Kamis, 17 Januari 2013

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3679

1 New Message

Digest #3679

Message

Wed Jan 16, 2013 11:56 pm (PST) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

*Undangan Diskusi* *Institut Peradaban*

Institut Peradaban (IP) dengan hormat mengundang Anda untuk hadir dan
berpartisipasi dalam diskusi bulanan IP yang kali ini akan diadakan pada

*Hari Selasa, 22 Januari 2013 pukul 13.30*

*di Wima Intra Asia
*

*
*

Jalan Prof. Dr. Soepomo 58. Tebet, Jakarta Selatan

Topik diskusi bulan ini:

"Krisis Ekonomi Eropa Makna dan Dampaknya Bagi Perekonomian Indonesia"

Pembicara :

Berly Martawardaya, Phd (UI)

Prof.Dr. Anwar Nasution (UI)

Martiono Hadianto ( PT.Newmont)

Mengingat relevan dan pentingnya topik ini, kami sangat mengharapkan
kedatangan dan partisipasi Anda.

Berhubung terbatasnya tempat, kami berharap kesediaan Anda konfirmasi
kedatangan ke email: admin@institutperadaban.org

Atau SMS ke 0821 2314 7969 (Yons Achmad/Humas)

Atas nama IP,

Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie,SH

Prof. Dr. Salim Said,MA,MAIA

==============

Krisis Utang Eropa disebabkan oleh deficit fiscal yang besar, dialami
beberapa anggota Uni Eropa (UE) seperti Yunani, Spanyol, Portugal, Irlandia
dan Italia, yang terjadi sejak akhir 2009 dimana sampai saat ini belum
menunjukkan tanda tanda membaiknya.

Krisis tersebut telah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi diseluruh UE
sangat lemah dan telah mengakibatkan resesi di Yunani dan Spanyol. Krisis
tersebut juga mengakibatkan terganggunya stabilitas politik dengan
meluasnya pengangguran dan kekerasan politik bahkan sempat mengancam
perpecahan UE.

Karena perekonomian UE merupakan salah satu perekonomian yang terbesar
didunia, dampak pelemahan ekonomi di UE terhadap perekonomian negara lain
cukup terasa. Pasar EU merupakan pasar terbesar bagi ekspor AS, Jepang dan
Cina. Ekspor Indonesia ke EU sudah mulai melemah. Namun penurunan ekspor ke
EU ini masih diimbangi oleh peningkatan ekspor ke Cina. Tetapi apabila
ekonomi EU terus melemah, pertumbuhan ekonomi Cina juga akan terganggu, dan
ini bisa berdampak pada ekonomi Indonesia.

Krisis fiscal di UE dipacu oleh terungkapnya deficit anggaran belanja
beberapa negara yang melampui 10 persen PDB, jauh diatas batas 3 persen
yang disyaratkan dalam persetujuan Maatstrich. Defisit sebesar itu dianggap
bisa membahayakan kesinambungan fiscal. Hal itu diperparah lagi dengan
ketidak sanggupan Yunani membayar utangnya yang jatuh tempo. Ini
menimbulkan reaksi negatif yang cukup luas di pasar uang seluruh dunia.

Timbulnya deficit berkaitan dengan lemahnya disiplin dan ketaatan membayar
pajak yang sangat rendah, sehingga penerimaan negara lebih rendah dari
seharusnya. Hal itu juga berkaitan dengan ketidaksanggupan pemerintah
negara negara tersebut untuk membatasi pengeluaran untuk kesejahteraan
sosial yang cenderung naik dengan cukup besar setiap tahun seperti gaji,
pensiun, kesehatan, pendidikan, yang bagi negara negara yang menganut
sistim kesejahteraan social di Eropa , merupakan pengeluaran "sapi suci".

Ketidak sanggupan beberapa negara membayar utang mereka yang jatuh tempo
telah menggoncangkan bank-bank yang memegang sebagian besar obligasi
mereka. Beberapa bank harus dibantu diselamatkan pemerintah (bail out).
Sementara itu lembaga peringkat (*rating agencies*) telah mendegradasikan
peringkat utang mereka menjadi "sampah" *(junk*). Akibatnya, kalau mereka
mencari utang baru, baru bisa diperoleh dengan suku bunga yang tinggi,
sehingga memperparah lagi posisi fiscal mereka.

Untuk mencegah perekonomian Eropa lebih memburuk, tiga lembaga
internasional , UE, IMF dan ECB telah bekerja sama memberi bantuan berupa *bail
out money*. Namun untuk bisa mendapatkan dana ini, lembaga-lembaga itu
mensyaratkan negara negara yang dilanda krisis fiscal untuk melakukan
reformasi ekonomi, dan program pengetatan anggaran (*austerity*). Ini
berarti penggeluaran untuk kesejahteraan social harus dipangkas, yang
cukup menyakitkan bagi golongan masyarakat yang selama ini menikmati
anggaran kesejahteraan tersebut.

Mungkin karena dampak pengetatan anggaran dibidang sosial politik ini cukup
parah, dalam tatanan kebijakan saat in berkembang satu pemikiran
alternatif. Bahwa dalam perekonomian yang lemah, apalagi mengalami resesi,
kebijakan pengetatan anggaran justru lebih memperparah perekonomian dan
karena itu kontra produktif. Data empiris menunjukkan bahwa kebijakan
stimulus diperlukan untuk mencegah perekomian yang dilanda resesi. Dari
sini muncul usul untuk sikap yang lebih fleksibel terhadap keharusan mutlak
pelaksanaan kebijakan pengetatan anggaran . Prancis, IMF ,dan para
ekonom sudah
menyuarakan hal ini. Hanya PM Angela Merckel yang masih bersikukuh terhadap
keharusan negara negara yang mengalami krisis fiscal melakukan kebijakan
pengetatan, dan reformasi ekonomi.

Krisis utang Eropa menyingkap beberapa isu yang kedepan akan menjadi
pemikiran serius bagi para pembuat kebijakan. Pertama, dapatkah beberapa
negara yang menyatukan diri dalam kesatuan ekonomi dan mempunyai mata uang
yang sama (Euro), mempunyai independensi dalam kebijakan fiskalnya,
dan perbankannya
?. Kedua, krisis utang Eropa mengungkap adanya polarisasi yang tajam antara
kelompok negara pinggiran "selatan", dengan negara "utara", dimana
"selatan" lebih miskin dari kelompok "utara". Dan sejauh mana kesenjangan
ini bisa mengancam keutuhan Uni Eropa yang sekarang mempunyai 17 negara
dengan mata uang Euro? Untuk mempertajam persoalan krisis Eropa dan
mengungkap makna serta dampaknya bagi Indonesia, kita akan menghadirkan
pembicara tersebut diatas.

*Biodata Pembicara*

*
*

*Dr.Berly Martawardaya* adalah dosen dan Manajer Riset di FEUI yang
menempuh pendidikan paska sarjana di Free University of Amsterdam, Belanda
dan University of Siena, Italia serta fellowship di National University of
Singapore dan summer school di Central European University, Hungaria.
Selama menempuh studi di Eropa, Berly terpilih menjadi Presidium PPI
Belanda dan Sekjen PPi Italia serta ikut mendirikan Jejaring PPI
Eropa. Makalah ilmiahnya telah menembus konferensi ilmiah internasional di
Prancis, Italia, Belanda, Dubai, Jepang, Turki dan Australia dan pada tahun
2011 memenangkan hibah riset internasional dari Sumitomo Foundation, Jepang.

*Prof.Dr.Anwar Nasution* adalah Guru Besar FE UNI, dan mantan Ketua BPK.

*Ir. Martiono Hadiyanto Msc* adalah Direktur Utama PT Newmont dan mantan
Dirut PT.Pertamina.

Tidak ada komentar: