Senin, 10 Oktober 2011

[daarut-tauhiid] Makna Rabb

 

*Makna Rabb*

Segala puji hanya milik Allah *Subhaanahu Wa Ta'aalaa*. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah tercinta, Muhammad bin
Abdullah, segenap keluarga, para sahabat dan umatnya yang setia.

Apabila kita bertanya kepada seseorang…siapa *Rabb*-mu?

Barangkali orang tersebut akan menjawab..Allah *Rabb*-ku…

Namun masalahnya, orang-orang seringkali dalam kehidupannya menjadikan *Rabb
* lain selain Allah. Tidak sekedar itu saja, penghambaannya & ketaatannya
kepada *Rabb* selain Allah jauh lebih tinggi daripada penghambaannya &
ketaatannya kepada Allah. Padahal menjadikan ada *Rabb* lain selain Allah
adalah kemusyrikan. Ini yang ingin kita bahas.

Penggunaan kata *Rabb* memang biasa diterjemahkan sebagai Tuhan. Ini tidak
salah. Namun kata *Rabb* bisa juga diterjemahkan sebagai :

(1) Tuan besar, majikan, pemimpin yang bagaikan as sebuah motor yang padanya
tergantung gerakan motor itu.

(2) Ketua yang diakui kekuasaannya, berwibawa dan yang semua
perintah-perintahnya dipatuhi dan diendahkan.

Telah menceritakan kepada kami dari Shuhaib bahwa Rasulullah *Shallalahu
'alaihi wa sallam* bersabda:

"Dulu sebelum kalian ada seorang raja, ia memiliki tukang sihir, saat tukang
sihir sudah tua, ia berkata kepada rajanya: Aku sudah tua dan ajalku sudah
tiba, serahkan seorang pemuda kepadaku untuk aku ajari sihir. Lalu seorang
pemuda diserahkan padanya, ia mengajarkan sihir kepada pemuda itu. (Jarak)
antara tukang sihir dan si raja terdapat seorang rahib.

Si pemuda itu mendatangi rahib dan mendengar kata-katanya, ia kagum akan
kata-kata si rahib itu sehingga bila datang ke si penyihir pasti dipukul, ia
bertanya: Apa yang menahanmu? Dan bila ia mendatangi keluarganya, mereka
pasti memukulinya, mereka bertanya: Apa yang menahamu? Pemuda itu
mengeluhkan hal itu kepada si rahib, ia berkata: Bila tukang sihir hendak
memukulmu, katakan: Keluargaku menahanku, dan bila keluargamu hendak
memukulmu, katakan: Si tukang sihir menahanku.

Saat seperti itu, pada suatu hari ia mendekati sebuah hewan yang besar yang
menghalangi jalanan orang, ia mengambil batu lalu berkata: Ya Allah, bila
urusan si rahib lebih Engkau sukai dan membuatmu senang dari pada tukang
sihir itu maka bunuhlah binatang ini hingga orang bisa lewat. Ia melemparkan
batu itu dan membunuhnya, orang-orang pun bisa lewat. Ia memberitahukan hal
itu kepada si rahib.

Si rahib berkata: Pemudaku, engkau lebih baik dariku dan engkau akan
mendapat ujian, bila kau mendapat ujian jangan menunjukku. Si pemuda itu
bisa menyembuhkan orang buta dan berbagai penyakit. Salah seorang teman raja
buta lalu ia mendengarnya, ia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah
yang banyak, ia berkata: Sembuhkan aku dan kau akan mendapatkan yang aku
kumpulkan disini. Pemuda itu berkata: Aku tidak menyembuhkan seorang pun,
yang menyembuhkan hanyalah Allah *'azza wajalla*, bila kau beriman padanya,
aku akan berdoa kepadaNya agar menyembuhkanmu. Teman si raja itu pun beriman
lalu si anan itu berdoa kepada Allah *Subhaanahu wa Ta'ala* lalu ia pun
sembuh.

Teman raja itu kemudian mendatangi raja lalu duduk didekatnya. Si raja
berkata: Hai fulan, siapa yang menyembuhkan matamu? Orang itu menjawab: *
Rabbku*. Si raja berkata: Aku? Orang itu berkata: Bukan, tapi *Rabbku* dan *
Rabbmu* adalah Allah. Si raja berkata: Apa kau punya *Rabb* selainku? Ia
menjawab: Ya…dst… .(HR. Ahmad )

Sebagaimana Fir'aun menjadikan dirinya sebagai *rabb* (penguasa) selain
Allah.

Menjadikan manusia sebagai *Rabb* selain Allah *Subhanahu Wa Ta'ala* adalah
kemusyrikan. Sebagaimana orang Nasrani menjadikan alim-ulama dan
pendeta-pendeta mereka sebagai *Rabb* selain Allah *Subhanahu** Wa**Ta'ala*
*

Sebagaimana orang-orang yang memeluk *dien *(agama) demokrasi menjadikan
orang-orang pembuat hukum sebagai *Rabb* selain Allah *Subhanahu** Wa**Ta'ala.
*

AYAT-AYAT YANG MENGANDUNG MAKNA (2) DAN SEBAHAGIAN DARI MAKNA (1)

اِتَّخَ ُ ذوْا َأحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ َأرْبَابًا مِّن دُونِ الّلهِ

Ittakhathu ahbarahum waruhbanahum arbaban min duuni Allahi

Mereka angkat para alim-ulama dan pendita-pendita mereka sebagai (arbaban)
Rabb-rabb (tuhan-tuhan) selain Allah... QS.9:31.*

وَ َ لا يَتَّخِ َ ذ بَعْضُنَا بَعْضًا َأرْبَابًا مِّن دُونِ الّلهِ

Dan kita tidak saling menjadikan Rabb-rabb (tuhan-tuhan) selain Allah.
QS.3:64.

Adapun yang dimaksud dari kata *Arbaban*, kata majmuk dari *Rabb* pada dua
ayat tersebut ialah, semua pemimpin, baik pemimpin agama, ormas dan orpol,
mahupun pemimpin lainnya, yang mengeluarkan aturan atau rencana yang lalu
ditaati dan dilaksanakan oleh bawahan mereka, sekalipun bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan Allah. Malah dianggap biasa.

(*) Ketika ayat ini dibacakan dihadapan shahabat 'Adiy Ibnu Hatim, asalnya
beliau ini Nasrani sedang beliau datang kepada Rasul dalam keadaan masih
Nasrani. Dan ketika mendengar ayat ini dengan vonis-vonis di atas, maka
'Adiy Ibnu Hatim berpikir: Kami (maksudnya: dia dan orang-orang Nasrani)
tidak pernah shalat, sujud kepada alim ulama kami, atau kepada pendeta kami,
lalu kenapa Allah memvonis kami musyrik, kami melanggar *Laa ilaaha
illallaah* dst. Jadi dalam benak 'Adiy Ibnu Hatim bahwa yang namanya
kemusyikan itu adalah shalat, sujud atau memohon kepada selain Allah.
Sehingga mereka tidak mengetahui bahwa yang mereka lakukan selama ini adalah
kemusyrikan, mereka heran… sebenarnya apa kemusyrikan yang dilakukan dan
bagaimana bentuknya sehingga kami disebut telah mentuhankan alim ulama ?

Maka Rasulullah *shalallahu 'alaihi wasallam* berkata: "*Bukankah orang –
orang alim dan para rahib kalian itu menghalalkan apa yang telah Allah
haramkan lalu kalian ikut-ikutan menghalalkannya?, bukankan mereka
mengharamkan apa yang telah Allah halalkan kemudian kalian juga
mengharamkannya?*", lalu 'Adiy berkata: "*Ya !*", maka Rasul berkata: *"Itulah
bentuk peribadatan (orang nasrani) terhadap mereka*"

Lengkapnya adalah sbb:

Mengenai penafsiran ayat ini, at-Tirmidzi telah meriwayatkan dari Adi bin
Hatim, bahwa dia berkata: "Ya Rasulullah, mereka itu tidak menyembah mereka
(orang-orang alim dan para rahib)." Maka beliau Shallallahu Alaihi Wa Sallam
pun menjawab: "Tidak demikian, sesungguhnya orang – orang alim dan para
rahib menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal bagi mereka, lalu
mereka mengikuti orang – orang alim dan para rahib itu, maka yang demikian
itu merupakan *penyembahan* kepada orang-orang alim dan para rahib tersebut.
(Sumber : Tafsir Ibnu Katsir)

Kembali ke pembahasan mengenai *rabb*, dalam bahasa Indonesia makna rabb
sudah berbeda dengan makna aslinya. Dalam bahasa Indonesia, rabb maknanya
sudah dikhususkan untuk Tuhan. Padahal dalam bahasa aslinya, rabb maknanya
itu luas, tidak khusus ditujukan kepada Tuhan atau Allah. Secara sederhana
rabb maksudnya adalah penguasa atau pemimpin tertinggi yang disegani dan
dipatuhi. Maka dalam konteks sekarang, bisa saja ia adalah presiden anda,
atau raja, atau bahkan boss / manajer anda.

Contoh penggunaan kata "rabb" yang tidak diterjemahkan / diartikan sebagai
"tuhan":

Percakapan Nabi Yusuf a.s. di Mesir

َأمَّا َأحَدُ ُ كمَا َفيَسْقِي رَبَّهُ خَمْرًا

Adapun salah seorang di antara kamu berdua, akan kembali melayani *rabb*nya
(tuan/majikannya) dengan minuman keras. QS.12:41.

وََقا َ ل لِلَّذِي ظَنَّ َأنَّهُ نَاجٍ مِّنْهُمَا ا ْ ذ ُ كرْنِي عِندَ
رَبِّكَ َفَأنسَاهُ الشَّيْ َ طا ُ ن ذِكْرَ رَبِّهِ

Dan (Yusuf) berkata kepada orang yang sudah diyakini akan bebas itu:

Terangkanlah keadaanku kepada *rabb* (tuan)mu. Tetapi syaitan menjadikannya
lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada *rabb* (tuan)nya. QS.l2 :42.

َفَلمَّا جَاءهُ الرَّسُو ُ ل َقا َ ل ارْجِعْ إَِلى رَبِّكَ َفاسَْأْلهُ مَا
بَا ُ ل النِّسْوَةِ اللاَّتِي َقطَّعْنَ َأيْدِيَهُنَّ إِنَّ

رَبِّي بِ َ كيْدِهِنَّ عَلِيمٌ

Tatkala utusan itu datang kepadanya (Yusuf), berkatalah ia (Yusuf):

Kembalilah kepada *rabb* (tuan)mu dan tanyakanlah padanya bagaimana halnya
dengan wanita-wanita yang telah melukai (jari) tangan-tangan mereka.
Sesungguhnya *Rabb* (Tuhan)ku, Maha Mengetahui tipu-daya mereka. QS.12:50.

Yusuf a.s. memberikan prediket *rabb* itu kepada raja dan penguasa atau
majikan-majikan di Mesir. Orang-orang Mesir pada waktu itu, menganggap
setiap raja, maupun pejabat dan penguasa ataupun majikan, sebagai pemilik
dan berkuasa mutlak keatas mereka. Mereka dapat menyuruh dan melarang dalam
segala hal tanpa boleh dibantah. Dengan demikian mereka dianggap sebagai *
rabb-rabb*. Tetapi sebaliknya, Nabi Yusuf tidak bermaksud dari kata Rabbi
(Tuhanku) selain Allah s.w.t. Kerana, mutlaklah kekuasaanNya.

Demikian juga yang dimaksud dengan Fir'aun. Ia menganggap dirinya adalah
penguasa tertinggi, pemimpin tertinggi bangsa Mesir. Karena bila ia mengakui
Musa a.s sebagai utusan dari *Rabb *yang *haq*, maka otomatis kekuasaannya
menjadi tidak berarti, menjadi terbatas karena diganti dengan
syariat-syariat dari Allah melalui Musa a.s.

Jelasnya perhatikan kisah berikut ini : (NB: menurut pengetahuan modern,
dari peninggalan piramid dan hieroglyph, tuhan bangsa Mesir Kuno bukanlah
Fir'aun, melainkan ; Dewa Horus, Dewa Ra, Dewi Isis dan dewa-dewa yang lain)

* *

*FIR'AUN DAN BANGSA MESIR*

Marilah kita telaah kisah Fir'aun Raja Mesir dan rakyatnya zaman dahulu.

Mereka termasuk di antara bangsa-bangsa zaman dahulu yang dituduh dengan
yang tidak-tidak. Mereka dituduh masyarakat masa kini dengan apa yang
dilontarkan terhadap Namrud Raja Babilon dan rakyatnya, bahkan berlebihan.

Fir'aun, selain dituduh ingkar akan Allah Tuhan seru sekalian alam,
memproklamasikan dirinya sebagai satu-satunya tuhan. Kalau benar, maka
alangkah tololnya Fir'aun itu menyatakannya di hadapan bangsanya yang boleh
dikatakan sudah tinggi kebudayaannya. Dan alangkah bodohnya bangsa Mesir,
terutama para pejabat pemerintahan jika mereka percaya.

Fir'aun menentang Nabi Musa a.s. kerana paksaan politik anti suku Israel,
suku Musa. Sebab, itulah, maka. Fir'aun sangat gigih menentang *Uluhiyah*dan
*Rububiyah* Allah yang diperjuangkan Musa a.s., kendatipun meyakininya,
seperti kaum sekular dewasa ini. Adapun penjelasan lebih lanjut tentang
Fir'aun dan para pejabat tinggi pemerintahnya, adalah sebagai berikut:

Ketika di waktu lampau Nabi Yusuf a.s. dinobatkan sebagai raja baru Mesir
pengganti yang telah wafat, maka perhatiannya sangat besar terhadap dakwah.
Karenanya dikenal seluruh lapisan, kendatipun tidak semuanya memeluk
*dien*raja mereka (Islam) itu. Tetapi mereka percaya bahwa Allah
Pencipta alam
semesta ini, adalah *Ilah* dan *Rabb* (sesembahan dan penguasa) mereka serta
dewa-dewa yang disembahnya itu.

Ratusan tahun kemudian, dimana generasi-generasi bergantian, kaburlah ajaran
Yusuf a.s. itu. Namun demikian pengaruhnya masih ada pada generasi-generasi
pelanjut itu sampai generasi Musa a.s. Musa pun diutus Allah sebagai Rasul
dan Nabi sekaligus. Adapun bukti pengaruh ajaran Yusuf a.s. itu yang masih
melekat pada diri orang-orang Mesir ialah ketika kabinet berkali-kali sidang
di bawah pimpinan Fir'aun yang hendak merencanakan pembunuhan Musa a.s.,
maka tampillah salah seorang *menteri* di antaranya menentang perencanaan
itu seraya berkata:

َأتَقْتُُلو َ ن رَجًُلا َأن يَُقو َ ل رَبِّيَ اللَّهُ وََقدْ جَآءَ ُ كم
بِاْلبَيِّنَاتِ مِن رَّبِّ ُ كمْ وَإِن يَكُ َ كاذِبًا َفعََليْهِ

َ كذِبُهُ وَإِن يَكُ صَادًِقا يُصِبْ ُ كم بَعْضُ الَّذِي يَعِدُكُمْ إِنَّ
اللَّهَ َلا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ

كَذَّابٌ يَا َقوْمِ َلكُمُ الْمُلْكُ الْيَوْمَ َ ظاهِرِينَ فِي الَْأرْضِ
َفمَن يَنصُرُنَا مِن بَأْسِ اللَّهِ إِ ْ ن

جَآءَنَا

Apakah kamu akan membunuh orang kerana ia menyatakan bahawa Rabb-nya
(penguasanya) adalah Allah dan telah membawakan bukti-bukti akan
kebenarannya dari Rabb (penguasa) kalian itu? Seandainya ia dusta, maka ia
akan memikul akibatnya. Tetapi kalau benar, maka kamu akan mengalami bencana
yang dikatakannya itu. Dan Allah takkan menunjuki orang yang bersikeras dan
pendusta. Hai kaumku, sekarang kamulah yang berkuasa, bertindak semahu diri.
Tetapi ingatlah nanti, siapa gerangan yang akan dapat menolong kita bila
azab Allah (bencana) menimpa kita? QS.40:28-29.

يَا َقوْمِ إِنِّي َأخَافُ عََليْ ُ كم مِّثْ َ ل يَوْمِ الْأَحْزَابِ مِثْ َ ل
دَأْبِ َقوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وََثمُودَ وَالَّذِينَ

مِن بَعْدِهِمْ

Hai kaumku, sungguh aku khawatir (bencana) menimpa kalian seperti yang
menimpa kelompok.kelompok masa lalu. Seperti nasib Kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan
lain-lainnya. QS.40 :30-31.

ََلَقدْ جَآءَ ُ كمْ يُوسُفُ مِن َقبْلُ بِاْلبَيِّنَاتِ َفمَا زِْلتُمْ فِي
شَكٍّ مِّمَّا جَآءَ ُ كم بِهِ حَتَّى إَِذا

هََلكَ ُقْلتُمْ َلن يَبْعَ َ ث اللَّهُ مِن بَعْدِهِ رَسُوًلا

Dan dahulu telah datang pada kalian Yusuf dengan keterangan yang jelas,
tetapi kalian tiada hentinya meragukan apa yang ia bawa kepada kalian itu.
Sampai ketika ia meninggal, maka kalian berkata: Allah tidak akan mengutus
seorang Rasul lagi sesudahnya... QS.40:34.

وَيَا َقوْمِ مَا لِي َأدْعُو ُ كمْ إَِلى النَّجَاةِ وَتَدْعُونَنِي إَِلى
النَّارِ تَدْعُونَنِي لَِأكْفُرَ بِاللَّهِ وَأُشْرِكَ

بِهِ مَا َليْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ وََأنَا َأدْعُو ُ كمْ إَِلى الْعَزِيزِ
اْلغَفَّارِ

Hai kaumku, sungguh aku hendak menghindarkan kalian dari bencana tapi
mengapa kamu hendak mengajakku ke neraka (penderitaan)? Kamu suruh aku
menentang Allah dan menyekutukan dengan Dia apa yang tidak kukenal, sedang
aku mengajak kalian kepada yang Maha Gagah lagi Maha Pemurah. QS.40: 41-42

Dari kata-kata pejabat tinggi tadi, maka jelaslah sudah betapa ajaran Nabi
Yusuf membekas pada diri-diri mereka semua, kendatipun setelah ditinggalnya
sejak ratusan tahun. Mengingatkan ini, maka tak mungkinlah seorang orang pun
di antara bangsa Mesir ketika tidak tersentuh hatinya oleh dakwah Nabi Yusuf
a.s. itu. Kerana itu, tidak akan ada yang ingkar terhadap Allah, Tuhan seru
sekalian alam, takkan engkar terhadap *Uluhiyah* dan RububiyahNya. Tetapi,
mereka berbuat suatu kesalahan besar, seperti kesalahan yang dilakukan oleh
bangsa-bangsa atau suku suku dan kaum Nuh Ad, Tsamud Namrud dan Babilon dan
lain-lainnya, seperti anda ketahui dan halaman-halaman lalu.

Kesalahan tersebut ialah mempersekutukan anasir-anasir atau person-person
tertentu dengan Allah dalam *Rububiyah* dan *Uluhiyah*. Dengan demikian
bererti kekuasaan Allah tidak mutlak, lantaran terbagi di antara
person-person yang telah dipersekutukan mereka itu. Dengan demikian, mereka
menentang ketentuan-ketentuan Allah menolak perintah dan menggeser
laranganNya.

Kini timbul tanda tanya tentang peribadi Fir'aun Raja Mesir dahulu itu.
Menurut pendapat orang-orang Islam pada umumnya, bahwa Fir'aun itu, tidak
percaya akan adanya Allah, ingkar terhadap Tuhan seru sekalian alam. Ia
menganggap dirinya sebagai *ilah* dan *rabb*, sesembahan dan tuhan. Pendapat
ini berdasarkan al-Quran. Antara lain:

(1) Ketika Musa berkata: "Aku adalah pesuruh Rabb sekalian alam," maka
sambut Fir'aun dengan pertanyaan: "Gerangan apakah Rabb sekalian alam
(Rabbul-alamin) itu?" Q.26:16 & 23.

(2) Perintah Fir'aun kepada Haman agar membangunkan sebuah menara untuk
membuktikan *Ilah* (Sesembahan) Musa a.s. Q.40:36-37.

(3) Ancamannya pada Musa a.s.: "Jika engkau menganggap suatu *ilah* selain
aku, akan ku penjarakan." Q.26:29.

(4) Pernyataannya di depan rakyat: "Akulah *rabb* (tuhan) kalian." Q.79:24.

(5) Pernyataannya di depan para pejabat tinggi: "Tidak ada
*ilah*(sesembahan) bagi kalian selain aku." Q.28 :38

Pernyataan-pernyataan serupa tersebut, memang menimbulkan tuduhan atas diri
Fir'aun sebagai tidak percaya akan adanya Allah, tidak mengenal *
Rabbulalamin*, Pencipta dan *Rabb* seru sekalian alam dan menganggap dirinya
sebagai tuhan dan sesembahan. Sesungguhnya, pernyataan-pernyataan Fir'aun
tadi, terdorong oleh emosi dan rasa khawatir yang mencengkam alam
fikirannya. Ia khawatir dengan dakwah atau misi Musa itu, kekuasaan negara
akan jatuh kembali ke tangan suku Bani Israel lagi.

Ketika Nabi Yusuf as. menduduki singgahsana kerajaan Mesir, beliau
menyebar-luaskan kepercayaan terhadap Allah sebagai satu-satunya sesembahan
dan *Rabb* seru sekalian alam, sehingga mereka yang tidak memeluk
*dien*yang dibawakannya itupun menghayati kepercayaan tersebut.

Berkat keluhuran keperibadiannya, maka besar jualah pengaruhnya di hati
segenap masyarakat, dimana sukunya (Israel) berpengaruh dan disegani. Maka
dengan mudah mereka mendapatkan kedudukan-kedudukan tinggi dalam
pemerintahan selama beberapa abad.

Tiada sesuatu yang kekal di alam ini. Begitulah halnya dengan pengaruh dan
kekuasaan suku Israel di Mesir itu. Tindakan dan tingkah pola mereka yang
tidak senonoh atau adil itu, menimbulkan anti pati kebencian terhadap mereka
di kalangan rakyat Mesir dan tokoh — atau pemuka-pemuka mereka. Maka
timbullah pergolakan. Sudah tentu kemenangan akhirnya di pihak yang adil.

Tetapi suku Israel berusaha mengambil alih kembali kekuasaan atas Mesir di
bawah tanah. Tetapi pemerintah mengadakan pengawasan terhadap mereka lebih
ketat. Sehingga setiap bayi laki-laki yang lahir dibunuh, supaya
lama-kelamaan kaum laki-laki musnah kerana tiada pengganti. Dengan demikian,
maka akan punahlah suku Israel itu dari permukaan bumi sekiranya tidak
ditolong Allah s.w.t.

Maka dengan seizin Allah, lahirlah seorang bayi laki-laki dan dia bernama
Musa yang dapat perlindungan khusus dari Allah dari kekejaman atau
kebijaksanaan Fir'aun yang tidak bijaksana itu. Malah justeru dipelihara
oleh Fir'aun di dalam istana sebagai anak dan pangeran yang disayangi sekali
oleh sekeluarga. Sehingga apabila sudah dewasa dan layak diberi tugas
risalah (misi) oleh Allah, Tuhan seru sekalian alam, maka Fir'aun dan
kelompoknya akan menghadapi suatu tentangan yang sungguh berat sekali,
dimana tiada alternatif bagi mereka selain tunduk dan setia pada misi Musa
itu, dimana menurut pendapat mereka, bererti menyerahkan kembali kekuasaan
negara kepada Musa dan suku Israel yang sudah dikenal di masa lalu sebagai
penguasa-penguasa yang tidak adil dalam segala tindakan mereka, sehingga
memiskinkan dan memelaratkan rakyat. Atau menentang Musa, dimana masih
tampak harapan untuk bertahan. Maka yang inilah dipilihnya dan dijadikannya
sebagai garis besar haluan negara. Mereka tidak segan-segan lagi
mempergunakan segala tipudaya dan muslihat serta intimidasi dengan asal demi
kemenangan terakhir.

Dalam pada itu, al-Quran menceritakan sebagai berikut: Berkatalah Fir'aun
kepada para pejabat terasnya ketika menerima Musa a.s. dan menghadapinya:

َفَلوَْلا أُلْقِيَ عََليْهِ َأسْوِرٌَة مِّن َذهَبٍ َأوْ جَآءَ مَعَهُ
الْمَلَائِ َ كةُ مُقْتَرِنِينَ

(Sebagai utusan Allah) mengapa tidak dipakaikan padanya seragam dari emas
(tanda kebesaran) atau diiringi barisan Malaikat? QS.43 :53.

Apakah mungkin berkata demikian seorang ingkar akan Allah dan Malaikat itu?

Di lain bagian al-Quran membawakan dialog yang pernah terjadi antara mereka
berdua. yaitu, setelah Musa a.s. mempertunjukkan beberapa Mukjizat
kepadanya, maka Fir'aun berkata:

فَقَا َ ل َلهُ فِرْعَو ُ ن إِنِّي َلَأظُنُّكَ يَا مُوسَى مَسْحُورًا َقا َ ل
َلَقدْ عَلِمْتَ مَا َأنزَ َ ل هَؤُلآءِ إِلاَّ

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ بَصَآئِرَ وَإِنِّي َلَأظُنُّكَ يَا فِرْعَو ُ
ن مَْثبُورًا

Maka berkatalah Fir'aun: Hai Musa, jelaslah bagiku, bahawa semua itu, adalah
sihir (black magic) semata.

Lalu jawab Musa: Sesungguhnya engkau sudah tahu dan yakin benar, bahwa hal
itu takkan dapat diperlakukan kecuali oleh Rabb seru sekalian alam. Dan aku
yakin, bahwa engkau hai Fir'aun pasti binasa. QS.17:l0l-102.

Di ayat lain al-Quran membongkar isi hati Fir'aun dan konco- konconya:

َفَلمَّا جَآءَتْهُمْ آيَاتُنَا مُبْصِرًَة َقاُلوا هَ َ ذا سِحْرٌ مُّبِينٌ
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيَْقنَتْهَآ َأنُفسُهُمْ

ُ ظْلمًا وَعُُلوا

Maka tatkala mukjizat-mukjizat Kami (Allah) itu sampai kepada mereka dengan
jelasnya, mereka sanggah: Ini adalah sihir semata. Sengaja mereka ingkari,
padahal mereka yakin dalam hati akan kebenarannya. QS.27:l3-14.

Di bahagian lain, al-Quran mengungkapkan tipu daya pihak Fir'aun terhadap
dakwah Musa di muka umum:

َقا َ ل َلهُم مُّوسَى وَيَْل ُ كمْ َلا تَفْتَرُوا عََلى اللَّهِ َ كذِبًا
َفيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وََقدْ خَابَ مَنِ

اْفتَرَى َفتَنَازَعُوا َأمْرَهُم بَيْنَهُمْ وََأسَرُّوا النَّجْوَى َقاُلوا
إِ ْ ن هَذَانِ َلسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ َأن

يُخْرِجَا ُ كم مِّنْ َأرْضِ ُ كم بِسِحْرِهِمَا وَيَ ْ ذهَبَا بِطَرِيَقتِكُمُ
اْلمُْثَلى

Kata Musa kepada mereka: Hati-hatilah, jangan berdusta terhadap Allah, kelak
kamu dibinasakanNya dengan azab. Dan pastilah rugi orang berdusta itu.

Lalu timbul perselisihan pendapat di antara mereka sendiri tentang sikap
yang akan diambilnya dalam sidang tertutup.

Lalu kata mereka di hadapan umum: Bahawasanya dua ahli sihir ini, akan
merebut kekuasaan negerimu ini dengan sihir serta mengubah
peraturan-peraturanmu yang sempurna itu sekali. QS.20:6l-63.

Adapun yang menimbulkan perselisihan di antara pihak. Fir'aun atau penguasa
ialah ancaman Musa terhadap mereka dengan kepastian menimpanya *azab* Allah
(bencana, kekacauan, kesulitan dan lain lain lagi) bila mereka menentang
ketentuan ketentuan Allah (sunatullah) yang berlaku sejak dahulu hingga
akhir zaman. Dengan ini mereka sedari benar-benar dengan penuh keyakinan,
tidak dibantah. Akan tetapi kerana mereka khawatir kekuasaan negeri jatuh
kembali di tangan suku Israel golongan Musa itu, maka kebenaran dan keadilan
yang diperjuangkan Musa itu selalu diputar belitkan.

Mukjizat-mukjizat yang tak mungkin dilakukan kecuali oleh Allah dengan
perantaraan pesuruh atau RasulNya dianggapnya sihir seperti yang dilakukan
oleh banyak ahli sihir. Dan Musa difitnah mereka sabagai ahli sihir yang
sangat mahir yang mau merebut kekuasaan negara dan bangsa Mesir, dimana
undang-undang dan peraturan serta adat istiadat bangsa Mesir yang sudah
sempurna itu dibuangnya.

Karena jelas sudah hakikat tersebut, maka mudahlah bagi kita untuk
selanjutnya mengkaji:

(1) Apa sebab Fir'aun memusuhi Musa a s.

(2) Di sektor manakah kesesatan (kekeliruan) Fir'aun dan orang Mesir masa
lalu itu?

(3) Arti yang manakah dari kata *ar* *Rabb* yang dimaksud Fir'aun hingga ia
menganggap dirinya sebagai *ilah* dan *rabb* (sesembahan dan rabb) itu?

Supaya mendapatkan jawapan yang memuaskan, baiklah kita telaah lebih dahulu
keterangan yang disertai ayat ayat al Quran sebagai berikut.

(1) Kelompok yang berpihak Fir'aun, setiap kali mendapat kesempatan dalam
pertemuan, baik di sidang maupun di luarnya menganjurkan Fir'aun agar
bertindak sekeras-kerasnya terhadap gerakan atau dakwah Musa a.s. itu:

َأتَ َ ذرُ مُوسَى وََقوْمَهُ لِيُ ْ فسِدُوْا فِي الأَرْضِ وَيَ َ ذرَكَ
وَآلِهَتَكَ

Mengapa tuan biarkan saja Musa dan sukunya mengacau dan meninggalkan (tidak
menghiraukan) tuan dan sesembahan-sesembahan tuan itu? QS.7 :127.

Sebaliknya, di pihak yang pro Musa dan merahasiakan imannya di antara
pejabat-pejabat tinggi itu, berkata:

تَدْعُونَنِي لَِأكْفُرَ بِاللَّهِ وَأُشْرِكَ بِهِ مَا َليْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ

(Kenapa) kamu menyeruku supaya kafir terhadap Allah dan mempersekutukan
dengan Dia apa yang tak kuketahui itu? Q.40:42.

Jika kedua ayat tersebut dan sejarah Fir'aun dan Mesir pada masa dahulu itu
diteliti, maka akan jelaslah bahwa berhala-berhala atau
sesembahan-sesembahan yang mereka persekutukan dengan Allah dalam
RububiyahNya, terbatas pada makna (Memelihara dan menjamin atau memenuhi
keinginan yang dipelihara) dan (Membimbing serta mengawasi di samping
memperbaiki dalam segala hal.). Maka itu, mereka sembah. Seandainya Fir'aun
mengangkat dirinya sebagai *rabb* (tuhan) dalam arti yang luas itu, yaitu
menguasai seluruh ketentuan alam dan tata-tertibnya serta tiada tuhan
mauupun sesembahan selain dia, maka takkan berdiri sebuah patung berhala pun
di tanah Mesir itu.

(2) Adapun pernyataan Fir'aun di hadapan seluruh pejabat tinggi:

يَا َأيُّهَا الْمََلأُ مَا عَلِمْتُ َل ُ كم مِّنْ إَِلهٍ َ غيْرِي

Hai seluruh pejabat: Selainku, tiada tuhan bagi kamu. Q.28 :38.

Dan ancamannya kepada Musa a.s.:

َلئِنِ اتَّخَذْتَ إَِلهًا َ غيْرِي َلَأجْعََلنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ

Akan kupenjarakan jika engkau mempertuhankan sesuatu selainku. Q.26 :29.

Maksud Fir'aun dengan kata-katanya di atas tadi ialah, melarang Musa untuk
berdakwah. Tidak bererti bahawa ia ingkar akan Allah dan ingkar terhadap
berhala-berhala yang disembahnya dan disembah rakyat. Kalau dibiarkannya
Musa herdakwah hingga berhasil, maka takkan ada satupun tuhan akan diakui
selain Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tuhan yang tak terbatas kekuasaanNya
di segala lapangan hidup, baik lapangan politik mauupun sosial dan
lain-lainnya tanpa kekecualian, dimana Fir'aun dan yang lain takkan berkuasa
dan berbuat semahunya. Dan tak dapat memperbudakkan rakyat sebagaimana
raja-raja dan penguasa dahulu. Sebab itulah, maka ia tak dapat menguasai
emosinya ketika berkata di hadapan umum: Hai ketahuilah, bahawa tiada
sesuatu yang bersifat seperti yang di katakan Musa itu selainku. Dan engkau,
hai Musa, jika engkau mempertuhankan sesuatu selainku, maka akan
kupenjarakanlah.

Dan penjelasan al-Quran dan dari sejarah bangsa-bangsa masa lalu dan
pengalaman-Pengalaman mereka, jelaslah bahawa raja-raja zaman dahulu (di
zaman sekarang pun ada) di antaranya Fir'aun-fir'aun Mesir, tidak hanya
bercita cita menguasai fisik dan material rakyat mereka, akan tetapi juga
hendak menguasai alam fikirannya. Mereka propagandakan dengan cara apapun
agar diri-diri mereka dianggap turunan dewa-dewa, sempurna, tiada kekurangan
atau kelemahannya, dimana kemudian mereka di persekutukan dengan Allah,
Tuhan seru sekalian alam dalam sektor *Uluhiyah* dan *Rububiyah*. Dalam pada
itu dan untuk maksud tersebut, sengaja diadakannya upacara-upacara khusus
yang harus ditaati, baik oleh rakyat-jelata mahupun pejabat setiap menghadap
sang raja. Jika mereka mati atau diganti, maka berpindahlah kekuasaan rohani
itu ke lain tangan, begitupun kebesaran dan keagungannya yang bersifat
sementara itu.

(3) Pengakuan Fir'aun akan uluhiyah (ketuhanan) dirinya hanya terbatas pada
lingkungan yang dikuasainya. Bukan *Uluhiyah* yang mutlak kekuasannya itu.
yaitu kekuasaan atas seluruh alam semesta. Apabila ia berkata:

َأنَا رَبُّ ُ كمُ اْلَأعَْلى

Akulah Rabbmu yang paling tinggi. Q.79:24.

Maka yang dimaksudkan olehnya ialah bahwa ia adalah penguasa atau pemimpin
yang tertinggi di Mesir. Maka sudahlah sayugianya setiap perintah dan
larangannya diendahkan dan ditaati. Tetapi terbatas pada tiga sektor, yaitu
sektor 3, 4 dan 5. Sedangkan sektor-sektor 1 dan 2 dikuasai Allah, Tuhan
seru sekalian alam itu, dimana tiada satupun yang ikut berkuasa. Kini,
apakah benar atau tidak penyataan Fir'aun menurut tutur al-Quran: Wahai
bangsa Mesir, apakah negeri ini bukan milikku di mana sungai-sungai mengalir
di bawah kekuasaanku (irigasi)?:

وَنَادَى فِرْعَوْ ُ ن فِي َقوْمِهِ َقا َ ل يَا َقوْمِ َأَليْسَ لِي مُلْكُ
مِصْرَ وَهَذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِن

تَحْتِي َأَفَلا تُبْصِرُو َ ن

Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya seraya berkata: Hai Kaumku, bukankah
kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan bukankah sungai-sungai ini mengalir di
bawah kekuasaanku, apakah kamu tidak merenungkannya? Q.43:51.

Jadi Fir'aun pun membatasi kekuasaannya hanya di negeri Mesir. Bukan di
langit dan bumi!

Namrud Raja Babilon itupun, menganggap dirinya sebagai rabb (tuhan) dengan
alasan serupa, iaitu kekuasaan:

َأَلمْ تَرَ إَِلى الَّذِي حَآجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رِبِّهِ َأ ْ ن آتَاهُ
اللّهُ اْلمُْلكَ

Apakah engkau sudah tahu tentang orang yang mendebat Ibrahim tentang Rabbnya
karena dianugerahi Allah sebuah *kerajaan / pemerintahan*? Q.2:258.

Maka itu, raja Mesir sebelum Musa, telah menobatkan Nabi Yusuf a.s. sebagai
gantinya, tanpa pemilihan umum atau persepakatan dan majlis permusyawaratan.
Sebab, sebagai raja, maka ia berkuasa penuh, serupa diktator.

(4) Adapun faktor utama yang menyebabkan permusuhan yang tajam dari pihak
Fir'aun dari kawan-kawannya terhadap Musa a.s., bukanlah kerana Musa
menyatakan kemutlakan *Rububiyah* dan *Uluhiyah* Allah atas sekalian alam
ini, akan tetapi ialah kerana menganggap Allah itu sebagai satu-satunya Rabb
yang berkuasa penuh di langit dan di bumi sekali. Maka itu, seluruh makhluk
harus tunduk pada ketentuan-ketentuanNya dalam seluruh aspek-aspek
kehidupan, politik, sosial, ekonomi dan lain. Iainnya, baik individu,
mahupun perkumpulan.

Atas dasar ini, maka wajiblah Fir'aun menyerahkan kekuasaan negeri Mesir itu
kepada Musa a.s. yang sudah ditunjuk Allah sebagai Rasul (utusan), dimana
kemudian Musa akan menerima arahan arahan dan petunjuk Allah, Rabb seru
sekalian alam itu. Dan mukjizat-mukjizat yang ditunjukkan oleh Musa dan
doa-doanya yang selalu dikabulkan Allah itu, sebagai langkah langkah pertama
untuk meyakinkan Fir'aun.

Kerana itulah, maka Fir'aun menjadi kalap dan berusaha menyahkan Musa walau
dengan membunuhnya. Sebab, jelas ia akan kehilangan kejayaan dan
kekuasaannya bila Musa dibiarkan bebas berdakwah. Ia mengerahkan segala
kemampuannya, mengerahkan Departmen Penerangannya untuk berkompeten di
seluruh pelosok tanah air mengenai kegiatan Musa dan saudara kandungnya
(Harun) untuk mengembalikan kekuasaan Mesir kepada suku Israel seperti
masa-masa lalu, dimana nanti tata cara hidup, adat istiadat dan
peraturan-peraturan kita yang sempurna itu diganti dengan yang baru menurut
kehendak mereka. Dan kita dijajah serta dijadikan budak budaknya Demikian
kurang lebih keterangan al-Quran berikut:

وََلَقدْ َأرْسَْلنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا وَسُْل َ طانٍ مُّبِينٍ إَِلى
فِرْعَوْ َ ن وَمََلئِهِ َفاتَّبَعُوْا َأمْرَ فِرْعَوْ َ ن وَمَا

َأمْرُ فِرْعَوْ َ ن بِرَشِيدٍ

Dan telah, Kami (Allah) utus Musa dengan peraturan peraturan Kami dan dengan
mukjizat yang nyata. Kepada Fir'aun dan pembesar-pembesarnya. Tapi mereka
ikuti perintah Fir'aun padahal perintah Fir'aun tidak benar. Q.11:96-97.

ََلَقدْ َفتَنَّا َقبَْلهُمْ َقوْمَ فِرْعَوْ َ ن وَجَآءَهُمْ رَسُو ٌ ل َ
كرِيمٌ َأ ْ ن َأدُّوا إَِليَّ عِبَادَ اللَّهِ إِنِّي َل ُ كمْ

رَسُو ٌ ل َأمِينٌ وََأنْ لَّا تَعُْلوا عََلى اللَّهِ إِنِّي آتِي ُ كم بِسُْل
َ طانٍ مُّبِينٍ

Sesungguhnya sebelum mereka (Quraisy) telah Kami (Allah) cuba kaum Fir'aun,
dimana datang kepada mereka seorang utusan yang mulia (berwibawa).

Seraya berkata: Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (rakyat/bangsa), aku
adalah pemimpin yang dapat dipercaya. Dan kamu jangan membangkang terhadap
perintah Allah. Kini kubawakan kepemimpinan yang jelas. Q.44:17-19

نَِّا َأرْسَْلنَآ إَِليْ ُ كمْ رَسُوًلا شَاهِدًا عََليْ ُ كمْ َ كمَآ
َأرْسَْلنَآ إَِلى فِرْعَوْ َ ن رَسُوًلا َفعَصَى فِرْعَوْ ُ ن

الرَّسُو َ ل فَأَخَذْنَاهُ َأخْ ً ذا وَبِيلًا

Bahawasanya Kami (Allah) mengutuskan kepada kamu (Quraisy) seorang Rasul
sebagai pimpinan atas kamu, sebagaimana Kami telah mengutus seorang Rasul
kepada Fir'aun. Tetapi Fir'aun menderhakai Rasul itu, maka Kami balasnya
dengan tegas. Q.73.15-16.

َقا َ ل َفمَن رَّبُّ ُ كمَا يَا مُوسَى قَا َ ل رَبُّنَا الَّذِي َأعْ َ طى ُ
كلَّ شَيْءٍ خَلَْقهُ ُثمَّ هَدَى

Fir'aun bertanya kepada Musa dan Harun: Maka siapakah Rabbmu itu? Maka
jawabnya: Rabb kami ialah yang memenuhi segala keinginan makhlukNya,
kemudian diberinya naluri. Q.20 :49-50

قَا َ ل فِرْعَوْ ُ ن وَمَا رَبُّ الْعَاَلمِينَ قَا َ ل رَبُّ السَّمَاوَاتِ
وَالَْأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إن ُ كنتُم

مُّوقِنِينَ َقا َ ل لِمَنْ حَوَْلهُ َأَلا تَسْتَمِعُو َ ن َقا َ ل رَبُّ ُ
كمْ وَرَبُّ آبَائِ ُ كمُ الَْأوَّلِينَ َقا َ ل إِنَّ رَسُوَلكُمُ

الَّذِي أُرْسِ َ ل إَِليْ ُ كمْ َلمَجْنُو ٌ ن قَا َ ل رَبُّ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِن ُ كنتُمْ تَعْقُِلو َ ن

َقا َ ل َلئِنِ اتَّخَذْتَ إَِلهًا َ غيْرِي َلَأجْعََلنَّكَ مِنَ
الْمَسْجُونِينَ

Fir'aun bertanya: Apa gerangan Rabb seru sekalian alam itu?

Musa menjawab: Tuhan Pencipta bumi dan langit serta apa yang ada antara
keduanya, jika kamu percaya.

Berkatalah Fir'aun kepada orang orang sekitarnya: Sudahkah kamu dengar?

Musa berkata: Dia, adalah Rabbmu dan Rabb nenek moyangmu.

Firaun berkata: Bahawasanya utusan yang akan dijadikan sebagai pemimpinmu
itu, sungguh gila.

Kata Musa selanjutnya: Dia Rabb (yang menguasai) Timur dan Barat dan apa
yang ada antara keduanya, jika kamu menggunakan akal.

Lalu Fir'aun mengancam: Jika engkau mempertuhan selain daripadaku, nescaya
ku humbankan ke dalam penjara. Q.26:23-29.

َقا َ ل َأجِْئتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ َأرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَا مُوسَى

Fir'aun bertanya: Hai Musa, apakah kau hendak mengambil alih kekuasaan
negeri ini dari tangan kami dengan mempergunakan sihirmu itu? Q.20:57.

وََقا َ ل فِرْعَوْ ُ ن َذرُونِي َاْقتُ ْ ل مُوسَى وَْليَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي
َأخَافُ َأن يُبَدِّ َ ل دِينَ ُ كمْ َأوْ َأن يُظْهِرَ

فِي الَْأرْضِ الْفَسَادَ

Dan berkatalah Fir'aun: Biarlah Musa kubunuh saja dan biarlah dia minta
tolong kepada Rabbnya. Sungguh aku khuatir akan diubahnya dienmu
(peraturan-peraturan) atau membuat kekacauan di negara ini. Q.40:26

َقاُلوا إِ ْ ن هَذَانِ َلسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ َأن يُخْرِجَا ُ كم مِّنْ
َأرْضِ ُ كم بِسِحْرِهِمَا وَيَ ْ ذهَبَا

بِطَرِيَقتِكُمُ اْلمُْثَلى

Mereka berkata: Bahwasanya kedua orang ini adalah benar-benar ahli sihir
yang hendak mengambil kekuasaan negerimu ini dengan sihirnya dan mengubah
tata-cara hidupmu (peraturan-peraturan) yang sudah sempurna itu. Q.20:63.

Ayat-ayat tersebut di atas, jika diteliti satu demi satu, akan jelaslah
bahwa kekufuran bangsa-bangsa masa lalu itu, serupalah dengan kekufuran
sebahagian dari bangsa Mesir di waktu Fir'aun. Maka itu dakwah dan
perjuangan para Rasul dan Nabi samalah motifnya dengan perjuangan dan dakwah
Musa dan Harun pada masa dahulu itu.

Di zaman sekarang, orang-orang yang memeluk *dien *(agama) demokrasi
menjadikan orang-orang legislatif sebagai *Rabb* selain Allah *Subhanahu**Wa
** Ta'ala. *Tatkala kita telah memahami *tasyri *(aturan) dan seluruh hukum
adalah wewenang khusus *Rububiyah*, maka setiap orang yang mengikuti aturan
selain aturan Allah berarti dia telah menjadikan si *musyarri* (pembuat
hukum / UU / UUD / aturan) itu sebagai *rabb *(tuhan) dan menjadikannya
sekutu bagi Allah.

Bagaimanapun keadaannya, tidak diragukan lagi bahwa setiap orang yang
menaati selain Allah dalam aturan yang menyelisihi syariat-Nya, maka dia
telah menjadikannya sebagai sekutu Allah. Seperti firman-Nya yang artinya :
"Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan
keputusan. (QS. Al-Kahfi [18]:26) bahwa orang-orang yang mengikuti aturan /
hukum / UU produk musyari'in (para pembuat UU) selain apa yang telah
ditetapkan oleh Allah, sungguh mereka itu musyrik / menyekutukan Allah. Hal
ini dijelaskan dalam ayat-ayat lain, seperti firman-Nya tentang orang yang
mengikuti aturan setan dalam menghalalkan bangkai, dengan dalih ia adalah
sembelihan Allah (maksudnya bangkai itu dimatikan oleh Allah).

"Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah
ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu
kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar
mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu
tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. (QS. Al-An'am : 121)

Di sini Allah *Subhanahu Wa Ta'ala *menegaskan, bahwa kaum muslim bisa
menjadi bagian dari kaum musyrik jika menuruti kemauan mereka (kawan-kawan
setan itu)..

Ibnu Jarir meriwayatkan Ibnu `Abbas menjelaskan mengenai;

وَلاَ تَأْكُلُواْ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ

Sampai :

ِيُجَـدِلُوكُمْ

"Syaitan-syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya, `Kamu memakan dari
apa yang kamu sembelih dengan tanganmu, tetapi tidak memakan binatang yang
dimatikan oleh Allah''' As-Suddi berkata; "Beberapa musyrikin berkata kepada
orang-orang muslim, `Kamu seringkali mengaku mencari *ridha* Allah.
Sekarang, kamu tidak mau memakan apa yang Allah ridhai / kehendaki untuk
mati (yaitu bangkai hewan), tetapi kamu memakan apa yang kamu sembelih
sendiri' Allah berfirman,

وَإِنْ أَطَعْتُمُوهُمْ

dan jika kamu menuruti mereka, dan memakan bangkai hewan

إِنَّكُمْ لَمُشْرِكُونَ

*innakum lamushrikuuna *

(sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik) Sebagaimana
yang telah diriwayatkan oleh Mujahid, Ad-Dahhak dan para salaf. Artinya,
Jika kalian *berpaling dari perintah*, dan *Syariat Allah* bagi kalian,
kepada ucapan selain dari-Nya, lalu kalian mendahulukan ucapan selain
dari-Nya itu, maka yang demikian itu merupakan perbuatan *syirik* (Sumber :
Tafsir Ibnu Katsir)

Mengenai firman :

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُواْ بِمَا أُنزِلَ
إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُواْ إِلَى
الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُواْ أَن يَكْفُرُواْ بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن
يُضِلَّهُمْ ضَلاَلاً بَعِيدًا

"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah
beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah
diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka
(dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya." (QS. An-Nisa' : 60)

Syaikh Asy-Syinqithi *rahimahullah* berkata : "Dengan nash yang kami
sebutkan ini, nampak jelaslah bahwa orang-orang yang mengikuti *qawanin
wadh'iyah *yang disyariatkan setan melalui lisan kawan-kawannya dan
menyelisihi apa yang disyariatkan Allah melalui lisan Rasul-Nya, tidak
diragukan lagi kekafiran dan kemusyrikan mereka, kecuali (di mata) orang
yang telah Allah hapus *bashirah*nya dan Dia butakan dari cahaya
wahyu…(Adhwaul Bayan juz 4 hal. 83)

*Wallahu a'lam bishawab*

Disarikan dari : Empat Kalimah Di Dalam Al-Quran oleh *Al-Maududi*

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: