Selasa, 22 Januari 2013

[daarut-tauhiid] ARAB SAUDI ATAU IRAN YG BANTU AS SERANG IRAQ?

 

Assalamu'alaikum wr wb,

Maaf sekedar "MELURUSKAN BERITA".
Pangkalan Udara Militer AS di Arab Saudi
Foto2 dan Video Dokumentasi bisa dilihat di:
http://kabarislam.wordpress.com/2013/01/14/arab-saudi-atau-iran-yang-bantu-as-serang-iraq/

Ketika berita/tulisan tidak lengkap:
Tulisannya tentang Iraq, AS dan Iran agak mentah/kurang lengkap:
http://www.fimadani.com/jadilah-kaum-sektarian
Yang lengkap itu saat Revolusi Iran tahun 1979, AS dan Arab Saudi serta negara2 Arab lainnya mendukung Iraq (Saddam Hussein) menyerang Iran. Terjadi perang selama 8 tahun (1980-1988) yg menewaskan 1 juta orang (500 ribu Iran dan 500 ribu Iraq) dan biaya perang Rp 10 ribu trilyun. Sebelumnya, Iran sebagaimana Arab Saudi adalah sekutu erat AS di zaman Syah Iran, Reza Pahlevi. Namun sejak Reza terguling, Kedubes AS diserbu dan disandera mahasiswa Iran selama 444 hari untuk kemudian ditutup hingga saat ini.
Sayang negara2 Arab justru menagih hutang tsb, sehingga Saddam menyerang Qatar, Kuwait, dan Arab Saudi. Saddam itu Sunni dan didukung pemerintahan yg Sunni meski 60% warga Iraq itu Syi'ah.

Negara2 Arab tak mampu melawan Iraq. Mereka mengundang AS dan menyediakan pangkalan militer bagi AS guna menyerang Iraq dan membunuh Saddam. Akibatnya Saddam dan Pemerintah Sunninya jatuh. Yang naik, justru pemerintah dari kalangan Syi'ah karena yg Sunni banyak yg mendukung Saddam.

Jadi keliru jika ada yang menulis Iran yg membantu AS menyerang Iraq. Justru Arab Saudi dan negara2 Arablah yg menyediakan pangkalan militer bagi AS guna menyerang Iraq.
Tahun 1980 saya sudah berusia 13 tahun dan rajin baca koran, majalah, nonton berita TV, dsb. Jadi paham banyak berita di dunia saat itu. Invasi AS ke Iraq tahun 2003 usia saya 33 tahun. Jadi kalau ada yang memelintir berita, insya Allah ketahuan.

Selain menyediakan Pangkalan Militer bagi AS, ternyata Arab Saudi juga menyumbang teroris ke Iraq. 53 Pembom Bunuh diri yang menargetkan peziarah Syi'ah ternyata berasal dari Arab Saudi. Apalagi ternyata banyak lembaga-lembaga dan Media Massa "Islam" yang didanai dengan Petro Dollar Arab Saudi bukan sekedar mengulas perbedaan Sunni-Syi'ah, tapi juga mengobarkan kebencian sehingga mengadu-domba Sunni dengan Syi'ah.

Silahkan baca:
http://www.al-khilafah.org/2012/11/mufti-arab-saudi-pengkritik-pemerintah.html
Rezim Arab Saudi dikenal luas dengan reputasinya sebagai sekutu utama Amerika dan Barat di kawasan Jazirah Arab. Arab Saudi bersama Amerika memerangi mujahidin Anshar Syariah di Yaman Selatan. Agresi militer AS dan NATO ke Irak pada Perang Teluk 1990 dan perang 2003 berangkat dari pangkalan-pangkalan militer AS dan Inggris di Arab Saudi dan Kuwait.

http://arrahmah.com/read/2012/05/29/20460-serial-perang-salib-modern-1-pasukan-koalisi-salib-di-jazirah-arab-menjajah-jantung-dunia-islam.html
Eksistensi pasukan AS di Jazirah Arab (istilah mereka, kawasan Timur Tengah) saat ini bukan-lah sebuah reaksi atas sebuah permasalahan tertentu, misalnya invasi Irak ke Kuwait 1991 M, tragedi WTC 11 September 2001 M, atau menjatuhkan rezim diktator Saddam Husain 2003 M semata.

http://kabarislam.wordpress.com/2012/02/08/sejarah-perang-iran-irak-dan-invasi-as-ke-irak/

Dengan naiknya PM Nuri Al Maliki dari Syi'ah dan sebetulnya Presiden Iraq itu dari Wahabi, mungkin benar kalau Iran/Syi'ah kemudian diuntungkan. Kita juga harus paham bahwa Presiden Iraq dipegang oleh Jalal Talabani. Seorang Sunni meski sekuler. Bukan Syi'ah!

http://en.wikipedia.org/wiki/Jalal_Talabani

Tapi aneh jika Media Massa Islam yang didanai Petro Dollar Arab Saudi sama sekali tidak menyinggung peran/dosa Arab Saudi yang mengundang dan menyediakan pangkalan militer bagi pasukan AS guna menyerang Iraq hingga sekarang. Adilkah itu? Jujurkah itu?

Munculnya Syi'ah jadi PM Iraq belum tentu dia taat pada Imam Syi'ah atau sejalan dgn Pemerintah Iran. Buktinya mantan Syah Iran Reza Pahlevi, puteranya, dan para Pendukung Syah Iran membangkang thd Imam Syi'ah dan Iran serta bersehabat dgn AS. Ini sama halnya dgn Saddam Hussein yang Sunni, tapi kemudian justru menentang Arab Saudi dan AS. Kalau di Indonesia, ada Islam KTP yang justru menentang Islam. Jadi tak bisa disebut naiknya seorang Syi'ah jadi PM seperti Nuri sebagai selingkuh antara AS dgn Iran. Apalagi sebenarnya yang jadi Presiden adalah seorang Wahabi meski kemudian tersingkir karena melakukan pemboman thd kaum Syi'ah yang sebetulnya mayoritas di Iraq.

Meski Saddam Hussein adalah Sunni, namun 60% penduduk Iraq adalah Syi'ah. Ini berlawanan dgn Suriah di mana Syi'ah cuma 15% dan Sunni 85%, tapi yang jadi presiden adalah orang Syi'ah. Cuma aneh juga kalau ada Media Wahabi seperti Arrahmah.com dgn data tidak jelas menyebut Sunni mayoritas di Iraq dgn jumlah 60% padahal berbagai fakta di media massa termasuk Sensus di zaman Saddam menyebut Syi'ah 60% di sana. Apalagi Iraq itu kan memang pusatnya Syi'ah meski sekarang bergeser ke Iran. Lihat:

Britannica: Syi'ah 60%, Sunni 40% Sumber: CIA World Fact Book: Syi'ah 60%-65%, Sunni 32%-37% dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Iraq

About 65% of Iraqis are Shia sumber: http://news.bbc.co.uk/2/shared/spl/hi/middle_east/02/voices_from_iraq/html/abbas.stm

Majority Shiite Arab (around 60%) sumber: http://middleeast.about.com/od/religionsectarianism/tp/Sunni-Shiite-Tension-In-The-Middle-East.htm

Kalau digoogle lebih banyak lagi, maka kita akan tahu kalau Syi'ah memang mayoritas di Iraq. Beritanya dari sumber yg kredibel itu amat Mutawatir. Jadi aneh kalau ada Media Wahabi macam Arrahmah.com bilang Sunni adalah mayoritas di Iraq. Itu bohong besar. Kalau Suriah, itu benar. Jika hal seperti statistik yang pasti dan jelas saja sudah bohong, bagaimana dengan berita2 lainnya?

Kalau ada 2 pihak yang berperang, sebaiknya didamaikan. Bukan malah dikompori. Bisa saja kaum Sunni diprovokasi jihad melawan Syi'ah di sana, dan kaum Syi'ah juga berjihad di sana. Yang meninggal bukan cuma Syi'ah. Tapi kaum Sunni juga.

Apalagi ini cuma masalah politik. Rebutan kekuasaan. Harusnya lakukan saja lewat Pemilu. Kalau misalnya mayoritas rakyat memilih si X sebagaimana Pilkada di Jakarta, ya terima saja. Ini lebih baik ketimbang saling bunuh yang tidak sesuai dgn ajaran Islam.

Agama Islam tidak pernah mengajarkan ummatnya jadi Sektarian/Ashobiyyah. Islam itu adalah Rahmatan lil 'Alamiin.
Apalagi sampai membunuh orang yang masih bersyahadah tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah serta masih sholat.

Ummat Islam itu berjihad/berperang demi ISLAM! Bukan demi Sunni atau pun demi Syi'ah:
Ka'ab bin 'Iyadh Ra bertanya, "Ya Rasulullah, apabila seorang mencintai kaumnya, apakah itu tergolong fanatisme?" Nabi Saw menjawab, "Tidak, fanatisme (Ashabiyah) ialah bila seorang mendukung (membantu) kaumnya atas suatu kezaliman." (HR. Ahmad)

Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada 'ashabiyah (HR Abu Dawud).

Dalam hadits yang lain Nabi mengatakan bahwa orang yang mati dalam keadaan ashobiyah (membela kelompoknya, bukan Islam), maka dia masuk neraka.

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2011/03/13/ummat-islam-itu-satu-dan-jangan-berpecah-belah/

Ini adalah Daftar Pangkalan Udara Amerika Serikat di negara-negara Islam. Dari situ kita tahu ternyata Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar, Turki menyediakan Pangkalan Militer bagi AS. Ada pun Afghanistan dan Iraq baru "memberi" pangkalan militer setelah diserang dan dikuasai AS. Ada 5 Pangkalan Udara Amerika Serikat di Arab Saudi seperti:

Eskan Village Air Base, Saudi Arabia
King Abdul Aziz Air Base, Dhahran, Saudi Arabia
King Fahd Air Base, Taif, Saudi Arabia
King Khalid Air Base, Khamis Mushayt, Saudi Arabia
Riyadh Air Base, Riyadh, Saudi Arabia
Sebelumya Media Massa Wahabi yang didanai Petro Dollar Arab Saudi (Sekutu AS dan Israel) juga memberitakan bahwa roket Hamas bukan bantuan dari Iran. Padahal roket Fajr 5 yang ditembakkan Hamas adalah buatan Iran (sama dgn Toyota itu buatan Jepang). Iran juga memberi mesin pembuat rudal ke Hamas sehingga Hamas bisa membuatnya sendiri. Itulah sebabnya Hamas selain berterimakasih kepada Mesir juga berterimakasih pada Iran. Coba tanya pada pimpinan tertinggi Hamas: Khaled Meshaal dan Ismail Haniyeh tentang ini:

http://kabarislam.wordpress.com/2013/01/10/wahabi-roket-hamas-bukan-buatan-iran/

Ada lagi yang mempertanyakan "Adakah 1 Peluru Iran yang jatuh ke Israel?" Secara langsung mungkin tidak ada karena jarak Israel-Iran yang cukup jauh (1500 km). Lihat peta:

http://kabarislam.wordpress.com/2012/01/16/adakah-satu-peluru-iran-jatuh-di-tanah-israel

Tapi dengan perang Gaza selama 8 hari kemarin kita tahu roket Fajr 5 Iran mendarat di Israel. Sebelumnya juga roket-roket Iran dan senjata lain dipakai oleh pejuang Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza. Tak heran jika pimpinan Hamas seperti Khaled Meshaal dan Ismail Haniyeh sering pergi ke Teheran guna mendapat dukungan dana dan senjata dari Iran. Foto-foto dan video2 mereka dgn pimpinan Iran bisa dilihat di sini:

http://kabarislam.wordpress.com/2013/01/10/wahabi-roket-hamas-bukan-buatan-iran/

Saat pemimpin Iran mengecam AS dan Israel dengan pedas, banyak yang menganggapnya cuma pura-pura. Sekarang kita tanya, "Beranikah Raja Arab Saudi mengecam AS dan Israel?" SBY saja tidak berani. Jadi dengan mengecam pun butuh keberanian yang tinggi.

Kaum Wahabi sering menganggap Iran cuma pura-pura melawan AS. Tidak akan terjadi perang. Padahal jika kita lihat, sudah banyak konflik yang terjadi:

1. Penyerbuan Kedubes AS dan penyanderaan staf Kedubes AS selama 444 hari pasca Revolusi Iran yang menggulingkan sekutu AS, Syah Iran Reza Pahlevi. Mana ada negara di dunia ini yang berani menyerang Kedubes AS? Di Indonesia, demo di depan Kedubes AS saja bisa ditembak mati oleh Polisi.

AS pernah mencoba membebaskan sandera tsb dalam Operasi Eagle Claw. Namun gagal karena badai gurun. Pesawat dan Helikopter militer AS saling bertabrakan dan menewaskan sebagian pilot dan penumpangnya. Sisanya ditahan Iran. Silahkan baca:

http://kabarislam.wordpress.com/2011/12/14/fitnah-salafi-wahabi-terhadap-iran

Hingga saat ini, tidak ada Kedubes AS di Iran. Bandingkan dengan Kedubes2 AS yang hadir di Arab Saudi, Mesir, dan Turki. Iran jelas lebih berani dalam menghadapi kafir harbi AS yang membunuh ummat Islam di Iraq, Afghanistan, dan menghalangi berdirinya syariat Islam di seluruh dunia

2. U.S.S Vincennes menembak jatuh pesawat Airbus A300 Iran itu segera setelah lepas landas dari kota Bandar Abbas, Iran, tanggal 3 Juli tahun 1988. 290 orang Iran tewas! Washington mengatakan Vincennes keliru mengira pesawat penumpang itu sebuah pesawat tempur jet Iran yang bermusuhan.

3. AS dan Israel pada tahun 2010 dan 2011 membunuh ahli nuklir Iran untuk menghambat program nuklir Iran. AS dan Israel menurut media massa Barat sendiri melakukan sabotase yang mengakibatkan ledakan hebat di markas Garda Revolusi Iran pada 12 November lalu yang meratakan sebagian besar bangunannya dan menewaskan 17 orang, termasuk pendiri program misil balistik Iran, Jenderal Hassan Tehrani Moghaddam.

4. Terakhir Iran membajak pesawat mata-mata AS RQ-170 Sentinel yang menyusup sejauh 250 km ke Iran dari Afghanistan. Presiden AS, Barack Obama, jadi bahan tertawaan publik saat meminta Iran untuk mengembalikan pesawat mata-matanya. Ini ibarat maling yang membawa tangga, ketika tangganya ketinggalan, dia meminta tangganya dikembalikan oleh orang yang dia curi.

5. Saat Perang Iran-Iraq (1980-1988) sebetulnya AS juga membantu Iraq dengan mengirim kapal2 induk dan kapal perangnya ke Teluk Persia. Namun Iran menggelontorkan ranjau-ranjau laut sehingga beberapa kapal perang AS USS Samuel B. Roberts (FFG-58) bolong terkena ranjau Iran. Silahkan baca:

USS Samuel B. Roberts (FFG-58) is one of the final ships in the United States Navy's Oliver Hazard Perry class of guided missile frigates (FFG). The ship was severely damaged by an Iranian mine in 1988, leading U.S. forces to respond with Operation Praying Mantis.

http://en.wikipedia.org/wiki/USS_Samuel_B._Roberts_(FFG-58)

AS membalasnya dengan Operasi Praying Mantice yang menghancurkan 5 kapal perang dan speed boat Iran serta instalasi minyak Iran. Perang Laut yang dilakukan AS terhadap Iran adalah Perang Laut yang terbesar setelah Perang Dunia 2:

Operation Praying Mantis was an attack on April 18, 1988, by U.S. naval forces within Iranian territorial waters in retaliation for the Iranianmining of the Persian Gulf during the Iran–Iraq war and the subsequent damage to an American warship.

This battle was the largest of the five major U.S. surface engagements since the Second World War

http://en.wikipedia.org/wiki/Operation_Praying_Mantis

Saat kapal2 perangnya banyak karam ditembak AS, Iran segera menggunakan speed boat2 kecil yang cepat sehingga cukup merepotkan AS. Jadi keliru jika menganggap tak pernah ada konflik antara AS dan Iran.

Kalau pun AS tidak menyerang Iran secara besar-besaran, ini karena Iran dengan penduduk 80 juta jiwa dan mampu membuat senjata sendiri (pesawat tempur pun bisa) jauh lebih kuat daripada Iraq yang penduduknya cuma 25 juta jiwa. Imam Syi'ah Ali Khamenei yang ada di Iran pun diperkirakan bisa membangkitkan 160 juta kaum Syi'ah di Timur Tengah guna melawan AS.

Oleh sebab itulah dengan menggunakan Arab Saudi dan Wahabi sebagai sekutunya, AS mencoba mengadu-domba Sunni dengan Syi'ah sehingga saling bunuh dan lemah.

Syi'ah memang beda dengan Sunni. Namun hendaknya perbedaan/penyimpangan itu disikapi dengan dakwah yang maw-izhonul hasanah dan bil hikmah. Dengan baik dan bijak. Bukan dengan mengobarkan kebencian sehingga jadi saling bunuh. Jika itu terjadi, kaum Yahudi dan Nasrani yang dimurkai Allah dan sesat justru akan tertawa terbahak-bahak.

Nabi tidak main bunuh terhadap orang-orang kafir yang menolak dakwahnya. Contohnya saat penduduk Thaif menolak dakwah Nabi bahkan melempar beliau dengan batu, saat Malaikat menawarkan bantuan untuk menghancurkan penduduk Thaif, Nabi menolak. Siapa tahu nanti keturunan mereka masuk Islam. Begitu kata Nabi.

Jadi tindakan Arab Saudi dan Wahabi yang mengadu-domba bahkan mengirim ratusan pembom bunuh diri guna membunuh peziarah Syi'ah dan masjid2 Syi'ah di Iraq berlawanan dengan Islam. Itu memancing tindakan balas dendam dari kaum Syi'ah. Itu adalah tindakan adu-domba yang mengakibatkan Sunni dan Syi'ah jadi saling bunuh.

Di Libya sesama Sunni, 50 ribu Muslim tewas saling bunuh dalam perang Saudara. Hizbut Tahrir yakin betul bahwa Khilafah akan berdiri usai Khaddafi jatuh. Ternyata "Khilafah"nya cuma boneka AS saja... Di Iraq hampir 1,5 juta Muslim (Sunni dan Syi'ah) tewas karena saling bunuh. Di Suriah 60 ribu Muslim (Sunni dan Syi'ah) juga tewas. Sementara tentara AS dan Israel yang menyerang dan membantai ummat Islam di Palestina, Iraq, dan Afghanistan justru aman. Apa itu tidak ironis? Apakah mereka tidak berpikir akan hal ini?

Membunuh sesama Muslim dan membiarkan orang-orang kafir bukanlah ciri orang yang beriman:

Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim No.1762)

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/01/19/ciri-khawarij-tak-mengamalkan-al-quran-dan-membunuh-muslim/

Wahabi menuduh Iran cuma taqiyyah atau pura2 perang melawan AS dan Israel. Padahal sebetulnya Iran berteman dengan AS dan Israel. Begitu kata Wahabi. Betulkah itu?

Allah melarang kita untuk melakukan buruk sangka/su'u zhon karena sebagian zhon itu dosa (Al Hujuraat ayat 12). Nabi juga melarang kita "Membaca Hati" manusia karena kita tidak mampu. Kita hanya bisa menilai yang zahir. Yaitu lisan/ucapan dan perbuatan. Perhatikan baik-baik hadits dibawah:

Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid r.a.: Rasulullah SAW. pernah mengirimkan kami dalam suatu pasukan (sariyyah); lalu pada pagi hari kami sampai ke Huruqat di suku Juhainah, di sana saya menjumpai seorang laki-laki, dia berkata, "La ilaha illallah – tiada tuhan selain Allah," tetapi saya tetap menikamnya (dengan tombak), lalu saya merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati saya. Setelah sampai di Madinah, saya memberitahukan hal tersebut kepada Nabi SAW., lalu beliau bersabda, "Dia mengatakan, 'La ilaha illallah', kemudian kamu membunuhnya?" Saya berkata, "Wahai Rasulullah, sungguh dia mengatakannya hanya kerana takut pada senjata." Beliau bersabda, "Tidakkah kamu belah dadanya, lalu kamu keluarkan hatinya supaya kamu mengetahui, apakah hatinya itu mengucapkan kalimat itu atau tidak?" Demikianlah, beliau berulang-ulang mengucapkan hal itu kepada saya sehingga saya menginginkan seandainya saya masuk Islam pada hari itu saja.
Sa'ad berkata, "Demi Allah, saya tidak membunuh seorang Muslim sehingga dibunuhnya oleh Dzul Buthain, maksudnya Usamah." Lalu ada orang laki-laki berkata, "Bukankah Allah SWT. telah berfirman, Dan perangilah mereka supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah (QS Al-Anfal (8): 39)." Lalu Sa'ad menjawabnya, "Kami sudah memerangi mereka supaya jangan ada fitnah, sedangkan kamu bersama kawan-kawanmu menginginkan berperang supaya ada fitnah." (1: 67 – 68 – Sahih Muslim)

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/02/07/larangan-mencaci-dan-membunuh-sesama-muslim

Pemimpin Iran secara lisan mengecam AS dan Israel. Sementara raja Arab Saudi tidak berani melakukan itu. Tidak ada Kedubes AS di Iran. Sementara di Arab Saudi selain ada Kedubes AS, ada juga 5 Pangkalan Udara Militer AS guna menyerbu negara-negara Islam di sekitar situ seperti Iraq dan Afghanistan. Iran membantu Hizbullah dan Hamas dengan dana dan senjata padahal AS mencap kedua organisasi tsb sebegai teroris. Sementara Arab Saudi sama sekali tidak membantu. Yang dibantu cuma Fatah yang sekuler dan agak bersahabat dengan Israel. Saat perang Iran-Iraq dan Operasi Praying Mantis, Iran benar-benar berperang melawan AS. Nah sejak tahun 1980 hingga sekarang, adakah Arab Saudi berperang melawan AS? Ada tidak?

Iran secara zahir dengan lisan dan perbuatan sudah membuktikan bahwa mereka menentang AS dan Israel.

Sementara Arab Saudi dan Wahabi yang mengaku sebagai Penegak Tauhid, Pembela Sunnah justru secara perbuatan bersahabat dengan AS dan Israel. Itulah yang namanya taqiyyah. Ucapan beda dengan Perbuatan:

Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:

"Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani)..." [Al Maa-idah 52]

Kita baca lagi ayat lainnya:

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. " [Al Baqarah 120]

Dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata: "Rasululah bersabda: 'Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.' Mereka (para sahabat) bertanya: 'Wahai Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan Nasrani?' Sabda beliau: "Siapa lagi." (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/09/18/yahudi-dan-nasrani-adalah-musuh-islam-yang-utama/

Kalau kita kritis dan berpikir, niscaya kita tahu justru Arab Saudi dan Wahabi itu perbuatannya menyimpang dari Al Qur'an dan Hadits: Bersekutu dengan Yahudi dan Nasrani (AS DAN ISRAEL)!

Kaum Yahudi selalu berusaha mengadu-domba ummat Islam sejak zaman Nabi. Dulu mereka nyaris berhasil mengadu-domba Suku 'Auz dan Bani Khazraj hingga masing-masing suku sudah berteriak2 marah dan mengambil senjatanya. Alhamdulillah di zaman itu masih ada Nabi yang memarahi mereka dan mencegah mereka.

"Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidak dapat masuk surga seorang yang gemar mengadu domba." (Muttafaq 'alaih)

Allah Ta'ala berfirman: "Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba." (al-Qalam: 11)

Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2012/04/24/nabi-senang-mendamaikan-bukan-mengadu-domba-dan-menghindari-peperangan/

Sekarang dari tahun 1980 (kita batasi saat kita sudah hidup saja) hingga sekarang kaum Yahudi juga berusaha mengadu-domba ummat Islam:

1980-1988: Iraq dengan dibantu negara2 Arab dan AS menyerang Iran yang saat itu masih lemah akibat Revolusi Islam Iran yang dijalankan oleh Imam Khomeini. 1 Juta orang tewas. Bukan cuma Syi'ah yang tewas, tapi juga Sunni. Tidak ada yang menang.

2003-Sekarang: Setelah Iraq diserbu AS dan dipasang pemerintah boneka AS, kaum Sunni dan Syi'ah diadu-domba. Paling tidak ada lebih dari 100 pembom bunuh diri di mana 53 orang di antaranya dari Arab Saudi yang membom peziarah Syi'ah dan masjid Syi'ah. Ini dibalas kaum Syi'ah sehingga 1,35 juta Muslim baik Sunni dan Syi'ah tewas karenanya.

2012: Ummat Islam di Libya sesama Sunni saling bunuh lewat perang Saudara. Khaddafi yang anti AS digulingkan pemberontak dukungan AS. 50 ribu Muslim tewas. Meski Hizbut Tahrir menyatakan akan muncul Khilafah usai Khaddafi jatuh, ternyata yang muncul adalah pemerintah Boneka AS lengkap dengan Kedubes AS di dalamnya.

2012: Suriah juga dilanda pemberontakan dukungan AS yang sekarang dikaitkan dengan isyu Sunni vs Syi'ah. Padahal sebelumnya rezem Assad mendukung penuh perjuangan Hamas yang sunni sehingga menyediakan kantor Hamas Pusat di Suriah saat negara2 Arab justru menolaknya. Baru November 2012 Assad mengusir Hamas karena mendukung pemberontak Suriah. 60 ribu Muslim tewas karenanya.

Dari tahun 1980 saja sudah 2,4 juta Muslim (Sunni dan Syi'ah) tewas karena adu-domba. Harusnya kita cerdas dan tidak mau diadu-domba. Ini belum 100% Sunni dan Syi'ah yang teradu-domba. Masih banyak yang hidup damai seperti di Indonesia. Tapi kalau semua sudah terhasud, bisa jadi 200 juta Muslim lebih yang tewas sebagaimana di Eropa dulu waktu terjadi perang antara kelompok Katolik dan Protestan.

Bayangkan jika Indonesia terjadi perang dan saudara2 anda terbunuh karenanya. Bahkan jika di Indonesia cuma ada 1 juta orang Syi'ah yang ditindas pun jika 10 ribu orang dari mereka jadi teroris yang balas dendam dan membomi masjid-masjid Sunni, kita tidak bisa lagi beribadah dengan aman. Nabi tidak pernah semena-mena membunuh orang2 kafir kecuali mereka yang menyerang di Medan Perang. Itu pun jika mundur, Nabi membiarkan mereka mundur dan menawan orang2 yang tertinggal. Tidak membunuhnya. Itu terhadap orang2 Kafir yang Musyrik! Apalagi terhadap sesama Muslim yang masih menyembah Allah, masih bersyahadah, dan masih sholat.

Islam itu seakar dengan kata Salam yang berarti DAMAI. Sebarkan SALAM. Sebarkan DAMAI! Islam adalah Rahmat bagi semesta alam. Bukan teror/perang bagi alam.

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia". (An-Nisa: 114).

Air Force Bases

Ahmed Al Jaber Air Base, Kuwait All links to booking module)
Al Dhafra Air Base, Abu Dhabi, United Arab Emirates
Al Udeid Air Base, Al Udeid, Qatar
Ali Air Base, Nasiriyah, Iraq
Ali Al Salem Air Base, Kuwait
Bagram Air Base, Parvan, Charikar, Afghanistan
Balad Air Base, Balad, Iraq
Camp Adder (Ali Air Base), Nasiriyah, Iraq
Camp Anaconda (Balad Air Base), Balad, Iraq
Eskan Village Air Base, Saudi Arabia
Ganci Air Base (Manas Intl. Airport), Bishkek, Kyrgyzstan
Incirlik Air Base, Adana, Turkey
Izmir Air Base, Izmir, Turkey
Kandahar Air Base, Kandahar, Afghanistan
Khanabad Air Base, Khanabad, Uzbekistan
Khost Airbase, Paktia, Khost, Afghanistan
King Abdul Aziz Air Base, Dhahran, Saudi Arabia
King Fahd Air Base, Taif, Saudi Arabia
King Khalid Air Base, Khamis Mushayt, Saudi Arabia
Mazar-e-Sharif Airbase, Mazar-e-Sharif, Afghanistan
Riyadh Air Base, Riyadh, Saudi Arabia
Tallil Air Base, Nasiriyah, Iraq
http://militarytravelzone.com/us-military-bases

Inilah sedikit sejarah dari Perag Teluk yang mengakibatkan Iraq jadi korban:

Perang Teluk I

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perang Teluk

Pesawat tempur AS melintasi kilang minyak yang terbakar.
Tanggal 2 Agustus 1990 – 28 Februari 1991
Lokasi Teluk Persia
Hasil Kemenangan mutlak koalisi,
pembebasan Kuwait.
Casus belli Invasi Irak ke Kuwait.
Pihak yang terlibat

Koalisi PBB
Irak
Komandan
Norman Schwarzkopf Saddam Hussein
Kekuatan
660.000 360.000
Korban
378 tewas,
1.000 terluka 25.000 tewas,
75.000 terluka
Latar belakangPerang Teluk Persia I atau Gulf War disebabkan atas Invasi Irak atas Kuwait 2 Agustus 1990 dengan strategi gerak cepat yang langsung menguasai Kuwait. Emir Kuwait Syeikh Jaber Al Ahmed Al Sabah segera meninggalkan negaranya dan Kuwait dijadikan provinsi ke-19 Irak dengan nama Saddamiyat Al-Mitla` pada tanggal 28 Agustus 1990, sekalipun Kuwait membalasnya dengan serangan udara kecil terhadap posisi posisi Irak pada tanggal 3 Agustus 1991 dari pangkalan yang dirahasiakan (kemungkinan berada di Arab Saudi.

Invasi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah Perang Delapan Tahun dengan Iran dalam Perang Iran-Irak. Irak sangat membutuhkan petro dolar sebagai pemasukan ekonominya sementara rendahnya harga petro dolar akibat kelebihan produksi minyak oleh Kuwait serta Uni Emirat Arab yang dianggap Saddam Hussein sebagai perang ekonomi serta perselisihan atas Ladang Minyak Rumeyla sekalipun pada pasca-perang melawan Iran, Kuwait membantu Irak dengan mengirimkan suplai minyak secara gratis. Irak juga terjerat utang luar negeri dengan beberapa negara, termasuk Kuwait danArab Saudi. Irak berusaha meyakinkan kedua negara tersebut untuk menghapuskan utangnya, namun ditolak. Selain itu, Irak mengangkat masalah perselisihan perbatasan akibat warisan Inggris dalam pembagian kekuasaan setelah jatuhnya pemerintahan Usmaniyah Turki.

Tengah malam tanggal 2 Agustus 1990 Irak secara resmi menginvasi Kuwait, dengan membombardir ibu kota Kuwait City dari udara. Meskipun Angkatan Bersenjata Kuwait, baik kekuatan darat maupun udara berusaha mempertahankan negara, mereka dengan cepat kewalahan. Namun, mereka berhasil memperlambat gerak Irak untuk memaksa keluarga kerajaan Kuwait untuk meloloskan diri ke Arab Saudi, beserta sebagian besar tentara yang masih tersisa. Akibat invasi ini, Kuwait meminta bantuanAmerika Serikat tanggal 7 Agustus 1990. Sebelumnya Dewan Keamanan PBB menjatuhkan embargo ekonomi pada 6 Agustus1990.

Amerika Serikat mengirimkan bantuan pasukannya ke Arab Saudi yang disusul negara-negara lain baik negara-negara Arab danAfrikaUtara kecuali Syria, Libya dan Yordania serta Palestina. Kemudian datang pula bantuan militer Eropa khususnya Eropa Barat (Inggris, Perancis dan Jerman Barat, ditambah negara-negara Eropa Utara dan Eropa Timur), serta 2 negara Asia -Bangladesh dan Korea Selatan. Sementara, dari Afrika, Niger turut bergabung dalam koalisi. Pasukan Amerika Serikat dan Eropa di bawah komando gabungan yang dipimpin Jenderal Norman Schwarzkopf serta Jenderal Collin Powell. Pasukan negara-negara Arab dipimpin oleh Letjen. Khalid bin Sultan.

Misi diplomatik antara James Baker dengan menteri luar negeri Irak Tareq Aziz gagal (9 Januari 1991). Irak menolak permintaanPBB agar Irak menarik pasukannya dari Kuwait 15 Januari 1991. Akhirnya Presiden Amerika Serikat George H. Bush diizinkan menyatakan perang oleh Kongres Amerika Serikat tanggal 12 Januari 1991. Operasi Badai Gurun dimulai tanggal 17 Januari1991 pukul 03:00 waktu Baghdad yang diawali serangan serangan udara masif atas Baghdad dan beberapa wilayah Irak lainnya.

Target utama koalisi adalah untuk menghancurkan kekuatan Angkatan Udara Irak dan pertahanan udara, yang diluncurkan dari Arab Saudi dan kekuatan kapal induk koalisi di Laut Merah dan Teluk Persia. Target berikutnya adalah pusat komando dan komunikasi. Saddam Hussein merupakan titik sentral komando Irak, dan inisiatif di level bawah tidak diperbolehkan. Koalisi berharap jika pusat komando rusak, semangat dan koordinasi tempur Irak akan langsung kacau dan lenyap. Target ketiga dan yang paling utama adalah instalasi rudal jelajah, terutama rudal Scud. Operasi pencarian rudal ini juga didukung oleh pasukan komando Amerika dan Inggris yang mengadakan operasi rahasia di daratan untuk mencari, dan bila perlu, menghancurkan instalasi rudal tersebut. serta operasi di daratan yang mengakibatkan perang darat yang dimulai tanggal 30 Januari 1991.

Irak melakukan serangan balasan dengan memprovokasi Israel dengan menghujani Israel terutama Tel Aviv dan Haifa, Arab Saudi di Dhahran dengan serangan rudal Scud B buatan Sovyet rakitan Irak, yang bernama Al Hussein. Untuk menangkal ancaman Scud, koalisi memasang rudal penangkis, Patriot, serta memaksimalkan sorti udara untuk memburu rudal-rudal tersebut sebelum diluncurkan. Irak juga melakukan perang lingkungan dengan membakar sumur sumur minyak di Kuwait dan menumpahkan minyak ke Teluk Persia. Sempat terjadi tawar-menawar perdamaian antara Uni Sovyet dengan Irak yang dilakukan atas diplomasi Yevgeny Primakov dan Presiden Uni Sovyet Mikhail Gorbachev namun ditolak Presiden Bush pada tanggal 19 Februari 1991. Sementara Sovyet akhirnya tidak melakukan tindakan apa pun di Dewan Keamanan PBB semisal mengambil hak veto, meskipun Uni Sovyet pada saat itu dikenal sebagai sekutu Irak, terutama dalam hal suplai persenjataan. Israel diminta Amerika Serikat untuk
tidak mengambil serangan balasan atas Irak untuk menghindari berbaliknya kekuatan militer Negara Negara Arab yang dikhawatirkan akan mengubah jalannya peperangan.

Pada tanggal 27 Februari 1991 pasukan Koalisi berhasil membebaskan Kuwait dan Presiden Bush menyatakan perang selesai.

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Teluk_I

Perang Irak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Untuk kegunaan lain dari Perang Irak, lihat Perang Irak (disambiguasi).
Perang Irak

Marinir AS memasuki salah satu istana Saddam Hussein.
Tanggal 18 Maret 2003 - 15 Desember 2011
Lokasi Irak
Hasil Konflik masih berlanjut
Jatuhnya Partai Baath dan Saddam Hussein.
Pendudukan Irak oleh pasukan koalisi.
Munculnya pemberontak Irak dankekerasan antar kelompok di Irak.[1]
Pemilihan pemerintah Irak yang baru.
Casus belliTuduhan resmi bahwa Saddam Husseinmemiliki senjata pemusnah masal dan terlibat dengan teroris al-Qaeda telah terbukti salah. Motif lain adalah tuduhan melanggar resolusi PBB, kebijakan yang menindas rakyat Irak, dan percobaan pembunuhan terhadap George H. W. Bush.[2]Pihak yang terlibatPasukan pemberontak:
Baath Irak
Loyalis partai Baath
Al-Qaeda di Irak
Tentara Mahdi
Pemberontak lainnyaPasukan koalisi:
Amerika Serikat
Tentara Baru Irak
Suku KurdiKomandan Saddam Hussein
Abu Musab al-Zarqawi
Moqtada al-Sadr
Abu Ayyub al-Masri
Dewan Syura Mujahidin Nouri al-Maliki
George W. Bush
Tommy Franks
George Casey
Peter WallKekuatanIrak
375.000+ pasukan biasa
Pemberontak Sunni
60.000~
Tentara Mahdi
25.000[3]
Organisasi Badr
4.000-10.000
al Qaeda/lainnya
1.300+[4]Koalisi
315.000 sewaktu invasi
162.000 sekarang
Kontraktor
~48.000
Kurdi
50.000
Tentara Baru Irak
129.760
Polisi Irak
79-140.000KorbanMiliter Irak tewas:
(era Saddam)
4.895-6.370[5][6]Pemberontak tewas:
Tidak bisa dipastikan.[7][8]Pasukan Irak Baru tewas:
(era setelah Saddam)
6,669
(perkiraan terkecil)[6][9]Pasukan Irak Baru terluka: tidak diketahuiKoalisi tewas (termasuk 2,923 AS, 126 UK, 121 lainnya, 647 kontraktor):3.817[10][11]

Koalisi hilang atau tertangkap(AS 2): 2

Koalisi terluka (termasuk 22.032 AS, 891+ UK, 3.963+ kontaktor): 26.886[12][10][13][14][15]

*Total tewas (seluruh Irak)
Johns Hopkins:
392.979 - 942.636[16][17]Tewas karena perang atau kriminal (seluruh Irak)
Kementrian Kesehatan Irak:
100.000-150.000[18]Tewas karena perang atau kriminal (sipil Irak)Perhitungan Korban Tewas Irak:
43.850-48.693[19][20]

*Total tewas (seluruh Irak) termasuk kematian karena kriminal, kerusakan infrastruktur, buruknya kesehatan, dll.[19] Untuk informasi lebih lanjut, perkiraan korban, dan penjelasan tentang variasi angka, lihatKorban konflik Irak sejak 2003Perang Irak (tahun 2003–2011), yang dikenal juga dengan istilah Pendudukan Iraq,[21] Perang Teluk II,[22] Perang Teluk III,[23] atau, oleh Amerika Serikat, Operasi Pembebasan Irak,[24] dimulai dengan invasi Irak pada tahun 2003. Okupasi yang kemudian dilakukan oleh pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat dan Britania Raya mengakibatkan berlanjutnya peperangan antara para pemberontak dengan pasukan koalisi. Tentara Baru Irak lalu dibentuk untuk menggantikan tentara lama Irak setelah dibubarkan oleh koalisi, dan diharapkan tentara baru ini akan mengambil alih tugas-tugas koalisi setelah mereka pergi dar Irak.

Sebelum invansi dilaksanakan, pemerintah Amerika Serikat dan Britania Raya menuduh Irak sedang berusaha membuat senjata pemusnah masal yang mengancam kemanan nasional mereka, koalisi, dan sekutu regional. Pada tahun 2002, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1441 yang mewajibkan Irak untuk bekerjasama sepenuhnya dengan inspektur senjata PBB guna membuktikan bahwa Irak tidak berada dalam suatu usaha membuat senjata pemusnah masal. Hans Blix, pemimpin dari tim inspeksi senjata yang dikirim, mengatakan bahwa tidak ditemukan senjata pemusnah masal dan Irak telah bekerja sama dengan aktif, akan tetapi, dibawah ketentuan-ketentuan tertentu dan penundaan-penundaan.

Di antara peperangan yang terjadi antara para pemberontak, koalisi, dan tentara baru Irak, perang saudara antar kelompok mayoritas Syi'ah dan minoritas Sunni masih berlanjut sampai sekarang.[25] Sebab dan akibat terjadinya perang ini sampai kini masih kontroversial.[26][19][16]

Pada tanggal 15 Desember 2011, Perang Irak dinyatakan berakhir, ditandai dengan pernyataan penutupan misi militer pasukanAmerika Serikat di Irak oleh Menteri Pertahanan Amerika Serikat Leon Panetta[27].

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Irak

Gulf War

From Wikipedia, the free encyclopedia

Gulf War

Clockwise from top: USAF F-15Es, F-16s, and a USAF F-15 flying overburning Kuwaiti oil wells; British troops from the Staffordshire Regimentin Operation Granby; camera view from a Lockheed AC-130; Highway of Death; M728 Combat Engineer Vehicle
Date 2 August 1990 – 28 February 1991
(6 months, 3 weeks and 5 days)
(Operation Desert Storm officially ended on 30 November 1995)[1]
Location Iraq, Kuwait, Saudi Arabia, Israel
Result Decisive Coalition victory
Iraqi withdrawal from Kuwait; EmirJaber III restored
Heavy casualties and destruction of Iraqi and Kuwaiti infrastructure
BelligerentsCoalition forces: Kuwait
United States
United Kingdom
Saudi Arabia
France
Canada
Egypt
Syria
Qatar
United Arab Emirates

Supported by[show]
IraqCommanders and leaders Jaber Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah
George H. W. Bush
Dick Cheney
Colin Powell
Norman Schwarzkopf
Charles Horner
Frederick Franks
Calvin Waller
John A. Warden III
Margaret Thatcher
John Major
Patrick Hine
Andrew Wilson
Peter de la Billière
John Chapple
King Fahd
Prince Abdullah
Prince Sultan
Turki Al-Faisal
Saleh Al-Muhaya
Khalid bin Sultan[3][4]
Kenneth J. Summers
François Mitterrand
Michel Roquejoffre
Hosni Mubarak
Mohamed Hussein Tantawi
Hafez al-Assad
Mustafa Tlass
Zayed Bin Sultan Al Nahyan Saddam Hussein
Ali Hassan al-Majid
Salah Aboud MahmoudStrength956,600[5]650,000 soldiersCasualties and lossesCoalition:
190 killed by enemy action, 44 killed by friendly fire, 248 killed by in-theater accidents. Total: 482 Killed458 wounded[6]
776 wounded[7]
Kuwait:
200 KIA[8]20,000–35,000 killed75,000+ wounded[7]Kuwaiti civilian losses:
Over 1,000 killed[9]
Iraqi civilian losses:
About 3,664 killed[10]
Other civilian losses:
2 Israeli civilians killed, 297 injured[11]
1 Saudi civilian killed, 65 injured[12]

The Gulf War (2 August 1990 – 28 February 1991), codenamed Operation Desert Storm (17 January 1991 – 28 February 1991) was a war waged by a U.N.-authorized Coalition force from 34 nations led by the United States, against Iraq in response to Iraq'sinvasion and annexation of Kuwait.

The war is also known under other names, such as the Persian Gulf War, First Gulf War, Gulf War I, or the First Iraq War,[13][14][15] before the term "Iraq War" became identified instead with the 2003 Iraq War (also referred to in the U.S. as "Operation Iraqi Freedom").[16] Kuwait's invasion by Iraqi troops that began 2 August 1990 was met with international condemnation, and brought immediate economic sanctions against Iraq by members of the U.N. Security Council. U.S. PresidentGeorge H. W. Bush deployed U.S. forces into Saudi Arabia, and urged other countries to send their own forces to the scene. An array of nations joined the Coalition. The great majority of the Coalition's military forces were from the U.S., with Saudi Arabia, the United Kingdom and Egypt as leading contributors, in that order. Saudi Arabia paid around US$36 billion of the US$60 billion cost.[17]

The war was marked by the beginning of live news on the front lines of the fight, with the primacy of the U.S. networkCNN.[18][19][20] The war has also earned the nickname Video Game War after the daily broadcast images on board the U.S.bombers during Operation Desert Storm.[21][22]

The initial conflict to expel Iraqi troops from Kuwait began with an aerial bombardment on 17 January 1991. This was followed by a ground assault on 24 February. This was a decisive victory for the Coalition forces, who liberated Kuwait and advanced into Iraqi territory. The Coalition ceased their advance, and declared a cease-fire 100 hours after the ground campaign started. Aerial and ground combat was confined to Iraq, Kuwait, and areas on Saudi Arabia's border. Iraq launched Scud missiles against Coalition military targets in Saudi Arabia and against Israel.

http://en.wikipedia.org/wiki/Gulf_War

Iraq War

From Wikipedia, the free encyclopedia

Iraq War
Part of the War on Terror

Clockwise from top: Delta Force of Task Force 20 alongside troops of 3rd Battalion, 327th Infantry Regiment, at Uday Hussain and Qusay Hussein's hideout.; Iraqi insurgents with a flag; an Iraqi insurgent firing a MANPADS; the toppling of the Saddam Hussein statue in Firdos Square.
Date 20 March 2003 – 15 December 2011
(8 years, 8 months, 3 weeks and 4 days)[1]
Location Iraq
Result
Invasion and occupation of Iraq
Overthrow of Ba'ath Party government and execution of Saddam Hussein
Insurgency, foreign terrorist operations, and sectarian violence[2]
Subsequent depletion of Iraqi insurgency,[3] improvements in public security[4]
Establishment of democratic electionsand formation of new government
U.S.-Iraq Status of Forces Agreement
Withdrawal of U.S. Forces from Iraq
Ongoing insurgency
Belligerents
Invasion phase (2003)
United States
United Kingdom
Australia
Poland
Peshmerga Invasion phase (2003)
Ba'athist Iraq
Post-invasion (2003–11)
Iraq
Iraqi Armed Forces
Peshmerga
Sons of Iraq
Multi-National Force – Iraq

United States (03–11)
United Kingdom(03–11)
Australia (03–09)
Poland (03–08)
Republic of Korea(03–08)
Italy (03–06)
Georgia (03–08)
Ukraine (03–08)
Netherlands (03–05)
Spain (03–04)
30 other countries
Post-invasion (2003–11)
Ba'ath Party loyalists
Supreme Command for Jihad and Liberation
Army of the Men of the Naqshbandi Order
Sunni insurgents

Islamic State of Iraq
al-Qaeda in Iraq
Islamic Army of Iraq
Ansar al-Sunnah
Shia insurgents

Special Groups
Mahdi Army
Asa'ib Ahl al-Haq
For fighting between insurgent groups, see Civil war in Iraq.

Commanders and leaders
Ayad Allawi
Ibrahim al-Jaafari
Nouri al-Maliki
Ricardo Sanchez
George W. Casey, Jr.
David Petraeus
Raymond T. Odierno
George W. Bush
Barack Obama
Tony Blair
Gordon Brown
David Cameron
John Howard
Kevin Rudd
Aleksander Kwaśniewski
Lech Kaczyński Ba'ath Party
Saddam Hussein
(POW)
Qusay Hussein †
Uday Hussein †
Izzat Ibrahim ad-DouriSunni insurgency
Abu Omar al-Baghdadi †
Abu Musab al-Zarqawi †
Abu Ayyub al-Masri †
Al-Nasser Lideen Allah Abu Suleiman †
Abu Dua
Ishmael Jubouri
Abu Abdullah al-Shafi'i (POW)Shia insurgency
Muqtada al-Sadr
Abu Deraa
Strength
Invasion Forces (2003–2004)
~300,000
Coalition Forces (2004–2009)
176,000 at peak
United States Forces – Iraq(2010–2011)
112,000 at activation
Security contractors6,000–7,000 (estimate)[5]
Iraqi Security Forces
805,269 (military andparamilitary: 578,269,[6] police: 227,000)
Awakening militias
~103,000 (2008)[7]
Iraqi Kurdistan
~400,000 (Kurdish Border Guard: 30,000,[8] Peshmerga375,000)

Iraqi Army: 375,000(disbanded in 2003)
Sunni Insurgents
~70,000 (2007)[9]
Mahdi Army
~60,000 (2007)[10]
al-Qaeda
~1,300 (2006)[11]
Islamic State of Iraq
~1,000 (2008)
Army of the Men of the Naqshbandi Order
~500–1,000 (2007)

Casualties and losses
Iraqi Security Forces (post-Saddam)
Killed: 16,623[12]
Wounded: 40,000+[13]Coalition Forces
Killed: 4,805[14][15] (4,487 U.S.,[16] 179 UK,[17] 139 other)
Missing/captured (U.S.): 8 (all rescued)[18]Wounded: 32,753+ (32,226 U.S.,[19] 315 UK, 212+ other[20])[21][22][23][24]Injured/diseased/other medical*: 51,139 (47,541 U.S.,[25] 3,598 UK)[21][23][24]Contractors
Killed: 1,554[26][27]
Wounded & injured: 43,880[26][27]
Awakening Councils
Killed: 1,002+[28]
Wounded: 500+ (2007),[29]828 (2008)[30]Total dead: 24,219
Total wounded: 117,961 Iraqi combatant dead(invasion period): 7,600–11,000[31][32]Insurgents (post-Saddam)
Killed: 21,221–26,405 (2003-2011)[33]
Detainees: 12,000 (Iraqi-held)[34]Total dead: 28,821–37,405
Documented civilian deaths from violence, Iraq Body Count (2003 – 14 December 2011): 103,160–113,728recorded[35] and 12,438 new deaths added from the Iraq War Logs[36]Estimated violent deaths:
Lancet survey (March 2003 – July 2006): 601,027 (95% CI: 426,369–793,663)[37][38]
Associated Press (March 2003 – April 2009): 110,600[39]
Iraq Family Health Survey (March 2003 – July 2006):151,000 (95% CI: 104,000–223,000)[40]For more information see: Casualties of the Iraq War
* "injured, diseased, or other medical": required medical air transport. UK number includes "aeromed evacuations"
** Total deaths include all additional deaths due to increased lawlessness, degraded infrastructure, poorer healthcare, etc.

The Iraq War[nb 1] was an armed conflict in Iraq that consisted of two phases.[41] The first was an invasion of Ba'athist Iraq by the United States[42][43] and the United Kingdom, and assisted by smaller forces from several other countries, starting on 20 March 2003.[44][45] It was followed by a longer phase of fighting, in which an insurgency emerged to oppose Coalition forces and the newly formed Iraqi government.[41] The U.S. completed its withdrawal of military personnel in December 2011.[46][47]However, the Iraqi insurgency continues and has caused thousands of fatalities.

Prior to the war, the governments of the United States and the United Kingdom claimed that Iraq's alleged possession ofweapons of mass destruction (WMD) posed a threat to their security and that of their coalition/regional allies.[48][49][50] In 2002, the United Nations Security Council passed Resolution 1441 which called for Iraq to completely cooperate with UN weapon inspectors to verify that Iraq was not in possession of WMD and cruise missiles. Prior to the attack, the United Nations Monitoring, Verification and Inspection Commission (UNMOVIC) found no evidence of WMD, but could not yet verify the accuracy of Iraq's declarations regarding what weapons it possessed, as their work was still unfinished. The leader of the inspectors Hans Blix estimated the time remaining for disarmament being verified through inspections to be "months".[51][52][53][54][55]

After investigation following the invasion, the U.S.‑led Iraq Survey Group concluded that Iraq had ended its nuclear, chemical and biological programs in 1991 and had no active programs at the time of the invasion, but that they intended to resume production if the Iraq sanctions were lifted.[56] Although some degraded remnants of misplaced or abandoned chemical weapons from before 1991 were found, they were not the weapons which had been one of the main arguments for the invasion.[57]

Some U.S. officials also accused Iraqi President Saddam Hussein of harboring and supporting al-Qaeda,[58] but no evidence of a meaningful connection was ever found.[59][60] Other proclaimed reasons for the invasion included Iraq's financial support for the families of Palestinian suicide bombers,[61] Iraqi government human rights abuses,[62] and an effort to spread democracy to the country.[63][64]

On 16 March 2003, the U.S. government advised the U.N. inspectors to leave their unfinished work and exit from Iraq.[65] On 20 March[66] the U.S.-led coalition conducted a surprise[67] military invasion of Iraq without declaring war.[68] The invasion led to anoccupation and the eventual capture of President Hussein, who was later tried in an Iraqi court of law and executed by the newIraqi government. Violence against coalition forces and among various sectarian groups soon led to the Iraqi insurgency, strife between many Sunni and Shia Iraqi groups, and the emergence of a new faction of Al-Qaeda in Iraq.[69][70]

In June 2008, U.S. Department of Defense officials claimed security and economic indicators began to show signs of improvement in what they hailed as significant and fragile gains.[71] Iraq was fifth on the 2008 Failed States Index,[72] and sixth on the 2009 list.[73] As public opinion favoring troop withdrawals increased and as Iraqi forces began to take responsibility for security, member nations of the Coalition withdrew their forces.[74][75] In late 2008, the U.S. and Iraqi governments approved aStatus of Forces Agreement effective through 1 January 2012.[76] The Iraqi Parliament also ratified a Strategic Framework Agreement with the U.S.,[77] aimed at ensuring cooperation in constitutional rights, threat deterrence, education,[78] energy development, and other areas.[79]

In late February 2009, newly elected U.S. President Barack Obama announced an 18-month withdrawal window for combat forces, with approximately 50,000 troops remaining in the country "to advise and train Iraqi security forces and to provide intelligence and surveillance".[80][81] UK forces ended combat operations on 30 April 2009.[82] Iraqi Prime Minister Nouri al‑Malikisaid he supported the accelerated pullout of U.S. forces.[83] In a speech at the Oval Office on 31 August 2010 Obama declared "the American combat mission in Iraq has ended. Operation Iraqi Freedom is over, and the Iraqi people now have lead responsibility for the security of their country."[84][85][86] Beginning 1 September 2010, the American operational name for its involvement in Iraq changed from "Operation Iraqi Freedom" to "Operation New Dawn". The remaining 50,000 U.S. troops were designated as "advise and assist brigades" assigned to non-combat operations while retaining the
ability to revert to combat operations as necessary. Two combat aviation brigades also remain in Iraq.[87] In September 2010, the Associated Press issued an internal memo reminding its reporters that "combat in Iraq is not over", and "U.S. troops remain involved in combat operations alongside Iraqi forces, although U.S. officials say the American combat mission has formally ended".[88][89]

On 21 October 2011, President Obama announced that all U.S. troops and trainers would leave Iraq by the end of the year, bringing the U.S. mission in Iraq to an end.[90] On 15 December 2011, U.S. Defense Secretary Leon Panetta officially declared the Iraq War over, at a flag lowering ceremony in Baghdad.[91] The last U.S. troops left Iraqi territory on 18 December 2011 at 4:27 UTC.

According to studies, most of suicide bombers in Iraq are foreigners, especially Saudis

Origins of suicide bombers in Iraq since 2003
Nationality
Saudi Arabia 53
Iraq 18
Italy 8
Syria 8
Kuwait 7
Jordan 4
Other* 26
*Three each from Egypt, Libya, Tunisia, Turkey, Yemen; two each from Belgium, France, Spain; one each from India, Britain, Lebanon, Moracco, Sudan[388]
http://en.wikipedia.org/wiki/Iraq_War

PM Iraq Nouri Al Maliki: Seorang Syi'ah yang kadang menimbulkan ketegangan dgn AS saat "bersahabat" dengan Iran, tapi juga membuat beberapa langkah yang ditentang Teheran seperti bernegosiasi dengan AS membentuk Pakta Pertahanan Bersama. Kujungan Nouri tahun 2008 untuk membungkam perlawanan dan kritik Iran terhadap Iraq. Maliki berkata persetujuan yang dicapai dengan AS tidak akan menghilangkan hubungan baik dengan Iran:

Maliki's friendly gestures towards Iran have sometimes created tension between his government and the United States but he has also been willing to consider steps opposed by Tehran, particularly while carrying out negotiations with the United States on a joint-security pact. A June 2008 news report noted that al-Maliki's visit to Tehran seemed to be "aimed at getting Iran to tone down its opposition and ease criticism within Iraq". Al-Maliki said an agreement reached with the U.S. won't preclude good relations with neighbors like Iran

http://en.wikipedia.org/wiki/Nouri_al-Maliki
.
===

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: