Suami yang Sering Berdusta
Entah kapan saya punya keberanian untuk mengakui, mungkin
suatu saat tanpa harus saya ceritakan, isteri akan tahu sendiri bahwa suaminya
ini sering berdusta, dalam banyak hal. Kata orang, sepandai-pandainya menyimpan
bangkai, akan tercium juga. Sehebat apapun seseorang menyembunyikan kebohongan,
suatu saat akan terbongkar, bagaimana pun cara dan jalannya. Setiap dusta harus
ditutupi oleh dusta yang lain, parahnya semakin lama energi ini akan habis
terkuras karena fitrah manusia itu adalah kebenaran.
Ada nasihat yang bagus dari seorang sahabat sebelum saya
menikah. Mudah sekali membuat wanita bahagia, kuncinya ada di telinga. Telinga
dia dan telinga kita. Maksudnya, wanita itu hanya suka mendengar hal-hal yang
indah dan menyenangkan. Maka ketika berbicara dengannya cukup bicarakan yang
baik-baik, yang indah-indah dan hindari sesuatu yang bisa menyakitinya,
meskipun itu sebuah kejujuran. Sebaliknya, ketika ia berbicara maka sediakan
telinga kita seluas samudera untuk menampung segala cerita, kisah, curahan hati
hingga keluh kesahnya.
Akhirnya waktu itu pun tiba, saya tak bisa lagi menahan
untuk tidak bicara. Meskipun saya tahu, tanpa saya berterus terang pun isteri
sudah bisa merasakannya. Mata batinnya selalu menyala, jiwanya selalu terasah
untuk mampu menangkap sinyal-sinyal yang tak sesuai dengan kenyataan. Ia
seperti tahu banyak hal yang sering saya sembunyikan, karenanya buat apa juga
saya terus menahan hati untuk tidak berbicara empat mata dengannya.
Saya berterus terang, bahwa saya pernah mendustainya soal
makan. Setiap pulang kerja, isteri hampir tak pernah absen untuk menyiapkan
makan malam. Setiap kali isteri bertanya, "Makan sudah disiapkan, mau makan
dulu apa mandi dulu?". Nah disaat
seperti inilah saya kerap berdusta, saya selalu bilang belum makan dan selalu
menunggu untuk makan di rumah karena masakan isteri yang paling nikmat.
Padahal, sering sebelum pulang ada rekan yang mengajak saya makan, atau
teman-teman di kantor menyediakan makan malam. Saya berdusta untuk tetap
menghormati isteri yang sudah sepenuh hati menyiapkan masakan, akan bagaimana
perasaanya jika saya tak menyentuh makanannya?
Masih tentang makanan, saya juga pernah berdusta
berkenaan soal rasa. Kadang, mungkin karena ia terlalu letih mengurus rumah dan
anak-anak seharian, ada yang kurang dalam rasa masakannya. Kadang kurang garam,
atau terlalu manis. Saya harus menyembunyikan ekspresi saya ketika makanannya
kurang atau kebanyakan garam misalnya. Kalau soal yang satu ini, biasanya
isteri langsung tahu karena ia pun ikut makan. Paling-paling ia bilang, "iiih
kok nggak bilang kalau belum digaramin…" saya hanya tersenyum.
Saya pernah berdusta kalau sepulang kerja isteri
bertanya, "Abi capek nggak? Ada yang mau Ummi bicarakan…". Selelah apapun saya
saat itu, selalu saya bilang, "masih seger begini kok, ayo kita bicara…". Belum
satu jam berbicara, beberapa kali mata ini terpejam menahan kantuk. "iih diajak
bicara kok malah tidur…". Segera saya membelalakkan mata dan bilang, "Nggak,
tadi merem itu lagi menghayati kok…", sering pula isteri masih berbicara saya
benar-benar tertidur lelap. Esok paginya, saya benar-benar minta maaf
kepadanya.
Kadang isteri bertanya, "Abi ada waktu? Sedang tidak
sibuk kan?" Pertanyaan itu kerap ia lontarkan ketika saya sedang di rumah. Saya
belum bilang kalau hari itu ada kegiatan atau ada acara lain di luar rumah.
Tapi karena isteri yang meminta, maka saya katakan waktu saya sangat longgar
hari itu. Maka kami pun berjibaku menyelesaikan pekerjaan rumah, namun
diam-diam saya sambil kirim pesan singkat ke beberapa orang yang sudah
terlanjur janji bahwa saya datang telat.
Soal uang pun demikian. Saya sering berusaha untuk tidak berkata,
"tidak punya uang" saat isteri bertanya, "masih punya uang nggak? Uang belanja
sudah habis…" atau "anak-anak perlu beli buku baru, Abi masih ada simpanan?".
Tidak tega rasanya kalau harus "jujur" mengatakan saya tidak punya uang saat
itu. Saya hanya ingin membuat isteri tenang menjalani aktivitasnya sebagai ibu
rumah tangga tanpa harus memikirkan hal yang menjadi kewajiban saya. Jawaban
untuk pertanyaan diatas, biasanya yang keluar dari mulut ini, "Ooh, perlunya
kapan? Insya Allah akan selalu ada pada saat diperlukan."
Satu lagi dusta yang sangat umum dilakukan banyak suami,
meskipun sang isteri benar-benar tahu kalau suaminya berdusta dalam hal ini,
tetapi ia tetap senang dengan "dusta" suaminya ini. Yakni ketika suaminya
berkata, "Dik, kamu adalah wanita tercantik di dunia ini…" Ini bisa dibilang
jujur, bisa juga dibilang dusta, tergantung bagaimana memandang dan memersepsikannya.
Sejujurnya memang mungkin isteri kita bukanlah yang benar-benar tercantik di dunia,
karena boleh jadi secara fisik mungkin ada yang lebih cantik darinya. Tetapi,
jika ini diungkapkan berdasarkan perasaan cinta yang sebenarnya, maka wajar
jika di hati sang suami hanya kecantikan isterinyalah nomor satu di dunia,
bukan yang lain. Cantik wajahnya, terlebih hatinya. Ajaibnya, meskipun
terdengar "merayu" tetap saja semua isteri paling suka "dusta" yang satu ini.
Dik, maaf ya kalau suamimu ini sering berdusta… (gaw)
Bayu Gawtama
Life-Sharer
0852 190 68581
Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser. Dapatkan IE8 di sini!
http://downloads.
[Non-text portions of this message have been removed]
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar