Posted on 01. Jun, 2011 by Oki Aryono in Sahabat Berbagi
Oleh Miftahul Jinan*
Rasulullah Muhammad saw. memberi tuntunan untuk berganti posisi saat
kita emosi. Jika kita marah dalam posisi berdiri, maka dianjurkan
untuk mengambil posisi duduk. Begitu pula saat kita duduk, maka
dianjurkan untuk mengambil posisi berbaring. Diharapkan dengan
bergantinya posisi kita, maka emosi dan amarah kita lebih mudah
dikendalikan.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah tuntunan Rasulullah saw. ini
mudah untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari? Kita harus
mengakui mungkin banyak dari kita telah mengetahui tuntunan ini.
Tetapi pada satu sisi, mungkin juga sangat sedikit dari kita telah
mempraktikkannya saat emosi benar-benar memuncak. Minimal terdapat dua
hal yang menjadi alasan mengapa kita agak sulit mempraktikkan tuntunan
ini:
Tuntunan Rasulullah saw. tentang amarah ini seringkali disampaikan
hanya secara lisan dengan hanya melibatkan aspek berpikir anak.
Sementara seseorang tidak akan mampu berpikir dengan jernih saat telah
tiba amarahnya. Sehingga saat tiba marah seorang anak betul-betul
tidak ingat sama sekali tentang tuntunan marah ini, sampai saat emosi
sudah reda maka seorang anak baru menyadari dengan pikiran jernih
bahwa dirinya telah melakukan hal-hal yang tidak terkendali
sebelumnya.
Kita tidak pernah dididik untuk mengidentifikasi tanda-tanda
datangnya emosi pada tubuh kita. Seseorang yang datang amarahnya
biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan pada tubuhnya. Seperti
telinga yang terasa lebih hangat dari biasanya, mata berkunang-kunang,
jantung berdegup lebih kencang, dan lain-lain. Dengan dididik untuk
dapat mengidentifikasi tanda-tanda datangnya emosi, maka kita dapat
melakukan beberapa hal yang dapat mengurangi dampak marah lebih hebat
lagi.
Bagi orang tua, apa yang dapat diambil dari tuntunan Rasulullah saw.
tentang emosi ini? Suatu hari saya meminta anak kedua saya (usia 6
tahun) yang telah menyelesaikan permainan pertamanya untuk merapikan
peralatan bermain sebelum mengambil peralatan bermain kedua.
Permintaan saya pertama, kedua, bahkan ketiga tidak mereka respon
dengan baik. Bahkan bahasa tubuhnya menunjukkan bahwa ia tidak senang
dengan permintaan tersebut.
Melihat kondisi ini maka saya mengangkat anak saya dengan lembut untuk
saya dudukkan di atas kursi dan saya mengambil kursi yang lain untuk
duduk di depannya. Posisi kami berhadap-hadapan dengan tinggi postur
yang hampir sama dengan anak dan pandangan mata langsung ke matanya.
Kemudian saya berkata dengan lembut dan tegas. "Adik boleh bermain
dengan permainan baru, jika permainan yang lama telah dikembalikan
pada tempatnya. Abi/Ayah akan membantu Adik merapikannya."
Subhanallah, anak tersebut dengan penuh kesadaran langsung memulai
merapikan permainannya – tentunya dengan pertolongan orang tuanya-
tanpa bantahan dan bahasa tubuh yang lebih menerima.
Apa rahasia di balik cerita di atas sehingga dia lebih menerima
omongan saya tanpa bantahan? Di antaranya adalah:
1. Pindah posisi mengurangi kadar emosi
Berpindahnya postur anak dari berdiri saat main menuju duduk sangat
mengurangi tingkat bantahan anak terhadap permintaan kita. Sebagaimana
seseorang yang emosi dalam posisi berdiri akan lebih mudah turun
emosinya jika berganti posisi menjadi duduk.
2. Posisi sejajar terkesan lebih egaliter
Posisi badan yang sejajar antara orang tua dan anak akan membuat anak
lebih mudah menerima apa yang disampaikan oleh orang tuanya. Ia merasa
bahwa orang tuanya sangat menghargainya.
3. Face to face indikasikan keseriusan
Pandangan yang lembut langsung ke mata anak menunjukkan orang tua
sedang bersungguh-sungguh terhadap apa yang sedang disampaikan.
4. Suara lembut akan menurunkan tensi
Suara yang rendah dan tenang dari orang tua kepada anak akan mendorong
anak untuk tidak melakukan bantahan terhadap perkataan orang tuanya.
Berikut ini beberapa tips tambahan yang terkait dengan memperhatikan
postur saat berbicara dengan anak:
Menurunkan tubuh setinggi anak
Menatap mata anak dengan lembut
Mengusap punggung atau perut (hanya saat anak terlihat kurang tenang)
Mengubah nada suara, berkata dengan suara tegas tetapi lembut
Mengulangi apa yang dikatakan oleh anak
Memberi kesempatan anak untuk menyampaikan isi hatinya hingga
selesai tanpa sela
Mempertahankan ketenangan saat menyampaikan isi pembicaraan.{}
*Pengasuh Filla Parenting Forum Back to Home, Back to Family
http://www.ydsf.org/blog/sahabat-berbagi/memperhatikan-postur
------------------------------------
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar