Kamis, 25 Maret 2010

[daarut-tauhiid] Agar Diri Dan Liqa Kita Berkah

http://www.dakwatuna.com<http://www.dakwatuna.com/2007/agar-diri-dan-liqa-kita-berkah/>

Agar Diri Dan Liqa Kita Berkah

Oleh: Musyaffa Ahmad Rohim, Lc <http://www.dakwatuna.com/author/musyaffa/>
------------------------------

*dakwatuna.com -* Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja
aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup (Maryam: 31)

Dalam banyak momentum, kita sering mendengar ungkapan: laisat al-'ibrah bi
al-katsrah, innamâ bi al-barakah (yang penting bukan banyak, tapi berkah).
Ada lagi ungkapan: al-harakah fîhâ al-barakah (keberkahan ada pada
pergerakan).

Saya tidak dalam konteks mengemukakan dalil atas dua ungkapan di atas. Akan
tetapi, saya hanya ingin menekankan pada kosa kata barakah yang berarti
keberkahan.

Menurut dalil-dalil Al-Qur'ân dan Al-Hadîts, banyak sekali hal-hal yang
dinyatakan memiliki keberkahan, misalnya Al-Masjid Al-Aqshâ, Allâh
–subhânahu wa ta'âlâ- menyatakan bahwa sekelilingnya adalah tempat yang
diberkahi oleh-Nya (Al-Isrâ': 1).

Misalnya lagi adalah Al-Qur'ân, Kitâb Allâh, ia adalah kitab yang Mubârak
(diberkahi oleh Allâh –subhânahu wa ta'âlâ). (Al-An'âm: 92, 155),
(Al-Anbiyâ': 50), (Shâd: 29), bahkan bukan hanya Al-Qur'ân yang diberkahi,
akan tetapi, malam waktu turunnya yang pertama kali juga merupakan lailatun
mubârakatun (malam yang diberkahi oleh Allâh –subhânahu wa ta'âlâ-)
(Al-Qadar: Al-Dukhân: 3), malaikat yang membawanya turun juga malaikat yang
mubârak, nabi yang menerimanya juga merupakan nabi yang mubârak, umat yang
menerimanya adalah ummatun mubârakatun (umat yang diberkahi), tempat
turunnya juga merupakan tempat yang mubârak dan semua yang berkaitan
dengannya adalah mubârak, sebab memang turun dari Dzât yang tabârak (yang
keberkahannya terus bertambah dan bertambah) (Al-Furqân: 1).

Lalu, adakah ayat yang secara eksplisit menjelaskan bahwa di dunia ini
adalah manusia yang mubârak? Dan adakah keberkahan manusia itu dapat
diupayakan, dalam arti, mungkinkan manusia "biasa" menghiasi diri dengan
suatu sifat dan akhlaq tertentu, atau ia melakukan sesuatu, lalu karenanya
ia menjadi manusia yang mubârak? Dan jika pertanyaan seperti ini kita bawa
kepada liqâ-ât (pertemuan-pertemuan) dan ijtimâ'ât (rapat-rapat) yang
manusia "modern" tidak dapat terlepas darinya, adakah di dunia ini liqâ-ât
atau ijtimâ'ât yang mubârakah?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti ini, marilah kita ikuti
potongan dari sebuah surat yang ditulis oleh Ibn Al-Qayyîm kepada Alâ'
al-Dîn, seorang "saudaranya".

Ibn Al-Qayyîm menulis demikian:

Dengan menyebut nama Allâh, Yang Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang.

Allâhlah Dzat tempat kita meminta Yang Diharap Keterkabulannya. Semoga Dia
berbuat ihsân kepada al-akh 'Ala' al-Dîn di dunia dan akhirat, menjadikannya
orang yang bermanfaat dan membawa keberkahan di mana pun ia berada. Sebab,
keberkahan seseorang ada pada:

- Pengajarannya terhadap segala macam kebajikan di mana pun ia berada,
dan
- Nasehat yang ia berikan kepada semua orang yang ijtimâ' (berkumpul,
rapat) dengannya.

Saat menceritakan tentang nabi 'Îsâ –'alaihi al-salâm- Allâh –subhânahu wa
ta'âlâ- berfirman:

"Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada".
(Maryam: 31)

Nabi 'Îsâ – 'alaihi al-salâm- menjadi manusia yang membawa berkah adalah
karena ia:

1. Menjadi guru kebajikan
2. Juru dakwah yang menyeru manusia kepada Allâh –subhânahu wa ta'âlâ-
3. Mengingatkan manusia tentang Allâh –subhânahu wa ta'âlâ-
4. Mendorong dan memotivasi manusia untuk taat kepada Allâh –subhânahu wa
ta'âlâ-

Inilah bagian dari keberkahan seseorang, siapa saja yang tidak memiliki hal
ini, maka, ia telah kosong dari keberkahan, keberkahan eksistensi dan
ijtimâ' (berkumpul, rapat) dengannya telah dihapus, bahkan, keberkahan
orang-orang yang liqâ' (bertemu) dan ijtimâ' (berkumpul, rapat) dengannya
juga dihapuskan, sebab, ia hanyalah:

1. Membuang-buang waktu dalam kehidupan, dan
2. Merusak hati.

Dan semua âfat (bencana, problem, musykilah) yang datang kepada seorang
manusia, penyebabnya adalah waktu yang tersia-sia dan hati yang rusak, dan
keduanya merupakan akibat dari:

1. Tersia-sianya "posisi" dia di sisi Allâh –subhânahu wa ta'âlâ-, dan
2. Turunnya tingkatan dan kedudukan dia di sisi Allâh –subhânahu wa
ta'âlâ-

Oleh karena inilah, sebagian masyâyikh berpesan:

"Waspadalah, jangan mukhâlathah (berkumpul, bergaul) dengan seseorang yang
menyebabkan waktu terbuang sia-sia dan menyebabkan hari rusak, sebab, jika
waktu telah terbuang sia-sia, dan hati rusak, maka segala urusan manusia
menjadi berantakan, dan ia termasuk dalam cakupan firman Allâh –subhânahu wa
ta'âlâ-:

"Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas". (Al-Kahfi: 28).

Dan siapa saja yang mencermati keadaan manusia di bumi ini, ia akan
mendapati bahwa mereka – kecuali sangat-sangat sedikit – termasuk dalam
kategori:

1. Orang-orang yang hatinya lalai dari mengingat Allâh –subhânahu wa
ta'âlâ-
2. Orang-orang yang mengikuti hawa nafsu

Akibatnya, segala urusan dan kemaslahatan mereka menjadi tercerai berai,
tidak membawa manfaat kepada mereka, bahkan madharatnya malah menimpa
mereka, baik urusan di dunia maupun akhirat

Dari kutipan panjang di atas, ada beberapa pelajaran yang bisa kita catat
untuk kehidupan dakwah kita sekarang ini, antara lain:

1. Seseorang dapat menjadi sumber keberkahan, manakala memiliki sifat dan
karakter sebagai berikut:
- Menjadi guru untuk segala macam kebaikan
- Memberi nasihat kepada semua orang yang ia temui dan yang berkumpul
dengannya
- Menjadi juru dakwah yang mengajak manusia untuk kembali kepada Allâh
–subhânahu wa ta'âlâ-
- Menjadi pengingat manusia agar mereka tidak lalai
- Memotivasi manusia untuk terus taat kepada Allâh –subhânahu wa
ta'âlâ-
2. Jika seseorang tidak memiliki karakter di atas, maka, ia telah menjadi
manusia yang tidak memiliki keberkahan, bahkan keberadaannya menjadi
penyebab hilangnya keberkahan.
3. Suatu liqâ' atau ijtimâ' dapat menjadi berkah manakala diisi oleh
orang-orang yang memiliki karakter di atas, dan agendanya memang memenuhi
criteria seperti itu pula.
4. Jika suatu liqâ' atau ijtimâ' telah kehilangan suasana seperti di
atas, maka liqâ' atau ijtimâ' itu hanyalah membuang-buang waktu dan merusak
hati saja.
5. Liqâ' atau ijtimâ' yang tidak memenuhi kriteria seperti di atas,
menjadi penyebab segala urusan dan kemaslahatan berantakan dan berakibat
mendatangkan segala macam kemadharatan.
6. Suatu liqâ' atau ijtimâ' bisa saja kehilangan kriteria-kriteria
seperti di atas, jika para pengisinya, atau pemimpinnya, atau pesertanya
telah jatuh di Mata Allâh –subhânahu wa ta'âlâ-, na'ûdzu billâh min dzâlik.

Surat Ibn Al-Qayyîm ini merupakan surat seorang mujarrib (berpengalaman)
yang – insyaAllâh – dengan bashîrah-nya telah memberikan penerangan kepada
kita, bagaimana seharusnya kita mengelola liqâ'ât dan ijtimâ'ât kita, agar
kita, liqâ'ât dan ijtimâ'ât kita menjadi sumber keberkahan dalam kehidupan
di dunia ini yang akan kita nikmati hasilnya di surge nanti, bi-idznillâh,
Amin.

http://www.dakwatuna.com/2007/agar-diri-dan-liqa-kita-berkah/


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: