Senin, 29 Maret 2010

[daarut-tauhiid] Bertaubatnya Si Gay

http://www.dakwatuna.com

Bertaubatnya Si Gay

Oleh: Yudi Rohim


dakwatuna.com – Pagi itu, hari senin sekitar pukul 7.30 tapi aku lupa
tanggal berapa di tahun 2005, aku tengah bersantai membaca koran pagi
ketika telepon itu berdering. Sebagai seorang marboth masjid, aku
harus melayani jamaah termasuk jika ada telepon.

Salam menyapa, "Assalamu'alaikum", sapaku.

"Wa'alaikumsalam", jawabnya.

"Maaf mas, boleh saya datang ke Al Ghifari", tanya si penelepon.

"Oh.. tentu boleh, silakan", jawabku.

Sekitar 1 menit kemudian terdengar lagi salam sambil mengetuk pintu
kamar marboth.

"Assalamu'alaikum".

"Wa'alaikumussalam". Aku keluar melihat siapa yang datang.

"Maaf mas saya yang tadi nelpon".

"Hah.. cepet amat, emang tadi nelpon dari mana?", tanyaku.

"Oh dari telepon umum yang ada di depan", jawabnya.

"Lho, kenapa ga datang aja langsung?". Dulu di depan masjid memang ada
telepon umum koin.

"Mmm, untuk memastikan aja ada orang atau ngga", katanya.

"Oh, silakan duduk mas". Kupersilakan ia duduk di kursi depan tempat
wudhu akhwat.

"Tahu dari mana telepon Al Ghifari?", tanyaku.

"Di depan kan ada tulisannya".

O iya ya pikirku. "Ada yang bisa saya Bantu?", tanyaku.

"Mmm, boleh saya cerita mas?".

"Boleh, silakan".

"Tapi mas jangan marah ya?".

"Lho kenapa saya harus marah?", tanyaku.

"Mmm, begini mas…".

Dia bercerita kepadaku panjang lebar tentang jalan hidupnya. Bermula
dari aktivitasnya selama di kampung halamannya yang aktif di remaja
masjid. Lalu diterimanya ia di IPB untuk kuliah. Wah, anak IPB juga
rupanya dan ternyata seangkatan. Itulah yang membuat kami kian akrab.
Aku fakultas MIPA, dia dari fakultas yang lain, cuma dia D3. Akhirnya
dia masuk ke inti pembicaraan. Semula aku mengira ia akan meminta
bantuan keuangan seperti banyak orang yang telah datang ke Al Ghifari
dengan berbagai alasan. Tapi ternyata aku salah, dia malah
menceritakan masalah penderitaan hidup yang dia alami selama ini.

Selama di IPB ia kesulitan masalah biaya. Tapi ia adalah orang yang
mandiri yang tidak mau menyulitkan orang tuanya. Maka ia berusaha
mencari uang sendiri mulai dari menjual koran hingga menyemir sepatu.
Sampai pada akhirnya, ia mengalah, sepertinya tidak mungkin meneruskan
kuliah dan ia pun memutuskan untuk berhenti. Di tengah usahanya
mencari kehidupan, ia bertemu seseorang yang baik yang ingin
menawarkan pekerjaan. Langsung saja ia terima tawaran tersebut, bahkan
ia ditawari tempat tinggal bersama orang tersebut di sekitar Ciapus.
Awalnya ia diperlakukan dengan sangat baik. Namun beberapa hari
kemudian ia merasakan hal yang aneh dalam rumah tersebut. Penghuni
rumah adalah laki-laki semua, tetapi kemesraan sesama lelaki terjadi
di sana. Sampai pada suatu saat ia dipaksa melakukan hal itu, sebab
jika tidak ia akan dibunuh. Ya, ia diper**** oleh sesama lelaki.
Setiap hari! Karena memang itu aktivitas penghuni jika sudah
berkumpul. Mulai dari sakit yang ia rasakan, tertekan batin sampai
kenikmatan dan ketagihan yang ia rasakan selama menghuni rumah
tersebut selama beberapa bulan.

Setelah itu, ia mangkal tiap malam di daerah Taman Topi dan depan
DPRD. Biasa, mencari pelanggan. (Ternyata ada lho di Bogor, mungkin
banyak). Dan itu ia lakukan selama sekitar 3 tahun lebih.

Namun suatu saat, ketika ia tengah bersantai sambil nonton sinetron,
ia mendapati sinetron yang katanya religius, tentang azab kepada kaum
gay. Menonton sinetron itu, ia ditertawakan oleh yang lain. Namun
setelah hari itu, ia merasa gelisah. Hatinya takut jika yang ia tonton
itu terjadi pada dirinya. (ternyata ada juga manfaat sinetron
begituan). Terlebih ia pun sudah mengidap penyakit kelamin. Ia
bingung, apa yang harus ia lakukan. Akhirnya ia memutuskan harus
keluar dari lingkungan itu. Ia pun kabur menuju keluarganya di daerah
Cibinong. Ia bercerita hal yang sama seperti yang ia ceritakan
kepadaku. Namun keluarganya tersebut malah mengusir dia dengan hinaan.
"Pergi kamu, jijik saya ngeliat kamu. Pergi..pergi..". Begitulah ia
menceritakan kepadaku. Hal itu membuat dirinya kecewa dan merasa tidak
berguna. Suatu saat ia ingin bunuh diri, tapi urung ia lakukan karena
takut. Akhirnya ia kembali lagi ke rumah itu. Beberapa bulan kemudian
dia kembali teringat sinetron itu. Dan kali ini dia memutuskan
benar-benar akan pergi. Entah ke mana, yang penting pergi. Lebih baik
mati dari pada hidup seperti itu. Begitulah katanya. Sampai tidak
sengaja dia melewati masjid Al Ghifari. Dia berharap ada yang bisa
membantu masalahnya, minimal memberikan dorongan moril buatnya.
Begitulah ia bercerita kepadaku sambil menangis.

Terus terang, sebenarnya aku pun merasa jijik mendengarnya, terutama
ketika ia bilang ia sudah terkena penyakit kelamin. Ingin aku
menjauhinya, meski tidak ingin mengusirnya. Tapi tidak tega, terlebih
ketika ia bilang, "mas saya ingin tobat, saya ingin pulang, ingin
bertemu ibu, ingin mencium kakinya". Tidak terasa air mataku pun
meleleh. Aku peluk dia. Entah… tiba-tiba hilang rasa jijikku. Yang aku
tahu, ada orang yang membutuhkan pertolongan saat itu. Mungkin inilah
tugasku menjadi seorang da'i yang bermanfaat bagi orang lain.

Aku tenangkan dia, lalu aku ajak masuk ke kamar marbot. Aku suruh
tunggu karena mau membeli makan buatnya. Setelah itu kami makan
bersama, terpaksalah aku membatalkan puasa sunnahku untuknya. Kemudian
aku tawarkan pengobatan kepadanya.

"Mau ga dibekam?".

"Apa tuh mas dibekam?".

Lalu aku jelaskan mengenai bekam.

"Ga mau ah mas, pasti sakit".

"Ya paling sakitnya sedikit".

"Ga ah, takut ngeliat darah".

Dia tak mau, akhirnya aku aja ia ke tempat temanku yang bisa refleksi.
Setelah diperiksa, ia memang menjerit ketika ditekan titik untuk
saluran pembuangan. Aku tidak langsung cerita ke temanku itu. Setelah
itu kami istirahat. Untuk meyakinkan diri kalau ia benar-benar ingin
taubat, aku tahan ia selama 3 hari di Al Ghifari. Setiap hari aku
kasih makan. Kadang diajak jalan-jalan. Bahkan aku ingin membuktikan
kalau ia dulu pernah aktif di remaja masjid. Ternyata ia memang bisa
baca Qur'an meski tidak lancar. Dia bilang, dia ingin lagi aktif
seperti dulu, belajar agama. Dia janji kalau sudah sampai rumah ia
ingin belajar agama lagi.

Ketika malam aku ajak dia tidur di dalam kamar. Dia menolak, tapi aku
paksa. Akhirnya dia mau. Kami tidur bersebelahan, karena memang tidur
di karpet. Aku terjaga tidak bisa tidur memikirkan yang terjadi hari
ini, kok bisa-bisanya aku mendapati hal ini. Sambil juga memikirkan,
khawatir aku diapa-apain waktu tidur. Tapi segera kusingkirkan pikiran
itu, terlebih dia sudah tertidur lelap, mungkin karena cape dan
menahan sakitnya.

Tiga hari sudah dia di Al Ghifari. Shalat 5 waktu, baca Qur'an. Aku
melihat sepertinya ada kesungguhan dalam dirinya untuk berubah.
Malamnya aku persiapkan perbekalan untuknya pulang kampung. Aku
berikan ia sebuah tas kenang-kenangan milikku, sebuah Al-Qur'an
satu-satunya yang sangat kusayangi, sebuah surat dan seluruh uang
mengajarku yang tidak seberapa. Tidak kupikirkan diriku yang tak punya
uang lagi, meski sempat bertanya dalam hati, entar gua makan apa ya.
Tapi bodo ah, yang kutahu manusia hanya akan mati kalau memang
rezkinya sudah habis. Sebelum berangkat, aku tawarkan ia untuk
bertahan di Al Ghifari. Tapi ia katakan tidak. Ia sudah bertekad untuk
pergi dari Bogor. Ia ingin kembali ke kampung halamannya dan memulai
hidup baru.

Aku antar ia sampai naik angkot. Dan terakhir kami berpelukan kembali.
Ia mengucapkan terima kasih. Dan ia berjanji akan kembali ke rumahnya
dan tidak akan kembali ke kehidupan yang jahiliyah itu lagi. Dan ia
pun akan mengingatku seumur hidupnya.

Setelah itu, baru aku cerita kepada marbot yang lain siapa orang itu.
Yang lain hanya bisa heran…

Ya Allah selamatkanlah dia dan kami. Tunjukilah jalan yang terbaik
buat dia dan kami. Ya Allah, Engkau Maha segalanya, jika Engkau tidak
sempat mempertemukan kembali di dunia ini, maka pertemukanlah kami di
surga-MU ya Allah…

Teruntuk saudaraku Yeri (bukan nama sebenarnya), moga engkau sehat
saja selalu dan telah sembuh dari penyakitmu. Semoga kau hidup bahagia
di samping ibumu, di kampung halamanmu, di Sumatra Barat. []

http://www.dakwatuna.com/2009/bertaubatnya-si-gay/


------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: