Nasib Manusia
By: Prof. Dr. Achmad Mubarok MA
Nasib manusia sering disebut dengan kalimat suratan nasib atau suratan tangan, atau suratan takdir, yang menggambarkan bahwa nasib manusia telah tertulis di lauh mahfudz sebagai takdir, dan manusia tak berdaya mengubahnya. Jika kita menengok al Qur'an maka kita jumpai bahwa penjelasan tentang takdir dan nasib itu tidaklah hitam putih, karena di satu sisi diungkapkan bahwa setiap peristiwa yang terjadi di alam raya hingga selembar daun yang jatuh pasti bertitik tolak dari kehendak Allah (qudrat iradat Allah) dan tidak terlepas dari kendali pengawasan Allah serta tersurat dalam ketetapan yang jelas (fi kitabin mubin). Sementara di sisi lain diungkapkan bahwa manusia memiliki daya pilih dan daya upaya, bebas menentukan perbuatannya dan mampu
mempengaruhi masa depan dan
nasibnya dan dapat pula mengubahnya sendiri. Al Qur'an surat al Kahfi ayat 29 misalnya memberi kebebasan memilih kepada manusia untuk beriman atau kafir, faman sya'a fal yu'min, waman sya'a fal yakfur.
Dua pola ungkapan al Qur'an itu kemudian melahirkan pola-pola pemikiran yang berlainan. Pertama pola kepercayaan "Jabbbariah" yang mengata-kan bahwa nasib manusia telah ditentukan secara pasti dan tetap oleh Allah Yang Maha Pencipta dimana manusia tinggal menjalani ketentuan-ketentuan itu sepenuhnya tanpa daya pilih dan tanpa daya upaya.
Pola kedua adalah kepercayaan "Qadariyah" yang mengatakan bahwa manusialah yang menentukan segala-galanya, nasibnya tergantung pada pilihan dan usahanya karena manusia memiliki kebebasan untuk menentukan kebebasannya. Pola ketiga disebut kepercayaan "Ahlussunnah wal Jamaah", yang mengata-kan bahwa ada keterbatasan dalam diri manusia, sehingga daya pilih dan daya upaya yang dimilikinya
menjadi
tidak mutlak, sekalipun keduanya sangat penting artinya sebagai landasan taklif (penunaian tugas yang diamanatkan Allah kepada manusia).
Kepercayaan yang benar tentang takdir itu adalah bagian dari ilmu yang utuh, yang mendorong manusia untuk bekerja keras, cermat dan tertib dengan segala daya dan dana yang ada padanya berdasarkan pilihannya yang timbul dari kesadaran akan amanah taklif yang diembannya untuk meningkatkan kualitas dirinya dalam menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Wallohu a'lam.
sumber, http://mubarok-
Wassalam,
agussyafii
-
Tulisan ini dibuat dalam rangka program kegiatan "Amalia Cinta
Rasul" (ACR), Hari Kamis, tanggal 26 Maret 2009 di Rumah Amalia, Jl.
Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sud-Tim,
Ciledug. TNG. silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di 087 8777
12 431, agussyafii@yahoo.
[Non-text portions of this message have been removed]
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar