarkan untuk menggunakan
perkataan-perkataan yang baik, bahkan dalam salah satu perkataan Rasululloh SAW
: "Jangan kamu remehkan kebaikan sekecil apapun, sekalipun hanya bermuka manis
(dengan menebar senyum) disaat bertemu dengan saudaramu." (HR.
Muslim).
 
 

Umrah
-----------------------------------
Kampanye mengembalikan Kelembutan Hati atas
sesama kita
 

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: