Rabu, 12 Oktober 2011

[daarut-tauhiid] Kurban Wujud Cinta di Atas Cinta

 


Suasana hati Nabi Ibrahim a.s. sangat mengharu-biru ketika Allah SWT memerintahkannya untuk mengorbankan Ismail, putra yang sangat dicintainya, karena Ismail adalah anak yang sangat sholeh dan kehadirannya memerlukan pengorbanan yang berat saat usia Nabi Ibrahim sudah lanjut.
Gejolak hati Nabi Ibrahim dapat kita resapi dalam QS Ash-Shafaat: 102-107
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."
Dialog mengharukan tersebut dilengkap dengan sebuah dialog yang melibatkan perasaan seorang ibu, yaitu Siti Hajar, yang telah melahirkan dan membesarkan Ismail dengan perjuangan yang luar biasa dalam kesendirian dan terik matahari yang sangat panas.
Fragment kehidupan itu makin lengkap dengan datangnya setan yang ingin mengulang kesuksesannya ketika mampu merayu Siti Hawa dan Nabi Adam sehingga diturunkan oleh Allah dari surga.
Setelah terjadi dialog dengan putranya, Ibrahim mengajak Ismail pergi sejauh ratusan meter dari tempat tinggalnya (Mina). Baru sekitar 70-80 meter berjalan, setan menggoda Siti Hajar:
"Ya Hajar! Apakah benar suamimu yang membawa parang akan menyembelih anakmu Ismail yang sedang tumbuh dan menggemaskan itu?". Siti Hajar berteriak: "Ya Ibrahim, ya Ibrahim, mau dikemanakan anakku?" Tapi Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah Allah SWT. Di tempat itulah tanggal 10 bulan Dzulhijjah jamaah haji disuruh melempar batu dengan membaca: "Bismillahi Allahu Akbar".
Hal tersebut mengandung arti, kita melempar setan atau sifat-sifat setan yang ada di dalam diri kita. Akhirnya, tibalah mereka di Jabal Qurban, kira-kira 200 meter dari tempat tinggal Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, sebagaimana difirmankan Allah dalam QS Ash-Shaffaat:103-107 di atas.
Subhanallah,  dialog tersebut, kalaulah kita renungkan dengan hati yang mendalam, maka akan mengalirlah air mata kita. Kekaguman pada sosok Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar dalam perjuangannya menjalankan perintah Allah, menggapai cinta Allah, maka Nabi Ibrahim dan Siti Hajar rela mengorbankan anak  yang sangat mereka cintai.
Demikian juga Nabi Ismail. Kecintaannya kepada Allah yang sangat mendalam membuatnya rela mengorbankan kehidupannya di dunia yang sangat menawan hati.
"Cinta di atas cinta" adalah ungkapan yang mungkin mendekati kebenaran ketika seorang hamba Allah yang mengaku dan mengharap mencintai Allah maka akan diuji dengan pengorbanan dari hal-hal yang dicintainya.
Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata: "Suatu kaum mengaku cinta kepada Allah, maka Allah menguji mereka dengan surat Ali 'Imran:31, 'Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari, Allah juga menggambarkan bagaimana Allah memberikan kesempatan kepada, kita ketika ingin mendapatkan cinta-Nya, maka kita diminta oleh-Nya untuk melakukan proses pendekatan dan pembuktian cinta kita dengan menjalan semua perintah-Nya dengan rasa cinta.
" Sesungguhnya Allah Ta'ala telah berfirman: "Barangsiapa memusuhi Wali-Ku, maka aku mengumumkan perang terhadapnya. Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan senantiasa seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya jadilah aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan dari-Ku pasti Aku akan melindunginya". (HR Bukhari)
Kurban wujud cinta di atas cinta. Itulah hakikat terdalam makna kurban. Allah menginginkan hamba-Nya untuk memberikan hal yang paling dicintainya untuk diberikan yang terbaik kepada Allah karena cinta.
Daging, darah tidaklah berharga disisi Allah, tetapi manusialah memerlukan surga dari buah cintanya kepada Allah karena berkurban.
Imam Ahmad meriwayatkan perihal turunnya ayat Al-Kausar:1-3. Sahabat Anas bin Malik berkata: "Suatu ketika Rasul sedang berbaring istirahat. Tiba-tiba beliau terbangun dan tersenyum. Melihat tingkah Rasul demikian, para shahabat yang pada saat itu berada di sekelilingnya bertanya, "Mengapa engkau tersenyum, wahai Rasulullah?" Rasul kemudian menjawab, "Baru saja, Allah telah menurunkan sebuah surat kepadaku."
Rasul pun membacakan surat yang artinya :" Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga (al-kautsar). Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus". (QS Al-Kautsar: 1-3). "Apakah kalian mengerti apa yang disebut dengan Al-Kautsar itu?" tanya Rasul kepada para shahabat yang hadir pada saat itu. "Allah dan Rasulnya yang lebih tahu," jawab para sahabat. Rasul menjelaskan, "Al-Kautsar adalah sebuah sungai di surga yang memiliki banyak kebaikan, dan telah Allah berikan kepadaku."
Dalam riwayat lain, Rasul juga mengilustrasikan al-kautsar sebagai "sungai di surga yang tepiannya dikelilingi oleh emas, airnya mengalir di atas permata. Air sungai itu lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu" (HR Imam al-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Subhanallah, balasan dari Allah sangat memikat hati. Kurban hamba-Nya karena cinta kepada-Nya akan dibalas dengan surga Kautsar yang sangat indah. Kurban yang kita lakukan akan menjadi bukti di sisi Allah di hari kiamat kelak seperti yang disebutkan dalam hadits:
"Tidak ada perbuatan yang paling disukai Allah pada hari raya haji selain berkurban. Sesungguhnya orang yang berkurban akan datang pada hari kiamat dengan membawa tanduk, bulu, dan kuku binatang kurban itu. Dan sesungguhnya darah kurban yang mengalir itu akan lebih cepat sampai kepada Allah dari pada (darah itu) jatuh ke bumi. Maka sucikanlah dirimu dengan berkurban" (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Cinta Berbalas Cinta. Idhul Qurban selain merupakan wujud kecintaan kita kepada Allah, maka secara langsung juga merupakan bukti kecintaan kita kepada saudara seiman kita, bahkan secara luas kepada seluruh manusia.
Kisah-kisah teladan Rasulullah Saw tentang kecintaannya kepada umat manusia dan secara khusus kepada orang-orang miskin, dapat kita lihat dalam kitab-kitab Sirah Nabawiyah. Kisah kehidupan Rasul yang membuat kita akan mengucurkan air mata karena kecintaan dan merindukannya.
Rosulullah Saw bersabda" Orang-orang yang penyayang, mereka itu akan disayang oleh Allah Tabaaraka wa Ta'ala (Yang Maha berkat dan Maha Tinggi). Oleh karena itu, sayangilah orang-orang di muka bumi, niscaya Dzat yang di atas langit akan menyayangimu". (Silsilah Shahihah)
Rasulullah Saw juga mengajarkan kepada kita agar dapat mencintai orang miskin dan dikumpulkan dengan orang-orang yang mencintai Allah.
"Ya Allah. Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu; perbuatan yang memiliki banyak kebaikan, dan meninggalkan berbagai macam kemunkaran, mencintai orang-orang miskin dan Engkau mengampuni serta menyayangiku. Dan jika Engkau menimpakan fitnah (malapetaka) bagi suatu kaum, maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terimbas fitnah itu. Dan aku memohon kepada-Mu rasa kecintaan pada-Mu, dan cinta pada orang-orang yang mencintai-Mu, juga cinta pada amal perbuatan yang akan menghantarkan aku untuk mencintai-Mu." (HR Riwayat Tirmidzi, Ahmad).
Kurban wujud cinta di atas cinta. Cinta kepada Allah, cinta kepada Rasul, dan cinta kepada orang-orang sesama serta kepada orang miskin untuk menggapai cinta Allah.
Dengan landasan itulah Dompet Dhuafa (DD) mengajak seluruh umat Islam untuk berkurban. DD siap dan sudah berpengalaman menyebarkan daging kurban ke pelosok-pelosok daerah miskin yang kondisinya sangat memprihatinkan, bahkan tidak jarang warga di sana hanya sekali setahun memakan daging, yaitu ketika Idul Adha.*(hbu)

http://ddhongkong.org/2011/10/kurban-wujud-cinta-di-atas-cinta/

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: