Rabu, 21 September 2011

[daarut-tauhiid] Riwayat Alquran Bombay

Edisi Lebaran

Riwayat Alquran Bombay

Jumat, 26 Agustus 2011 - 18:45:09 WIB

[image:
http://www.majalah-historia.com/foto_berita/2016lintasan_Alquranbombay.jpg]*Dulu
Alquran Bombay tersebar luas, kini kurang diminati. Ia terpojok oleh Alquran
ayat pojok.*

UMAT Muslim sedunia mengutuk aksi nekat Terry Jones yang akan membakar
Alquran pada peringatan ke-9 tragedi 11 September 2010. Jika pendeta gereja
kecil di Gainesville, Florida, Amerika Serikat, itu jadi membakar Alquran,
kehidupan beragama pasti terancam. Namun, bagaimana jika pembakaran Alquran
terjadi di Indonesia?

Dua tahun sebelum pembentukan Lajnah Pentashih Alquran pada 1957, terjadi
peristiwa yang diingat banyak orang: "Pembakaran beberapa ribu mushaf
cetakan Bombay di Lapangan Banteng, persis pada hari Idulfitri, karena
mengandung beberapa kesalahan," tulis *Tempo*, 14 April 1984.

Bisa jadi, peristiwa itu menjadi salah satu latar belakang pembentukan
lembaga yang bertugas untuk mentashih (memeriksa atau mengoreksi) setiap
mushaf Alquran yang akan dicetak dan diedarkan kepada masyarakat Indonesia.
Tujuannya, "untuk menjaga berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
Alqur'an," tulis *lajnah.kemenag.go.id.*

Alquran Bombay merupakan mushaf paling populer. Sejak pertengahan abad
ke-19, Alquran Bombay beredar luas di kawasan Asia Tenggara. Peredarannya
dapat dilihat dari peninggalan mushaf India di beberapa tempat: Palembang,
Demak, Madura, Bima, Malaysia, hingga Filipina Selatan. Bahkan, menurut I.
Proudfoot, kepala Asian History Centre Australian National University,
Australia, percetakan litograf (cetakan batu) Alquran pertama di Nusantara
oleh Haji Muhammad Azhari ibn Kemas Haji Abdullah Palembang pada 1854
terinspirasi oleh percetakan Alquran di India.

Pada 1850-an, Palembang menjadi komunitas Arab terbesar di Asia Tenggara.
Bersama Sumatra Barat, daerah ini menjadi partisipan tertinggi dalam ibadah
haji. Azhari adalah generasi ketiga rombongan ibadah haji –ayah dan kakeknya
telah menjalankannya. Setelah bertahun-tahun di Tanah Suci, dia melanjutkan
studi di al-Azhar, Kairo, Mesir. Setelah itu, selama perjalanan pulang
dengan kapal dari Timur Tengah ke Singapura, terutama sebelum Terusan Suez
dibuka, "biasanya kapal singgah di sekitar pelabuhan India, dan sangat
mungkin Azhari bekerja di Bombay" tulis Proudfoot dalam "Early Muslim
Printing in Southeast Asia," *Libi, *Vol. 45, 1995.

Selama di Kairo dan India, Azhari mengenal dan mempelajari percetakan
Alquran. Percetakan di India menggunakan teknik pencetakan baru, yaitu
litograf yang populer di Eropa selama 1806-1817 terutama untuk karya seni,
dan dibawa ke India oleh East India Company pada 1824. Pada 1850, pusat
percetakan didirikan di Lucknow-Cawnpore, Agra, Delhi, Lahore, dan Hyderabad
(Deccan).

"Pada dekade terakhir abad ke-19, litograf Alquran […] tafsir dan
sejenisnya dalam bahasa Melayu dan Jawa dicetak di Bombay (bersama banyak
karya sastra populer), Lucknow-Cawnpore, Mekah, Kairo dan Istanbul," tulis
Proudfoot.

Di Singapura, persinggahan terakhir sebelum menuju Palembang, Azhari membeli
litograf untuk mencetak Alquran. Di sana, dia menemukan lima percetakan
komersial yang dimiliki orang Eropa. Salah satunya Mission Press, yang
dijalankan seorang misionaris Protestan, B. P. Keasberry. Pada 1849, dia
menggunakan teknik ini untuk mempublikasikan autobiografi seorang pujangga
dan perintis sastra Melayu modern Abdullah bin Abd al-Qadir Munsyi.
Keasberry yang lahir di Hyderabad telah berhubungan dengan perkembangan
percetakan di India. Tak diragukan lagi litograf India beredar di Singapura.
"Mungkin atau tidak, Azhari membawa peralatan litografnya ke Mission Press,"
tulis Proudfoot.

Tapi, menurut Martin Van Bruinessen, Azhari belajar sendiri mengoperasikan
litografnya. "Alqurannya –di mana dia menulis 14 halaman berbahasa Melayu
mengenai pengenalan cara pengucapan dan membaca– siap menemukan pembeli,"
tulisnya dalam "Kitab Kuning: Books in Arabic Script Used in the Pesantren
Milieu," *Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde*, Vol. 146, No. 2/3
1990.

Azhari menjual Alquran dengan harga 25 gulden atau sekitar £2. "Penjualan 20
eksemplar dapat mengembalikan biaya peralatan percetakan dan memungkinkan
untuk biaya kertas yang baik dan *binding*," tulis Proudfoot.

Sementara itu, menurut dosen Departemen Susastra Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Indonesia, Titik Pudjiastuti, dalam *Memandang Palembang dari
Khazanah Naskahnya*, dalam naskah Alquran koleksi pribadi Abdul Azim Amin
terdapat catatan yang menyebutkan bahwa Azhari mengenal tradisi percetakan
litograf dari gurunya di Singapura dan Malaka. "… dia selesai mencetak
Alquran pada hari Senin tanggal 21 Ramadan 1264 Hijriyah bertepatan dengan
21 Agustus 1848. Yang dicetak sebanyak 105 Alquran selama 50 hari. Jadi,
dalam satu hari sebanyak dua Alquran tiga juz. Tempat mengerjakan
percetakannya di Kampung 3 Ulu, Palembang, dengan kepala kampung Demang
Jayalaksana Muhammad Najib ibn Demang Wiralaksana Abdullah Alhalik…"

Menurut Kepala Seksi Koleksi dan Pameran Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran
Ali Akbar, tak mengherankan jika tradisi cetak mushaf di kawasan Asia
Tenggara dimulai dengan mereproduksi mushaf yang sebelumnya telah dicetak di
India. Jenis mushaf lain yang beredar di Asia Tenggara adalah cetakan Turki
dan Mesir. Selama bertahun-tahun ketika memulai usaha pada 1930-an, Penerbit
Sulaiman Mar'i yang berpusat di Singapura dan Penang, Malaysia, hanya
mereproduksi mushaf cetakan Bombay. Itu terlihat dari ciri hurufnya yang
tebal.

"Mushaf yang paling banyak dicetak adalah mushaf dengan gaya tulisan dan
harakat tebal, yang kemudian sering disebut sebagai Alquran Bombay," tulis
Ali dalam "Mushaf Lama Indonesia," *lajnah.kemenag.go.id*, 6 Juni 2011.

Beberapa jenis mushaf berhuruf tebal itu selama puluhan tahun digunakan oleh
masyarakat Asia Tenggara, terutama hingga 1970-an. Sebagian kecil penerbit
masih mencetak mushaf jenis ini hingga sekarang, selain mencetak mushaf
dengan jenis huruf lain karena semakin banyak pilihan jenis huruf yang bisa
digunakan. Para penerbit biasanya menggunakan teks mushaf India sebagai teks
pokok, sementara untuk teks tambahan di bagian depan dan belakang mushaf
bervariasi, tergantung pada pilihan penerbit. Teks tambahan berupa keutamaan
membaca Alquran, *makharij al-huruf *(tempat keluarnya huruf), tajwid, doa
khatam Alquran, daftar surah dan juz, dan lain-lain, biasanya ditulis oleh
para *khattat* (kaligrafer) Indonesia.

Sejak 1984, Departemen Agama menetapkan mushaf standar, baik untuk pedoman
Lajnah maupun kiblat para penerbit percetakan Alquran. Pada Februari 1983,
dari hasil Musyawarah Kerja Alim Ulama Ahli Alquran IX, Menteri Agama
Alamsjah menerima tiga kopi induk Alquran standar, yang penulisan bakunya
dikerjakan oleh kaligrafer Ustad Ahmad Syadli selama empat tahun. Naskah
Alquran standar itu baru diedarkan setelah Musyawarah Kerja Alim Ulama Ahli
Alquran X pada akhir Maret 1984.

"Yang diselesaikan para ulama itu sebenarnya tiga macam mushaf, yaitu
mushaf Usmani (bersandar pada huruf naskah Usman dulu) yaitu naskah Alquran
biasa; mushaf Bahriyah, khusus untuk para hafizh, penghafal Alquran; dan
mushaf Braille, untuk para tunanetra," tulis *Tempo*, 14 April 1984. Mushaf
Braille menggunakan huruf Braille Arab, *al-Kitabah al-Arabiyyah an-Nafirah*,
sebagaimana diputuskan oleh konferensi internasional Unesco pada 1951.

Menurut Ali, penetapan mushaf Alquran Rasm Usmani berdasarkan mushaf cetakan
Bombay, "karena model tanda baca dan hurufnya telah dikenal luas oleh umat
Islam di Indonesia sejak puluhan tahun –bahkan mungkin hampir satu abad,"
tulisnya, "Pentashihan dan Lahirnya Mushaf Standar Indonesia," *
lajnah.kemenag.go.id*, 6 Juni 2011.

Sedangkan, mushaf Alquran Bahriyah modelnya diambil dari mushaf cetakan
Turki yang kaligrafinya sangat indah. Jenis mushaf ini juga digunakan secara
luas oleh umat Islam di Indonesia, khususnya di kalangan para penghafal
Alquran, dengan ciri setiap halaman diakhiri dengan akhir ayat –dikenal
sebagai "ayat pojok".

Alquran Bombay kian terpojok oleh Alquran ayat pojok. Menurut Asosiasi
Penerbit Mushaf Alquran Indonesia (APMI), Alquran Bombay yang beredar
sebelum tahun 2000 dicetak di atas kertas koran kualitas rendah yang mudah
robek dan tak tahan lama. Tulisannya berbentuk bulat dan pendek-pendek,
serta sulit dibaca karena huruf hijaiyahnya banyak yang ditumpuk atau tidak
linier. Paling mencolok dari Alquran Bombay, ayat penutup suatu surat tak
terletak di posisi paling bawah halaman, kadang pada seperempat atau di
tengah-tengah halaman. Akibatnya permulaan ayat sebuah surat tak bisa berada
di posisi paling atas halaman tersebut. Sehingga terkesan tidak rapi,
membacanya juga sulit, apalagi yang matanya silinder.

Masyarakat pun lebih menggemari Alquran ayat pojok. Setiap ayat terakhir
sebuah surah selalu di pojok bawah sisi kiri halaman. Sehingga surat
selanjutnya bisa di halaman baru mulai dari atas. Selain itu, cetakan
huruf-huruf tertata rapi, linier. *[HENDRI F. ISNAENI]*

http://www.majalah-historia.com/berita-491-riwayat-alquran-bombay.html

*Artikel terkait*

Kitab Para Penyair<http://www.majalah-historia.com/berita-490-kitab-para-penyair.html>

Jejak Tafsir Kaum
Ahmadi<http://www.majalah-historia.com/berita-489-jejak-tafsir-kaum-ahmadi.html>

Alquran Cetakan
Jepang<http://www.majalah-historia.com/berita-482-alquran-cetakan-jepang.html>

Ahmadiyah di Indonesia<http://www.majalah-historia.com/berita-423-ahmadiyah-di-indonesia.html>


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: