Selasa, 29 Januari 2013

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3682

1 New Message

Digest #3682
1
Media dan Capres 2014 by "Yons Achmad" freelance_corp

Message

Mon Jan 28, 2013 4:41 am (PST) . Posted by:

"Yons Achmad" freelance_corp

Media dan Capres 2014
Ditulis tanggal : 28 - 01 - 2013 | 19:27:45

Sudah hampir 10 tahun negeri ini dipimpin oleh presiden SBY. Hasilnya apa?
Seperti yang kita lihat sekarang, sulit bagi kita untuk mengatakan presiden
kita ini berhasil. Bahkan, satu hal yang paling menonjol dari SBY justru
nampak sebagai sosok yang indolent (lamban). Selalu lambat dalam bergerak
dan yang ada hanyalah politik "akan". Akan ini, akan itu, realisasinya nol
besar. Lantas, apakah kita mesti mengulang kembali kegagalan memilih
presiden di tahun 2004 nanti? Tentu tidak.

Kalau kita cermati, hal yang juga menonjol dalam diri presiden SBY adalah
bagaimana politik pencitraan menjadi bagian terpenting dalam kehidupan diri
dan pemerintahannya. Gaya bertutur yang pelan, bergaya dengan lagak sopan
dan begitu terkesan hati-hati dalam mengambil keputusan menjadi cirri
khasnya. Dan, sebenarnya, kalau kita pikir lebih jernih, media juga turut
punya peran dalam menghantarkan sosok ini menjadi presiden dalam dua
periode. Entah itu murni dalam bentuk pemberitaan, maupun iklan-iklan
berbayar untuk mencitrakan sang tokoh menjadi baik di mata masyarakat.

Menuju pemilihan presiden 2014 Ketua MPR Taufik Keimas ( Detikcom, Senin,
28/01/2013 00:00 WIB) melontarkan pernyataan yang menarik. Dia menilai,
media massa memiliki peran penting dalam pemilu legislatif dan pemilu
presiden 2014. Khusus untuk pilpres, publik melalui media mendapat
informasi utuh mengenai bakal calon presiden. Karena itu, Taufiq berharap
media aktif memberitakan kualitas dan rekam jejak calon presiden agar dapat
menjadi masukan bagi pemilih nantinya.

Apa yang dilontarkan Taufik Keimas saya kira perlu mendapatkan apresiasi
dan perlu mendapatkan perhatian untuk diskusi lanjutan. Benar, kita
(publik) perlu mendapatkan gambaran yang utuh mengenai kualitas calon
presiden kita. Pertanyaannya kemudian, apakah media kita akan secara jujur
melakukan pemberitaan calon presiden nantinya? Termasuk fair dan adil dalam
menyoroti masing-masing kandidat.

Berharap kepada media, kita memang cukup waswas. Terutama kalau kita
bicara mengenai media televisi yang kerap digunakan para calon presiden
untuk berkampanye dan melakukan pencitraan. Kita tahu betul, bagaimana
industri televisi kita dikuasi oleh tokoh-tokoh partai yang punya ambisi
menjadi presiden. Semisal TV One dengan Aburizal Bakrie sebagai pemiliknya,
atau Metro TV dengan Surya Paloh sebagai rajanya. Dengan dasar atau alasan
ini saja, kita menjadi sangsi, apakah media benar-benar akan memberikan
gambaran yang utuh bagi para calon presiden nantinya. Atau malah media
itulah yang ditunggangi sebagai jembatan melakukan politik pencitraan bagi
sang tokoh yang juga pemilik media untuk menduduki singgasana kepresidenan.
Inilah kondisi yang mengkhawatirkan kita.

Baru-baru ini, dalam ruang sunyi pemberitaan dan tak banyak orang yang
mengetahuinya, ada film yang berhasil dibuat untuk menggambarkan bagaimana
wajah nyata media (televisi) kita. Ucu Agustin, dari dana asing Ford
Foundation berhasil membuat film dengan judul Di Balik Frekuensi (Behind
the Frequency). Terlepas dari kepentingan asing yang mendanai produksi
film itu, film ini sayang untuk dilewatkan begtu saja dalam perbincangan.

The Jakarta Post (26 Januari 2013) melaporkan bagaimana Film dokumenter Di
Balik Frekuensi (Frequency balik) tersebut mencoba bercerita bagaimana
media dikendalikan oleh orang-orang tertentu untuk kepentingan mereka
sendiri. Dalam film ini, dua stasiun televisi yang mendapatkan sorotan
tajam yaitu Metro TV dan TV One. Di akhir laporan mengikuti alur film
tersebut, The Jakarta Post menutupnya dengan pertanyaan: Can we still trust
the media?

Tentu saja, sekali lagi, pertanyaan ini patut menjadi bahan renungan kita
bersama. Setidak percaya kita pada media, toh media tetap menjadi bagian
penting dalam kehidupan keseharian kita. Dan rasa-rasanya, sudah tidak bisa
kita lepaskan begitu saja. Gempuran media membombardir kita. Maka,
rasa-rasanya, memang tak perlu lagi kita menghindarkan diri pada media.
Justru kita perlu mengakrapi media sambil tetap menjaga akal sehat dan
kritis terhadap media.

Dalam ranah pemerintahan, kita memang punya yang namanya Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI). Sejauh ini, lembaga inilah yang cukup punya wewenang untuk
melakukan pengaturan dalam soal frekuensi, termasuk dalam konteks apa yang
kita bicarakan sekarang, mengatur bagaimana tokoh-tokoh yang yang menjadi
kandidat calon presiden tersebut tidak seenaknya menggunakan medianya untuk
kepentingan pribadi karena frekuensi adalah ranah publik yang tentunya
mesti digunakan untuk sebaik-baik kemanfaatan publik. Kita belum mendengar
dengan detail bagaimana aturan main misalnya dalam soal kampanye calon
presiden tersebut. Saya kira, yang demikian perlu secepatnya dijelaskan
oleh KPI kepada publik.

Kenapa? Sebab pemilihan presiden bukan hal main-main. Kita tak boleh lagi
"kecolongan" dengan munculnya presiden seperti yang kita saksikan
sekarang. Media khususnya televisi, perlu kita dorong terus menerus untuk
pro aktif memunculkan calon-calon presiden yang bisa diandalkan,
calon-calon alternatif. Terutama yang punya visi-misi jelas dalam soal
menyejahterakan rakyat. APBN di tahun 2014 nanti mencapai 2.000 triliun.
Tentu, dana yang sebesar ini, amat sangat mengkhawatirkan kalau misalnya
kita serahkan kepada pengelolaan dari presiden yang korup, atau yang
terlalu lamban. Terkait dengan masalah besar ini, kita tunggu bagaimana
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) bergerak. Sambil publik terus perlu
menyalakan akal sehat serta menajamkan kekritisan pada media, khususnya
televisi (Yons Achmad/Pemerhati media)

http://kanetmedia.com/artikel/read/media-dan-capres-2014/

salam
yons achmad
publicist @kanetmedia
0821 2314 7969
Pin: 2677F8AC

http://www.kompasiana.com/yons

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Important Details You Should Find Out About Red Mulch
Mulches And Your Garden

Feel free to visit my page - Grafton Tree nursery
Here is my web page ; tree nursery

Anonim mengatakan...

can anyone give me copyright guidelines regarding getting articles from all other sites.
?

Stop by my webpage ... wiki.piratpartiet.se
Feel free to visit my web site paxil lawsuit settlements

Anonim mengatakan...

Click pictures and recording videos would be the next level feature because Samsung supposedly has installed a
13 mega pixel rear camera along with a front facing camera for video chats.

For storing pictures, music files, videos and other media applications the handset will be supporting a 16 GB internal memory which would be expandable by
inserting the micro SD card in the dedicated slot.
Theis quiet affordable and justified to its specs. Public records have
always been a strong point of contention between those who believe
in public access and privacy. Indeed, the gray area
of this issue is a bit difficult to maneuver that one has to questions one's motives in wanting to access public records. When is right to publish information such as cell phone records? Should access to such public records be tempered with tight rules? http://www.krrunch.com/rochell.paz Once the Command Prompt appears you have few seconds to type in explorer and hit Enter. If you fail to do it within 2-3 seconds, the FBI Money Pak ransomware will take over and will not let you type anymore. Follow the steps to restore your computer into an earlier day. Download recommended anti-malware software Spyware Doctor and run a full system scan to remove the remnants of FBI Money Pak virus. The new rules, which took effect on Wednesday, apply to everyone buying a phone or SIM subscriber identity module card, including foreigners and short-term visitors. The requirement was adopted to curb rampant spam, porn, and telecom fraud, the Ministry of Industry and Information Technology said, according to Xinhuanet, the Web site of the official Chinese government news agency.
Feel free to surf my page - cell phone number lookup