Jumat, 23 September 2011

[daarut-tauhiid] Diguncang Prahara Kehidupan

 

Diguncang Prahara Kehidupan

By: M. Agus Syafii

Dalam kehidupan tidak ada orang yang pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Seringkali kita tenggelam dalam kebahagiaan kemudian terhenyak disaat diguncang prahara. Maka disaat itulah mengubah cara pandang seseorang memahami kehidupan. Demikian halnya terjadi pada seorang bapak yang tidak menyadari, karena dianggapnya semua baik-baik saja sampai terjadi perpisahan. kesepian itu hadir setelah perceraian dengan seseorang yang semula diharapkan menjadi teman dalam perjalanan hidup ternyata menimbulkan berbagai perasaan lain yang mengiringinya. Rasa menyesal atas keputusan yang tergesa-gesa hanya terdorong rasa jengkel, marah dan benci, merasa dikhianati oleh perbuatan istri yang dinilai menjatuhkan harga dirinya. Timbul kesulitan demi kesulitan menerpa hidupnya.

Merasa bersalah karena keputusannya telah membuat diri dan anak-anaknya jatuh ke dalam keadaan yang lebih menderita. Pandangan keluarga, masyarakat, problem keuangan dan berbagai pertentangan batin membuat dirinya menjadi lebih tertekan. Namun beruntunglah ketekunannya dalam mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala membuat ia lebih tahan terhadap berbagai derita yang datang dan dalam menghadapi penilaian negatif dari siapapun juga. Justru dalam kesepian dan kesendirian , ia makin mengenal dan menemukan dirinya, makin mengenal hakekat hidup dan berusaha mengisinya dengan hal-hal yang positif bagi dirinya sendiri, bagi anak-anak dan bagi masyarakat sekitarnya. Semua itu tidak diperoleh begitu saja. Tetapi berkat ketekunan dan usahanya mendekatkan diri kepada Allah.

Kesempatan berbagai kegiatan di Rumah Amalia membuat dirinya semakin menyadari bahwa masih banyak yang bisa dilakukan untuk kebaikan bagi sesama. Ia menyadari cobaan dan penderitaan di dalam hidup masih akan dijumpainya, namun berharap bisa melewati semua itu sampai saat akhir tiba. Tidak ada lagi rasa benci, dendam dan penyesalan, tidak ada lagi rasa sepi dan sendiri atau tertekan batin seperti dulu lagi. Pada akhirnya derita itu mengubah cara pandangnya dalam memahami kehidupan bahkan lebih mencerahkannya dalam menilai kehidupan. Senantiasa berpikir positif yaitu dengan bersyukur dan bertawakal kepada Allah.

'Katakanlah, 'Apa yang menimpa kami ini telah Allah gariskan. Dialah pelindung kami. Hanya kepada Allah semata, semestinya orang-orang beriman itu bertawakal' (QS. al-Taubah : 51).

Wassalam,
M. Agus Syafii
--
Yuk, raih kebahagiaan di hari kemenangan dg hadir pada kegiatan "Hari Nan Fitri Bersama Amalia" (HANIF), Ahad, 23 Oktober 2011 Jam 9.sd 12 siang di Rumah Amalia. Bila berkenan berpartisipasi Paket sembako, baju baru untuk anak2, konsumsi, peralatan sekolah. Kirimkan ke Rumah Amalia Jl. Subagyo IV blok ii, No. 24 Komplek Peruri, Ciledug, Tangerang 15151. Dukungan & partisipasi anda sangat berarti bagi kami. Info: agussyafii@yahoo.com atau  SMS 087 8777 12 431, http://agussyafii.blogspot.com

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: