Rabu, 12 Oktober 2011

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3495

Messages In This Digest (3 Messages)

Messages

1.

Art-Living Sos 2011 (A-10  Nyanyi Sunyi Sang Elang

Posted by: "Ietje Guntur" ietje_gun76@yahoo.com   ietje_gun76

Tue Oct 11, 2011 10:10 am (PDT)





Dear Allz….
 
Awal bulan baru…awal
semangat baru….Sebelum saya senyum-senyum lagi sendirian, saya mau menyapa dulu
yaaa….Apakabar teman dan sahabatku semua ? Hmmh…biasanya tanggal muda seperti
ini pasti senyumnya lebih lebar, ya…dan semoga semua sehat-sehat…… Alhamdulillah,
kita masih diberi nikmat sehat…sehingga masih bisa tersenyum-senyum ….
 
Iya, lho…senyum itu pada
dasarnya gratis. Tapi karena kadang kita masih berpikir-pikir, mau senyum atau
mau memasang wajah dingin, yaaaa…jadinya senyum itu menjadi mahal…hehehe…
 
Nhaaa…daripada kita
memikirkan senyum atau tidak, mendingan kita ngobrol saja, ya. Banyak hal di
sekitar kita, yang bisa menjadi bahan obrolan yang bermanfaat. Lingkungan kita
begitu kaya dengan berbagai makna, asalkan kita mau mencari dan menggalinya.
Kita bisa terjun langsung di dalamnya, atau kita mau menjadi pengamat dari jauh.
Keduanya dapat kita lakukan. Seperti ayam yang lebih suka melihat dari jarak
dekat, atau elang yang dapat mengamati dan melihat dari jarak yang sangat jauh.
 
Sssttt…mumpung kita sedang
ngobrol  tentang elang, saya pun mau
berbagi cerita mengenai elang. Barangkali ia merupakan satwa yang tak lazim
bagi sebagian kita. Namun, lihat saja ….bagaimana elang menjadi bagian dari
keseharian hidup kita…
 
Oya…bagi teman dan sahabat
yang sedang menikmati akhir pekan saat ini, selamat menikmati liburan bersama
keluarga…Dan bagi yang belum berlibur, selamat beraktivitas…semoga semua
aktivitas dan langkah kita bermanfaat….
 
Selamat menikmati…semoga
berkenan….
 
Jakarta, 7 Oktober 2011
 
Salam hangat,
 
 
Ietje S. Guntur
 
♥♥♥
 
Art-Living Sos 2011 (A-10
Friday, October 07, 2011
Start  : 10/7/2011 12:09:42
Finish : 10/7/2011 14:39:18
 
 
NYANYI   SUNYI   SANG  ELANG
 
 
Saya sedang berlibur. Tidak. Sebetulnya sedang ada
waktu luang di tengah jadwal yang lumayan teratur…hehehehe…Biasalah…Ilmu jaman
dulu, sambil menyelam minum air, itu wajib dijalankan. Terutama bila airnya
memang enak untuk diminum…hihi…
 
Saat ini saya sedang melewati kawasan perkebunan
teh di daerah Puncak. Sebetulnya ini di lereng-lereng perbukitannya, di antara
gunung Gede, gunung Pangrango….dan di kejauhan gunung Salak, yang masih cukup
sejuk segar hawanya. Tidak heran bila berpuluh tahun lalu orang Belanda membuat
perkebunan teh di sini. Yang hasilnya masih dapat kita nikmati hingga saat ini.
 
Sambil menikmati pemandangan yang hijau royo-royo,
menghirup udara yang-semoga-bebas polusi…mata saya dimanjakan oleh aneka
pemandangan yang menyegarkan.  Hijau di
sana sini. Dan warna-warni pemetik teh yang bersiap untuk pulang dari tugasnya,
setelah memetik pucuk teh sepanjang pagi.
 
Tiba-tiba mata saya terusik oleh pemandangan yang
langka. Seekor elang tampak terbang tinggi di angkasa biru, dan sesekali
berputar di dekat hamparan kebun teh yang menghijau. Elang itu kadang menukik,
kadang mengepak sayap menyongsong angin. Sungguh indah. Seorang diri ia
menguasai langit yang terbuka. Tanpa kuatir ada tangan iseng yang mengusik
keasyikannya.
 
Saya terpana. Menikmati tarian elang yang indah.
Menikmati kepakan sayapnya yang lembut. Memandang penuh kagum akan kemampuannya
menguasai lingkungan sekitarnya.
 
Lama saya terpesona. Hingga akhirnya Si Elang
perkasa terbang jauh. Dan menghilang di antara hutan lindung yang masih tersisa
di puncak-puncak pegunungan sekitar kawasan Puncak. Hati saya pun seperti
terbawa pergi. Entah kapan saya masih dapat melihat si Elang menari lagi…aachh…
 

 
Sepanjang sisa perjalanan berikutnya, saya masih
terkenang akan si Elang.
 
Entah berapa banyak lagi elang gunung yang tersisa
di kawasan itu. Mungkin suatu masa dulu, para elang ini sangat bahagia dan
merdeka hidup di kawasan pegunungan di sekitar Puncak, Cisarua, dan Bogor.
Namun belakangan, dengan semakin banyaknya pemukiman dan menjamurnya kawasan
wisata, elang-elang ini pun semakin jarang menunjukkan pamornya di tengah
kehijauan alam lingkungannya.
 
Saya jadi ingat masa kecil dahulu.
 
Ayah saya sering mengajak saya untuk melihat-lihat
elang yang terbang di angkasa. Ayah saya selalu mengingatkan, untuk tidak
pernah menangkap elang dengan cara apa pun. Karena elang adalah burung merdeka
dan hanya bisa hidup di alam bebas. Hanya di alam luas, di antara pohon-pohon
yang menjulang tinggi burung elang dapat bermanfaat bagi lingkungan.
 
Ketika ayah saya ditugaskan di kota-kota kecil di
tengah rimba belantara Sumatra, kami masih bertempat tinggal tidak jauh dari
hutan dan alam yang liar. Saat itu burung elang merupakan pemandangan
sehari-hari. Di siang hari bolong, elang-elang ini dengan berani akan memasuki
wilayah pemukiman. Bahkan tidak jarang, di depan mata kami ia turun dengan
cepat, menukik di lapangan terbuka, dan menyambar anak ayam atau tikus yang
lengah.
 
Saya dan teman-teman semasa kecil dulu, akan
segera memasukkan induk ayam dan anak-anaknya ke kandang bila melihat elang
berkeliling mencari mangsa. Kami akan saling mengingatkan, dan mengejar
anak-anak ayam yang masih berkeliaran tanpa menyadari bahaya yang mengintai.
 
" Cepat…cepaaaat..ada elang ! Masukkan ayam ke
kandang !" begitu teriakan kami sambil buru-buru menghitung jumlah anak ayam
yang berkeliaran di halaman . Teman yang tidak memiliki peliharaan ayam tetap
saja ikut beramai-ramai…ikut berteriak-teriak…dan kadang ikut membunyikan
segala perabotan seperti kaleng agar elang menjadi takut dan tidak jadi turun
ke tanah…Waaah…seru juga.
 
Saya pernah berpikir, bagaimana elang yang terbang
tinggi di langit sana, dapat memilih anak ayam yang akan menjadi santapannya.
Pasti ia memiliki mata yang sangat tajam sehingga dapat melihat dari kejauahan.
Tidak heran kalau kemudian ada ungkapan yang mengatakan, bahwa matanya tajam
seperti mata elang…hehe…Dan memang, kalau kebetulan tidak dijaga, ada juga satu
atau dua ekor anak ayam yang disambar dan menjadi mangsa elang. Yah…kalau sudah
begitu mau diapakan lagi. Sudah nasib ayam menjadi santapan elang.
 
Ternyata elang tidak hanya doyan makan anak ayam.
Ia pun gemar menyantap tupai dan tikus, terutama tikus berukuran jumbo yang
agak besar. Itu sebabnya di areal persawahan yang luas pun kadang kita melihat
burung elang berkeliling seperti sedang berpatroli. Dan kalau dilihat
kecepatannya menukik, menyambar, dan membawa mangsanya, kita tidak akan menduga
bahwa ia bisa secepat itu. Sungguh luar biasa.
 
Bagi petani, kedatangan elang untuk membersihkan
tikus yang menjadi hama di sawah tentu menguntungkan. Memang, dibandingkan
dengan menyantap anak ayam, kelihatannya elang lebih suka memangsa tikus. Entah
dagingnya lebih gurih, entah karena perlawanan tikus terhadap elang tidak
seperti perlawanan ayam. Betul, kadang-kadang induk ayam atau bapak ayam tidak
rela kalau anaknya disambar begitu saja. Mereka masih akan berjuang dan mematuk
kaki elang untuk mempertahankan anak-anaknya. Biasanya kalau sudah begitu,
elang memilih untuk mengalah,  karena dia
lebih suka di angkasa daripada berjalan-jalan di tanah…Rupanya elang pun paham,
kalau itu bukan teritorinya…!!
 

 
Ngomong-ngomong soal elang.
 
Barangkali di masa sekarang kita tidak terlalu
peduli dengan kehadirannya. Mau ada, mau  tidak ada , hidup sudah bergulir tanpa
kehadiran elang. Tapi lihatlah, apa yang sudah diberikan elang kepada kehidupan
kita dan lingkungan sekitar kita.
Kalau boleh membongkar harta karun
kita nih…Indonesia memiliki beberapa jenis elang. Yang telah dikenal luas dan
memiliki nama tersendiri adalah Elang Hitam, Elang Brontok, Elang
Merah dan Elang Jawa. Urusan
per-elang-an ini memang bukan sekedar urusan burung-burungan. Bagi peminat dan
ahli burung atau disebut ornithologist, urusan keberadaan satu jenis burung
seperti elang ini membutuhkan penelitian yang lama dan referensi dari berbagai
jenis yang mirip. Dan satu hal lagi, harus didaftarkan dengan jenis dan nama
tersendiri agar diakui oleh dunia. Naaah, urusan nama saja pun ternyata ada
lika-likunya. Simak saja !

Salah
satu jenis elang yang cukup legendaris dan membutuhkan perjalanan sangat
panjang untuk diakui dunia adalah Elang Jawa. Elang Jawa ini termasuk elang
gunung, dan tidak begitu saja diakui keberadaannya. Semula elang ini dianggap
sebagai keluarga elang brontok. Tapi setelah diteliti sejak tahun 1820, yang
melibatkan dua ahli burung bangsa Belanda yaitu Van Hasselt dan Kuhl, kemudian
seorang ahli burung bangsa Jerman yaitu O.Fissh dan seorang kolektor dan ahli
burung Max Bartels maka akhirnya pada tahun 1924 Prof. Stresemann memberi nama
mereka  sebagaiSpizaetus nipalensis
bartelsi. Bayangkan, hampir
seratus tahun untuk mendapatkan sebuah nama !

Tapi ternyata urusan nama tidak segampang itu,
karena pada saat itu ia masih dianggap sebagai keluarga nipalensis. Masih ikut keluarga elang
lain. Dan akhirnya….* ini betul-betul terakhir * pada tahun 1953 atas usulan D.
Amadon untuk menaikkan peringkatnya dan mendudukkannya ke dalam jenis yang
tersendiri, maka si Elang Jawa yang digolongkan sebagai elang gunung mendapat
nama sendiri, yaitu Spizaetus bartelsi. Nama akhir bartelsi itu adalah salah satu penghormatan
kepada Max Bartels .

Begitulah …betapa panjangnya urusan nama untuk
seekor elang…!!!


Cerita
elang tidak berhenti sampai di situ.

Konon
si Elang  ini pun menginspirasi para
cerdik cendekia dan para petinggi di berbagai belahan dunia . Keanggunannya di
angkasa. Keberaniannya, kejeliannya, kecepatan dan kecekatannya tidak sekedar
mempesona, tetapi juga menjadi semacam lambang keberanian dan kekuatan.
Ungkapan seperti gagah seperti elang, menjadikan elang  sebagai ikon kepemimpinan. Bahkan sejak lama
kita ketahui, bahwa elang sering dijadikan simbol kekuatan dan kekuasaan.
Raja-raja jaman dahulu banyak yang memelihara elang, tidak sekedar sebagai hiasan,
namun sebagai petunjuk jalan bila mereka mengadakan perlawatan.

Walaupun
elang bukan termasuk burung migrasi, tetapi kemampuannya untuk menguasai teritori
yang luas membuatnya menjadi semacam indikator mengenai suatu wilayah tertentu.
Ia juga termasuk golongan 'pejabat tinggi', karena selalu tinggal di
puncak-puncak pohon yang tinggi di atas gunung – yang kalau bisa paling tinggi
pula. Mereka memang termasuk kelompok eksklusif dan penyendiri, mirip pertapa
yang mengamati situasi dari kejauhan. Namun di sisi lain, ia pun merupakan petarung
yang hebat. Elang akan mempertahankan teritorinya bila ada musuh yang
menyerang. Bahkan pada jaman dahulu, elang yang telah dilatih oleh kerajaan
akan membela tuannya hingga titik darah penghabisan bila ia melihat tuannya
terancam.

Barangkali,
karena alasan-alasan fisik maupun filosofis itulah  burung garuda yang menjadi simbol Negara
Kesatuan Republik Indonesia diambil dari perwujudan burung elang gunung atau elang
jawa.

Memang
benar. Burung garuda, yang selama ini menjadi simbol kemerdekaan dan kekuatan
bangsa Indonesia adalah elang Jawa. Ia tidak sekedar menjadi mitos, tetapi
telah menjadi lambang persatuan Negara dan bangsa Indonesia. Dan sekarang,
karena kelangkaan elang yang tergusur habitatnya, maka sejak tahun 1992 elang jawa
dimasukkan ke dalam kelompok satwa langka. Artinya elang jawa ini dilindungi
oleh undang-undang, dan tidak diijinkan untuk dipelihara secara pribadi,
kecuali untuk tujuan penelitian.


Mengenang
elang yang terbang di kawasan Puncak , membuat saya termenung.

Hanya
seekor elang . Tapi kehadirannya mampu mempersatukan sebuah bangsa dalam satu
Negara. Dalam kesunyiannya, seekor elang jawa yang gagah telah menjadi garuda. Dan
ia mampu menjadi sebuah simbol Negara yang merdeka, yang berdaulat dan diakui
keberadaannya oleh dunia.

Seandainya
kita dapat belajar dari seekor elang. Yang tidak hanya berani terbang melayang
dan menyambar tikus serta anak ayam, tetapi juga mengusung angin dan menjaga
lingkungan agar tetap terjaga eksistensinya…

Semoga….!!
 
Jakarta,
7 Oktober 2011
Salam
hangat,
 
Ietje
S. Guntur
 
Special
note :
Terima kasih untuk Pa tersayang,
yang telah mengajarkan kehidupan elang kepadaku…dan untuk teman-teman masa
kecil yang telah bersama-sama menikmati hidup bersama elang…Terima kasih juga
kepada my Pangeran Remote Control yang telah membawa aku dalam perjalanan
menelusuri jejak elang…I love U allz…
 
♥♥
2.

Art-Living Sos 2011 (A-10  Tak  Ada  Rotan

Posted by: "Ietje Guntur" ietje_gun76@yahoo.com   ietje_gun76

Tue Oct 11, 2011 10:11 am (PDT)



Dear Allz,
 
Sssttttt….apa kabaaarrr ???
Mumpung saya lagi rajiiiin nih…jadi sekarang mau ngobrol lagi. Menjelang hari
Senin…menjelang awal minggu…Semoga teman dan sahabatku semua dalam keadaan
sehat dan ceria, ya…
 
Biasanya nih…awal minggu,
hari Senin, kita suka malas-malasan. Rasanya badan dan jiwa masih tertinggal di
akhir pekan. Memang betul, beristirahat itu perlu setelah kita menggenjot
tenaga selama sepekan. Tapi ingaaaat, tidak ada akhir pekan, kalau tidak ada
hari Senin. Sama juga, tidak ada ada akar, kalau tidak ada rotan… Hehehe…itu
pepatah nyeleneh. Aslinya sih bukan begitu, ya ?
 
Naaaaah, mumpung ini masih
menjelang dan awal minggu, saya jadi ingin berbagi cerita ringan tentang rotan.
Iya, kenal rotan kan ? Saya ingat juga ada satu lagu mengenai rotan . Hela
rotan. Masih ingat ?
 
hela hela rotane rotane tifa jawa
jawae bebunyi
rotan rotan sudah putus sudah putus ujung dua
dua baku dapae
rotan rotan sudah putus sudah putus ujung dua
dua baku dapae
 
 
Sambil menyanyi lagu Hela Rotane, mari kita
ngobrol sedikit tentang rotan. Setuju kah ?
 
