Thu Sep 29, 2011 8:26 pm (PDT)
Dear Allz….
Hehehe…belum menyapa, saya
sudah nyengir duluan…Kebiasaan yang sulit dihilangkan niiih….Aaaah, mau Tanya-tanya
dulu aja , ya : Apa kabar semua teman dan sahabatku ?
Semogaaaa…di hari baik dan
bulan baik ini, semua teman dan sahabatku dalam keadaan yang sehat-sehat dan
ceria. Sehat dan ceria itu kan artinya sehat lahir batin. Tidak hanya sehat di
luar, sehat fisiknya, hatinya juga riang gembira….Kata para ahli, hati yang
gembira membuat kita sehat dan awet muda. Percaya khaaan ? Jadi memang
sebaiknya, kita berusaha untuk selalu gembira…paling tidak ya, tersenyumlah
kepada saya…J
Eeeeh, lama juga ya kita
nggak ngobrol-ngobrol ? Seminggu…dua minggu…waaah, hampir sebulan saya tidak
mengudara. Nggak usah pakai maklum-maklum deh…sudah ketahuan alasannya…hehehe.
Alasan si kaki seribu yang suka pergi kemana saja…mengikuti arah angin…Hmmh…asalkan
arah anginnya tetap terarah, tidak asal jalan dan asal terbang kian kemari…Seperti
serat pohon randu yang diterbangkan angin…
Ahaaaa….mumpung ngomong
tentang serat pohon…eh, maksud saya serat buah randu. Sudah pernah tahu ? Itu
lhooo…si kapuk yang jadi teman tidur kita, pengisi bantal dan pengantar ke alam
mimpi. Si kapuk randu ini punya banyak cerita, yang barangkali terlewatkan oleh
kita. Kali ini, boleh saya sampaikan cerita tentang sebatang pohon randu ?
Kalau boleh….mariiiiiii…kita
duduk-duduk dulu…santai dulu…sambil menunggu waktu bergulir. Sambil menunggu akhir
pekan yang sudah di depan mata. Beginilah ceritanya….hehe…
Selamat menikmati…semoga
berkenan….
Jakarta, 29 September 2011
Salam hangat,
Ietje S. Guntur
♥♥♥
Art-Living Sos 2011 (A-9
Thursday, September 29, 2011
Start : 9/29/2011 3:22:12 PM
Finish : 9/29/2011 4:57:39 PM
NYANYI RINDU POHON RANDU…
Saya sedang berlibur. Eeeh…tepatnya sedang
bertugas, sambil menikmati suasana…Mirip liburan. Biasa begitu…sambil menyelam minum air…hehe… Menikmati kebersamaan dengan sahabat-sahabat
saya. Sambil menjalankan tugas, kami pun
dapat bersantai menikmati suasana dari atas bukit. Maklum tempatnya juga asyik
untuk berlibur. Namanya Bukit Randu, di Lampung.
Sesuai dengan namanya, lokasi tempat saya dan
sahabat-sahabat saya menginap memang merupakan kawasan yang banyak pohon randu.
Pohon yang tinggi menjulang, dengan buah-buah yang bergantung seperti lampu
hias berwarna kehijauan. Di bulan Agustus seperti ini, pohon randu atau dikenal
juga dengan sebutan pohon kapuk, memang sedang musim buah. Tapi berbeda dengan pohon
lain yang enak dimakan buahnya, justru pohon randu ini lebih bermanfaat serat
buahnya untuk pengisi kasur dan bantal.
Entah kenapa, setiap kali melihat pohon randu,
dengan buah-buahnya yang rapi berjejer di dahan dan rantingnya, saya selalu
merasa terharu. Pohon yang tampak kokoh,
tidak banyak berhias daun. Sekilas tampak gersang, namun selalu dipenuhi dengan
buah yang bermanfaat. Angan saya pun melayang…melewati lembah dan bukit…melewati
puncak bukit Randu yang temaram di dalam pelukan malam….
♥
Ingat pohon randu, saya jadi ingat ketika pertama
kali melihat buah randu pecah dan seratnya bertebaran seperti salju. Sebagai
anak yang dibesarkan di Sumatra saya nyaris tidak pernah memperhatikan
kehadiran pohon randu di sekitar saya.
Maklum, di Sumatra terlalu sering musim hujan, sehingga buah kapuk selalu
tampak hijau, tapi tidak menarik untuk dipetik. Bagi saya, dan sebagian besar
anak-anak pada masa itu, pohon yang menarik adalah pohon yang bisa dipanjat dan
dipetik buahnya. Pohon randu ? Apanya yang mau dipanjat ? Buah apanya yang mau
dipetik ?
Ketika liburan sekolah saat masih SD, kami berkunjung
ke kampung halaman ayah saya di Jawa . Saat itu bulan Agustus, dan sedang
terik-teriknya cuaca di sebagian besar pulau Jawa. Saya melihat ada sebatang
pohon yang tinggi sekali. Dan tiba-tiba
ketika angin bertiup, buahnya seperti meledak…lalu serat kapuk itu bertaburan. " Itu pohon randu. Pohon kapuk ! Yang isinya
untuk bantal di rumah," kata ibu saya menjelaskan, melihat saya terheran-heran.
Betul. Saat itu saya hanya terpana. Kagum. Belum pernah saya
melihat pohon kapuk yang berbuah dan pecah seperti ini . Dalam hitungan detik, saya
tersadar. Terbakar oleh kegembiraan. Lalu bersama dengan anak-anak kecil
lainnya, kami berlarian mengejar serat-serat kapuk yang beterbangan kian kemari
. Rasanya sangat senang ketika serat kapuk mendekat, lalu ketika hampir
mencapai ketinggian yang terjangkau, ditiup lagi dengan sekuat tenaga….Serat kapuk akan terbang lagi semakin tinggi…dan
kami tidak bosan mengejarnya sampai kelelahan sendiri…hehehe…
Begitulah…masa libur saya di Jawa, dan di
sudut-sudut kota Jakarta yang kala itu masih mirip dengan kampung besar hampir setiap hari saya isi bersama
teman-teman sebaya, sambil berkejar-kejaran dengan kapuk yang beterbangan. Saat
itu juga saya baru tahu, bahwa kapuk yang setiap malam menemani saya tidur di
dalam buntalan kasur dan bantal serta guling berasal dari buah pohon randu.
♥
Memang kapuk, atau randu yang nama kerennya Ceiba
pentandra adalah bahan utama pengisi kasur atau tilam untuk tidur. Kapuk
ini memang tanaman tropis, dan berasal dari Amerika Selatan, Amerika Tengah dan
Karibia. Mungkin kedatangannya ke Indonesia juga berkat perjalanan para
penjelajah samudra, yang kemudian mengembangkannya di Nusantara.
Seratnya yang empuk dan dapat menahan berat tubuh
serta mengalirkan udara di antara tumpukan seratnya membuat kapuk menjadi
pilihan utama yang cukup aman dan nyaman dibandingkan dengan bahan sintetis. Kapuk
ini dapat bertahan cukup lama sebelum dia menjadi dingin atau mengeras.
Biasanya, untuk membuat kasur dan bantal kapuk menjadi empuk dan gembur, maka
kita harus sering menjemurnya di bawah sorotan panas matahari. Setelah kapuk di
dalam buntalan atau sarung kasur menjadi kering, maka udara akan mengalir lagi
di sela-selanya, dan kasur pun empuk kembali.
Jadi ingat juga niiiiih….duluuuu banget, jaman
saya SMP dan SMA, tugas menjemur kasur setiap minggu adalah tugas saya. Kadang
dibantu oleh salah seorang adik saya. Entah karena saya kelebihan tenaga, atau
karena memang jatah anak sulung…( hahaha)…ayah saya selalu menyuruh saya
mengangkut kasur kapuk itu untuk dijejer di halaman dan dijemur. Lalu…sambil
menunggu kapuk mengering, maka kami akan
memeriksa celah-celah jahitan buntelan atau sarung kasur. Biasanya di situ suka
bersarang kepinding atau tumbila, yang mirip kutu, dan kadang iseng menggigiti
manusia.
Sambil menjemur kami juga harus menebah-nebah kasur. Dipukuli
dengan tebah terbuat dari jalinan rotan yang mirip dengan raket bulutangkis. Tujuannya
agar debu yang melekat dan segala mahluk penghuni kasur akan pergi…hehe…Selain
itu tentu agar kasur menjadi empuk. Memang…setelah dijemur dan dipukuli,
malamnya saya akan tidur lebih nyenyak. Dengan kasur lembut dan hangat. Dan
tentu saja…dengan mimpi yang lebih berwarna…hmh….
Dipikir-pikir, lucu juga yaaaa…rekreasi hari libur
kok menjemur dan memukuli kasur kapuk…hahahaha…
♥
Ngomong-ngomong tentang pohon randu , memang
sekilas pohon ini biasa saja. Bukan pohon idaman produktif yang bisa diambil
kayunya , semisal pohon jati atau kayu yang dapat dimanfaatkan untuk rumah dan
perabotan lainnya . Atau seperti pohon beringin rindang yang sering menjadi tempat berteduh.
Pohon randu yang nyaris gersang, dan berdaun agak
jarang, membuat dia hanya ditanam untuk dipanen sekali setahun. Sebagai pengisi
kasur dan bahan pelapis lainnya. Baru belakangan, setelah diketahui manfaatnya,
dia mulai ditanam secara komersial dan menjadi komoditi andalan untuk
meningkatkan ekonomi. Di beberapa daerah di Jawa, kapuk merupakan salah satu
penyumbang ekonomi bagi perkembangan daerah. Sehingga namanya pun dikenal
sebagai kapuk Jawa.
Khusus di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, para
petani sering memanfaatkan siklus pohon randu sebagai penanda musim. Yaitu
musim tanam dan musim panen. Biasanya di bulan-bulan Januari-Maret pohon randu
akan mulai berdaun hijau, karena dia banyak menyerap air dari musim hujan. Para
petani yang mengamatinya akan mulai
bercocok tanam, terutama padi mengikuti siklus daun pohon randu ini.
Dan ketika pohon randu mulai merontokkan
daun-daunnya, saat buahnya mulai matang, maka pada saat itulah petani akan
memanen hasil sawahnya. Musim panen biasanya dilakukan pada bulan Juli sampai
September atau awal Oktober, pada saat
kemarau, di mana matahari sedang
memancar dengan teriknya .
Berabad-abad kebiasaan mengikuti siklus randu ini
membuat para petani di Jawa juga menanam pohon randu di halaman rumahnya, atau
di tegalan sawahnya. Bahkan hingga saat ini, ketika musim sudah berubah-ubah,
dan jenis padi yang ditanam tidak membutuhkan waktu panjang, para petani masih
bersahabat dengan pohon randu. Unik juga, ya…
♥
Bertahun kemudian, selama tinggal di Jakarta, saya
masih suka mengamati pohon randu. Memang sekarang jumlahnya tidak sebanyak
bertahun-tahun lalu. Pohon randu dan banyak pohon lainnya harus berebut tempat
dengan perumahan penduduk. Tapi seringkali, di sela-sela rumah yang
berhimpitan, tampak sebatang pohon randu menjulang, dan sesekali melepaskan
serat kapuknya yang mirip salju. Dan di antara ranting-rantingnya biasanya
burung-burung akan berkicau riang, sambil mematuk ulat-ulat pohon randu yang
konon cukup lezat cita rasanya…
Ahaaa…Barangkali juga, karena bentuknya yang
gersang itu, pohon randu atau kapuk justru banyak member ilham bagi seniman.
Banyak puisi dan lagu yang menceritakan tentang pohon randu ini. Kadang-kadang
sisi jiwa seni saya pun tergerak melihat pohon randu. Entah mengapa,
kegersangan pohon randu terkadang membuat hati tergelitik. Seperti melihat
seseorang yang sedang kesepian di tengah keramaian. Aaachh…romantis sekali…
Itu sebabnya juga saya sering merasa sedih bila
melihat pohon randu ditebang tanpa alasan yang jelas. Mungkin dia memang tidak
produktif. Tapi saya yakin burung-burung masih suka bertengger dan bernyanyi di
dahannya sambil mematuk-matuk ulat yang menjadi makanannya.
Seperti saat ini, ketika melihat sebatang pohon
randu di Jakarta Selatan, yang ditebang dengan semena-mena. Hati saya rasanya
teriris. Ingat burung-burung yang bernyanyi riang. Ingat petani yang
mengandalkan siklus randu untuk penanda musim , ingat keceriaan masa
kanak-kanak ketika berlarian mengejar serat-serat buahnya…oooh…
Menatap pohon randu yang telah rebah, hati saya
pun tergugah. Usia perjalanannya memang telah usai. Tapi selama dia berdiri
gagah di sana, dia telah memberikan kehidupan banyak sekali kepada mahluk lain
di sekitarnya. Bahkan ketika dia telah menjadi potongan kayu-kayu kecil, ia
masih kuat untuk dibuat pagar atau bahan bakar untuk masak.
Saya termenung. Sebatang pohon randu yang
biasa-biasa saja telah memberi hidupnya dengan banyak manfaat. Sekarang…apa
yang sudah kita berikan kepada kehidupan ini ? Apakah kita sudah memberikan
kegembiraan kepada lingkungan kita ? Apakah kita sudah menjadi panutan bagi
sekitar kita ? Apakah kita cukup kuat untuk menjadi pelindung dan pagar bagi
orang yang kita sayangi dan kita cintai ???...
Aaaah…semoga saja…Ada ilmu yang dapat kita pelajari dari sebatang pohon randu
yang bernyanyi rindu…
Jakarta, 29 September 2011
Salam hangat,
Ietje S. Guntur
Special note :
Terima kasih untuk
sahabat perjalananku…mb Irma dan Mey…Ingat saat yang lucu di Bukit Randu, ya….hehehehe…sangat
inspiratif…J…Terima kasih
juga untuk sebatang pohon randu di Senayan, yang menjadi inspirasi tulisan ini…