Kamis, 24 Januari 2013

[daarut-tauhiid] Inilah Penuturan Keluarga Korban Arogansi Densus 88

Inilah Penuturan Keluarga Korban Arogansi Densus 88
By Pizaro on January 23, 2013

[image: jenazah
makassar]<http://islampos.com/apa-hanya-karena-dapat-label-teroris-setiap-orang-berhak-dibunuh-36701/jenazah-makassar/>

*Oleh: Harits Abu Ulya*

*Pemerhati Kontra-Terorisme & Direktur CIIA (The Community of Ideological
Islamic Analyst)*

"Amat disayangkan…", itulah kira-kira ungkapan yang mewakili banyak orang.
Ketika membaca tangapan dari pihak Polri atas evaluasi Komnas HAM terhadap
aksi Densus88 dalam penindakan yang dipandang sudah banyak melakukan
pelanggaran HAM. Pihak Polri berkelit, bahwasanya evaluasi itu boleh saja
tapi perlu diingat para teroris itu juga melanggar HAM. Seperti yang
diberitakan oleh laman detik.com ; "Kita menghormati hasil evaluasi
tersebut, tapi teroris yang membunuh orang juga melanggar HAM," kata
Karopenmas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar saat dihubungi detikcom, Selasa
(15/1/2013). Dari sini tampak alergi dan skeptisnya aparat terhadap kritik.
Terkesan maunya urusan kontra terorisme minus kritik, khususnya terkait
penindakan yang dilakukan oleh Densus88.

Betapa bopengnya hukum dan penegakkannya di Indonesia, tidak lagi bisa
dibedakan mana hukum dan penegak hukumnya. Maling itu melakukan pelanggaran
hukum, koruptor itu melakukan pelanggaran hukum, pemerkosa itu melanggar
hukum, menipu orang melanggar hukum dan pelakunya harus mendapatkan
penindakan dan hukuman yang setimpal. Tapi apakah karena mereka dianggap
atau diduga melakukan pelanggaran hukum lantas kemudian aparat penegak
hukum bebas melakukan "pengadilan jalanan"? Dan boleh nabrak semua
rambu-rambu hukum dan melanggar hak-hak dasar dan prinsip setiap individu
yang dianggap kriminil. Inilah ketimpangan pratek *law enforcement* pada
kasus terorisme. Dalam kasus terorisme koridor-koridor (*criminal juctice
system*) seolah di buang ketong sampah, hanya karena dalih terorisme adalah
*extra ordinary crime*. Padahal Korupsi, pembalakan liar hutan dan
pencurian kekayaan laut juga masuk katagori extra ordinary crime, tapi
tetap saja berbeda perlakuan bagi pelakunya dari pihak aparat penegak
hukum. Tindakan yang *extra ordinary* hanya untuk kasus terorisme.

Berikut beberapa penuturan dari keluarga korban di Makassar dan
Kab.Enrekang terkait kasus terorisme versi Densus 88. Kita buka di sini
agar menjadi preferensi dan prespektif yang berbeda untuk memahami tentang
pentingnya menghargai manusia layaknya manusia. Jika haruspun seseorang
dihukum karena tindak kejahatannya, maka biarlah berjalan mengikuti
mekanisme hukum yang juga manusiawi. Dan untuk melahirkan kepercayaan
masyarakat bahwa benar negeri ini adalah negeri yang tegak berdiri diatas
hukum yang bisa dipertanggungjawabkan.Maka tuntutannya adalah harus
memiliki substansi hukum yang memadai dan penegak hukum yang bermoral dan
kredibel selain punya kapasitas yang cukup professional ketika kerja di
lapangan.

Kali ini Komnas HAM juga diuji nyalinya, masyarakat luas berharap kasus ini
tidak menjadi seperti lipstick yang demikian mudah luntur. Dari kasus saat
ini komnas HAM harus mendorong pada langkah tegas untuk evaluasi kinerja
Densus dan BNPT. Karena mereka semua bekerja dan makan dengan uang rakyat
(APBN). Lain soal, jika mereka dibayar oleh asing. Tapi akan menambah
panjang pertanyaan, jadi aparat penegak hukum di negeri ini bekerja untuk
kepentingan siapa? Jika kasus ini menguap begitu saja, maka ini sama saja
semacam provokasi terhadap umat Islam untuk melakukan advokasi dengan cara
yang mereka suka. Ada yang bermain api dengan umat Islam yang dinamis
menggeliat menuju kebangkitannya. Sangat riskan!

1. *Bunga Rosi** **(Istri Tamrin** bin Panganro**)** *

[image: timthumb]<http://islampos.com/inilah-penuturan-keluarga-korban-arogansi-densus-88-40220/timthumb-2/>
Rosi
menuturkan kepada CIIA; Tamrin di Makassar tinggal di Jalan Pajaiyang
belakang pasar Daya. Nama lain Tamrin yang di ketahui istrinya tidak
ada. Dan beberapa latar belakang sebelum kejadian yaitu pada hari Kamis 3
Januari berangkat dari KajangBulukumba dan tiba di Makassar sekitar
jam 23.00 wita. Kemudian kejadiannya esok harinya Jumat tanggal 4 januari
2013, sekitar jam 14.00 wita (setelah solat jumat). Selama ini kami
menekuni usaha dagang Gula Merah. Ke Makassar dalam rangka ingin membenahi
rumah yang pernah dibeli untuk kemudian ditinggali. Dari Kajang beliau
mengendarai sepeda motor Shogun- R warna hitam. Rencananya ingin membeli
kap motor dan membayar pajaknya yang sudah tiga tahun menunggak. Juga Ingin
ganti plat kendaraan dan perbarui STNK. Tamrin bolak balik
Makassar-Bulukumba kurang lebih sudah sebulan.

Hari Jum'at saat kejadian, beliau keluar setelah shalat Jum'at di mesjid
dekat rumah untuk mengganti kap motor. Rencana setelah ganti kap motor
ingin mengganti (memperbarui) STNK. Keluar hanya membawa dompet. Dalam
perjalanannya beliau bertemu dengan Arbain yang menanyakan hendak kemana
tujuan Tamrin. Tamrin kemudian menjelaskan maksud dan tujuannya untuk
membeli kap motor namun mengaku belum menguasai seluk beluk jalan yang akan
dilaluinya karena baru datang. Arbain pun kemudian menawarkan jasa untuk
mengantarkan beliau sambil menunjukkan jalan. Saya (Rosi) sama sekali tidak
tahu apa salahnya Arbain hingga ikut di tangkap Densus juga.

Saya (Rosi) tidak menyaksikan proses penangkapan suami saya. Dan mengetahui
jika beliau ditangkap hanya dari orang-orang di luar. Sebagian informasi
kami dapatkan dari media. Saya kemudian menduga jika suami saya menjadi
salah satu korban penangkapan. Sampai detik ini tidak ada satupun aparat
yang pernah menghubungi saya menyampaikan perihal keberadaan suami saya
sekarang padahal sudah dua pekan lebih sejak penangkapan. Saya tidak pernah
melihat suami saya lagi sejak Jum'at itu. Saya dan keluarga sudah keliling
mencari dan bertanya, namun tidak menemukan.

Selama ini Tamrin hanya menggeluti usaha gula merah yang sebelumnya pernah
menjadi tukang kayu, dagang sapi, dan menyadap kelapa untuk membuat gula
merah. Kami pindah ke Makassar atas usul dari salah satu saudara saya dan
kemudian saya menjual tanah saya di Kajang. Sebelumnya saya tidak merasa
dibuntuti atau diikuti. Karena selama ini kami hanya menggeluti usaha gula
merah. Tamrin juga sangat jarang keluar rumah.

Saya tidak mengenal Arbain bin Yusuf karena dia orang sini (Makassar).
Mungkin juga dia punya usaha lain. Saat ini saya tidak tahu bagaimana
keadaan Tamrin. Saya ingin sekali mendapat kabar tentang suami saya.

Kini istri Tamrin bersama anak-anak kecilnya tidak tau harus berbuat apa.
Karena sampai penuturan ini dipublish juga belum ada informasi dari
Densus88 perihal Tamrin. Dan hari-harinya menjadi serba tidak menentu
dengan beban pikiran dan perasan yang tidak bisa dilukiskan.semua jadi
serba berat menjalani tanpa kehadiran seorang suami.

*Samad (adik Tamrin)**, *menambahkan penuturanya Rosi;

Saya tidak ada di lokasi saat penangkapan tapi di kota. Saya tidak tahu
kasus penangkapan itu dan belum ada informasi dari pihak kepolisian bahwa
kakak saya ditangkap. Belum ada penjelasan kepada keluarga. Hari jumat
ditangkap sekitar jam14.00 wita di belakang pasar Daya lama di
Jalan Paccerakkang.Tamrin boncengan sama Arbain bin Yusuf keluar dari
Kompleks Graha Pesona.

Belum ada informasi dimana tempat penahanannya kalau ditahan dan
kalaulah luka dimana diobati. Sudah ada beberapa tempat saya cari, di
markas Brimob di Jl. KS. Tubun, di Brimob di Jl. St. Alauddin, RS
Bayangkara tidak ada dan istrinya kemarin ke rumah sakit Daya juga tidak
ada. Hanya di Polda belum dicoba. Pernah jumpa pers depan
media Celebes TV dan Metro TV untuk meminta informasi tentang keberadaan
kakak saya.

Saya kehilangan jejak kakak saya. Saya pernah ke LBH tapi saya tidak dapat
jalan keluar. LBH juga tidak memberi petunjuk tentang keberadaannya kakak
saya. Namun belum tahu langkah apa yang mau diambil karena belum ditahu
dimana tempatnyaTamrin.

Hari jumat siang anaknya Tamrin dari RS Bhayangkara, 1 minggu dirawat namun
sudah keluar pagi tadi. Yang mau saya tahu dimana lokasi kakak saya. Tidak
pernah ada yang datang untuk menggeledah rumah. Hanya dipasar Daya saja
langsung diculik.

Kalau polisi punya indikasi terhadap Arbain kan dicari dulu dirumahnya, dan
memberi tahu keluarganya jika ada kejadian/tindakan. Tapi tidak pernah ada
pencarian yang berarti tidak ada indikasi. Sekarang kehilangan jejak
tentang keberadaan Tamrin. Tiga anak Tamrin masih kecil-kecil juga.

Kondisi keluarga masih bingung karena belum ditahu keberadaannya.seandainya
ditahu keberadaannya bisa diobati atau dibesuk. Dia keluar jam setegah dua
ba'da Jum'at untuk beli alat alat motor. Kamis malam sekitar jam 23.00
wita dari Bulukumba.

Tau Arbain bin Yusuf tapi tidak terlalu kenal. Baru 2 bulan tinggal di sini
tanggal 3 desember. Ditangkap 2 orang yang ditembak Tamrin. Tolong
fasilitasi saya untuk mencari tahu keberadaan kakak saya. Tamrin kelahiran
1972. Kalau dia (Densus) melakukan ini luar biasa, langsung menembak saja
tidak pernah ada pemberitahuan kepada keluarga padahal bawa tanda
pengenal (sebagai penegak hukum). Saya rencana ke Polda sekarang.

Kalau upaya hukum, insyaAllah masih hidup dia sendiri yang akan
menyampaikan sama kita. Sekarang tidak bisa karena tidak diketahui statusya
sehingga langkah hukum tidak bisa dipastikan. Yang penting dulu
menemukannya. Karena banyak ketidak jelasan jadi saya tidak bisa
menyampaikan apa-apa. Terhadap pengelola negara sangat mengharapkan
informasi tentang keberadaan kepada kakak saya.Dimana dia? Kok seperti
lenyap ditelan bumi. Padahal jelas-jelas Densus yang ambil.

1. *Hanadiah** (Istri Asmar/korban meninggal)*

[image: teror makasar]<http://islampos.com/densus-88-tembak-abu-uswah-dan-kholid-di-teras-masjid-36693/teror-makasar/>Ia
adalah istri dari Syamsuddin alias Asmar alias Abu Uswah menuturkan; pas
saat jelang kejadian Asmar sempat masuk ke dalam rumah sakit, tiba-tiba dia
keluar pergi wudhu trus masuk masjid untuk solat dhuha. Tiba-tiba temannya
ditembak. Kemudian selang beberapa menit dia menyusul dari belakang karena
tidak tahu mungkin tentang hal itu. Ia pun kemudian ditembak di paha
kirinya.

Setelah itu dia bangun, mungkin mau lari atau apalah saya tidak tahu,
karena almarhum sendiri tidak tahu apa kesalahnnya. Saat itu kakinya
dilumpuhkan dua-duanya. Ini menurut penuturan orang yang menyaksikan
disana kepada saya. Almarhum kemudian saat akan dibawa masih sempat
disiksa, dipukuli dan ditendang pakai sepatu laras. Kemudian ditembak lagi
di dadanya, diberondong peluru setelah tewas kemudian dimasukan k edalam
kantong plastik baru di masukan ke dalam mobil.

Saya tidak pernah melihat jenazah almarhum. Hanya foto yang saat kejadian
yang saya sempat lihat, itupun dari mereka yang menyaksikan dilokasi.
Mereka mendokumentasikan dengan HP. Hari itu dia cuma pamit katanya ingin
menjenguk teman di rumah sakit. Tidak ada sama sekali dia membawa apa yang
seperti dituduhkan. Dia dituduh membawa granat, granat dari mana? Yang saya
tahu dia berangkat hanya untuk menjenguk temannya yang lagi sakit. Katanya
ke rumah sakit diantar teman, tatapi saya sendiri tidak tahu temannya itu
siapa.

Sampai saat ini tidak ada informasi dari Densus. Saya hanya ikuti
melalui berita di televisi saja. Tidak ada pemberitahuan atau surat
penangkapan.

Saya tinggal disini, KTP suami saya di BTN Mangga tiga karena saya pernah
tinggal di sana. Menurut saya kelakuan Densus seperti binatang. Mereka
seenaknya memberondong. Orang yang lagi solat kok ditembak, tanpa ada
pemberitahuan dan peringatan.

Bagi saya, almarhum seperti halnya orang kebanyakan, ya biasa-biasa. Meski
pendiam tapi biasa juga Bermain dengan anak-anak, bergaul dengan
masyarakat. Biasalah. Tidak ada yang aneh-aneh dari beliau. Beliau sering
dirumah. Kalau keluar paling dia ke masjid untuk solat, atau keluar
belanja. Tidak ada kegiatan yang aneh. Sehari-hari almarhum kerjanya
serabutan, kerja apa yang bisa. Kadang diajak oleh temannya kerja bangunan.
Saya juga kaget dengan adanya peristiwa di rumah sakit itu. Tiba-tiba kok
begitu kejadiannya. Saya tidak tahu apa kegiatannya, apa pekerjaannya
terkait peristiwa. Demikian juga yang sudah saya sampaikan di Polda
beberapa hari setelah kejadiannya. Sekitar tiga atau empat hari setelah
kejadian. Saya menyampaikan bahwa saya tidak tahu semua tentang yang mereka
tuduhkan. Polisi sempat mengatakan bahwa mungkin mereka (polisi) lebih
tahu. Kemudian saya jawab, iya, kalian yang lebih tahu berarti kalian
sendiri yang menciptakan ini semua. Saya tidak tahu dan tidak pernah
bertanya tentang itu. Kalau pulang kerumah, paling-paling bergurau dengan
anak-anak.

Almarhum meninggalkan tiga orang anak. Yang paling tua, Uswatun Mawaddah
saat ini kelas 5 SD. Yang kedua laki-laki 5 tahun, Muhammad Fatih, dan yang
ketiga, Lulu, 2,4 tahun. Almarhum adalah tulang punggung keluarga selama
ini. Entahlah, kedepannya seperti apa setelah almarhum tidak ada. Belum
jelas karena masih dalam keadaan berduka.

Harapannya agar jenazah almarhum segera dikembalikan. Karena keluarga
menunggu untuk dimakamkan. Densus juga harus benar dalam melakukan
tugasnya. Teliti dangan baik, Selidiki dulu dengan benar. Apalagi jika
peristiwa itu terjadi di rumah Allah SWT (masjid), sangat disayangkan. Ini
sudah menyepelekan kaum muslimin!

1. *Athrizah Dwi Hatmawan** (**Istri Arbain **bin **Yusuf**)*

Arbain di tangkap bersama tamrin saat mau belanja barang di pasar daya.Dwi
menuturkan; Pagi sekitar jam 09.00 wita Arbain masih dirumah, tidur
dirumah dan mau shalat Jumat di mesjid setempat.Tapi saya ada jadwal masak
untuk santri, makanya saya minta tolong suami saya untuk belanja kepasar.
Dia ngajak pak Tamrin karena katanya sekalian mau beli kap motor. Habis
shalat jumat sampe sore suami saya tidak pulang. Lalu saya liat berita
kalau ada yang ditangkap dipasar Daya. Lalu Saya liat di internet
kalo Arbain dan Tamrin dibuntuti dari sini.

Sempat ada kabar kalau Arbain sudah meninggal. Namun ada teman yang cari
info ternyata sudah ada di Jakarta. Dikasih nomor telpon atas nama pak
Norman (081280464020) pengacara Densus dari Jakarta. Teman saya cuma pesan
sebatas itu saja dan pada hari Jum'at dapat surat penangkapan 1 minggu
setelah kejadian.

Ada rencana mau dipindahkan tahunya dari berita saja. Sekarang masih belum
tahu bagaimana kepindahannya. Sempat ada kabar dan kasih informasi ke saya.
Hari Kamis bapak saya yang di Jawa berangkat ke Jakarta sempat melihat
kondisi suami saya. Kondisinya luka ditangan bekas penangkapan namun tidak
tau pasti karena penjagaannya ketat sekali. Dan tidak sempat banyak
bertanya jadi tidak tahu persis. Tapi masih baik kondisinya.

Saya tidak melihat kejadian secara langsung tapi hanya melihat dari berita.

Harapan saya, kalau pun suami saya memang salah, harusnya sesuai dengan
prodesur yaitu dikasih surat penangkapan dulu. Kalau pun suami saya
disangka terlibat dalam jaringan teroris faktanya Suami saya itu sehari
harinya hanya menjual dan tidak pernah kemana mana. Namun pun demikian jika
bersalah harusnya sesuai prosedur penangkapan dengan memberikan surat
penangkapan bukan langsung main tangkap. Saya berharap bisa lebih maksimal
dukungannya dari umat Islam.

1. *MuthmaInna** (**istri Syarifuddin**)*

Densus juga mengobok-ngobok daerah Enrekang (sekitar 5 jam perjalanan
darat dari kota Makassar), dan ada 9 orang lainya yang ditarget untuk
diambil. Dan yang menjadi target utama oleh Densus adalah Syarifuddin,
dengan alasan menyembunyikan bom rakitan yang siap digunakan. Dan istri
Syarifudin menuturkan seputar penangkapan sebagai berikut;

Saya berada di lokasi tapi tidak melihat kejadian, tetapi adik saya yang
lihat. Saya saat itu akan sholat maghrib, dan diberitahu setelah sholat.
Kejadiannya malam Sabtu pukul 18.30. Katanya, saat itu suami saya
(Syarifuddin) baru mau naik ke jalanan masuk masjid untuk sholat maghrib,
tiba-tiba motornya ditendang sama Densus dan jatuh dari motor dan
diringkus Densus. Dan ketika bilang mau solat magrib, dibentak densus
"tidak perlu solat!". Dan bahkan izin mau pakai celana dalam dulu, itupun
ditolak karena saat itu dia hanya pakai sarung untuk pakaian bawahnya. Adik
saya yang lihat karena suaminya juga sempat ditangkap Densus namun telah
dilepaskan.

Tempatnya kejadian di Kampung Kalimbua, Kelurahan Kalosi Selatan, Kecamatan
Alla Enrekang. Kejadiannya sangat tiba-tiba saja. Saya sama sekali
sebelumnya tidak pernah dihubungi atau tahu kejadian apa. Sebelum kejadian
saya sekeluarga hanya di Enrekang saja. Saya pernah baca di media
bahwa suami saya pernah keluar selama dua bulan, saya bilang ini omong
kosong dan saya bantah karena kenyataanya suami saya selama ini berada di
Enrekang sejak tahun lalu sampai tahun sekarang.

Suami saya kegiatannya hanya sehari-hari jual tahu sama tempe. Kalau pagi
berangkat jual tahu tempe sampai jam 9 pagi, lalu berangkat ke kebun sampai
Dhuhur. Setelah itu membuat tahu tempe sampai sore, begitu terus
kegiatannya sampai penangkapan.

Saya setelah maghrib mencari suami saya namun sudah tidak ketemu dan masjid
sudah kosong. Saya cuma diberitahu bahwa tadi ada penangkapan Densus yang
datang dengan 9 mobil Avansa, mereka berpakaian preman yang jumlahnya lebih
dari 50 orang.

Setelah penangkapan saya sudah dihubungi dan katanya sekarang dia sudah di
Mabes. kalau mau menghubungi (Syarifuddin) harus melalui pengacara saya
yang sudah disiapkan Densus.

Saya tidak menerima kalau suami saya dituduh karena pernah lama ke luar
kota, karena suami saya tidak pernah tinggalkan daerah. Hanya pernah ke
luar ke Makassar paling lama 5 (lima) hari pergi pengajian, tidak lebih
dari itu dan itu pun bersama saya.

Kejadian penangkapan sekitar 100 meter dari rumah saya, kejadian dekat
masjid At-Taqwa. Saat kejadian tiga orang yang ditangkap Densus, terakhir
lagi kemenakan saya Fadil alias Fahri juga diambil Densus. Yang diambil
sama Densus semua keluarga saya.

Di rumah saya, Densus mengambil barang-barang tombak, bensin 5 liter yang
saya baru beli untuk pabrik tahu, parang, pupuk untuk berkebun, bahkan
celengan kaleng yang berisi duit sekitar 400 ribu juga diambil. Densus juga
membawa ember-ember. Barang-barang yang dibawa itu selama ini dipakai untuk
buat tahu tempe. Rumah saya sudah dua kali digerebek dan katanya ada
senjata. Motor cicilan saya juga diambil sama Densus. Setahu saya yang ada
di pabrik tahu saya cuma parang. Yang dikasih garis polisi kebun saya yang
katanya ada senjata, jaraknya 5 kilo meter dari rumah saya. Saya merasa
suami saya tidak punya salah atau bukti kejahatan karena saya tahu
kegiatannya sehari-hari.

1. *Mutthoharah (Istri Sukardi)*

Istri Sukardi menuturkan; Kejadiannya Jumat sore pukul 18.30 wita, saya
tidak lihat pas kejadian seperti apa dan bagaimana, sampai bapaknya Abu
Dzar (Syarifuddin) jatuh, cuma pas jatuh saya sempat dengar dia berteriak
"apa salah saya". Dia sempat memberotak tapi langsung dibekuk tangannya
kemudian kakinya, setelah itu dia diangkat dinaikkan ke mobil Avanza, kalau
tidak salah warna hijau, karena saya melihatnya dari atas rumah. Jadi
agak jauh.

Waktu itu Saya kira ada kejadian biasa seperti tabrakan. Saya tidak tahu
kalau kejadian ternyata lain. Jadi saya masuk kembali kedalam rumah, turun
untuk ambil air wudhu kemudian naik lagi ke atas dan saya liat sudah penuh
dengan Densus. Saya melihat Densus dengan bersejata lengkap. Ada satu orang
tingi besar, memakai semacam rompi mendekati jamaah sambil
bertanya;"siapa namanya Fadli?" Suami saya menjawab bukan.

Waktu itu suami saya duduk di teras masjid. Karena tiga kali dipanggil
tidak bergerak, akhirnya orang tadi mendekatinya dan membekuk lehernya
kemudian dibawa pergi. Karena kaget saya kemudian turun dan lompat dari
rumah, masuk gorong-gorong. Begitu mereka lihat saya keluar lalu
mengarahkan senjata sambil membentak menyuruh masuk. Katanya "Masuk!", trus
saya bilang saya mau pergi ambil anakku, jadi saya bilang "anakku, anakku".

Saya kemudian mendatangi anak-anak dan bertanya "mana bapaknya Syahrul?"
Saat saya bertanya itulah saya melihat dia diseret bersama tiga orang
lainnya.Ssaya mendengar suami saya bilang "apa salah saya?" mereka lalu
bilang "kamu keluar!, kamu keluar!" suami saya bilang "saya ndak
keluar-keluar". Terus dia lari sambil bilang "anakku, anakku", terus mereka
jawab bawa saja dengan anakknya. Jadi saya mencoba menarik tangan suamiku
sambil berkata "tunggu dulu, apa salahnya suamiku?" Jadi dua tangan saya
masing-masing menarik suami dan anak saya.

Terus mereka bilang, "Bapak keluar, bapak keluar toh?", saya jawab "Ke
mana? Tidak, bapak tidak pernah keluar. Tunggu dulu, apa salahnya suamiku
?" Mereka bilang, "Sebentar bu, kita mau minta keterangan saja".

Keterangan apa? Suamiku tidak bersalah saya bilang. Nah, disaat saya sedang
menarik tangan suamiku, kemudian datang lagi satu orang yang badannya besar
dan berkata "Kalau memang tidak mau, tembak saja dia!" Jadi saya bilang
tunggu dulu. Saya kemudian berhenti menarik, dan setengah berbisik ke
telinga suami saya, "Pergimiki. Insya Allah itu Allah melindungiki kalau
kita tidak pernah salah. karena kita memang tidak pernahji keluar."

Karena waktu itu banyak sekali mobil, saya tidak tahu ke arah mana suami
saya dibawa. Jadi waktu penangkapan itu ada banyak orang, ada jamaah di
dalam masjid. Jadi Waktu suami saya ditangkap dia sedang menemani anak saya
ke belakang yang ingin buang air besar. Itu yang kemudian Densus katakan
bahwa suami saya ingin melarikan diri. Bagaimana dia mau melarikan diri
sedang saat itu dia sedang bersama anaknya.

Pak Sukaradi ditangkap pas setelah salat maghrib. Kalau pak syarifuddin pas
saat solat, kalau tidak salah saat rakaat pertama. Yang saya dengar, Saat
itu dia minta untuk solat dulu. Kata penduduk ditunggui ji memang tapi
mereka menendang motor pak Syarifuddin. Karena kaget, dia balik dan
bertanya, ada apa ini? Apa salah saya, saya mau solat dulu. Tapi mereka
bilang "tidak usahmi solat!".

Lokasi kejadiannya di Masjid Taqwa. Saat itu ada sekitar sepuluh jama'ah di
dalam.

1. *Nurlaila (Istri Fadli)*

Nurlaila menuturkan kepada CIIA; Tidak tahu apa alasan penangkapan karena
saat itu pas lagi solat maghrib. Pak Syarifuddin ditangkap saat solat, tapi
Fadli setelah solat maghrib.

Barang yang diambil jirigen, juga uang. Rumah digeledah isinya. Ada tiga
rumah yang digeledah. Setelah penangkapan tidak ada yang dihubungi. Ada
beberapa berita dari internet yang kurang sesuai. Diberitakan suami saya
melakukan perlawanan padahal tidak ada sama sekali perlawanan waktu
ditangkap.

Densus waktu itu ada sekitar sembilan mobil. Jadi waktu malam sabtu itu ada
tiga orang yang dibawa.[*13 Jan 2013, Makassar*]

http://islampos.com/inilah-penuturan-keluarga-korban-arogansi-densus-88-40220/8/


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: