Senin, 07 Januari 2013

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3678

4 New Messages

Digest #3678
1.1
File - Moderator Sekolah Kehidupan by "sekolah-kehidupan@yahoogroups.com"
2
(no subject) by "bohank bobo" bohankbobo
3
(no subject) by "cut intan" cut_tantia2003
4a
Re: Menyoal Kembali Citizen Journalism by "wahyu dwinoto" wahyuaktual

Messages

Sun Jan 6, 2013 3:09 am (PST) . Posted by:

"sekolah-kehidupan@yahoogroups.com"


(Moderator) INFO: Cara Mudah Baca Email

Para anggota milis sekolah-kehidupan Yth.,

Dari pengamatan yang kami lakukan, jumlah postingan yang masuk ke milis kita rata-rata 20-30 email sehari baik berupa artikel maupun postingan lainnya. Sehubungan dengan itu maka kami menyarankan bagi semua anggota agar email-box tidak cepat penuh maka disarankan agar mengubah status posting-emailnya dari individual email menjadi digest atau web-only. Tetapi dari pengalaman yang kami lakukan, hal yang terbaik bila kita memilih option web-only. Dengan pilihan ini maka kita hanya bisa membaca seluruh postingan dengan cara membuka mail site, juga untuk membalas postingan, serta mengirim email langsung ke si penulis.

1. Cara mengubah sistem info email dari individual email ke digest atau web-only
Ketik http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan,
Sign in dulu, kemudian klik Edit Membership
Kemudian di bawah ubah pilihan dari individual email ke pilihan digest atau web-only.
Kemudian akhiri dengan klik tanda SAVE

2. Cara mudah untuk membuka mail-group.
Bila kita sudah ingin memilih dengan web-only, berarti informasi semua postingan harus
dilihat di mail site. Untuk itu ketik http://groups.yahoo.com/group/sekolah-kehidupan.
Sign in dulu, kemudian klik view all, untuk melihat semua postingan dari dulu yang paling
lama sampai yang terbaru.
Untuk memudahkan membuka mail-site kita di waktu-waktu berikutnya maka alamat mail
tadi yang di awali dengan http://....., sebaiknya di book-mark atau di masukkan dalam
daftar favorite (ada di ujung atas sebelah kiri layar monitor). Klik Favorites, dan add.

Demikian yang dapat disampaikan. Terima kasih.

Salam Hormat,
Moderator Bersama


Sun Jan 6, 2013 11:31 pm (PST) . Posted by:

"wahyu dwinoto" wahyuaktual

wuah jadi makin tercerahkan ni saya...

thanks pak Yons atas tulisannya..:)

 
----------------------------------------------------------
Wahyu Dwinoto
HP. 0853.100.88.616
Member TDA: 004-00099
YM. wahyuaktual
www.familyaqiqah.web.id | Solusi Aqiqah Keluarga Anda
www.portalinfaq.org | Layanan Zakat Online Anda
www.keluargabahagia.web.id | Bahagia Dunia Bahagia Akhirat

________________________________
From: Yons Achmad senjakarta@gmail.com>
To: forum_lingkarpena@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, January 2, 2013 8:39 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] Menyoal Kembali Citizen Journalism


 
Menyoal Kembali Citizen Journalism

Saat saya sekedar ber-Tachiomi (Jalan-jalan ke toko buku, membaca, tidak
berniat membeli), seperti biasanya, malah tergoda. Ya, barangkali
kebodohan yang saya biarkan terpelihara.  Setiap ke toko buku biasanya
hanya dua rak yang saya sambangi.  Rak khusus novel-novel terbaru dan
rak buku sosial politik khususnya Ilmu Komunikasi. Sebuah buku warna
kuning menyolok  nangkring di rak toko buku Gramedia Matraman, Jakarta.
Judulnya Citizen Journalism karya Pepih Nugraha. Saya baca-baca sekilas, boleh juga.

Buku ini, walau judulnya Citizen Journalism, tetapi isinya sebenarnya
gugatan. Penulis berusaha menyoal kembali apa itu citizen journalism
yang akrab diterjemahkan menjadi pewarta warga. Rupanya, setelah
dipikir-pikirnya cukup panjang, begitu juga  (mungkin) setelah
mempraktekkan  serta mengelola media yang menampung pewarta warga
bernama "Kompasiana", penulis berkesimpulan bahwa citizen journalism
bukan sebuah istilah yang tepat. Istilah itu terlalu "wah" bagi warga
yang bukan sebagai jurnalis profesional sebuah industri media.

Penulis buku ini lebih  memilih istilah citizen reporter (pewarta warga). Bagi
penulis,  warga biasa tidak serta merta menjadi journalist hanya karena
menulis atau melaporkan peristiwa yang dilihat dan dialaminya melalui
internet. Menurut penulis buku ini, tidak gampang jadi wartawan atau
jurnalis, ada "sekolahan" nya. Pilihan untuk memilih istilah itu
barangkali berangkat dari pengalaman penulis. Pepih Nugraha punya
pengalaman tidak gampang untuk menjadi wartawan (jurnalis). Di Kompas
tempatnya bekerja harus melalui hampir satu tahun sebelum benar-benar
diterjunkan ke lapangan untuk melaporkan peristiwa, menggali dan
mengumpulkan fakta  serta menuliskannya di Koran.

Belum lagi, menjadi wartawan terikat dengan code of conducts dari manajemen
perusahaan pers dimana wartawan itu bekerja. Kalau perusahaan pers
tempatnya bekerja bilang haram menerima amplop (sogokan), maka wajib
pula mematuhinya selagi berkhidmat pada perusahaan itu. Sedangkan,
menjadi citizen reporter hanya bertanggungjawab pada dirinya sendiri
dengan etika, moral, serta filsafat hidup yang berlaku universal yang
dimilikinya.

Buku yang saya baca judul lengkapnya adalah "Citizen Journalism: Pandangan,
Pemahaman, dan Pengalaman". Sebuah buku Seri Jurnalistik Kompas. Saya
kira, buku ini relevan untuk pencerahan tentang dunia citizen
journalism:  Yang penulis bukunya sendiri lebih memilih istilah Citizen
Reporter. Semacam buku panduan bagaimana menjadi seorang Citizen
Journalism yang "baik".  Cocok dibaca oleh mereka yang bukan wartawan di industri media tapi punya hobi  melakukan reportase, menulis pengalaman menarik yang dialaminya untuk dibagikan ke orang lain.

Memang, tak selamanya wartawan itu "profesional" dan Citizen Reporter itu
"amatiran". Buku ini, saya kira berpotensi menjadi serangan balik
wartawan di industri pers arus utama (mainstream), kenapa?  Kalau warga
sudah jago-jago melakukan reportase, tidak berlebihan kiranya membuat
wartawan-wartawan arus utama kecut.

Sebagai contoh, tidak bermaksud menjelak-jelekkan tapi hanya membeberkan wakta. Media online Detikcom misalnya, sering sekali membuat berita yang
antara judul dan isinya berbeda. Belum lagi biro Detikcom Surabaya
bersemangat sekali, gemar betul dan paling pinter bikin berita-berita
berbau "mesum". Entahlah, semua ini barangkali sekedar strategi
menaikkan trafik pengunjung, tapi hasilnya tentu kuasa pembaca menyala.
Olok-olokkan kerap muncul. Wartawan-wartawan Detikcom sering dicap dan
sering dicaci dengan makian "Dasar Wartawan Anak Singkong": Merujuk pada buku Chairul Tanjung "Si Anak Singkong" yang sudah membeli Detikcom.
Ini akibat  kerap bikin media yang isinya "sampah.  Tentu tidak semua. 
Tapi, artinya apa?  Dunia tahu, wartawan arus utamapun tak selalu
sempurna.

Akhirnya saya kira, debat soal apakah yang benar citizen journalism atau citizen reporter sekarang ini sudah tidak terlalu penting. Justru barangkali
adalah debat soal mutu atau konten dari karya jurnalistik itu. Entah
diterbitkan oleh media mainstream (arus utama) sebuah industri pers atau hanya "sekedar" diterbitkan di blog pribadi. Bukan lagi soal apakah
wartawan atau bukan yang menulisnya, tapi bagus tidaknya atau benar
tidaknya apa yang ditulisnya dan sejauhmana karya itu bermanfaat bagi
pembaca. Begitulah pemahaman sedikit saya, bagaimana menurut Anda? (Yons Achmad)

http://kanetmedia.com/artikel/read/menyoal-kembali-citizen-journalism/

Tidak ada komentar: