Jumat, 18 Januari 2013

[daarut-tauhiid] Respon Umat Islam Indonesia Atas Runtuhnya Khilafah Islamiyah

Respon Umat Islam Indonesia Atas Runtuhnya Khilafah Islamiyah
By Pizaro on January 17, 2013

[image: dokumen-tentang-khilafah]<http://islampos.com/respon-umat-islam-indonesia-atas-runtuhnya-khilafah-islamiyah-38909/dokumen-tentang-khilafah/>

*Oleh: Septian Anto Waginugroho*

*Sarjana Sejarah UI*

Pada 28 Rajab 1342 H bertepatan dengan 3 Maret 1924, Kemal at-Taturk
melalui Majelis Nasional Turki menetapkan penghapusan Khilafah dan
pengusiran Khalifah saat itu sekaligus menjadi yang terakhir, Abdul Majid
II, ke luar Turki. Dengan demikian berakhirlah sistem Khilafah yang selama
ini menyertai umat Islam. Berita tentang penghapusan dan pengusiran yang
dilakukan oleh Kemal Ataturk ini segera menyebar ke luar Turki dan
mengejutkan dunia Islam. Kemudian umat Islam di berbagai belahan dunia
memberikan respon dalam berbagai bentuk dan saat itu muncul upaya agar
Khilafah dapat tegak kembali. [1]

Pada dasarnya penghapusan Khilafah ini merupakan persoalan bagi umat Islam
di seluruh dunia karena Khilafah merupakan bagian dari keislaman mereka.
Selain itu selama ini Khilafah telah berdiri bersama umat Islam
berabad-abad lamanya sehingga Khilafah telah menjadi bagian sejarah
perjalanan hidup mereka. Tentang hubungan antara umat Islam dan Khilafah
serta sebab persoalan penghapusan ini mendatangkan respon, Muhammad
Dhia'uddin ar-Rais, seorang Guru Besar Jurusan Sejarah Islam Universitas
Kairo, di dalam bukunya yang berjudul *al-Islam wa al-Khilafah fi al-Ashr
al-Hadits*menjelaskan,

*sesungguhnya Khilafah ini bukan milik Turki saja melainkan milik dunia
Islam seluruhnya. Ia adalah sebagian dari warisan umat Islam, peninggalan
sejarah dan lambang persatuan mereka. Khilafah merupakan pimpinan spritual
bangsa-bangsa Islam di segenap penjuru bumi. Khilafah ini telah berlangsung
lebih dari seribu tiga ratus tahun.*

*Yaitu sejak umat Islam mengadakan rapat untuk memilih Abu Bakar Shiddiq
(Sahabat Nabi) sebagai pengganti Rasulullah Muhammad saw. Beliau itulah
sebagai khalifah pertama dalam sejarah Islam, diikuti oleh Khalifah kedua
al-Farq Umar bin Khaththab, begitulah seterusnya silih berganti sepanjang
masa, dalam berbagai dinasti sehingga berakhir pada abad keduapuluh ini.
Oleh karena itu, wajar jika umat Islam memperhatikan dengan sungguh-sungguh
soal Khilafah ini dan memikirkan akibatnya, serta berpikir apa yang akan
terjadi kelak di masa mendatang. *[2]

Sebab begitu besar pengaruh keberadaan Khilafah bagi umat Islam maka berita
keruntuhan Khilafah ini mendapatkan respon dari dunia Islam dan muncul
upaya untuk menegakkan Khilafah kembali. Beberapa saat setelah diruntuhkan,
ide untuk menegakan kembali Khilafah langsung bergulir dan terus
diperbincangkan. Di beberapa tempat ide ini diperbincangkan dalam
pertemuan-pertemuan besar.

Pada Maret 1924 dibawah pimpinan Syaikh al-Azhar para ulama
menyelenggarakan pertemuan di Kairo. Dalam pertemuan ini disepakati bahwa
keberadaan Khilafah yang memimpin umat Islam tidak dapat dipungkiri
merupakan sebuah keharusan. Mereka juga berpendapat kedudukan Abdul Majid
sebagai Khalifah sudah gugur setelah dia diusir dari Turki. Oleh sebab itu
harus ada pengganti Khalifah selanjutnya. Untuk membahas siapa yang layak
menjadi Khalifah, mereka memutuskan akan mengadakan Muktamar di Kairo pada
Maret 1925 dengan mengundang wakil-wakil dari umat Islam di seluruh
dunia.[3]

Hal serupa juga dilakukan oleh ulama di Hijaz. Pada April 1924 di Makkah,
Syarif Husein yang menjadi Amir Makkah membentuk Dewan Khilafah yang
terdiri dari sembilan sayid dan sembilan belas perwakilan dari daerah lain
termasuk dua orang perwakilan dari Jawa. Dewan Khilafah ini dibentuk
sebagai upaya untuk menegakkan kembali jabatan Khalifah. Namun Dewan
Khilafah tidak berumur panjang karena pada tahun yang sama Syarif Husein
lengser dari jabatannya. [4]

Di Indonesia pun berita penghapusan Khilafah telah sampai dan mendapat
respon dari ulama dan tokoh pergerakan Islam pada saat itu. Pada Mei 1924,
dalam kongres Al-Islam II yang diselenggarakan oleh Sarekat Islam dan
Muhammaddiyah, persoalan tentang Khilafah menjadi topik pembicaraan
kongres. Dalam kongres yang diketuai Haji Agus Salim ini diputuskan bahwa
untuk meningkatkan persatuan umat Islam maka kongres harus ikut aktif dalam
usaha menyelesaikan persoalan Khalifah yang menyangkut kepentingan seluruh
umat Islam. [5]

Keputusan itu semakin dipertegas dengan lahirnya keputusan Kongres Nasional
Central Sarekat Islam pada Agustus 1924 di Surabaya. Seperti yang
diberitakan surat kabar Bandera Islam, kongres memutuskan untuk terlibat
dalam perjuangan Khilafah. Umat Islam di Indonesia harus mengirimkan
utusannya ke kongres di Kairo.

*"…hendak membantoe dengan segala kekoeatan boedi dan tenaganja semoea
ichtiar jang menoedjoe maksoed akan mengirimkan oetoesannja oemmat Islam di
Hindia-Timoer, boeat menghadiri Congres Igama Islam, jang diadakan di Cairo
goena membitjarakan dan memoetoeskan perkara Chilafat Islam."* [6]

Jauh sebelum Turki Usmani runtuh, permasalahan Khilafah telah menarik
perhatian umat Islam di Indonesia. Hingga kemudian pada 3 Maret 1924
muncullah persoalan yang menyedot perhatian dunia tersebut. Secara umum
keruntuhan ini menimbulkan kebingungan pada dunia Islam [7], yang mulai
berfikir tentang pembentukan Khilafah baru. Menurut Deliar Noer, Masyarakat
Islam Indonesia bukan saja berminat dalam masalah ini, malah merasa
berkewajiban memperbincangkan dan mencari penyelesaiannya. [8]

Saat gagasan penegakan Khilafah muncul, masyarakat Islam Indonesia tengah
berada dalam zaman pergerakan nasional. Saat itu telah banyak bermunculan
organisasi-organisasi pergerakan Islam seperti Sarekat Islam, al-Irsyad,
Muhammadiyah dan menyusul kemudian Nahdlatul Ulama. Organisasi ini muncul
karena dorongan aspirasi mereka untuk memajukan Islam dan menentang
penjajahan Belanda. Berbeda dengan generasi sebelum mereka yang menempuh
perjuangan secara fisik dan bersifat kedaerahan, pada zaman ini bangsa
Indonesia berjuang melalui organisasi-organisasi modern. Cara-cara yang
mengedepankan kekuatan intelektual menjadi ciri pergerakan mereka. Pada
zaman itu mereka telah terbiasa menggunakan langkah-langkah seperti
pembentukan komite-komite, penyelenggaran kongres dan pertemuan serta
pengadaan sarana pendidikan, untuk memperjuangkan aspirasi mereka.
Perjuangan mereka semakin disempurnakan dengan usaha masif penerbitan surat
kabar yang menjadi organ bagi organisasi mereka. [9]

Dengan cara-cara seperti itu juga mereka memperjuangkan Khilafah.
Pembentukan komite, penyelenggaraan kongres dan pertemuan, serta penerbitan
surat kabar menjadi cara yang ditempuh untuk memperjuangan Khilafah pada
zaman itu. Saat berita keruntuhan Khilafah sampai di Indonesia, mereka
meresponnya dan ikut terlibat dalam perjuangan Khilafah. Ditambah pula
perjuangan mereka ini memiliki hubungan dengan perjuangan Khilafah yang
dilakukan oleh umat Islam di negeri lain.

Tersiar kabar akan diselenggarakan sebuah kongres dunia Islam di Kairo
dengan mengundang perwakilan dari seluruh umat Islam di dunia. Kongres yang
dimaksudkan untuk mencari pengganti khalifah ini akan diselenggarakan pada
Maret 1925. Undangan kongres ini pun dikirim ke Indonesia. [10] Sebagai
sambutan atas undangan ini pada tanggal pada tanggal 4-5 Oktober 1924
diadakan sebuah pertemuan di Surabaya yang dihadiri para ulama dan kaum
pergerakan Islam dari berbagai organisasi. Dihasilkan kesepakatan dalam
pertemuan ini bahwa wajib hukumnya terlibat dalam perjuangan Khilafah. Umat
Islam di Indonesia harus terlibat dalam kongres di Kairo dengan mengirimkan
utusan ke kongres tersebut. Untuk maksud tersebut maka dibentuk sebuah
badan khusus bagi perjuangan Khilafah di Indonesia yang bernama*
Comite-Chilafat* dengan ketua Wondosoedirdjo dari Sarekat Islam dan wakil
ketua K. H. Abdul Wahab Hasbullah dari kalangan tradisi yang kemudian
menjadi salah seorang pendiri NU. [11]

Pertemuan tersebut ditindaklanjuti dengan diselenggarakan Kongres al-Islam
Luar Biasa pada tanggal 24-27 Desember 1924 di Surabaya. Kongres ini
dihadiri oleh para ulama dan 68 organisasi Islam yang mewakili pimpinan
pusat maupun cabang. Ada tiga keputusan yang dihasilkan dari kongres ini.
Pertama, wajib hukumnya terlibat dalam perjuangan Khilafah. Kedua,
disepakati akan terus didirikan *Comite-Chilafaat* di seluruh Hindia-Timur
(Indonesia). Dan terakhir, diputuskan akan mengirimkan tiga orang utusan
sebagai wakil umat Islam di Indonesia ke Kongres di Kairo dengan enam butir
mandat yang telah disepakati. Tiga orang utusan tersebut adalah
Surjopranoto dari Sarekat Islam, Haji Fachroddin dari Muhammadiyah dan K.
H. A. Wahab Hasbullah dari kalangan tradisi. Namun utusan ini gagal
berangkat disebabkan kongres di Kairo ditunda. [12]

Aspirasi umat Islam di Indonesia Pergerakan Khilafah ini terus menyebar di
Indonesia. Kesadaran tentang urgensi perjuangan Khilafah terus diopinikan.
Hal itu diupayakan dengan membentuk cabang-cabang *Comite-Chilafaat *di
berbagai wilayah di Indonesia [13] dan dengan diadakannya
pertemuan-pertemuan yang membahas Khilafah di beberapa kota. [14]

*Catatan Kaki*

[1] Untuk uraian berbagai respon atas keruntuhan Khilafah, lihat Aqib
Suminto, *Politik Islam Hindia Belanda*, (Jakarta: LP3ES, 1996), hlm. 83-6.

[2] Muhammad Dhia'uddin ar-Rais, *Islam dan Khilafah di Zaman Modern*,
(Jakarta: Lentera Basritama, 2002), hlm. 45.

[3] Ibid., hlm. 50-1.

[4] Aqib Suminto, *Politik Islam Hindia Belanda*, (Jakarta: LP3ES, 1996),
hlm. 86.

[5] Mukayat, H*aji Agus Salim Karya & Pengabdiannya*, (Jakarta: Depdikbud,
1985), hlm. 39; A.K. Pringgodigdo SH.,* Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia*,
(Jakarta: Dian Rakyat, 1986), hlm. 37.

[6] Bandera Islam, 16 Oktober 1924.

[7] Dalam surat kabar harian Neratja edisi 26, 27, 29, 31 Maret 1924, K. H.
Agus Salim menulis sebuah artikel yang berjudul* Kemanakah Chalifah Islam?
Kekaloetan 'Alam Islam*. Artikel ini mengambarkan kekalutan dunia Islam
atas keruntuhan Khilafah.

[8] Deliar Noer,* Gerakan Modern Islam di Indonesia 1901-1942,* (Jakarta:
LP3ES, 1996), hlm. 242.

[9] Lihat Deliar Noer, *Gerakan Modern Islam di Indonesia 1901-1942*,
(Jakarta: LP3ES, 1996) dan A.K. Pringgodigdo SH., Sejarah Pergerakan Rakyat
Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat, 1986).

[10] Aqib Suminto, Op.Cit., hlm. 86.

[11] Deliar Noer, Op.Cit, hlm. 242. Reportase tentang pertemuan ulama dan
kaum pergerakan pada 4-5 Oktober di Surabaya banyak dimuat dalam surat
kabar yang terbit sezaman. Menurut harian Hindia Baroe pimpinan K. H. Agus
Salim, sepanjang sejarah umat Islam di Indonesia, pertemuan ini merupakan
kali pertamanya di Indonesia diadakan sebuah pertemuan yang khusus membahas
tentang Khilafah, lihat Hindia Baroe, 16, 17, 18 Oktober 1924; dan Bandera
Islam, 23, 30 Oktober 1924.

[12] Lihat Deliar Noer, OpCit., hlm. 242; dan Aqib Suminto, Op.Cit., hlm.
86. Tiga keputusan Kongres ini, lihat "*Persidangan Moelia Loear Biasa Dari
Pada Congres Al-Islam*" dalam Bandera Islam, 1 Januari 1925. Penundaan
kongres Kairo disebabakan oleh tiga alasan, yakni: 1. Masih berkecambuknya
perang di Hijaz; 2. Belum jelasnya beberapa negeri Islam atas seluk beluk
kongres; dan 3. Kesibukan Mesir dalam menghadapi pemilihan umum, lihat
Bandera Islam, 22 Januari 1925.

[13] Cabang dari Komite Khilafah ini antara lain: Sub-comite Chilafaat
Djokjakarta, Sub-comite Chilafaat Pekalongan, Sub-comite Chilafaat
Tjirebon, Sub-comite Chilafaat Pasoeroean, Sub-comite Chilafaat Buitenzorg,
Sub-comite Chilafaat Bandjermasin dan Sub-comite Chilafaat Tjiandjoer,
lihat Bandera Islam, 1 Januari 1925.

[14] Harian* Hindia Baroe*, 4 Desember 1924, memberitakan tentang pertemuan
Sub-comite Chilafaat Tjiandjoer yang dihadiri oleh 3000 orang dari berbagai
kota seperti Cianjur dan Sukabumi, pertemuan ini membahas tentang
perjuangan Khilafah. Selain itu Sub-comite Tjiandjoer menyumbangkan dana
kepada Comite-Chilafaat di Surabaya, lihat Bandera Islam, 29 Januari 1925;
Pada 15 Januari 1925, surat kabar Bandera Islam memberitakan tentang
pertemuan S.I. Majalengka. Dalam pertemuan yang dihadiri oleh 350 orang ini
dibahas tentang pergerakan Khilafah dan keputusan Kongres Al-Islam di
Surabaya.

http://islampos.com/respon-umat-islam-indonesia-atas-runtuhnya-khilafah-islamiyah-38909/


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: