Rabu, 24 Maret 2010

[daarut-tauhiid] USTAZ SYAMSI ALI: Dakwah di AS Ilmu Syar'i Saja tak Cukup

 

---------- Forwarded message ----------

Minggu, 21 Maret 2010 pukul 11:50:00
USTAZ SYAMSI ALI: Dakwah di AS, Ilmu Syar'i Saja tak Cukup

WAWANCARA

Dakwah tak cukup dengan ceramah, tapi perlu dengan kerja nyata dan mem
bangun relasi dengan semua pihak, termasuk komunitas non-Muslim.

Dai asal Indonesia, Ustaz Syamsi Ali, menorehkan prestasi dakwah yang cukup
gemilang di Amerika, tepatnya di New York. Menurutnya, menjadi seorang imam
di AS telah memberikan nilai tambah tersendiri, mengingat komposisi
komunitas Muslim di negara adidaya itu didominasi oleh tiga kelompok, yaitu
dari Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika termasuk Afro Americans.

Menurutnya, justru karena berasal dari Indonesia, ia malah mendapat banyak
kemudahan untuk bergerak ke semua jantung komunitas itu. ''Saya mudah
diterima oleh warga Arab, Asia Selatan, dan Afrika,'' katanya.

Karena banyaknya jumlah umat Islam dari tiga kawasan di AS itu, sejauh ini
masyarakat Amerika masih mempersepsikan Islam dengan Timur Tengah, Asia
Selatan, atau Afrika. Namun, keberadaan Syamsi Ali di AS, seperti yang
diakuinya, secara langsung banyak mengubah persepsi itu.

Syamsi merasa bangga dapat mewakili negara berpenduduk Muslim terbesar di
dunia, Indonesia. Dalam berbagai forum pun, ia tidak canggung-canggung untuk
tampil dan memberikan kontribusi. `'Hal itu saya lakukan untuk menunjukkan
bahwa Indonesia adalah negara besar,'' katanya kepada Ali Rido dari
Republika. Berikut penjelasan Syamsi Ali tentang latar belakang dakwah dan
kiprahnya membangun komunitas Muslim di Amerika.

Bagaimana perjalanan dakwah Anda hingga sampai ke New York, AS?
Setamat dari Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah di Makasar 1988, saya
melanjutkan studi ke luar negeri, tepatnya di Islamabad, Pakistan. Cukup
lama, dari tahun 1988 hingga 1994. S1 di bidang Tafsir dan S2 di bidang
Perbandingan Agama.
Setamat dari Pakistan, tiba-tiba saya mendapat tawaran untuk menjadi guru di
sebuah institusi dakwah di kota Jeddah, Arab Saudi, tahun 1994. Di sinilah
saya mulai banyak berinteraksi dengan non-Muslim. Hampir 50 persen penduduk
kota Jeddah itu adalah non-Muslim.
Di akhir kontrak saya sebagai pengajar di Jeddah, di salah satu musim haji,
saya diminta oleh KJRI Jeddah untuk mengisi pengajian manasik haji untuk
haji luar negeri di KJRI. Kebetulan yang hadir ketika itu adalah Bapak
Dubes, Nugroho Wisnumurti, Wakil Tetap RI untuk PBB di New York. Saat itu,
beliau juga kebetulan menjadi penasihat pengurus Masjid Indonesia di New
York. Beliaulah yang sebenarnya menawarkan saya, jika saya berminat ke
Amerika, tepatnya di kota New York.
Maka, di awal tahun 1996 saya pun menginjakkan kaki di Amerika sebagai staf
di PTRI New York. Di sinilah kemudian saya mengembangkan sayap ke berbagai
kegiatan dakwah. Saya mulai membina masyarakat Muslim Indonesia di masjid
Al-Hikmah --masjid masyarakat Indonesia--, menjadi Ketua Pawai Tahunan
Muslim, mendirikan Imams Council, dan lain-lain.

Bekal ilmu apa saja yang Anda perlukan untuk berdakwah di New York?
Tentu ilmu-ilmu dasar terkait dengan Islam. Alquran dan sunah merupakan
keharusan bagi semua dai di mana saja mereka melakukan kewajibannya.Tapi,
untuk Amerika Serikat dan tentunya Eropa secara umum, ilmu syar'i sangat
tidak cukup jika tidak dibarengi dengan ilmu-ilmu 'realita' lainnya. Maksud
saya, seorang dai di AS harus mampu membekali diri dengan pengetahuan yang
cukup tentang lingkungan dan bagaimana berinteraksi dengan lingkungan
tersebut.
Orang-orang Amerika tentunya punya bahasa, tidak hanya bahasa komunikasi,
tetapi juga yang paling penting adalah bahasa kultur, politik, bahkan bahasa
ekonomi, dan pasar. Seorang dai di AS tidak dibatasi oleh dinding-dinding
masjid, tapi menuntut pergaulan yang luas dan luwes, sehingga ajaran Islam
ini dengan mudah terserap ke mindset yang sesuai.

Selain memberikan ceramah keagamaan, apa saja aktivitas Anda?
Ceramah bukan kegiatan utama saya dalam berdakwah. Ceramah saya dalam dakwah
ini tidak lebih dari 25 persen. Justru yang paling banyak adalah membangun
fondasi komunitas Muslim Amerika.
Tugas membangun fondasi ini dilakukan dalam banyak bentuk. Mulai dari
merancang program untuk komunitas, terutama untuk anak-anak muda dan remaja,
membangun networking antarkomunitas Muslim dengan berbagai ragam, kurikulum
sekolah Islam, termasuk weekend school, hingga kepada kegiatan yang bersifat
sosial budaya, seperti pawai tahunan Muslim kota New Yok yang dihadiri
ribuan umat setiap tahunnya.
Namun, di antara kegiatan saya yang paling menonjol dan tidak banyak
dilakukan oleh pemimpin Muslim lainnya adalah membangun relasi dengan
komunitas lainnya. Saya di Kota New York memang dikenal sebagai sosok imam
yang mampu menembus batas-batas ras, suku, dan agama. Artinya, saya dekat
dengan semua Muslim dari beragam suku dan latar belakang.

Bagaimana hubungan Anda dengan tokoh-tokoh agama lain?
Di New York, saya dikenal aktif di kegiatan lintas iman. Sejak peristiwa 11
September, saya melihat bahwa tidak mungkin umat ini akan mampu
menyelesaikan 'miskonsepsi' hanya dengan ceramah di mimbar-mimbar masjid.
Dan tidak mungkin akan bisa diselesaikan dengan mengandalkan diri sendiri.
Kita perlu reaching out ke berbagai pihak, dan bahkan perlu membangun kerja
sama dalam rangka merubah 'miskonsepsi' tersebut.

Saya kemudian melakukan komunikasi dengan tokoh-tokoh Kristen, Katolik,
bahkan Yahudi di kota New York. Selama hampir 10 tahun terakhir, sudah
banyak kegiatan antaragama yang pernah saya lakukan. Di antaranya adalah
mewakili umat Islam dalam acara Pray for America di Yankee Stadium dan
Diskusi Pembangunan Berkesinambungan di Gedung Putih dengan para pemimpin
agama lainnya.
Sejak tiga tahun terakhir, saya mencoba membangun relasi dengan tokoh-tokoh
Yahudi. Tujuannya adalah mencoba menepis anggapan bahwa umat ini membenci
Yahudi karena agamanya. Saya kira kita semua sepakat bahwa konflik Timur
Tengah merupakan akar permasalahan antarkedua komunitas ini.
Jadi, hubungan saya dengan tokoh-tokoh agama lainnya, Yahudi, Kristen,
Katolik, bahkan Hindu dan Buddha, sangat baik. Mereka memiliki confidence
terhadap saya sehingga saya diberikan kesempatan luas untuk memberikan
ceramah agama di institusi-institusi yang mereka miliki.

Sikap pemerintah AS terhadap kegiatan dakwah Anda?
Salah satu keunikan utama AS adalah penghormatan sepenuhnya kepada semua
orang untuk melakukan agamanya bahkan mengampanyekan (jika istilah ini
cocok) dengan agama masing-masing. Oleh karenanya, berdakwah di AS dijamin
oleh undang-undang, selama itu dilakukan dalam koridor hukum yang ada.
Saya tidak mengingkari adanya pihak-pihak yang mungkin khawatir dengan
perkembangan Islam di AS. Tapi, saya juga yakin bahwa pemerintah AS tidak
akan melakukan sesuatu yang nantinya dianggap diskriminatif terhadap agama
tertentu.

Anda tentu dituntut untuk menjelaskan hakikat Islam kepada masyarakat
non-Muslim. Bagaimana Anda menjelaskan hal ini pasca peristiwa 11 September?
Partama, kita perlu perjelas sekali lagi bahwa peristiwa 11 September adalah
tragedi kemanusiaan. Semuanya, termasuk umat Islam harus mengutuknya. Namun,
respons yang terjadi kemudian, termasuk perang Irak, adalah tragedi
kemanusiaan yang seharusnya ditentang bersama. Apa yang dilakukan oleh
Presiden Bush ketika itu jelas-jelas bertentangan dengan hukum, termasuk
hukum AS sendiri dan hukum internasional.
Selanjutnya, kita pahami bahwa tingkat kesalahpahaman kepada agama dan
komunitas Muslim sangat tinggi setelah 11 September. Untuk itu,
menghadapinya bukan sekedar ceramah-ceramah konvensional di masjid-masjid,
tetapi memerlukan pendekatan komprehensif dan dengan profesionalitas yang
matang.

Apa yang selama ini saya lakukan, selain tentunya melakukan berbagai
pendekatan pendidikan, seperti ceramah-ceramah di gereja, sinagog,
sekolah-sekolah dan bahkan kantor-kantor pemerintahan, juga kami lakukan
pendekatan kepada media yang kira-kira 'less hostile'.
Selain itu, saya buktikan dengan kerja nyata dalam membangun relasi dengan
komunitas lain. Penjelasan bahwa Islam itu bersahabat tak cukup dengan
ceramah, tapi perlu dengan kerja nyata dengan membangun relasi dengan semua,
termasuk komunitas non-Muslim.
Memang tidak mudah, tapi alhamdulillah, upaya-upaya kita selama ini sudah
mulai menampakkan hasilnya. Saya lebih optimistis lagi bahwa dalam
tahun-tahun ke depan, Islam akan semakin dikenal dan kaum Muslimin di satu
sisi juga akan menyadari urgensi untuk membangun relasi dengan para
tetangganya.

Di mana letak perubahan kehidupan keagamaan masyarakat Muslim New York, dari
sebelum Anda berdakwah dan setelah Anda berdakwah di tengah mereka?
Barangkali ada dua hal yang mendasar dari perubahan itu. Pertama, bahwa
tragedi 11 September mengubah prilaku umat, khususnya dalam menyikapi
tetangga-tetangga non-Muslim. Sebelum 11 September, masjid-masjid yang
ekslusif cenderung tidak membuka diri dengan tetangga.
Hal ini menjadikan banyak tetangga yang kemudian curiga terhadap mereka dan
kegiatan mereka. September 11 mengubah semua itu. Masjid-masjid membuka
diri, berbagai kegiatan lintas iman diadakan secara rutin.
Kedua, tragedi 11 September juga merubah komposisi masyarakat Muslim AS.
Sebelum peristiwa itu, pertumbuhan masyarakat Muslim masih didominasi oleh
imigrasi Muslim dari negara-negara Muslim. Tapi, setelah peristiwa tersebut,
peraturan imigrasi diperketat oleh pemerintah AS.

Namun sebaliknya, justru banyak masyarakat Amerika yang masuk Islam. Bagi
saya, ini sebuah tren yang baik karena generasi baru Islam bukan lagi
imigran, yang biasanya selalu merasa jadi tamu di negara sendiri.
Kedua kecenderungan itu semakin menambah solidaritas masyarakat Muslim
Amerika, dan bahkan saya yakin bahwa ke depan Muslim Amerika akan menjadi
bagian integral masyarakat Amerika yang memberikan kontribusi positifnya.
Ini sudah mulai tampak di berbagai tingkatan kehidupan, baik di bidang
politik, ekonomi, budaya, sosial, maupun keilmuan dan militer.

Bagaimana Anda yakin masyarakat Muslim AS bisa berkontribusi positif dalam
membangun negaranya?
Kalau kita mempelajari sejarah imigran di Amerika, seperti imigran Yahudi,
Italia, Irish, dan lain-lain maka imigran Muslim sebenarnya berada pada
posisi yang sangat menguntungkan. Puncak tantangan bagi masyarakat Muslim
adalah 11 September. Namun, dengan lancar dan dalam waktu yang singkat semua
itu dapat dilalui dengan baik.
Misalnya, bandingkan dengan imigran Yahudi. Hingga ratusan tahun mereka
harus hidup dalam suasana yang tidak menyenangkan. Apa yang disebut
antisemitic ketika itu sangat tinggi, dan mereka diperlakukan sangat tidak
manusiawi. Tapi kini, mereka menjadi masyarakat yang terhormat.
Maksud saya, ini hanya masalah waktu saja. Sebenarnya kalau kita melihat
komposisi masyarakat Amerika dari sudut pengelompokan agama, umat Islam
berada pada posisi yang menyenangkan. Rata-rata relatif muda, terdidik,
memiliki penghasilan yang rata-ratanya lebih tinggi dari rata-rata
penghasilan masyarakat Amerika. Yang lebih penting, mereka sudah memainkan
peranan sosial politik yang cukup menentukan. Ada dua orang anggota Kongres
yang Muslim, yaitu penasihat presiden Obama dan seorang wanita keturunan
Mesir.
Saya sangat optimis, seiring Islam yang sudah mulai dipersepsikan oleh
masyarakat Amerika secara lebih positif, umat Islam akan dengan lancar
menjalin proses 'integrasi positif' ke dalam mainstream Amerika. Pada
akhirnya akan memberikan kontribusi-kontribusinya secara positif kepada
negara dan bangsa ini di masa depan.
(koran.republika.co.id/koran/0/106723)
Index Koran

http://koran.republika.co.id/koran/0/106723/USTAZ_SYAMSI_ALI_Dakwah_di_AS_Ilmu_Syar_i_Saja_tak_Cukup
--
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang.
now surely by Allah's remembrance are the hearts set at rest.
N'est-ce point par l'évocation d'Allah que se tranquillisent les coeurs.
im Gedenken Allahs ist's, daß Herzen Trost finden können.
>> al-Ra'd [13]: 28

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: