Rabu, 31 Maret 2010

[daarut-tauhiid] Yang Menang dan Yang Gagal

http://www.dakwatuna.com

Yang Menang dan Yang Gagal

Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA


dakwatuna.com – "Dan demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya". (Asy-Syams: 7-10)

Sumpah Allah dengan jiwa (nafs) pada ayat ini merupakan kelanjutan
dari sumpah Allah dengan makhluk-makhluk-Nya yang agung; matahari,
bulan, waktu siang dan malam, serta langit dan bumi. Betapa tinggi dan
besar nilai jiwa, karenanya Allah menutup sumpah-Nya dalam surah ini
dengan jiwa dan mensejajarkannya dengan jajaran ciptaan-Nya yang
agung. Sungguh, Allah hanya bersumpah dengan sesuatu yang harus
diperhatikan oleh hamba-hamba-Nya, termasuklah tentang pensucian jiwa
ini yang seringkali dilalaikan oleh manusia.

Dalam penciptaannya, jiwa juga berbeda dengan ciptaan Allah yang lain.
Ketika Allah Taala menciptakan jiwa manusia, Dia menciptakan
bersamanya potensi untuk melakukan kebaikan atau keburukan, dan
menjadikan manusia mampu menggunakan anggota tubuhnya untuk memilih
jalan yang dikehendaki. Kebebasan memilih ini memiliki konsekuensi,
mendapatkan ganjaran dan hukuman di hari perhitungan
(pertanggungjawaban) kelak di hari kiamat. "Sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya". (Asy-Syams: 9-10)

Khalid bin Ma'dan, seorang tabi'in terkemuka menyatakan tentang
penyempurnaan jiwa manusia agar meraih keberuntungan, "Tidak ada
seorang hamba kecuali ia mempunyai empat mata. Dua mata di wajahnya
untuk melihat perkara dunia, dan dua mata di hatinya untuk melihat
perkara akhirat. Jika Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba,
Dia akan membukakan kedua matanya di hatinya, sehingga pemiliknya
mampu memandang perkara akhirat, dan jika Allah menghendaki terhada
seorang hamba selain itu, ia meninggalkannya sebagaimana adanya.
Kemudian Hamid bin Ma'dan membaca ayat, "Am 'ala quluubih aqfaaluha".

Syekh Amru Khalid, dalam bukunya Ar-Ruuh wa Al-Maadah, mnangkap sebuah
pragmen yang sering terjadi di sekitar kita. Diceritakan dua orang
pengusaha keluar dari sebuah swalayan besar. Di depan pintu keluar,
seorang ibu tua papa meminta belas kasihan mereka. Seorang dari
pengusaha memberikan beberapa lembar uang. Sedang seorang lagi
berjalan terus, tidak peduli terhadap permitaan wanita papa itu.

Perbedaan sikap itu menurut Syekh Amru Khalid adalah disebabkan
bedanya "makanan" yang dikonsumsi kedua pengusaha itu. Pengusaha
pertama termasuk orang yang memperhatikan bukan saja makanan untuk
jasadnya, tapi juga makanan untuk ruh dan jiwanya. Sedangkan yang
kedua hanya mengkonsumsi makanan untuk jasadnya.

Hal ini karena manusia diciptakan dari dua komponen, yakni dari jasad
dan ruh. Jasad tampak jelas di luar manusia. Sedangkan ruh mengisi di
dalam jasad. Keduanya saling terkait. Dan keduanya mempunyai asal-mula
dan jenis kebutuhan masing-masing.

Jasad berasal dari tanah dan kebutuhannya adalah makan, minum,
pakaian, dan hubungan lain jenis. Sedangkan ruh bersumber Allah yang
ditiupkan kepada Adam as. Seperti disebutkan dalam firman-Nya, "Maka
apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan
kedalamnya ruh (ciptaaan)-Ku, maka tunduklah kamu (para malaikat)
kepadanya dengan bersujud (kepada Adam as.)." (Al-Hijr: 29) Dan
kebutuhan jiwa adalah setiap yang dapat mendekatkan diri kepada Allah
Taala, tilawah Al-Qur'an, shalat dengan khusyu', banyak berpuas,
membantu sesama dan lain sebaganya. Sayangnya banyak orang yang
memahami diri mereka berkomponen jasad saja. Sehingga yang mereka
perhatikan hanya untuk kebutuhannya, dari makanan, pakaian, atau
kecantikan. Setiap saat mereka memikirkan bagaimana keperluan untuk
jasad mereka. Mereka bisa sedih, menderita dan takut jika jasadnya
sakit atau rusak.

Namun mereka tidak memperhatikan kebutuhan komponen lain dari penopang
jasadnya, bagi ruhnya. Padahal antara keduanya saling terkait. Juga
ruh berinteraksi dan 'tumbuh' layaknya jasad bagi manusia. Ia
membutuhkan makanan dan perhatian. Jika ruh selalu menkonsumsi
kebutuhan, makanannya, dari amalan yang baik, maka ruh menjadi sehat
dan pemiliknya dapat memberikan nilai-nilai luhur bagi jasad. Tapi
jika ia tidak mengkonsumsi makanannya, tidak diperhatikan lambat-laun
hampa, sakit dan mati.

Dan ini akan mengakibatkan pemiliknya bukan saja tidak peduli terhadap
ajaran-ajaran-Nya, tapi juga terhadap sesama, seperti bersedekah,
membantu, seperti pengusaha di atas. Inilah yang kebanyakan dikonsumsi
Barat dengan paham hedonis, bermegah-megahan untuk kepentingan jasad
tanpa ruh. Sehingga membuat kelalaian terhadap nilai-nilai
kemanusiaan, menghalalkan segala cara demi jasad mereka. Benarlah kata
Al-Qur'an, "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu." (At-Takatsur: 1).
Karenanya, yang tepat adalah memberikan keseimbangan pada kebutuhan
jasad dan ruh kita.

"Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah
untuk dirinya." (Al-Ankabut: 6)

"Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk
(kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka
sesungguhnya Tuhanku aha Kaya lagi Maha mulia." (An-Naml: 40)

"Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah
mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya." (An-Naml: 92)

"Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan
diri untuk kebaikan dirinya sendiri." (Fathir: 18)

Seluruh ayat-ayat senada adalah bermakna Allah Maha Kaya dan tidak
memerlukan hamba-Nya dan ibadah mereka. Mereka melakukan dengan apa
yang mereka lakukan adalah untuk menolong jiwa mereka dari neraka,
agar jiwa mereka lurus, dan memungkinkan hidup dengan tenang di dunia,
serta untuk mengaplikasikan unsur kemanusiaannya di dunia.

Betapa sering dalam keseharian kita, disadari atau tidak, jiwa kita
terkotori oleh ucapan kita, sikap dan perilaku serta tindakan kita.
Semuanya memberi pengaruh terhadap kesucian jiwa yang Allah ciptakan
hanya untuk manusia. Maka untuk mengobati jiwa yang sakit, dan untuk
meraih kemenangan dan menghindar dari kegagalan, Allah telah
menawarkan petunjuk-Nya dalam surah Al-Mu'minun 1-10. Rasulullah saw
bersabda seperti dalam riwayat Umar bin Khathab r.a. bahwa baginda
bersabda, "Telah diturunkan kepadaku 10 ayat. Barangsiapa
menegakkannya, niscaya ia akan masuk surga. Kemudian Rasulullah saw
membaca ayat 1 hingga ayat 10 dari surah Al-Mu'minun". (H.R. Imam
At-Tirmidzi).

http://www.dakwatuna.com/2006/yang-menang-dan-yang-gagal/


------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: