Sabtu, 27 Maret 2010

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3019

Messages In This Digest (7 Messages)

Messages

1a.

Bls: [sekolah-kehidupan] Re: Perkenalan Arifin Yoshodharmo

Posted by: "anty th" anty_th@yahoo.com   anty_th

Fri Mar 26, 2010 2:53 am (PDT)



Iya nih, butuh pasien
Lucu juga pak, anty meng hypnosis masih pake skrip, hehehe

insya Allah bisa makin baik deh

anty punya satu phobi yg sangkin takutnya memikirkannya pun sdh sangat ketakutan
jadinya malah ngga mau d hipnosis tuk menghilangkan takut itu

tfs ya pak
smoga bisa share terus

btw .. YM nya apa pak?

salam
anty

2.

(catcil) Sebab Sastra Adalah Cinta

Posted by: "Yons Achmad" kolumnis@gmail.com   freelance_corp

Fri Mar 26, 2010 8:39 am (PDT)



*Sebab Sastra Adalah Cinta*

:yons achmad*

*mencintai angin harus menjadi siut*

*mencintai air harus menjadi ricik*

*mencintai gunung harus menjadi terjal*

*mencintai api harus menjadi jilat*

*mencintai cakrawala harus menebas jarak*

*mencintaiMu(mu) harus menjadi aku*

(sdd : sajak kecil tentang cinta)

Sore ini (26 Maret 2010) ada acara menarik di Salihara. Kuliah umum
menyambut 70 tahun usia penyair Sapardi Djoko Damono. Penyair yang
karya-karyanya saya kagum betul. Selain kuliah umum, juga pembacaan puisi
oleh artis Happy Salma. Selain itu, musikalisasi puisi yang rencananya
kalau tak keliru bakal dinyanyikan oleh gadis-gadis cantik UI. Wih..wih
wihh. Sayang, saya belum bisa datang. Biasa, kali ini masih harus bertemu
klien *ngobrolin* soal *inhouse magazine* untuk lembaganya. Yah, resiko
pekerjaan.

Sambil menunggu klien yang akan datang sebentar lagi. Janjinya
*sich*begitu. Saya akan ikut mengenang, mengapresiasi karya SDD. Saya
sendiri,
paling suka dengan sajaknya yang berjudul "Aku Ingin", lalu sajak yang lain
"Hujan Bulan Juni". Kini, saya akan coba mengakrabi sebuah sajak lain
karyanya seperti yang saya kutip diatas "Sajak Kecil Tentang Cinta". Ya
sekedar mengapresiasi. Sebab kalau kritik kudu obyektif, kudu seimbang.
Kalau mengapresiasi boleh subjektif (untuk tak mengatakan sekehendak pembaca
menafsirkannya).

Sajak Kecil. Kenapa SDD memberi judul karya itu dengan "Sajak Kecil" bukan
"Sajak Besar"? Entahlah.Yang saya tangkap SDD tak begitu bernafsu berbicara
tentang narasi besar. Berbicara kisah-kisah besar yang mengawang-awang. SDD
sedang ingin berbicara tentang hal-hal kecil, hal-hal sederhana. Tapi dugaan
saya bisa keliru. Sebab dia sedang bicara cinta. Ini soal besar bung, bukan
soal kecil. Sebab bicara cinta adalah bicara tentang kemanusiaan. Sekali
lagi entahlah. Mungkin SDD memang sedang bicara soal besar dengan cara yang
"Kecil", cara yang sederhana.

Saya tak sedang ingin memaksakan pemahaman. Tapi, penangkapan saya begitu.
Justru, dengan kesederhanaan sajak-sajaknya itulah SDD benar-benar menjadi
penyair yang membumi, penyair yang karya-karyanya diakrabi manusia-manusia
awam, manusia-manusia biasa, penikmat sastra biasa. Lihat saja, sajaknya
dinyanyikan, dinikmati orang-orang biasa bahkan menjadi kutipan di undangan
perkawinan. Sungguh, kalau memang benar sajak atau puisi pada awalnya adalah
komunikasi, SDD benar-benar penyair yang berhasil.

SDD sendiri, lelaki yang lahir di Solo, Jawa Tengah, 20 Maret 1940 ini
awalnya tak punya niat menjadi penyair. Tapi kita tahu, kini lelaki ini
telah menjadi salah satu penyair terbaik di negeri ini. Sebuah negeri yang
kata orang, saat ini kehidupan politiknya semakin memburuk, tapi kehidupan
sastranya semakin membaik. Dan SDD, kita tahu selain penyair, juga seorang
penterjemah, redaktur sastra dan juga pengajar. Sosok yang lengkap.

Lalu, bagaimana dengan "Sajak Kecil Tentang Cinta" itu? Ahai...Jujur, saya
tak benar-benar mengerti maksudnya. Hanya, yang saya pahami begini. Misal
mencintai air harus menjadi ricik, benar-benar kita kudu larut dengan air,
benar-benar menempatkan posisi sepertinya, benar-benar kudu memahaminya.
Begitulah, kalau benar-benar mencintai.

Susah nian. Memang. Tapi begitulah. Mungkin orang berkata ah itu tak adil,
itu egois. Yah, tafsir orang berbeda-beda. Lewat sajak ini, lagi-lagi saya
belajar tentang ketulusan. SDD, saya kira berhasil membawa sastra kepada
cinta. Dan cinta, adalah bagian terbesar dari kehidupan. Dan sajak
itu, ternyata
bukan bicara tentang remeh-temeh, tapi bicara sesuatu yang besar. Seperti
engkau juga mengerti, sekarang ini begitu banyak orang kaya, tapi begitu
miskin cinta.. Lewat sastra, kita bicara cinta, kita bicara kehidupan. Sebab
sastra adalah cinta, sebab itulah kita mengakrapinya. []

Kafe Kelana : 26 Maret 2010

*Penulis, tinggal di Jakarta

--
==========
Yons Achmad
Web : http://komunikata.net
Blog : http://penakayu.blogspot.com
3a.

Re: Bls: [sekolah-kehidupan] Salam kenal Pak Arifin Yoshodharmo

Posted by: "Imam Suyudi" pekalian@yahoo.com   pekalian

Fri Mar 26, 2010 9:20 am (PDT)



Pak Arifin, apakah hypnotheraphy hanya khusus untuk pengobatan/penyembuhan penyakit berhubungan dgn mental, psikis, psikomatik, pokok yg kaya gituan deh. Lalu bpk buka praktek kah? Makasih

Tabik,

Imam

4.

(Ruang Baca) Merenungi Kesalahan-kesalahan yang Tidak Diketahui dala

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Fri Mar 26, 2010 2:34 pm (PDT)



Judul: The Unknown Errors of Our Lives (Kesalahan-kesalahan yang Tidak Diketahui dalam Hidup Kita)
Penulis: Chitra Banerjee Divakaruni
Alih bahasa: Gita Yuliani K
Desain dan ilustrasi cover: Satya Utama Jadi
Penerbit: Gramedia

========================================================
Butuh waktu untuk menguraikan luka.

Karena seperti yang dituliskan Amy Tan dalam The Joy Luck Club, melalui tokoh An-mei: "Dan begitulah kejadiannya dengan suatu luka. Luka itu mulai menutup sendiri untuk melindungi apa yang terasa sakit. Dan sekali sudah tertutup, kita tak lagi melihat apa yang ada di bawahnya, apa yang menyebabkan rasa sakitnya."

Sebagian orang mungkin akan membiarkannya berlalu begitu saja. Sebagian lagi mungkin akan kelewat enggan untuk menguraikan benang kusut kompleksitas penyebab lukanya. Dan sebagian lagi, mungkin bahkan lupa, bahwa luka itu pernah ada.

Namun, tidak demikian halnya dengan seorang Chitra Banerjee Divakaruni.

***
Dalam buku kumpulan cerpen yang terdiri atas sembilan cerpen ini, Chitra berusaha menguraikan luka para tokohnya, para wanita India yang menjadi imigran di Amerika. Ada Nyonya Dutta (dalam cerpen: Nyonya Dutta Menulis Surat) yang terkucilkan dalam keluarga anak dan menantunya karena gegar budaya. Ada tokoh seorang kakak perempuan (dalam cerpen: Kecerdasan Benda-benda Asing) yang merasa bersalah karena terlalu lama mengabaikan adik lelakinya yang datang ke Amerika. Ada Leela (dalam cerpen: Kehidupan Benda-benda Asing) yang berusaha keluar dari zona soliter hidupnya di Amerika dengan mengunjungi India dan mengikuti acara ziarah. Ada Monisha (dalam cerpen: Cinta Seorang Pria Baik) yang menyimpan dendam pada ayah kandung yang meninggalkan dirinya dan ibunya untuk hidup di Amerika. Ada Aparna (dalam cerpen: Apa yang Diketahui Tubuh) yang berusaha memulihkan dirinya lahir batin setelah berbulan-bulan dirawat di rumah sakit karena mengalami penyakit usai melahirkan putranya. Ada sepasang kakak beradik (dalam cerpen: Anak-anak yang Terlupakan) yang melarikan diri dan pikiran mereka dalam khayalan, menghindari perilaku abusif ayah mereka yang sering mabuk. Ada Mira dan Radikha (Masa Kaktus Berbunga) dengan latar belakang berbeda yang memiliki kesamaan: trauma pada kaum pria. Ada Ruchira (dalam cerpen: Kesalahan-kesalahan yang tidak Diketahui dalam Hidup Kita) yang pada tiga hari sebelum pernikahannya bertemu dengan seorang wanita yang dihamili calon suaminya. Ada seorang ibu (dalam cerpen: Nama-nama Bintang dalam Bahasa Bengali) yang mencoba beradaptasi kembali dengan India dan bernostalgia dengan masa lalunya, saat membawa anak-anaknya dari California ke Calcutta untuk mengunjungi nenek anak-anaknya.

***
"Happiness is a very elusive quality," ujar Dee Frankfurter, seorang penulis. Dan inilah yang berusaha dipahami oleh sebagian tokoh dalam buku ini, dengan cara mereka masing-masing.

Aparna misalnya, pada awalnya menggantungkan kebahagiaan dengan jatuh cinta pada dokter bedahnya, Byron. Setiap pagi Aparna akan menggosok lipstick ke bibirnya yang retak-retak, menggelapkan mata yang tenggelam dengan jari gemetar, dengan tas make-up yang dibawakan Umesh, suaminya, demi menyambut waktu pemeriksaan Byron. Sampai Aparna jatuh cinta pada bayinya, Aashish. "Tatapan si bayi yang tajam, penuh perhatian, caranya memandang keluar ke dunia dengan perhatian yang murni dan sempurna. Aparna bahagia olehnya dan juga menjadi rendah hati karenanya. Dia juga ingin belajar seperti itu." (halaman 142)

Atau kebahagiaan imajiner yang dikhayalkan tokoh sepasang kakak beradik. Penat dengan kemiskinan dan sikap abusive sang ayah yang gemar mabuk, mereka berusaha memahami kebahagiaan dengan definisi yang berbeda. "Dalam khayalan kami, tidak ada yang menyeret kami di jalan masuk mobil yang sudah retak-retak sehingga batanya yang terbuka menggosok punggung kami. Di garasi yang gelap, tidak ada yang menyalakan korek dan mendekatkannya begitu dekat sehingga kami merasakan panasnya pada kelopak mata kami. Dalam khayalan kami, berbagai bagian perbendaharaan kata sudah lenyap sama sekali dari kamus: takut, remuk, amuk, maut, ayah." (halaman 156)

Atau bahkan dalam sepucuk surat yang ditulis Nyonya Dutta untuk sahabatnya, Roma. "Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu tentang apakah aku bahagia, karena aku sudah tak yakin apa sebenarnya kebahagiaan. Yang kutahu hanya bahwa kebahagiaan bukan seperti yang kusangka. Bukan tentang rasa dibutuhkan. Bukan juga tentang berkumpul bersama keluarga. Ada hubungannya dengan cinta, aku masih beranggapan begitu, tetapi dengan cara yang berbeda dengan yang kuyakini dulu, suatu cara yang tidak bisa kujelaskan. Mungkin kita bisa memikirkannya bersama, dua wanita tua minum cha di flat lantai bawahmu (karena kuharap kau mau menyewakannya kepadaku sekembaliku ke sana), sementara di sekitar kita gosip beredar—tetapi ringan saja, seperti hujan musim panas, karena itu saja yang kita bolehkan terjadi. Kalau aku beruntung—dan mungkin, walau semua yang sudah terjadi, aku memang beruntung—kebahagiaan itu letaknya dalam memikirkannya." (halaman 44-45)

***
Manusia adalah makhluk yang dinamis. Dalam Autobiography of My Mother, Jamaica Kincaid menulis: "Siapa dirimu adalah misteri yang tak bisa dijawab siapapun, tidak juga oleh dirimu sendiri."

Dan yang saya kagumi dari buku ini, selain dari--ditulis dengan demikian indahnya oleh Chitra dan diterjemahkan dengan indah pula-- adalah: tentang penerimaan diri para tokoh atas diri mereka sendiri, dengan segala absurditas, kompleksitas, dan kontradiksinya. Suatu proses yang butuh waktu panjang dan kerendahan hati untuk menelaah dalam diri.

Seperti yang ditulis Hal Stone & Sidra Winkelman dalam Embracing Each Other: "If we wish to surrender to the process of consciousness, we must surrender to it in all its complexities and contradictions. If we want to be loving human beings, we must learn to love our own wolves and jaguars and snakes and dragons, and stupidity and irritability and weakness and vulnerability and darkness as much as we love our loving and rational, competent, caring, and light-oriented selves."

5a.

Re: Buku Kehamilan Kami dan Dua Kehamilanku

Posted by: "febty f" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Fri Mar 26, 2010 8:21 pm (PDT)



mbak indar, selamat :)

salam,
febty

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Indarwati Indarpati <patisayang@...> wrote:
>
>
>
>
>
> Buku
> Kehamilan Kami dan Dua Kehamilanku
>
>  
>
> Jumat
> itu, hatiku bungah tak terkira. Sehari sebelumnya aku di-tag seorang friend
> akan sebuah foto. Ternyata…foto itu adalah kaver buku terbaru kami, Panduan Pintar Hamil & Melahirkan.  Alhamdulillah, akhirnya, setelah sekian lama,
> aku dan Ichen nama panggilan Dewi Cendika sahabat duetku di buku itu bisa
> tersenyum lebar.
>
>  
>
> Bagi
> seorang penulis, buku bisa serupa anak yang dikandung dan dilahirkan. Prosesnya
> berdarah-darah, dengan air mata yang jelas tertumpah. Meski tentu ada pula tawa
> sebagai selingannya. Nah, yang membuat buku ini menjadi ‘anakku’ yang begitu
> special adalah karena proses pembuatan dan kelahirannya diantara dua
> kehamilanku.
>
>  
>
> ***
>
> Aku
> pertama mengenal Ichen sebagai sesama member di komunitas Sekolah Kehidupan. Awalnya,
> dialah yang menawariku untuk duet menulis buku kehamilan ini. Dengan suka cita
> kusambut tawarannya. Maka mulailah kami menggarap outline, mencari referensi, menulis naskah, lalu mencoba
> menawarkannya ke penerbit. Jam terbang Ichen yang lebih tinggi di dunia maya
> dan luas jaringannya jelas banyak mempermudah langkah kami.
>
>  
>
> Sekitar
> tahun 2006 waktu itu. Sayang, kami rupanya belum berjodoh dengan penerbit
> pertama yang kami sodori naskah. Seorang agen naskah lalu menawarkan hendak
> membeli putus naskah buku kami. Tapi jelas itu bukan jalan yang kami tuju sejak
> semula. Alhamdulillah, akhirnya kami berjodoh dengan penerbit lainnya. Lalu
> apakah semua lalu berhenti dengan happy
> ending seketika? Tentu tidak. Proses selanjutnya melibatkan dua
> kehamilanku, seperti yang kutulis di judul itu.
>
>  
>
> Sekitar
> awal tahun 2008, sedikit demi sedikit, editor meminta kami untuk memoles
> naskah. Kurang ini, itu, sana,
> sini, adalah hal biasa. Maka format awal yang ada di kepala kami agak mengalami
> pergeseran. Tapi selagi positif dan bisa kami usahakan, tak apalah. Beberapa
> kali sharing via YM atau email,
> editor minta kami kopdar.  Maka datanglah
> kami ke kantor penerbit di kawasan Jakarta Selatan. Yang paling tak terlupakan
> saat itu adalah hujan lebat tak terkira. Kami nekad menembus barikadenya. Membonceng
> Ichen, motor kubawa meliuk mengikuti jalan Srengseng Sawah dan Kahfi I  meski saat itu ada Yasmin dalam kandunganku.
>
>  
>
> Walau
> harus berbasah-basah ria sampai di kantor penerbit kami puas. Bertemu langsung
> dengan editornya yang baik hati dan ramah, komunikasi penulis-penerbit kami berjalan
> lancar. Pertemuan pertama kami sambung dengan pertemuan kedua beberapa bulan
> setelahnya. Kali ini kejadian tak terlupakan bukan hujan tapi kehabisan bahan
> bakar. Aku yang biasanya tak pernah membiarkan jarum penunjuk bahan bakar mencapai
> angka merah justru lalai hari itu. Sialnya, bensin habis justru pas mau
> menyeberang rel dekat stasiun Pondok Cina. Alhamdulillah di dekat situ ada
> penjual bensin eceran. Maka sampai dengan selamatlah Ichen kuantar ke Margonda,
> menanti bis yang membawanya kembali ke Tangerang dan jelas tak perlu sampai
> malam mencapai rumah seperti saat hujan itu.
>
>  
>
> Diantara
> dua pertemuan itu, pengalaman berharga yang kudapatkan (selain asyiknya kerja sama
> Ichen) adalah aku hamil anak kedua (mestinya keempat) yang jelas mendapat
> tambahan pengetahuan karena ‘terpaksa’ menggali referensi demi buku yang
> kutulis. Proses menggali referensi dari buku-buku yang sebagian besar dipinjami
> oleh seorang sahabatku  yang berprofesi
> sebagai dokter biasanya kulakukan di sepertiga malam. Usia sholat, aku naik kembali
> ke tempat tidurku yang penuh buku, lalu mencomot sana sini, membuat catatan ini itu dengan
> perutku yang menggunung serta tendangan Yasmin sebagai penyemangatnya.
> Siangnya, baru catatan itu kuketik. Hasilnya, setor ke Ichen untuk digabung
> dengan hasil kerjanya--yang takkan berhasil tanpa uluran banyak sahabat. Thanks
> ya. J
>
>  
>
> Beberapa
> bulan kemudian, barulah draft akhir buku kami datang, minta diperiksa dan
> diedit. Kali terakhir ini, aku sendirian ke penerbit dan menyerahkan naskah
> final. Beberapa bulan kemudian, baru kabar menyenangkan itu datang. Ichen SMS
> kalau dia sudah menerima surat perjanjian yang membutuhkan tanda tangan kami. Alhamdulillah.
> Setelah pinangan, tunangan, proses mengenal lebih jauh itu kami lewati akhirnya
> tiba juga akad penerbitan. 
>
>  
>
> Agak
> melupakan soal surat perjanjian itu, suatu malam, sebuah SMS dari nomor yang
> tak kukenal masuk. Isinya mengabarkan bahwa buku kami sudah naik cetak dan
> diperkirakan akan nampang di rak-rak toko buku awal Maret. 
>
>  
>
> Beberapa
> hari kemudian sejumlah uang masuk ke rekeningku. Selain bersyukur bisa buat
> tambah-tambah beli cat (maklum, renovasi rumah mencapai tahap akhir yang jelas
> membutuhkan banyak dana untuk memolesnya) aku juga penasaran asal uang
> misterius itu. Dua hari kemudian baru jawabannya muncul. Dari penerbit, yang
> mengabarkan sudah membayar uang muka royalty buku sesuai dengan MoU.
>
>  
>
> Beberapa
> hari kemudian (lagi), seorang friend menge-tagku pada sebuah foto. Kubuka,
> alhamdulillah, kaver cantik itu segera merebut perhatianku dari kreasi flanel
> yang tengah kukerjakan. Tak cukup dengan foto kavernya yang cantik, dua hari
> kemudian bentuk fisik ‘anak kami’ dapat kudekap erat. Dari sekian buku nonfiksi
> yang pernah kutulis, mungkin inilah yang paling berkesan. Dia jelas lebih
> ‘berat’ dan ‘memaksaku’ mempelajari lebih jauh seluk beluk kehamilan dan
> melahirkanâ€"yang meskipun beberapa kali kualami ternyata masih menyimpan banyak
> informasi. Dia juga serupa bonus atau rejeki bagi kehamilanku lagi.
>
>  
>
> Perjalanannya
> yang cukup lama kulihat juga sebagai sebuah pembelajaran tentang kesabaran. Dan
> jelas berlaku di sini bahwa menulis adalah semisal marathon. Selesai satu
> putaran, lupakan, lalu teruslah berlari untuk putaran berikutnya.  Aturlah akal dan nafas untuk menggali
> informasi, tatalah hati untuk proses terbitnya yang mungkin tak instan di
> penerbit, dsb dsb.
>
>  
>
> ***
>
> Alhamdulillah,
> satu proses terlampaui. Buku Panduan
> Pintar Kehamilan & Melahirkan kami berproses saat aku hamil anak kedua
> dan dia lahir saat aku menanti kelahiran anak ketiga.:)
>
>  
>
> Terimakasih
> terdalam buat semua sahabat yang kukenal maupun tak kukenal yang membantu
> kelahiran ‘anak cantik’ kami ini. Di milist yang diikuti Dewi ‘Ichen’ Cendika
> maupun kuikuti, sahabat-sahabat ngeblog di multiply, dan komunitas-komunitas
> lainnya. Sungguh, tanpa kalian semua buku kami ini takkan pernah ada.
>
>  
>
> Juga
> kepada penerbit WahyuMedia, Mas Seno, Mbak Shinta, dan Mas Andri yang sudah
> mewujudkan mimpi berbagi kami menjadi nyata.
>
>  
>
> Ya,
> yang menggerakkan tangan dan kepala kami saat awal menulis buku ini adalah
> keinginan untuk berbagi. Berbagi informasi tentang hal-hal menakjubkan di saat
> kehamilan, berbagi manis pahit bahkan getirnya proses perkembangan  sebentuk jiwa bernama manusia yang dititipkan
> ke rahim wanita, juga berbagi pengalaman dan informasi merawatnya di hari-hari
> pertama menghirup hawa dunia.
>
>  
>
> Dilengkapi
> dengan VCD interaktif tentang perkembangan janin mulai dari konsepsi hingga
> lahir, senam hamil, senam nifas, dan senam kegel, buku berkaver cantik dengan
> bahasa ringan informatif ini pasti akan menjadi ‘sahabat yang asyik’ bagi
> pembaca.
>
>  
>
> So, bersegeralah
> menjemputnya. Dengan ramah tangannya akan terbuka menjawab pertanyaan sahabat
> semua. Tak percaya? Coba dengar apa kata dr. H Suwignyo Siswosuharjo, SpOG,
> MKes, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, narasumber program solusi sehat
> TVRI Jawa Tengah dan beberapa radio di Semarang.
>
> “Buku ini
> seperti ‘sahabat’ bagi para wanita. Menceritakan dan membagi pengalaman-pengalaman
> para wannita lain ketika hamil tanpa terkesan menggurui. Sebenarnya, buku
> seperti inilah yang penting dimiliki oleh setiap wanita. Ringan dibaca, mudah
> dicerna, tetapi dapat memperluas wawasan. “
>
>  
>
> Atau
> coba dengar yang dikatakan Mbak Ratna Listy; artis, penyanyi, presenter
> sekaligus duta KB.
>
> “Kehamilan
> dan proses melahirkan bukan hanya masalah para istri, tapi peran suami juga
> amat penting. Buku ini merupakan konsultan fleksibel bagi calon ibu dan ayah yang
> sayang pada keluarga dan calon bayinya. Ayo, para suami, bekali diri dengan
> buku ini sebagai wujud kasih sayang kepada belahan jiwa!”
>
>  
>
> Judul              :
> Panduan Pintar Hamil dan Melahirkan
>
> Penulis           : Dewi Cendika & Indarwati
>
> Penyunting    : Shinta
>
> Tebal              : xii +320 hlm, 14x20 cm
>
> Cetakan
> I       : 2010
>
> Penerbit         : WahyuMedia
>
>  
>
>  
>
> Tanah Baru, 09/03/10 00.05
>
>  
>
>
>
> Indarwati
> irt, penulis lepas, plus souvenir maker
> curhatan http://lembarkertas.multiply.com
> kreasi tangan http://craftcafe.multiply.com
> FB: indar7510@...
>

6.

Pelatihan Menulis untuk Para Ibu

Posted by: "Bang Aswi" bangaswi@yahoo.com   bangaswi

Sat Mar 27, 2010 12:43 am (PDT)





Indscript Creative bekerjasama dengan Pustaka Oasis dan Rabbani mengadakan pelatihan menulis untuk para ibu yang mengambil tema 3 Jam Bisa Menulis “Mengais Rezeki Tanpa Keluar Rumah”. Alhamdulillah, saya sendiri (Bang Aswi)
dipercaya menjadi pembimbing para ibu. Dengan biaya yang terbilang
murah dibanding jenis pelatihan-pelatihan menulis lainnya dan bobot
materi yang akan didapatkan, yaitu hanya Rp50.000, para peserta akan mendapatkan buku, snack, sertifikat, dan modul. Bukan itu saja, peserta pun juga akan dibimbing oleh Ammy Ramdhania yang akan mengajarkan program CALISTUNG (baca, tulis, dan hitung). Insya Allah acara ini akan diselenggarakan di Showroom Rabbani, Buah Batu pada hari Sabtu, 10 April 2010 dari pukul 08.00 s/d 14.00.
Ayo, para ibu, kita latih kemampuan menulis yang insya Allah akan
bermanfaat bukan hanya untuk diri kita sendiri tetapi juga untuk
keluarga di rumah. Mohon doanya, program ini insya Allah akan diadakan
tiap 2 pekan sekali.[]
Bang Aswi - Pekerja Buku
Blog: http://bangaswi.com
YM: bangaswi
Hotline: 08139472539

7.

Locus Of Control

Posted by: "agus_salims" agus_salims@yahoo.com   agus_salims

Sat Mar 27, 2010 12:43 am (PDT)



Rotter (1966), who delivered the concept of locus of control, believed
that behavior does not depend only on external stimuli and
reinforcements but rather on the meaning that the person assigns to a
given external stimulus or reinforcement. In simple way, Rotter believed
that behavior is the interaction between the person's cognition and
the environment.
Chung and Ding (2002) believed that locus of control is a generalized
expectancy pertaining to the connection between personal characteristics
and/or actions and experienced outcomes.
Bradley and Sparks, (2002) stated that to the extent that people
consistently experience a contingent relationship between their actions
and the outcomes, they will develop a belief in internal locus of
control. To the extent that they perceive action outcome relationships
to be un-patterned and unreliable, they are likely to develop beliefs in
external locus of control.
The definition for locus of control seems to converge on that
individuals with an internal locus of control believe that their efforts
have a direct effect on their future outcomes, and individuals with an
external locus of control attribute their behavior outcomes to external
events that externals believe are out of their control (Appelbaum &
Hughes, 1998).
Locus of control plays an important role in human performance (Frucot &
Shearon, 1991). It is believed to influence job satisfaction (Spector,
Cooper, Sanchez, & O'Driscoll, 2001), job performance, and the other
organizational withdrawal (Hyatt & Prawitt, 2001). Hyatt and Prawitt
suggested that internals are more satisfied with their job than
externals. Spector et al. found that the positive relationship between
locus of control and job satisfaction is consistent across nations.
Internals believe their job efforts are more highly related to
performance (Wit, Kacmar, Carlson, & Zivnuska, 2002).
In Hyatt and Prawitt's study, they even found that internal locus of
control achieve higher level of performance at unstructured working
environment, and external locus of control achieve higher level of
performance at structured working environment. Prior research even
identified that individuals with internal and external characteristics
differ in the kinds of rewards they prefer. Baron and Ganz (1972) stated
that people with a internal locus of control prefer intrinsic, or
self-supplied rewards, for example, sense of achievement and
accomplishment.
In contrast, externals believe that forces beyond their control are
responsible for success, therefore, externals prefer extrinsic rewards,
such as pay promotion and job security. The construct of locus of
control is used as the independent variable to predict the level of
perceptions of organizational politics and job satisfaction.
Recent Activity
Visit Your Group
Sitebuilder

Build a web site

quickly & easily

with Sitebuilder.

Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Find helpful tips

for Moderators

on the Yahoo!

Groups team blog.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

1 komentar:

Unknown mengatakan...

No more waiting to get famed at this time. Buy Facebook Followers as a tactic to gain status and authority on internet in a short time period. order facebook followers