Mariiiii…kita duduk rame-rame…dan kita
nikmati bersama.
 
Jakarta, 9 Oktober 2011
Salam hangat,
 
 
Ietje S. Guntur
 
♥♥♥
 
 
 
Art-Living Sos  2011 (A-10
Start ; 10/8/2011 11:00:42 AM
Finish : 10/9/2011 4:57:00 PM
 
 
TAK  ADA  ROTAN
 
 
Hari Sabtu. Pagi-pagi. Setelah beberes urusan domestik,
saya pun mengambil jeda . Me time ! Berleha-leha. Menikmati secangkir teh dan
sekerat roti… hee…hee…asyiiiik nih. Tinggal cari bacaan saja. Majalah yang
belum sempat dibaca . Ada beberapa . Saya bolak-balik sebentar. Tidak ada yang
menarik. Lempar ke samping. Sekarang cari koran . Sudah beberapa hari saya hanya
sempat menyapu judul-judulnya. Akhirnya mata tertambat pada berita tentang
rotan. Halaah…ada apa lagi ini ? Pengrajin dari sentra rotan terbesar di
Indonesia mengeluh karena kekurangan bahan baku rotan !
 
Degh !! Hati saya tergetar. Indonesia gitu loh !
Yang sudah menjadi salah satu penghasil rotan terbesar di dunia, bisa
kekurangan bahan baku. Ada apa ?
 
Saya memandang berkeliling. Di rumah saya sekarang
memang agak minim perabotan rotan. Hanya ada satu keranjang, satu tas, dan satu
kursi kecil yang sudah lama. Padahal duluuuuu….
 
Ingatan saya melayang…jauuuh…ke masa kecil saya…
 
Ayah saya adalah penggemar berat perabotan dari
rotan. Hampir seluruh ruangan di rumah kami selalu ada perabotan terbuat dari
rotan. Sofa di ruang keluarga, kursi di teras, rak buku, buaian bayi ( saya pun
pernah tidur di dalamnya ),  bahkan
ranjang tidur pun terbuat dari rotan. Itu belum termasuk keranjang, tikar
anyaman yang menghampar di ruang keluarga dan menjadi alas untuk seperangkat
kursi tamu , serta tempat duduk santai yang nyaris ada di setiap pojokan.
Menurut ayah saya, rotan itu kuat dan ekonomis… hehehehe…( ini istilah ayah
saya untuk mengatakan 'murah').
 
Saking hobbynya mengoleksi perabotan dari rotan,
hampir setiap bulan ayah saya selalu mengajak saya ke tukang pengrajin rotan. Kadang
hanya untuk melihat-lihat koleksi baru. Tapi tidak jarang juga beliau  membuka dompetnya. Ada saja barang yang dibawa
pulang. Entah kenapa, ayah saya selalu tergoda untuk membeli sesuatu dari
rotan. Dan kalau tidak ada yang dibutuhkannya, maka beliau membeli pemukul
kasur yang mirip dengan raket tennis, dari rotan juga…( seingat saya, di rumah
ada tiga atau empat pemukul kasur…hihihiiii….).
 
Bila ibu saya menegur, karena rumah kami sudah
mirip gudang penumpukan barang, ayah saya Cuma tersenyum dan berkomentar ," Ya
, kalau sudah kepenuhan, kasih saja sama siapa gitu !"…hihi…lucu bangeeett…Beli
barang, akhirnya buat dibagikan lagi ke orang lain. Ya, memang begitulah
keadaannya. Tidak jarang perabotan kami diangkut ke rumah teman atau sahabat ayah
saya, karena di rumah sudah tidak ada tempat. Tapi tunggu…tidak sampai sebulan,
saat ayah saya tergoda, maka perabot pengganti sudah muncul lagi di rumah kami
!
 

 
Ngomong-ngomong soal rotan.
 
Tidak hanya di rumah kami saja rotan menjadi
bagian dari perlengkapan rumah. Di banyak rumah, terutama di Sumatra pada era
tahun enampuluh hingga tujuhpuluhan, banyak perabotan rumahtangga terbuat dari
kerajinan rotan . Apalagi hutan di Sumatra cukup banyak menghasilkan rotan,
sehingga bahan baku mudah didapat .
 
Selain bahan baku yang mudah didapat dan harganya
ekonomis, bahkan dapat dikatakan murah sekali, sifat rotan yang lentur dan mudah
dibentuk menjadikan rotan sebagai pilihan yang tepat untuk membentuk berbagai
perabotan. Rotan yang besar-besar diameternya dapat dijadikan kerangka kursi
atau tempat tidur, sedangkan rotan yang kecil dan halus dapat dianyam untuk
menjadi lembaran yang dibentuk untuk berbagai keperluan.
 
Saya ingat. Di rumah kami ada kursi kayu terbuat
dari jati, yang alasnya dibuat dari anyaman rotan. Kursi itu enak diduduki
karena jok alas duduknya dibuat dengan anyaman renggang. Yang jadi masalah, di
celah-celah anyaman itu sering bersarang laba-laba dan sahabatnya kepinding
atau tumbila. Jadi deeeh…sejak saya bisa melakukan tugas domestik, maka urusan
membasmi tumbila dan sarang laba-laba di jok kursi merupakan keahlian
saya…hiiks…
 
Selain itu, perabotan yang paling saya kenal
terbuat dari rotan adalah pemukul kasur. Hampir setiap hari saya beraksi dengan
pemukul kasur itu. Selain untuk membuat kasur kapuk menjadi empuk dan gembur,
pemukul kasur juga bisa dimanfaatkan untuk mengait buah jambu dan rambutan di
halaman. Ujungnya yang berpilin cukup kuat untuk menjadi alat pengait, dan
biasanya cukup aman sehingga rambutan dan jambu tidak rusak karena tersangkut.
 
Rotan ini memang murah meriah.
 
Ada satu masa, ketika rotan menjadi primadona
karena model dan bentuknya sangat variatif. Saat saya dan seorang sahabat
menjadi anak kos di Jakarta, kami membeli rak rotan berwarna coklat tua, untuk
tempat menyimpan barang-barang di kamar kos kami yang tidak terlalu luas. Saya
juga pernah membeli kaca cermin yang bingkainya terbuat dari rotan. Bentuknya
unik dan artistik . Tapi sayang, bukan hanya saya yang menyukai bentuknya.
Sekawanan pencuri yang menyatroni rumah saya juga berminat terhadap cermin itu.
Jadi deeeh…dia membawa oleh-oleh cermin berbingkai rotan dari rumah saya.
 

 
Berbicara mengenai rotan, tidak dapat dipungkiri
bahwa sebagai hasil hutan rotan merupakan salah satu pilar ekonomi bagi
Indonesia. Hampir seluruh hutan belantara di Indonesia ditumbuhi oleh rotan.
Bahkan di Kalimantan, di kalangan suku Dayak, rotan merupakan pilar ketahanan
ekonomi rakyat. Rotan yang terdapat di hutan-hutan, menjadi penopang kehidupan
rakyat, sekaligus menjadi bagian dari adat istiadat masyarakat setempat.
 
Ada lagi. Rotan tidak hanya kita kenal sebagai
perabot rumahtangga. Di beberapa daerah dikenal juga masakan terbuat dari
rotan. Halaaah !! Hebat betul . Tentu saja rotan yang diolah menjadi masakan,
semacam sayur gulai ini terbuat dari rotan muda yang masih lunak. Dan konon
kata yang sudah pernah mencicipinya, sayur rotan ini lezat cita rasanya. Saya
sendiri belum pernah mencicipinya, tapi suatu saat bila saya berkesempatan
berkunjung ke Kalimantan, saya akan berwisata kuliner, dan mencicipi sayuran
rotan ini…hmh…nyam…nyam…
 
Yang sudah pernah saya cicipi dari rotan adalah
buahnya. Memang tidak lazim orang menyantap buah rotan. Tetapi di beberapa
daerah di Sumatra, buah rotan yang mirip salak ini memang dimakan. Rasanya agak
asam kelat, mirip buah salak yang muda. Dicocol dengan garam dan irisan cabe
rawit , atau digerogot begitu saja rasanya sudah mantap…hahaha…ketahuan banget
kalau saya ini termasuk pemakan segala tanaman ya…hihi…Memang begitulah adanya,
kalau menjadi anak yang dibesarkan di dekat rimba belantara. Apa saja yang
berbuah dari pohon, pasti disantap dengan nikmat.
 
Di daerah lain, buah rotan ini tidak lazim menjadi
buah santapan atau buah cemilan, karena memang agak sulit diperoleh. Jangan
membayangkan pohon rotan seperti pohon kelapa atau pohon rambutan. Pohon rotan
ini, walaupun termasuk keluarga besar palma jenis salak, atau nama kerennya
adalahCalameaedari keluarga besarpalma,tapi sama sekali tidak mirip pohon kelapa atau pohon salak. Hanya daunnya saja
yang agak mirip pohon salak, dan buahnya juga berkulit agak bersisik seperti
salak, tetapi caranya tumbuh sangat berbeda. Pohon rotan tumbuh bergelayut dan
bergantung  pada tanaman lain, seperti
tali panjang berduri. Dengan duri inilah ia memanjat, kemudian tumbuh menjulur
seperti tali yang kuat. Sebatang rotan dapat tumbuh hingga ratusan meter. Dan
uniknya di dalam batangnya terkandung air, yang dapat kita minum untuk bertahan
hidup di alam bebas. Itu sebabnya para petani rotan dapat masuk ke dalam hutan
selama beberapa waktu tanpa kuatir kekurangan air minum….Luar biasaaa…!!
 

 
Melihat keranjang rotan di ruangan kerja saya,
bekas wadah parsel lebaran, saya  merenung.
 
Sebatang rotan yang sederhana, begitu banyak
fungsi dan pengaruhnya bagi kita. Walaupun ada pepatah 'Tak ada rotan, akar pun jadi', namun tetap saja rotan menjadi
primadona . Okelah, dalam beberapa hal akar dapat menjadi pengganti. Tetapi
nilai keindahan, nilai budaya dan nilai ekonomis yang diusung oleh rotan belum
terganti oleh akar maupun tanaman bahan baku lainnya.
 
Saya selalu kagum pada rotan. Ia membawa semangat,
harus menjadi nomor satu. Menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sekitarnya.
Bermanfaat, dari mulai batangnya, buahnya, bahkan air di dalam batangnya. Bukan
tidak mungkin pula suatu saat ditemukan manfaat lagi dari duri dan
daun-daunnya. Siapa tahu ? Masih banyak yang belum tergali dari dirinya.
 
Seperti kita juga. Masih banyak hal yang belum
tergali dari diri kita. Masih banyak yang harus kita pelajari dari diri kita.
Agar lebih bermanfaat bagi lingkungan. Agar lebih bermanfaat bagi kehidupan
ini.
 
Bahkan sebatang rotan pun dihadirkan di dunia ini
dengan begitu banyak manfaat. Bagaimana dengan kita ?
 
 
Jakarta, 9 Oktober 2011
 
Salam hangat,
 
 
Ietje S. Guntur
 
Special note :
Terima kasih untuk
Pa tersayang…yang telah mengajak aku ke pengrajin rotan dan belajar dari rotan.
Juga adikku tersayang Titun, yang menjadi peneliti dalam bidang rotan…Dan
sahabatku Dini , teman senasib di tempat kos yang ajaib…ingat waktu beli rak
rotan di Pancoran ??? hahaha…pengalaman yang lucu banget…Terima kasih sudah
menjadi inspirasi kehidupan dan tulisan ini….I love U allz…
 
♥♥
3.

3 Tipe Manusia Dalam Meraih Kesuksesan Hidup

Posted by: "suhardi" csd_suhardi@yahoo.com   csd_suhardi

Tue Oct 11, 2011 10:12 am (PDT)



Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa ada sebagian orang yang dapat meraih kesuksesan yang diidam-idamkan banyak orang, dan di sisi lain lebih banyak orang yang tidak berhasil meraihnya.

Saat ini begitu banyak diadakan pelatihan-pelatihan atau seminar-seminar luar biasa yang mampu mengubah diri Anda menjadi yang terbaik untuk meraih apapun yang Anda inginkan. Anda mempunyai peluang yang cukup besar untuk menjalani hidup yang dinikmati oleh orang-orang yang telah sukses. Tetapi kenyataannya, hanya sedikit sekali kategori orang yang sukses. Malah sebaliknya, lebih dari 90% orang yang hidup biasa-biasa saja atau di bawah rata-rata.

Tanyalah orang-orang yang ada di sekeliling Anda apakah mereka ingin meraih kesuksesan. Pertanyaan ini mungkin kedengarannya bodoh. Saya yakin semuanya pasti menjawab `YA' dengan meyakinkan. Tapi lihatlah kenyataan sebenarnya, lebih banyak orang yang tidak sukses daripada yang sukses.

Adakah yang salah dengan ini semua. Ya, memang ada yang salah dengan ini semua. Permasalahannya terletak pada diri Anda sendiri. Berguna tidaknya ilmu yang Anda pelajari dari buku-buku ataupun seminar-seminar tergantung diri Anda sendiri. Dengan kata lain, Andalah yang menciptakan kesuksesan sekaligus kegagalan Anda.

Dalam usaha meraih kesuksesan, sikap seseorang dapat terbagi 3 tipe.

Tipe pertama adalah orang yang bersikap "saya mau sukses". Orang dengan tipe seperti ini sulit untuk meraih sukses karena semua orang juga pasti mau sukses. Mereka hanya mau saja, atau hanya sekadar ingin, tetapi mereka tidak ingin membayar harga yang pantas untuk itu. Mereka sebenarnya tidak benar-benar mau. Orang-orang yang memiliki sikap mental yang lemah seperti ini hanya akan menjadi seorang pemimpi belaka tanpa pernah berusaha sedikitpun untuk mewujudkannya. Mereka hanya bersikap pasif dan reaktif, hanya menunggu setiap kesempatan baik datang, bukannya bersikap aktif mencari dan menciptakan peluang itu sendiri.

Tipe yang ke dua adalah orang yang bersikap "saya memilih untuk sukses". Orang-orang yang memiliki sikap mental seperti ini jauh lebih bisa diandalkan daripada orang yang hanya mau sukses. Mereka membuat suatu keputusan yang kuat untuk meraih sukses. Karena mereka memilih untuk sukses, maka mereka tidak mau memilih apapun yang dapat menghalangi mereka dalam meraihnya. Mereka bertanggung jawab sepenuhnya atas kesuksesan mereka sendiri.

Tipe terakhir yang mampu membuat siapapun, termasuk Anda, meraih sukses adalah "saya berkomitmen untuk menjadi sukses". Orang-orang yang bertipe seperti ini berarti mereka tidak akan pernah menyerah apalagi mundur sebelum kesuksesan berhasil mereka raih. Mereka berkomitmen penuh 100% untuk melakukan apapun untuk meraih apa yang paling mereka impikan. Mereka tidak pernah memiliki alasan untuk berhenti dan menyerah tidak pernah ada dalam kamus hidup mereka. Mereka membakar jalan di belakang mereka sehingga tidak ada jalan lain lagi selain maju. Mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, uang maupun pikiran mereka untuk membayar harga sebuah kesuksesan. Mereka layaknya sebuah kereta api yang meluncur dengan kecepatan penuh sehingga tidak ada apapun atau siapapun yang sanggup menahan dan menghentikan mereka. Komitmen membuat mereka menjadi tak terbendung.

Ini yang membedakan antara orang yang sukses dengan yang gagal. Orang yang memiliki komitmen yang kuat bukan hanya mau sukses, tetapi juga mereka benar-benar mau sukses. Mereka berani menyatakan bahwa mereka akan meraih kesuksesan yang mereka impikan.

Sekarang tanyakan diri Anda, apakah Anda mau sukses atau benar-benar berkomitmen untuk sukses? Setiap orang ingin sukses, tetapi hanya sedikit sekali yang berusaha mewujudkannya. Semua tergantung Anda sendiri. Jika Anda telah mempelajari semua resep sukses, tetapi Anda tidak pernah berkomitmen kepada diri Anda sendiri, kemungkinan besar Anda tidak akan pernah meraih kesuksesan.

Perjalanan meraih kesuksesan penuh dengan jalan yang rusak, berlubang, berkerikil tajam, batuan besar serta jurang yang akan dengan mudah menghentikan Anda jika Anda tidak pernah mau berkomitmen. Hanya dengan komitmenlah Anda akan terus maju melewati rintangan demi rintangan untuk sampai ke tempat tujuan yang telah Anda impikan selama ini.

From: SUHARDI, Penulis buku motivasi "PATTERNS OF SUCCESS"

Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Groups

Small Business Group

A community for

small business owners

Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Y! Messenger

PC-to-PC calls

Call your friends

worldwide - free!

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

Tidak ada komentar: