Selasa, 03 Maret 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2548

Messages In This Digest (25 Messages)

1a.
Re: (CATCIL) 4 PEREMPUAN HEBAT PERTAMA From: Divin Nahb
2a.
Re: (Inspirasi) Menghadapi Masalah From: sismanto
2b.
Re: (Inspirasi) Menghadapi Masalah From: interaktif
3.
Manfaat Shalawat From: muhamad agus syafii
4.
[Ruang Kantor] freelancer... From: Gendisa Yuliasti
5a.
Re: Inikah Gaya Pergaulan Pasutri Modern? From: Rini Agus Hadiyono
5b.
Re: Inikah Gaya Pergaulan Pasutri Modern? From: Masduki_Masduki@manulife.com
6a.
(artikel) Mencari Bahagia From: febty febriani
6b.
Re: (artikel) Mencari Bahagia From: Bu CaturCatriks
7a.
[Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! From: Kang Dani
7b.
Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! From: Ain Nisa
7c.
Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! From: fil_ardy
7d.
Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! -> Ain From: fil_ardy
7e.
Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! -> Ain From: Ain Nisa
7f.
Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! -> Ain From: Ain Nisa
7g.
Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! From: Jojo_Wahyudi@manulife.com
7h.
Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! From: fil_ardy
7i.
Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! From: Jojo_Wahyudi@manulife.com
8a.
Re: [catcil] Anak perempuan satu-satunya From: Bu CaturCatriks
8b.
Re: [catcil] Anak perempuan satu-satunya From: susanti
8c.
Re: [catcil] Anak perempuan satu-satunya From: inga_fety
8d.
Re: [catcil] Anak perempuan satu-satunya From: Masduki_Masduki@manulife.com
8e.
Re: [catcil] Anak perempuan satu-satunya From: Loiy Anni
9.
(Teka) Kiat Mendidik Anak Menjadi Insan Mulia From: muhamad agus syafii
10.
[catcil] Akhirnya Pindah Juga From: Loiy Anni

Messages

1a.

Re: (CATCIL) 4 PEREMPUAN HEBAT PERTAMA

Posted by: "Divin Nahb" divin_nahb_dn@yahoo.com   divin_nahb_dn

Mon Mar 2, 2009 8:08 am (PST)


Bang Fy yang baik...
Bagiku mengagumi orang bukan lantas aku mengkultuskannya
Kan manusia bukan Tuhan. Jadi ya nggak perlu juga "diterlalu-laluin"

Bagiku mengagumi orang adalah belajar dari hal positif yang mereka miliki
Banyak yang bilang "ambillah semua sisi baik dari orang dan buang sisi jeleknya"

Dan Insya Allah... aku bukan orang yang terkultuskan sama siapapun
Abis kalo suka sama tokoh juga angot-angotan
Kadang seminggu ini suka si A, minggu besoknya suka B
Hahahahhahahha

Yang jelas aku banyak belajar dari banyak orang
Ya begitu deh...

BTW, jelas aja bang Fy nggak masuk. Lha aku nulisnya 4 PEREMPUAN!!
Pertanyaannya; Bang Fy emang perempuan???
Hahahahhahahha, kena dia!! Bang Fy GUBRAK!!

Salam

Divin Nahb

2a.

Re: (Inspirasi) Menghadapi Masalah

Posted by: "sismanto" siril_wafa@yahoo.co.id   siril_wafa

Mon Mar 2, 2009 4:05 pm (PST)

Makasih Bapak Teha Inspirasinya, menambah menu bacaan hari ini dan
semoga bermanfaat bagi saya dan lainnya :)

~ Sis ~

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, teha <teha.sugiyo@...>
wrote:
>
> /Inspirasi/
>
> *MENGHADAPI MASALAH*
>
> "Masalah ada di mana-mana, hanya ketekunanlah kunci untuk
> mengatasinya". Itu kata Robert H. Schuller, dalam bukunya dengan
judul
> sama.

2b.

Re: (Inspirasi) Menghadapi Masalah

Posted by: "interaktif" diifaa_03@yahoo.com   diifaa_03

Mon Mar 2, 2009 10:58 pm (PST)

setiap masalah yang menyapa dalam kehidupan kita hendaklah kita jadikan sebagai kesempatan untuk belajar banyak hal agar menjadi pribadi yang tangguh

makasih pak teha atas inspirasinya yang begitu berharga
salam
wiwik

________________________________
From: teha <teha.sugiyo@toserbayogya.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com; ek_farida@yahoo.co.id; NADIA SUTANTO <isabelnrs@hotmail.com>; dale carnegie <dale_carnegie_bdg@yahoogroups.com>
Sent: Monday, March 2, 2009 9:26:51
Subject: [sekolah-kehidupan] (Inspirasi) Menghadapi Masalah

Inspirasi

MENGHADAPI MASALAH

"Masalah ada di mana-mana, hanya ketekunanlah kunci untuk
mengatasinya" . Itu kata Robert H. Schuller, dalam bukunya dengan
judul sama.
Masalah adalah kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang
terjadi. Ada orang yang mengatakan bahwa masalah adalah gap antara
apa yang seharusnya dan apa yang senyatanya. Dalam
proses organisasi hal seperti itu tidaklah aneh. Bahkan tindakan
antisipasinya telah disiapkan.
Tidak dapat disangkal, setiap kali berhadapan dengan masalah, sadar
atau tidak kita akan mengambil salah satu dari 4 sikap berikut ini:
1. Melarikan diri dari masalah. Ini jelas sikap pengecut,
pecundang, karena melakukan upaya pelarian dari masalah, padahal
masalah tetap akan mengikutinya.
2. Melupakan masalah yang ada. Ini pun jelas tidak baik, sebab
akan membuat masalah semakin meluas di luar kendali dan berpotensi
menjadi lebih buruk.
3. Melawan masalah. Indikasinya adalah menolak masalah dianggap
sebagai masalah, dan memilih sikap tidak peduli. Sikap seperti ini
malah menimbulkan masalah baru, sementara masalah sebelumnya tidak
teratasi.
4.Menghadapi masalah. Pengalaman membuktikan bahwa inilah sikap
paling bijak. Bukan saja realistis, melainkan juga membuat kita lebih
terbiasa dan terlatih menyelesaikan masalah.
Perlu kita ingat, bahwa sesungguhnya masalah adalah kesempatan
potensial bagi kita untuk mengekspresikan potensi diri sebagai
profesional yang kompeten. Sayangnya, tidak semua orang dapat berpikir
begitu. Masih ada saja yang memiliki pandangan keliru, ditandai dengan
pendapat bahwa: masalah tidak akan terselesaikan, masalah sifatnya
permanen, tidak normal, membuat kita pahit, menguasai kita, dan kalau
dihadapi akan mematikan karir. Padahal sesungguhnya masalah adalah hal
yang dapat diselesaikan, hal yang lumrah dan normal dalam kehidupan,
dan kalau diatasi justru akan membuat kita menjadi lebih baik.
Ya, masalah memang harus dihadapi, diatasi, diselesaikan, sepedih
atau sesakit apa pun. Mungkin kita akan merasa babak belur, sakit hati,
terbanting atau berkeping-keping. Yang jelas, sesudahnya kita dapat
membangun kembali keping-keping tersebut dengan suasana hati yang baru.
Sahabat saya, Jeihan pernah mengatakan, "Kalau kamu kepedasan,
jangan minum es. Itu akan tambah lama rasa pedas itu bertahan di
mulutmu. Jadi, kalau kamu merasa kepedasan, minumlah air panas,
seteguk, dua teguk, beberapa teguk, awalnya memang merasa terbakar,
namun rasa pedas itu akan segera sirna". Masalah memang harus
dihadapi, diatasi, apa pun resikonya, bukan dibiarkan, didiamkan,
dipeti-eskan.
Selanjutnya dalam hal pengambilan keputusan atas masalah,
sebaiknya kita pun paham bahwa salah satu penyebab sulitnya
penyelesaian masalah, karena kita terlalu dekat dengan masalah,
sehingga kita tidak dapat memahaminya secara objektif. Dengan mengambil
jarak, kita akan memiliki perspektif yang benar dan komprehensif
terhadap masalah. Maka, sebaiknya kita tidak pernah marah kalau
pengambilan keputusan agak lama dari yang kita harapkan, sebab proses
ideal sedang berlangsung. Yaitu, pengambil keputusan mengambil jarak
agar keputusan lebih baik, lebih komprehensif dan membawa dampak
kebaikan. Bukan keputusan yang hanya baik dalam sesaat.
Jika masalah itu berada di dalam "kantong" kita, selama itu kita
tetap akan mendapatkan kesulitan mengatasinya, karena masalah itu
menyatu dengan diri kita. Jika kita berusaha "mengeluarkan masalah itu
dari kantong kita", nah kita akan tahu, bahwa sesungguhnya masalah itu
kecil atau besar.
Saya teringat dengan ucapan Paul Hana dalam bukunya You Can Do
It!, saat Daud menghadapi raksasa Goliath (Jaluth).
Saudara-saudaranya mengatakan, "Ia terlalu besar untuk dihadapi",
namun Daud dengan tegas mengatakan, "Tidak, ia terlalu besar untuk diabaikan!"
Yang juga perlu diingat, sesulit apa pun, serumit apa pun masalah
itu, pasti ada jalan keluarnya. Pasti ada cara untuk mengatasinya! Mari
kita cari jalan keluar itu, atau kalau tidak kita ketemukan, kita bikin
sendiri!
Selamat mengambil jarak untuk menghadapi atau mengatasi masalah!

live as if you were to die tomorrow
learn as if you were to live forever
(Mahatma Gandhi)

Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
3.

Manfaat Shalawat

Posted by: "muhamad agus syafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Mon Mar 2, 2009 4:08 pm (PST)

Manfaat Shalawat

By: agussyafii

Shalat dan shalawat terjemahan harfiahnya sebenarnya sama yaitu doa, tetapi shalat dalam arti ritual ibadah (shalat maghrib misalnya) adalah ritual ibadah yang terdiri dari gerak, bacaan dan doa. Sedangkan shalawat Nabi adalah doa yang secara khusus diperuntukkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan keluarganya.

Mengapa Nabi Muhammad yang sudah dibebaskan dari dosa (ma`shum) masih harus didoakan segala oleh kita, bukankah itu sudah tidak perlu ?  Konsep shalawat adalah konsep syafa`at. Dalam teologi Islam dikatakan bahwa Nabi Muhammad memiliki  "otoritas" syafa`at, yakni perlindungan kepada ummatnya kelak nanti di hari kiamat, ketika tidak ada lagi yang bisa memberikan perlindungan.

Orang yang berpeluang memperoleh syafa'at Nabi adalah orang yang mencintainya. Wujud dari cinta Rasul dibuktikan dengan  membaca salawat itu. Nabi sendiri secara konsepsional sudah tidak memerlukan doa dari ummatnya, jadi shalawat itu bukan untuk kepentingan Nabi, tetapi kepentingan kita. Jika Nabi diibaratkan sebuah gelas, ia sudah penuh dengan air putih bersih, nah orang yang membaca shalawat Nabi ibarat menambahkan air ke dalam gelas yang sudah penuh itu dengan harapan memperoleh luberannya, yakni luberan syafa`atnya. Jangankan kita manusia, menurut al Qur'an, Allah dan malaikatpun membaca salawat kepada Nabi sehingga orang beriman juga diperintahkan untuk bersalawat dan salam kepadanya; Innalloha wa mala'ikatahu yushalluna `alan nabiy, ya ayyuhalladzina amanu shallu `alaihi wa sallimu taslima (Q/33:56).

Pembacaan shalawat Nabi sebagai ekpressi cinta kepada Rasul kemudian melahirkan kreatifitas seni. Bukan saja dalam teks-teks doa shalawat dibaca, tetapi juga dalam nasyid, dalam syair, dalam lagu.  Dalam teks doa, banyak sekali format salawat dibuat, misalnya ada shalawat Nariyah, shalawat tunjina, shalawat anti kezaliman.

Dalam seni ada sebuah karya epik sejarah Nabi , terkenal dengan Barzanji atau orang Betawi menyebutnya Rawi. Di dalam kitab Barzanzi, riwayat Nabi dikisahkan dalam kalimat yang sangat indah, enak dibaca dan enak di dengar. Demikian juga kasidah Barzanji yang berisi shalawat dan pujian kepada Nabi disusun dalam karya seni yang sangat tinggi kualitasnya.

Buku kasidah Barzanji atau Rawi adalah karya seni yang   terbanyak pembacanya dan karya seni yang tidak pernah basi hingga hari ini, hingga pada segmen masyarakat tertentu, kitab Barzanji bagaikan kitab suci kedua... Barzanji dibaca oleh bangsa-bangsa muslim di Asia dan Afrika, ritmenya bisa didendangkan dengan berbagai lagu. Mari bersalawat dan bersalam kepada Nabi ;

Ya Nabi salam `alaika –ya Rasul salam `alaika –
ya habib salam `alaika—shalawaatulllah `alaikaaaaaa……….

hayo…barengg…..

Wassalam,
agussyafii

---
Tulisan ini dibuat dalam rangka program kegiatan "Amalia Cinta
Rasul" (ACR), Hari Sabtu, tanggal 20 Maret 2009 di Rumah Amalia, Jl.
Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sud-Tim,
Ciledug. TNG. silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di 087 8777
12 431 atau http://agussyafii.blogspot.com

4.

[Ruang Kantor] freelancer...

Posted by: "Gendisa Yuliasti" y_gen2004@yahoo.com   y_gen2004

Mon Mar 2, 2009 4:08 pm (PST)

Setuju banget sama artikel mba Novi Khansa ttg freelancer oh freelancer...
working as a freelancer can be so easy and fun  but at the same time it can be difficult, hehe...
Menurut saya sih kalau memutuskan kerja freelance harus bisa terima semua plus minusnya, terutama soal waktu yang ga rutin..
Hal paling asik jd freelancer adalah bisa memutuskan beberapa hal tanpa harus kompromi dengan orang lain karena kerjanya sendirian ga team work. (terutama yg kayak saya freelance translator)
Yang agak ga asiknya adalah pemasukan untuk pengeluaran sehari2 atau tabungan yg ga bisa didapat sebulan sekali, tapi kadang bisa seminggu banyak dapetnya, bisa jg ngepas...
^_^

-gendis

5a.

Re: Inikah Gaya Pergaulan Pasutri Modern?

Posted by: "Rini Agus Hadiyono" rinurbad@yahoo.com   rinurbad

Mon Mar 2, 2009 5:13 pm (PST)

Mbak Novi,
saya pribadi tak pernah menerima laki-laki 'asing' (kecuali keponakan)
di rumah jika suami tidak ada. Beliau sih tak pernah berpesan secara
verbal begitu..dianggapnya saya sudah ngerti sendiri. Lagian risih,
apa lagi rumah kami kecil..buka pintu kalo ada tamu aja bisa keliatan
semua-muanya. Kiri-kanan depan belakang rumah kosong, pula.

Alhamdulillah, kalo ada tetangga yang datang paling sampe teras aja.
Ini sudah disiasati jauh-jauh hari, bikin tempat duduk-duduk
(walaupun ala kadarnya dari semen) di halaman, jadi kebanyakan
tamu lebih suka nongkrong di sana walaupun suami ada di rumah.
Paling banter, yang sering datang ke rumah saya itu mas-mas kurir.
Ya cuma sampai pintu:) Mungkin kalo tetangga saya usil, bisa
digosipin..apa lagi kurirnya ada anak muda yang keren..hehe..
Terima kasih sudah berbagi.

salam,
Rinurbad

5b.

Re: Inikah Gaya Pergaulan Pasutri Modern?

Posted by: "Masduki_Masduki@manulife.com" Masduki_Masduki@manulife.com

Mon Mar 2, 2009 8:59 pm (PST)

Tx Tulisannya Bu.....

Inspiratif & edukatif............
tentang "hal penting" yg sering dianggap "remeh"
Maaf bang Nur saya balik posisinya...... (tanpa bermaksud merubah makna)

tx salam kenal ....
terutama buat orang2 depok (siapa aja yah ?)

(Embedded image moved to file: pic06868.gif)

Nursalam AR
<nursalam.ar@gmai
l.com> To
Sent by: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
sekolah-kehidupan cc
@yahoogroups.com noviellnine@yahoo.com
Subject
Re: [sekolah-kehidupan] Inikah Gaya
03/02/2009 04:19 Pergaulan Pasutri Modern?
PM


Please respond to
sekolah-kehidupan
@yahoogroups.com



Hmm..tulisan ini menyentuh sisi terdalam kalbu saya. Alhamdulillah,di zaman
seperti ini,masih ada orang yang punya kesadaran akan hal-hal (sepertinya) "remeh"
tapi "penting". Makasih ya atas taushiyahnya!


Salam kenal,

Nursalam AR

2009/3/2 Ellnovianty Nine <noviellnine@yahoo.com>


Oleh: Novi Mudhakir
http://novianty.multiply.com/journal/item/119/Gaya_Pergaulan_Pasutri_M
odern

Tahun 2004 April aku kembali ke tanah air setelah menyelesaikan
kuliah saya di Kota Kyoto, Jepang. Kemudian sekembalinya ke
Indonesia, Allah swt memberiku rejeki berupa pekerjaan di sebuah
kantor kerjasama internasional milik Pemerintah Jepang.

Kembali hidup di negeri tercinta adalah harapanku saat itu. Terus
terang aku merasa sudah terlalu puas dan sedikit 'eneg' (hehehe)
dengan pola kehidupan di Jepang yang monoton. Bekerja, pergi kuliah,
pulang ke apartemen yang penghuni cuma 'sebiji' yaitu diriku sendiri.
Begitu tiap hari. Sesekali pergi bersosialisasi (kadang berusaha
menghindari pergaulan karena capek sendiri), atau sekedar window
shoping.

Aku sungguh-sungguh merasa sepi, 'kesendirian' terlalu lama mewarnai
kehidupan saya selama tujuh tahun di Jepang. Sejak bangun tidur di
pagi hari hingga masuk kembali ke futon (kasur ala Jepang) di malam
hari, hanya ada diriku di kamar apartemen itu. Terkadang aku sampai
ngomong sendiri loh.

Untuk itu aku merasa perlu kembali ke haribaan ibu pertiwi, hidup
kembali di lingkungan masyarakat Indonesia yang terkenal hangat dan
dinamis.

Namun, entah mengapa aku seperti seorang 'Shimataro'. Shimataro
adalah tokoh pada sebuah cerita rakyat Jepang. Kisahnya tentang
seorang laki-laki muda yang membantu seekor penyu yang sedang dijaili
oleh beberapa anak laki-laki. Atas bantuan si Shimataro ini, dia
diajak oleh penyu berkunjung ke kerajaan laut. Di sana Shimataro
dijamu oleh ratu dan para penghuni kerajaan. Setelah tiga tahun
lamanya di laut, Shimataro pamit untuk kembali ke daratan. Ketika
hendak pulang, sang ratu memberi Shimataro sebuah kotak yang tidak
boleh dibuka isinya.

Shimataro diantar kembali ke permukaan laut oleh penyu yang dulu dia
selamatkan. Setibanya ke kampung halaman, Shimataro bingung karena
penghuni kampung sudah berubah dan tidak dia kenal seorang pun.
Begitu pula sebaliknya, tidak ada yang mengenalnya. Karena merasa
bingung, sepi, sedih sendiri, Shimataro membuka kotak pemberian sang
ratu. Padahal dia sudah dilarang untuk tidak membukanya. Ketika
dibuka, seketika itu pula Shimataro berubah menjadi kakek-kakek.
Ternyata, tiga tahun lamanya di dalam laut sama dengan pertambahan
usianya dari seorang laki-laki muda menjadi kakek-kakek.

Aku merasa seperti Shimataro. Tapi bedanya bukan karena tidak
mengenal anggota keluargaku, atau aku tidak dikenal anggota
keluargaku sendiri. Melainkan shock melihat pergaulan teman-teman
sebayaku yang sudah menikah. Banyak sekali gaya pergaulan modern
pasutri yang bagiku nggak lazim. Misalnya, berskin ship seperti tepuk-
tepuk tangan (touch), bercanda dorong-dorong, duduk-duduk mepet-mepet
dengan bukan pasangannya, berfoto bukan dengan pasangannya tapi
mengganggap itu hal wajar karena pasangan berfoto saat itu adalah
sahabat karibnya, dst. Belum lagi pergi makan bareng-bareng tanpa
suami/istrinya.

Gaya seperti ini mungkin aneh kalau aku perdebatkan. Karena
kenyataannya banyak sekali yang seperti itu. Apa aku yang kuper ya?
Atau memang itu wajar? Kalau begitu adanya maka gaya pergaulan di
Indonesia tidak ada bedanya dengan di Jepang.

Padahal negeri kita terkenal dengan adat ketimurannya. Plus, secara
mayoritas dihuni oleh penduduk beragama Islam. Berjilbab pun ternyata
tidak menghalangi para muslimah modern itu pergi karaoke bareng,
bukan dengan pasangannya tapi dengan rekan lain jenis sekantornya.

Aku teringat dengan air mata suamiku. Setelah menikah dan kembali
hidup di Jepang (2005-sekarang), membuat mataku lebih melek bahwa
pasutri itu harus benar-benar menjaga prilaku mereka dalam
masyarakat.

Suamiku pernah menangis sedih karena aku pernah memberi ijin seorang
laki-laki muda ke apartemen kami, ketika suamiku sedang tidak di
rumah. Ketika itu laki-laki yang adalah teman suamiku juga temanku,
sedang hendak berkunjung ke rumah teman Indonesia lain. Nah rumah si
orang yang akan dikunjungi itu letaknya ada di depan apartemen kami.
Namun ternyata orang yang dikunjungi masih sedang ada di tempat lain.
Padahal mereka keliatannya sudah berjanji untuk bertemu.

Laki-laki muda yang sedang berkunjung itu membunyikan bel rumahku.
Dan menceritakan kondisinya. Saat itu aku yang hamil delapan bulan
sedang membuat kue pesanan. Awalnya tidak terfikir olehku untuk
menyuruhnya masuk, karena tidak ada urusan denganku. Tapi dia
bercerita sedang kesulitan dalam bahasa Jepang, dan ada tugas khusus
yang harus dikerjakannya. Entah mengapa aku menawarkan jasa untuk
membantunya. Akhirnya aku tawarkan masuk ke dalam rumah. Kebetulan
dia juga bercerita bahwa tetangga kami yang akan dikunjunginya itu
baru lima menit lagi sampai di rumahnya. Ya sudahlah, hitung-hitung
membantu orang yang kesulitan, begitu pikirku.

Ternyata tindakanku ini tidaklah baik dan salah dimata suamiku.
Padahal aku tidak merasa ada yang salah dengan tindakannya. Karena
laki-laki tadi teman kami, lagipula sedang kesulitan. Tapi bukan itu
esensinya.

Menurut suamiku, wanita yang sudah menikah tidak boleh mengijinkan
laki-laki lain masuk ke rumahnya. Walaupun laki-laki dalam kondisi
seperti si teman kami tadi. Toh, si teman bisa saja pergi ke tempat
lain sambil menunggu orang yang berjanji dengannya. Mengenai bahasa
Jepang, itu kan secara kebetulan saja dia bercerita dan membuatku
kasihan untuk membantunya. Padahal itu kan bukan hal yang luar biasa
harus dibantu atau bukan dalam kondisi kritis. Lagipula jika ada
setan lewat maka akan jadi gosip murahan. Wah, istrinya Pak Diky (aku
maksudnya) keliatan berdua di rumahnya dengan pria lain.

Aku bertindak seperti itu karena aku rasanya sering banget melihat
ibuku or ibu-ibu tetangga mengijinkan tamu laki-laki yang datang
tanpa perjanjian sebelumnya, padahal ayahku/kepala rtnya sedang tidak
di rumah saat itu. Misalnya, Pak RT yang tiba-tiba datang padahal
ayahku sedang pergi membeli bensin mobil. Atau, ada sales promotion
boy yang maksa presentasi di dalam rumah padahal ayahku sedang pergi
beli sesuatu. Dan contoh sejenis. Kadang, jika ada atasan (pria
tentunya) ibuku datang berkunjung mau tidak mau diijinkan masuk,
meskipun terkadang ayah sedang tidak ada di rumah. Hmm...apalagi ya?
Misalnya ada tetangga yang lagi iseng jalan-jalan sore tiba-tiba udah
nongkrong di teras rumahku, padahal ayahku sedang (lagi-lagi) tidak
ada di rumah.

Di lain waktu, ada seorang WNI muda yang baru datang ke Sapporo untuk
kuliah. Keetulan dia satu suku denganku yakni Minangkabau. Suatu kali
dia berjanji dengan suamiku untuk main ke rumah. Entah bagaimana
ceritanya, tetapi dia datang lebih awal dari suamiku. Tentu saja aku
tolak untuk menerimanya masuk. Suamiku mengajarinya untuk mengenal
adab masuk rumah pasutri dari sudut pandang Islam. Tapi dia malah
bingung dan berkata, " kayaknya di Indonesia secara umum nggak saklek
gini deh."

Lalu bagaimana dengan wanita tanpa suami? Bagaimana adab yang baik
jika menerima tamu laki-laki di rumahnya.

Nah, contoh seperti itu membuatku benar-benar berfikir ulang serius
tentang adab pergaulan pasutri di tanah air.

Menurut teman-teman bagaimana batas pergaulan pasutri yang sebenar-
benarnya. Apakah teman-teman pula pengalaman yang sama denganku?







--
-"Let's dream together!"
Nursalam AR
Translator, Writer & Writing Trainer
0813-10040723
E-mail: salam.translator@gmail.com
YM ID: nursalam_ar
http://nursalam.multiply.com



6a.

(artikel) Mencari Bahagia

Posted by: "febty febriani" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Mon Mar 2, 2009 6:51 pm (PST)



Mencari Bahagia
Inga Fety

"Bersyukurlah
inga dapat jodoh orang jauh. Selalu muncul kesan baik", itu sms
dari adikku suatu hari. Dia mengemukakan itu ketika kami berdiskusi
tentang suatu hal yang menyangkut hubungan suami, orang tua, dan
mertua.

Padahal
konsekuensi bersuamikan orang jauh, maksudku orang yang bukan berasal
dari daerah kelahiran yang sama, adalah semakin sering jarang pulang
ke tanah kelahiran. Sebelum menikah, aku membiasakan satu tahun
sekali pulang ke kota kelahiran. Setelah menikah, sepertinya agenda
satu tahun sekali pulang ke daerah kelahiran mesti ditinjau ulang.
Daftar pertimbangan akan menjadi semakin panjang. Bukan lagi hanya
menyangkut masalah biaya, tapi juga harus bergantian dengan jadwal
mudik ke rumah mertua.

"Wah,
enak yah punya kesempatan sekolah di Jepang", itu komentar
beberapa orang setelah pengumuman beasiswaku diterima oleh sebuah
perusahaan minyak Jepang.

Padahal,
aku dan suami jatuh bangun menata hati dan menyingkirkan sedih
karena sudah terbayang jauhnya jarak yang memisahkan kami. Mungkin
juga kami terlalu melankolis karena sejak menikah berada pada satu
atap rumah adalah suatu kesempatan yang mahal untuk kami berdua.

****
"Wah,
enak yah bla...bla...bla...", mungkin rangkaian kalimat itu
sering kita dengar. Mungkin, hampir semua orang pernah menerima
untaian kalimat tersebut dari orang lain, baik dari orang terdekat,
kerabat, teman ataupun orang yang baru mengenal kita. Entah karena
apa. Bisa karena momongan, suami yang romantis, istri yang cantik,
anak-anak yang menggemaskan, studi dan nilai IPK yang baik, karier
yang bagus, penghasilan yang lebih dari cukup, kesempatan sekolah di
perguruan tinggi negeri atau bahkan universitas di luar negeri, dan
masih banyak penyebab lainnya.

Padahal
mungkin orang yang kita pandang enak dengan kondisinya, sedang
berjuang menghadapi hal-hal yang 'tidak enak', yang tidak nampak oleh
orang lain, termasuk kita. Dan dia sedang menata hati dengan
'ketidakenakan', jatuh bangun, dan bahkan mungkin meneteskan air mata
dalam setiap pengharapannya pada Sang Khalik.

Dia
mungkin memang tidak menampakkan dukanya untuk kita. Bahkan setiap
memandangnya, kita hanya melihat seulas senyum bahagia dengan wajah
yang bercahaya, sehingga kita menyimpulkan dia berbahagia dengan
kondisinya.

***
Rumput
di halaman rumah tetangga memang terlihat lebih hijau dibandingkan
rumput di halaman rumah sendiri,kata sebuah pepatah bijak lama. Rasanya tepat pepatah bijak ini.
Kadang, kita hanya memandang dari satu arah tentang sebuah kata:
kebahagiaan, dan ini adalah milik orang lain. Sedangkan memandang
diri sendiri, kita hanya menemukan wajah muram dan duka yang
berlipat-lipat. Dan seribu alasan akhirnya mengemuka sehingga sampai
pada sebuah kesimpulan: sepertinya aku adalah orang yang paling
malang di dunia.

Padahal, jika kita berada pada posisi orang yang kita anggap bahagia
dan beruntung, apakah kita sanggup memikul
'ketidakenakan-ketidakenakan' yang mengiringi dan mesti dilakoni
untuk mencapai hal yang nampak di mata kita adalah sebuah bahagia?
Juga apakah kita sanggup berjuang menata hati, berteman tangis,
keringat, lelah dan penat? Rasanya tidak, karena Sang Khalik Maha
Mengetahui bahwa bahagia kita adalah apa yang sudah menjadi milik
kita, karena tentu Allah juga Maha Mengetahui kalau kita baru mampu
memikul 'ketidakenakan-ketidakenakan' yang menjadi pengiring bahagia
milik kita. Kita belum mempunyai bahagia seperti orang lain, karena
di hadapan Sang Penguasa Kehidupan, tubuh, pundak, pikiran dan hati
kita masih terlalu rapuh dan lemah untuk diletakkan
'ketidakenakan-ketidakenakan' yang mengiringi bahagia milik orang
lain.

Mencari bahagia ternyata memang tidak jauh. Melihat ke dalam diri
sendiri dengan sebuah syukur yang menggunung kepada Sang Pemberi
Bahagia. Bahwa semua yang dianugerahkan Sang Khalik adalah bahagia
milik kita, walaupun dengan compang-camping dan bergerigi di setiap
sudut-sudutnya. Karena baru pada tahap inilah, tubuh, pundak, hati
dan pikiran kita mampu memikul 'ketidakenakan-ketidakenakan' yang
mengikuti bahagia milik kita.

Karena
sebuah hal: setiap orang adalah berbeda dan unik dengan bahagia
miliknya sendiri-sendiri. Tidak ada yang sama, bahkan untuk dua
saudara kembar sekalipun. Jadi, yuk, kita belajar mencintai bahagia
milik kita. Apapun itu. Suami atau istri yang fisiknya tidak cantik
atau ganteng seperti artis papan atas dan juga tidak seromantis di
film Romeo Juliet, mungkin. Penghasilan yang hanya cukup dalam
hitungan seminggu, mungkin. Anak-anak dengan tangis yang hampir
setiap hari menggema di setiap sudut rumah mungil kita, mungkin.
Penat dan lelahnya pikiran bergulat dengan penelitian atau pekerjaan
yang seakan tidak berujung, mungkin. Keterpisahan sementara dengan
orang-orang yang kita sayangi, mungkin. Tempat kuliah di universitas
swasta yang bahkan tidak terlalu kenal, mungkin. Yuk, kita belajar
mencintai diri kita dengan bahagia kita sendiri. Sesederhana apapun
milik kita.

@ winter, february 2009
Yang
sedang belajar dengan bahagianya:)
~ http://ingafety.wordpress.com ~

6b.

Re: (artikel) Mencari Bahagia

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Mon Mar 2, 2009 8:00 pm (PST)

dalam buku 'va dove ti porta il cuore' nya susana tamaro yg kubaca,
ada perbedaan antara kegembiraan dan kebahagiaan.
kegembiraan bersumber pada hal2 yg real, ex: makanan enak, dapat nilai
bagus, dipromosikan, dll. ada alasan nyatanya.

sementara kebahagiaan, ia bersumber pd hal2 yg lebih subtil--yg kerap
kali kelewat absurd utk dijelaskan.

namun bedanya dgn kegembiraan, kalo kegembiraan bisa hilang saat
alasannya menghilang, keberadaan kebahagiaan lebih eternal. "ia
bersinar dr dalam dan membakarmu spt matahari", tulis tamaro.

bertahun yg lalu, aku pernah bilang ke sahabatku, ain "ain, aku ingin
belajar utk bahagia atas hal2 sederhana"
dan ain, dgn bijaknya, dgn sejuknya, menjawab "kalo gitu, mintalah
sama Allah, jo. mintalah padaNya, utk belajar bahagia. Dia pasti akan
memberikannya, kalo kita minta dgn sungguh2..."

like usual, nice writing, mbak fety :)
thanks for sharing it with us

salam,

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, febty febriani
<inga_fety@...> wrote:
>
>
>
> Mencari Bahagia
> Inga Fety
>
>
>
> Ă¢€œBersyukurlah
> inga dapat jodoh orang jauh. Selalu muncul kesan baikĂ¢€, itu sms
> dari adikku suatu hari. Dia mengemukakan itu ketika kami berdiskusi
> tentang suatu hal yang menyangkut hubungan suami, orang tua, dan
> mertua.
>
> Padahal
> konsekuensi bersuamikan orang jauh, maksudku orang yang bukan berasal
> dari daerah kelahiran yang sama, adalah semakin sering jarang pulang
> ke tanah kelahiran. Sebelum menikah, aku membiasakan satu tahun
> sekali pulang ke kota kelahiran. Setelah menikah, sepertinya agenda
> satu tahun sekali pulang ke daerah kelahiran mesti ditinjau ulang.
> Daftar pertimbangan akan menjadi semakin panjang. Bukan lagi hanya
> menyangkut masalah biaya, tapi juga harus bergantian dengan jadwal
> mudik ke rumah mertua.
>
> Ă¢€œWah,
> enak yah punya kesempatan sekolah di JepangĂ¢€, itu komentar
> beberapa orang setelah pengumuman beasiswaku diterima oleh sebuah
> perusahaan minyak Jepang.
>
> Padahal,
> aku dan suami jatuh bangun menata hati dan menyingkirkan sedih
> karena sudah terbayang jauhnya jarak yang memisahkan kami. Mungkin
> juga kami terlalu melankolis karena sejak menikah berada pada satu
> atap rumah adalah suatu kesempatan yang mahal untuk kami berdua.
>
> ****
> Ă¢€œWah,
> enak yah bla...bla...bla...Ă¢€, mungkin rangkaian kalimat itu
> sering kita dengar. Mungkin, hampir semua orang pernah menerima
> untaian kalimat tersebut dari orang lain, baik dari orang terdekat,
> kerabat, teman ataupun orang yang baru mengenal kita. Entah karena
> apa. Bisa karena momongan, suami yang romantis, istri yang cantik,
> anak-anak yang menggemaskan, studi dan nilai IPK yang baik, karier
> yang bagus, penghasilan yang lebih dari cukup, kesempatan sekolah di
> perguruan tinggi negeri atau bahkan universitas di luar negeri, dan
> masih banyak penyebab lainnya.
>
> Padahal
> mungkin orang yang kita pandang enak dengan kondisinya, sedang
> berjuang menghadapi hal-hal yang 'tidak enak', yang tidak nampak oleh
> orang lain, termasuk kita. Dan dia sedang menata hati dengan
> 'ketidakenakan', jatuh bangun, dan bahkan mungkin meneteskan air mata
> dalam setiap pengharapannya pada Sang Khalik.
>
> Dia
> mungkin memang tidak menampakkan dukanya untuk kita. Bahkan setiap
> memandangnya, kita hanya melihat seulas senyum bahagia dengan wajah
> yang bercahaya, sehingga kita menyimpulkan dia berbahagia dengan
> kondisinya.
>
> ***
> Rumput
> di halaman rumah tetangga memang terlihat lebih hijau dibandingkan
> rumput di halaman rumah sendiri,kata sebuah pepatah bijak lama.
Rasanya tepat pepatah bijak ini.
> Kadang, kita hanya memandang dari satu arah tentang sebuah kata:
> kebahagiaan, dan ini adalah milik orang lain. Sedangkan memandang
> diri sendiri, kita hanya menemukan wajah muram dan duka yang
> berlipat-lipat. Dan seribu alasan akhirnya mengemuka sehingga sampai
> pada sebuah kesimpulan: sepertinya aku adalah orang yang paling
> malang di dunia.
>
> Padahal, jika kita berada pada posisi orang yang kita anggap bahagia
> dan beruntung, apakah kita sanggup memikul
> 'ketidakenakan-ketidakenakan' yang mengiringi dan mesti dilakoni
> untuk mencapai hal yang nampak di mata kita adalah sebuah bahagia?
> Juga apakah kita sanggup berjuang menata hati, berteman tangis,
> keringat, lelah dan penat? Rasanya tidak, karena Sang Khalik Maha
> Mengetahui bahwa bahagia kita adalah apa yang sudah menjadi milik
> kita, karena tentu Allah juga Maha Mengetahui kalau kita baru mampu
> memikul 'ketidakenakan-ketidakenakan' yang menjadi pengiring bahagia
> milik kita. Kita belum mempunyai bahagia seperti orang lain, karena
> di hadapan Sang Penguasa Kehidupan, tubuh, pundak, pikiran dan hati
> kita masih terlalu rapuh dan lemah untuk diletakkan
> 'ketidakenakan-ketidakenakan' yang mengiringi bahagia milik orang
> lain.
>
> Mencari bahagia ternyata memang tidak jauh. Melihat ke dalam diri
> sendiri dengan sebuah syukur yang menggunung kepada Sang Pemberi
> Bahagia. Bahwa semua yang dianugerahkan Sang Khalik adalah bahagia
> milik kita, walaupun dengan compang-camping dan bergerigi di setiap
> sudut-sudutnya. Karena baru pada tahap inilah, tubuh, pundak, hati
> dan pikiran kita mampu memikul 'ketidakenakan-ketidakenakan' yang
> mengikuti bahagia milik kita.
>
> Karena
> sebuah hal: setiap orang adalah berbeda dan unik dengan bahagia
> miliknya sendiri-sendiri. Tidak ada yang sama, bahkan untuk dua
> saudara kembar sekalipun. Jadi, yuk, kita belajar mencintai bahagia
> milik kita. Apapun itu. Suami atau istri yang fisiknya tidak cantik
> atau ganteng seperti artis papan atas dan juga tidak seromantis di
> film Romeo Juliet, mungkin. Penghasilan yang hanya cukup dalam
> hitungan seminggu, mungkin. Anak-anak dengan tangis yang hampir
> setiap hari menggema di setiap sudut rumah mungil kita, mungkin.
> Penat dan lelahnya pikiran bergulat dengan penelitian atau pekerjaan
> yang seakan tidak berujung, mungkin. Keterpisahan sementara dengan
> orang-orang yang kita sayangi, mungkin. Tempat kuliah di universitas
> swasta yang bahkan tidak terlalu kenal, mungkin. Yuk, kita belajar
> mencintai diri kita dengan bahagia kita sendiri. Sesederhana apapun
> milik kita.
>
>
> @ winter, february 2009
> Yang
> sedang belajar dengan bahagianya:)
> ~ http://ingafety.wordpress.com ~
>

7a.

[Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya!

Posted by: "Kang Dani" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Mon Mar 2, 2009 7:44 pm (PST)

Sahabat, sudah pada tau dong kalo SK mau bikin acara baksos di LAPAS Anak Tangerang pada tanggal 28 Maret 2009. Nah rencananya, untuk membiayai kegiatan tersebut, Paniitia yang superduper kreatif, berencana membuat dan menjual kaos dengan tema kegiatan tersebut: Lets Build Up, Your Dream!

Nah, hasil dari penjualan kaos tersebut, akan digunakan untuk membiayai kegiatan baksos itu sendiri, yaah itung2 belanja berpahala. Amiin. Biar adik2 kita yang sekarang sedang menjadi warga binaan di Lapas Anak, sedikit terhibur dengan kebahagiaan yang kita bagi.

Dengan membeli kaos ini, kamu sudah membantu baksos komunitas
sekolah-kehidupan.com di Lembaga Pemasyarakatan Anak tangerang pada
hari: Sabtu, 28 Maret 2009.

Spesifikasi kaos:

Kaos Tangan Pendek : Rp.50.000

Kaos tangan panjang : Rp.52.000

Bahan : Katun

Warna Bahan : Hitam

Contoh kaosnya bisa dilihat di:
http://sekolah-kehidupan.com/index.php?act=r_artikel_full&suser=&sId=&vId=133

Cara pesannya gampang, transfer uang seharga kaos yang kamu pilih +
ongkos kirim (jabodetabek Rp. 6000), ke no rekening BNI NO. REK
0015721175 A/n Wiwiek Sulistyowati, Atau BCA NO REK 2241423494 A/n
Wiwiek Sulistyowati, lalu konfirmasi transfer bisa sms ke nomer
08128747415 ATAU fax bukti transfernya ke 021-8934801. Masih kurang
jelas jugaaaa? chating sama Kang Dani aja deh: fil_ardy.

Ditunggu ya pesanannya! paling lambat tanggal 25 Maret 2009,

Dani Ardiansyah
www.sekolah-kehidupan.com
www.catatankecil.multiply.com

7b.

Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya!

Posted by: "Ain Nisa" jurnalcahaya@yahoo.com   jurnalcahaya

Mon Mar 2, 2009 8:26 pm (PST)



wah, mau mau..
btw, ada ukurannya ga ya? atau all size?

________________________________
From: Kang Dani <fil_ardy@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, March 3, 2009 10:44:25 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya!

Sahabat, sudah pada tau dong kalo SK mau bikin acara baksos di LAPAS Anak Tangerang pada tanggal 28 Maret 2009. Nah rencananya, untuk membiayai kegiatan tersebut, Paniitia yang superduper kreatif, berencana membuat dan menjual kaos dengan tema kegiatan tersebut: Lets Build Up, Your Dream!

Nah, hasil dari penjualan kaos tersebut, akan digunakan untuk membiayai kegiatan baksos itu sendiri, yaah itung2 belanja berpahala. Amiin. Biar adik2 kita yang sekarang sedang menjadi warga binaan di Lapas Anak, sedikit terhibur dengan kebahagiaan yang kita bagi.

Dengan membeli kaos ini, kamu sudah membantu baksos komunitas
sekolah-kehidupan. com di Lembaga Pemasyarakatan Anak tangerang pada
hari: Sabtu, 28 Maret 2009.

Spesifikasi kaos:
Kaos Tangan Pendek : Rp.50.000
Kaos tangan panjang : Rp.52.000
Bahan : Katun
Warna Bahan : Hitam

Contoh kaosnya bisa dilihat di:
http://sekolah- kehidupan. com/index. php?act=r_ artikel_full&suser=&sId=&vId=133

Cara pesannya gampang, transfer uang seharga kaos yang kamu pilih +
ongkos kirim (jabodetabek Rp. 6000), ke no rekening BNI NO. REK
0015721175 A/n Wiwiek Sulistyowati, Atau BCA NO REK 2241423494 A/n
Wiwiek Sulistyowati, lalu konfirmasi transfer bisa sms ke nomer 08128747415 ATAU fax bukti transfernya ke 021-8934801. Masih kurang
jelas jugaaaa? chating sama Kang Dani aja deh: fil_ardy.

Ditunggu ya pesanannya! paling lambat tanggal 25 Maret 2009,

Dani Ardiansyah
www.sekolah- kehidupan. com
www.catatankecil. multiply. com


7c.

Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya!

Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Mon Mar 2, 2009 8:32 pm (PST)

Pemesan pertama

http://sekolah-kehidupan.com/index.php?act=r_artikel_full&suser=&sId=&vId=133

1. Mbak Sya : XL
2. Inna Putri: M
3. Nihaw : XL
4. Lia : M
6. Retno : XL
7. Endah : L
8. Loiy : L
9. Mbak Indar : L
10. Mbak Rini : L
11. Divin : L
12. Achi TM : L
13. Dani : L
14. Dik2 ; M
15. Hadian : XXXL
16. Fiyan Arjun : M
17. Sismanto : M
18. Eyang Teha : L
19. Nopi : L
20. Bu Has : L
21. Pak Sinang : L
22. Bunda Icha : L
23. Tya : L
24.
25.

hayooooo, siapa lainnya yang menyusul??? Cepat2 sebelum kehabisan!
*Ps: Yang belum pesan, tapi namanya sudah tercantum, harap dimaafkan
ya :D, ini semata2 strategi marketing. Hehehe

DANI

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Kang Dani <fil_ardy@...> wrote:
>
> Sahabat, sudah pada tau dong kalo SK mau bikin acara baksos di LAPAS
Anak Tangerang pada tanggal 28 Maret 2009. Nah rencananya, untuk
membiayai kegiatan tersebut, Paniitia yang superduper kreatif,
berencana membuat dan menjual kaos dengan tema kegiatan tersebut: Lets
Build Up, Your Dream!

7d.

Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! -> Ain

Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Mon Mar 2, 2009 8:37 pm (PST)

Ada kok Ain, lupa nih mencantumkan ukurannya

ada M, L dan XL. Ain yang L ya? oke deh,
ditambahkan didaftar pemesan

DANI

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Ain Nisa <jurnalcahaya@...>
wrote:

> wah, mau mau..
> btw, ada ukurannya ga ya? atau all size?

7e.

Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! -> Ain

Posted by: "Ain Nisa" jurnalcahaya@yahoo.com   jurnalcahaya

Mon Mar 2, 2009 8:47 pm (PST)



HAIYAA, marketingnya gesit bener
aku mau pesen 2, L (tangan panjang ) dan XL (tangan pendek)
konfirmasi sama alamat kirim insyaAllah segera di sms ke nomor mbak wiwiek
makasih ya bang fy

________________________________
From: fil_ardy <fil_ardy@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, March 3, 2009 11:37:33 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! -> Ain

Ada kok Ain, lupa nih mencantumkan ukurannya

ada M, L dan XL. Ain yang L ya? oke deh,
ditambahkan didaftar pemesan

DANI

--- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, Ain Nisa <jurnalcahaya@ ...>
wrote:

> wah, mau mau..
> btw, ada ukurannya ga ya? atau all size?

7f.

Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! -> Ain

Posted by: "Ain Nisa" jurnalcahaya@yahoo.com   jurnalcahaya

Mon Mar 2, 2009 8:50 pm (PST)



eh salah, ini kang dani bukan bang fy ....abis biasanya yang bikin email rame itu bang fy hehehe, maap yaaa...

________________________________
From: Ain Nisa <jurnalcahaya@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, March 3, 2009 11:47:24 AM
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! -> Ain

HAIYAA, marketingnya gesit bener
aku mau pesen 2, L (tangan panjang ) dan XL (tangan pendek)
konfirmasi sama alamat kirim insyaAllah segera di sms ke nomor mbak wiwiek
makasih ya bang fy

________________________________
From: fil_ardy <fil_ardy@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, March 3, 2009 11:37:33 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya! -> Ain

Ada kok Ain, lupa nih mencantumkan ukurannya

ada M, L dan XL. Ain yang L ya? oke deh,
ditambahkan didaftar pemesan

DANI

--- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, Ain Nisa <jurnalcahaya@ ...>
wrote:

> wah, mau mau..
> btw, ada ukurannya ga ya? atau all size?

7g.

Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya!

Posted by: "Jojo_Wahyudi@manulife.com" Jojo_Wahyudi@manulife.com

Mon Mar 2, 2009 8:59 pm (PST)

Kang Dani, saya mau juga donk...............
pesen yg L lengan panjang ya...........
trus cara pembayarannya gimana ya ??? (sorry kalo lagi di kantor, gak bisa
buka http-nya SK :))

tengkyu perimach

salam SK
Jojo

Pemesan pertama

http://sekolah-kehidupan.com/index.php?act=r_artikel_full&suser=&sId=&vId=133

1. Mbak Sya : XL
2. Inna Putri: M
3. Nihaw : XL
4. Lia : M
6. Retno : XL
7. Endah : L
8. Loiy : L
9. Mbak Indar : L
10. Mbak Rini : L
11. Divin : L
12. Achi TM : L
13. Dani : L
14. Dik2 ; M
15. Hadian : XXXL
16. Fiyan Arjun : M
17. Sismanto : M
18. Eyang Teha : L
19. Nopi : L
20. Bu Has : L
21. Pak Sinang : L
22. Bunda Icha : L
23. Tya : L
24.
25.

hayooooo, siapa lainnya yang menyusul??? Cepat2 sebelum kehabisan!
*Ps: Yang belum pesan, tapi namanya sudah tercantum, harap dimaafkan
ya :D, ini semata2 strategi marketing. Hehehe

DANI

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Kang Dani <fil_ardy@...> wrote:
>
> Sahabat, sudah pada tau dong kalo SK mau bikin acara baksos di LAPAS
Anak Tangerang pada tanggal 28 Maret 2009. Nah rencananya, untuk
membiayai kegiatan tersebut, Paniitia yang superduper kreatif,
berencana membuat dan menjual kaos dengan tema kegiatan tersebut: Lets
Build Up, Your Dream!



7h.

Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya!

Posted by: "fil_ardy" fil_ardy@yahoo.com   fil_ardy

Mon Mar 2, 2009 9:05 pm (PST)

Mas Jojo, gampang kok cara pesannya
Cara pesannya gampang, transfer uang seharga kaos yang kamu pilih +
ongkos kirim (jabodetabek Rp. 6000), ke no rekening BNI NO. REK
0015721175 A/n Wiwiek Sulistyowati, Atau BCA NO REK 2241423494 A/n
Wiwiek Sulistyowati, lalu konfirmasi transfer bisa sms ke nomer
08128747415 ATAU fax bukti transfernya ke 021-8934801. Masih kurang
jelas jugaaaa? chating sama Kang Dani aja deh: fil_ardy. Hehehe

Ayoo ajakin yang laaainnyaaaaa!

DANI

In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Jojo_Wahyudi@... wrote:
>
> Kang Dani, saya mau juga donk...............
> pesen yg L lengan panjang ya...........
> trus cara pembayarannya gimana ya ??? (sorry kalo lagi di kantor,
gak bisa
> buka http-nya SK :))
>
> tengkyu perimach
>
> salam SK
> Jojo

7i.

Re: [Etalase] Beli Kaosnya, dapatkan Pahalanya!

Posted by: "Jojo_Wahyudi@manulife.com" Jojo_Wahyudi@manulife.com

Mon Mar 2, 2009 10:58 pm (PST)

Makasih Kang..... atas infonya

Salut untuk teman2 yang super aktif di Sekolah Tanpa Pagar & Tanpa Batas
ini...............
Merdeka !!!


salam,

Jojo Wahyudi


Manulife Indonesia – "Bringing Dreams to Life"








Mas Jojo, gampang kok cara pesannya
Cara pesannya gampang, transfer uang seharga kaos yang kamu pilih +
ongkos kirim (jabodetabek Rp. 6000), ke no rekening BNI NO. REK
0015721175 A/n Wiwiek Sulistyowati, Atau BCA NO REK 2241423494 A/n
Wiwiek Sulistyowati, lalu konfirmasi transfer bisa sms ke nomer
08128747415 ATAU fax bukti transfernya ke 021-8934801. Masih kurang
jelas jugaaaa? chating sama Kang Dani aja deh: fil_ardy. Hehehe

Ayoo ajakin yang laaainnyaaaaa!

DANI

In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Jojo_Wahyudi@... wrote:
>
> Kang Dani, saya mau juga donk...............
> pesen yg L lengan panjang ya...........
> trus cara pembayarannya gimana ya ??? (sorry kalo lagi di kantor,
gak bisa
> buka http-nya SK :))
>
> tengkyu perimach
>
> salam SK
> Jojo



8a.

Re: [catcil] Anak perempuan satu-satunya

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Mon Mar 2, 2009 8:05 pm (PST)

ain jahat!
membuat ibu hamil super sensitif ini selalu saja nangis baca
tulisanmu, huh! hehehe.

ah, ain, what can i say about ur writing?
bahwa kamu selalu menulis dgn kosakata yg kaya, mengangkat topik
sederhana, dan membuat kami semua terhanyut di dalamnya?
bhw kamu menulis dgn pikiran terbuka, menganalisa dgn demikian
bijaksana, dan selalu, selalu, mencari sisi positif dr segalanya?

bukan hanya saya bangga bersahabat dgn penulis sehebat kamu, ain nisa,
tapi sy bangga, setelah berbulan2 persiapan pernikahan, in the end,
kamu menulis seperti ini.

thanks for writing, sweetie :)

big hug,

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Ain Nisa <jurnalcahaya@...>
wrote:
>
> Anak Perempuan Satu-Satunya
>
> Keluarga saya adalah keluarga caturwarga, satu ayah, satu ibu, kakak
perempuan, dan adik laki-laki. Banyak orang yang tahu berujar iri,
enak ya punya anak langsung diberi sepasang - mengingat beberapa
pasangan terus menerus punya anak perempuan, lalu menunggu lama untuk
punya anak laki-laki, ataupun sebaliknya.
>
> Tidak ada satupun dari kami yang memungkiri nikmat itu. Sisi positif
keluarga kecil adalah, segalanya lebih sederhana, terutama untuk orang
tua. Ibu saya tak perlu memasak dalam jumlah banyak. Beliau masih bisa
bekerja, bergaul dengan teman-temannya, dan perabotan tetap bersih.
Bapak saya pun tak perlu bekerja terlalu ngotot (jika dilihat dari
sisi kebutuhan ekonomi keluarga, nyatanya, dia memang pekerja keras).
Ketika pindah rumah, yang kami cari justru rumah kecil agar tidak
membuat suasana menjadi terlalu lengang.
>
> Dari segi psikologis, atensi ke saya dan adik juga tercukupi. Tidak
ada salah satu yang kurang diperhatikan. Terlepas segala sisi
positifnya, ada satu catatan yang patut menjadi pertimbangan setiap
keluarga kecil: Konsekuensi dari minimnya jumlah, adalah pilihan yang
terbatas. Hal itu berarti, segala ekspektasi orang tua tentang anak
perempuan, diberikan kepada saya. Dan untuk anak lelaki, dilekatkan
pada adik saya.
>
> ***
>
> Ekspektasi tersebut menyangkut pernikahan. Sebagaimana lazimnya
budaya di Indonesia, Pernikahan anak perempuan selalu menjadi event
besar karena pihak perempuan akan 'melepas' anaknya di bawah tanggung
jawab suaminya. Dalam banyak hal, sang anak wajib memprioritaskan
keinginan suami. Dari segi teknis, pesta menjadi besar karena pihak
pelaksana adalah keluarga perempuan dan membutuhkan persiapan khusus.
>
> Keluarga kecil saya adalah bagian dari mayoritas. Sewaktu pertama
kali mengajukan proposal nikah di awal 2007, Bapak langsung menolak.
Alasan utama adalah orang tua belum ada persiapan, mental ataupun
dana. Melihat kekecewaan di mata saya, Ibu mencoba memberi alasan,
"Kamu anak perempuan satu-satunya, Bapak Ibu ingin melepas kamu dengan
terhormat." Banyak orang kemudian memafhumi alasan Bapak-Ibu, seperti,
"Apalagi kamu anak pertama, perempuan satu-satunya
> lagi."
>
> Seperti "janji" nya, sehabis mereka menyetujui khitbah suami saya di
pertengahan 2008, persiapan serius pun dimulai. Ibu yang tadinya
bekerja sukarela pensiun dini dari kantor demi mengurus pernikahan.
Bapak, menghabiskan waktu pulang kerjanya dengan begadang mengatur A
to Z pernikahan layaknya event organizer handal. Saya sempat
tercengang melihat berlembar-lembar detil perhitungan biaya katering
di komputernya, yang bersebelahan dengan rumus khusus untuk jumlah
undangan. Semua ini sangat berbeda dengan saya, sang pengantin
sendiri, yang deg-degan pun tidak.
>
> ***
>
> Tanpa melepas diri dari rasa syukur atas pernikahan yang begitu
indah, tak dapat dipungkiri dalam prosesnya, hati saya bertanya-tanya
> "Tidakkah semua ini terlampau mewah?"
> "Tidakkah pesta ini bisa lebih sederhana?"
> "Tidakkah seharusnya biaya ini bisa untuk memberi makan fakir miskin?"
> pertanyaan yang menyusul kemudian, menantang balik,
> "Apakah saya bersikap terlalu sinis?"
> "Apakah saya malah mengeluhkan nikmat yang diberikan?"
> "Apakah saya kurang bersyukur?"
>
> pertanyaan yang menghantui saya siang dan malam...
>
> ***
>
> Sebelum menikah, saya dan suami percaya, bahwa awal pernikahan harus
dijalani berdua saja. Karena di momen-momen penting itu, kami akan
menata diri sebagai suami-istri. Menyiapkan rumah sebagai lahan
keluarga. Tidak perduli jika harus mengontrak rumah kecil atau kos.
Maka sehabis menikah, saya dan suami langsung pindah ke sebuah
perumahan di Cibubur. Kami menata segalanya dari awal. Membersihkan
rumah berdua. Ia mencuci piring, saya masak. Ia menyapu, saya menata
dapur. Orang tua saya sepertinya cukup kaget karena biasanya pengantin
baru tinggal di rumah pihak perempuan selama beberapa lama, tapi kami
tidak.
>
> Walaupun anak perempuannya sudah tidak ada, orang tua tidak berhenti
khawatir mengenai segala aspek kehidupan kami. Ibu menelepon hampir 7
kali setiap hari, untuk berpesan resep makanan sampai wanti-wanti
untuk mandi air hangat di malam hari. Pembicaraan di telepon biasanya
akan diakhiri pertanyaan, "Kapan kamu pulang?"
>
> Seperti di satu hari sepulang dari dinas di Pekanbaru, saya meng-sms
Bapak untuk bilang saya sudah sampai di Bandara Internasional
Soekarno-Hatta. Bapak otomatis menjawab: pulang saja ke Bintaro. Saya
menolak, karena mau pulang ke Cibubur dan masak untuk suami.
>
> Jawabannya adalah hening.
>
> Esoknya, giliran Ibu saya yang bertanya kapan saya mau pulang.
TIba-tiba ia bercerita tentang Bapak. Katanya, setelah menerima sms
balasan dari saya kemarin, Bapak berkata pada Ibu:
> "Bapak lupa ya bu, Ain udah jadi milik orang. Bapak masih mikir Ain
itu anak perempuan kita saja. Jadi otomatis langsung Bapak suruh
pulang ke Bintaro."
> Saya terhenyak.
> Padahal Ibu saya menceritakannya dengan jenaka.
> Tapi saya tak bisa menghentikan tetesan air mata yang mengalir
sesudahnya.
>
> ***
>
> Di akhir sholat hari itu, saya bersimpuh kepada Allah SWT. Memohon
ampun dan menyesali sedalam-dalamnya kesinisan - sedikit apapun - yang
pernah saya pikirkan ketika proses pernikahan berlangsung.
>
> Sebagai anak, saya tak memahami arti menjadi orang tua. Menjadi
ayah. Menjadi Ibu. Terlebih lagi, saya tak memahami arti menikahkan
anak perempuan satu-satunya, yang berarti melepasnya kepada seorang
pria asing, yang akan bertanggung jawab untuk dunia dan akhiratnya.
Karenanya, ia ingin melepasnya dengan perayaan yang terhormat, indah,
dan pantas untuk dikenang. Sesuai dengan standar dan kemampuannya.
>
> Sebab setelahnya, ia tak akan memiliki sepenuhnya lagi. Kepatuhan
bukanlah sepenuhnya untuk dirinya semata. Bahkan ia tak akan bisa
bertemu setiap hari dan berbicara setiap saat.
>
> Di akhir shalat hari itu, saya belajar untuk paham, bahwa mungkin
yang dilakukannya bukanlah pernikahan ideal. Yang mereka inginkan
mungkin tidaklah seluruhnya benar. Namun yang mereka inginkan juga
bukanlah dosa besar dan melampaui batas-batas kemampuan. Maka demi
segala sesuatu yang sudah mereka berikan dan demi apapun yang kini
mereka rasakan, sepertinya saya telah menawarkan tenggang rasa yang
terlalu kerdil. Sudah sepantasnya saya menerima sepenuhnya. Bersyukur
karenanya. Semata-mata karena saya adalah anak perempuan mereka
satu-satunya.
>

8b.

Re: [catcil] Anak perempuan satu-satunya

Posted by: "susanti" susanti@shallwinbatam.com

Mon Mar 2, 2009 8:21 pm (PST)


Duh, saya sedang tidak hamil, tapi jadi ikut-ikutan sensi kayak Mba Retno
Huhuhu.. ihik ihik ihik... [sambil sibuk ngelap hidung yang mulai ingusan dan mata yang mulai airan]
Di keluarga kami memang ada dua orang anak perempuan, saya dan adik saya.
Tapi memang, tetap saja Bapak tak rela meski kedua anak perempuannya sudah menikah.
Emang Bapak-Bapak semuanya kayak gitu kali ya? Untuk menyiasati itu, saya sering menyuruh suami untuk ikut kegiatan Bapak (waktu ia cuti di Bandung dulu); mancing lah, sepak bola lah, sampai membuat layang-layang. Tujuannya tidak lain adalah untuk menciptakan suasana akrab antara mertua dan menantu. Supaya, pada saat saya kembali lagi ke Batam ikut suami, Bapak tidak akan terlalu khawatir. Tapi, sekali lagi, tetap saja....

Yang paling membuat saya miris dari cerita Mba Ain adalah pertanyaan ortu; "Kapan kamu pulang?"
Zeb! Menusuk di jantung. Kemudian teringat Bapak dan Ibu yang selalu mengajukan permintaan yang bernada sama; "Teh, pulang ke Bandung aja lah."

Tuh, kan gara-gara Mba Ain saya jadi kangen Bandung. Kangen kangen banged! Home sick! Kyaaaa....

Thank you for wake me up!
-Sky-


----------------------------------------------------------

No virus found in this incoming message.
Checked by AVG - www.avg.com
Version: 8.0.237 / Virus Database: 270.11.6/1980 - Release Date: 03/02/09 23:02:00
8c.

Re: [catcil] Anak perempuan satu-satunya

Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Mon Mar 2, 2009 8:28 pm (PST)

baca tulisan ini, setelah chatting dengan retno.
hmm, sepakat mbak ain. kadang nilai tenggang rasa kita terlalu kecil
yah untuk ortu kita.

salam,
febty

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Ain Nisa <jurnalcahaya@...>
wrote:
>
> Anak Perempuan Satu-Satunya
>
> Keluarga saya adalah keluarga caturwarga, satu ayah, satu ibu, kakak
perempuan, dan adik laki-laki. Banyak orang yang tahu berujar iri,
enak ya punya anak langsung diberi sepasang - mengingat beberapa
pasangan terus menerus punya anak perempuan, lalu menunggu lama untuk
punya anak laki-laki, ataupun sebaliknya.
>
> Tidak ada satupun dari kami yang memungkiri nikmat itu. Sisi positif
keluarga kecil adalah, segalanya lebih sederhana, terutama untuk orang
tua. Ibu saya tak perlu memasak dalam jumlah banyak. Beliau masih bisa
bekerja, bergaul dengan teman-temannya, dan perabotan tetap bersih.
Bapak saya pun tak perlu bekerja terlalu ngotot (jika dilihat dari
sisi kebutuhan ekonomi keluarga, nyatanya, dia memang pekerja keras).
Ketika pindah rumah, yang kami cari justru rumah kecil agar tidak
membuat suasana menjadi terlalu lengang.
>
> Dari segi psikologis, atensi ke saya dan adik juga tercukupi. Tidak
ada salah satu yang kurang diperhatikan. Terlepas segala sisi
positifnya, ada satu catatan yang patut menjadi pertimbangan setiap
keluarga kecil: Konsekuensi dari minimnya jumlah, adalah pilihan yang
terbatas. Hal itu berarti, segala ekspektasi orang tua tentang anak
perempuan, diberikan kepada saya. Dan untuk anak lelaki, dilekatkan
pada adik saya.
>
> ***
>
> Ekspektasi tersebut menyangkut pernikahan. Sebagaimana lazimnya
budaya di Indonesia, Pernikahan anak perempuan selalu menjadi event
besar karena pihak perempuan akan 'melepas' anaknya di bawah tanggung
jawab suaminya. Dalam banyak hal, sang anak wajib memprioritaskan
keinginan suami. Dari segi teknis, pesta menjadi besar karena pihak
pelaksana adalah keluarga perempuan dan membutuhkan persiapan khusus.
>
> Keluarga kecil saya adalah bagian dari mayoritas. Sewaktu pertama
kali mengajukan proposal nikah di awal 2007, Bapak langsung menolak.
Alasan utama adalah orang tua belum ada persiapan, mental ataupun
dana. Melihat kekecewaan di mata saya, Ibu mencoba memberi alasan,
"Kamu anak perempuan satu-satunya, Bapak Ibu ingin melepas kamu dengan
terhormat." Banyak orang kemudian memafhumi alasan Bapak-Ibu, seperti,
"Apalagi kamu anak pertama, perempuan satu-satunya
> lagi."
>
> Seperti "janji" nya, sehabis mereka menyetujui khitbah suami saya di
pertengahan 2008, persiapan serius pun dimulai. Ibu yang tadinya
bekerja sukarela pensiun dini dari kantor demi mengurus pernikahan.
Bapak, menghabiskan waktu pulang kerjanya dengan begadang mengatur A
to Z pernikahan layaknya event organizer handal. Saya sempat
tercengang melihat berlembar-lembar detil perhitungan biaya katering
di komputernya, yang bersebelahan dengan rumus khusus untuk jumlah
undangan. Semua ini sangat berbeda dengan saya, sang pengantin
sendiri, yang deg-degan pun tidak.
>
> ***
>
> Tanpa melepas diri dari rasa syukur atas pernikahan yang begitu
indah, tak dapat dipungkiri dalam prosesnya, hati saya bertanya-tanya
> "Tidakkah semua ini terlampau mewah?"
> "Tidakkah pesta ini bisa lebih sederhana?"
> "Tidakkah seharusnya biaya ini bisa untuk memberi makan fakir miskin?"
> pertanyaan yang menyusul kemudian, menantang balik,
> "Apakah saya bersikap terlalu sinis?"
> "Apakah saya malah mengeluhkan nikmat yang diberikan?"
> "Apakah saya kurang bersyukur?"
>
> pertanyaan yang menghantui saya siang dan malam...
>
> ***
>
> Sebelum menikah, saya dan suami percaya, bahwa awal pernikahan harus
dijalani berdua saja. Karena di momen-momen penting itu, kami akan
menata diri sebagai suami-istri. Menyiapkan rumah sebagai lahan
keluarga. Tidak perduli jika harus mengontrak rumah kecil atau kos.
Maka sehabis menikah, saya dan suami langsung pindah ke sebuah
perumahan di Cibubur. Kami menata segalanya dari awal. Membersihkan
rumah berdua. Ia mencuci piring, saya masak. Ia menyapu, saya menata
dapur. Orang tua saya sepertinya cukup kaget karena biasanya pengantin
baru tinggal di rumah pihak perempuan selama beberapa lama, tapi kami
tidak.
>
> Walaupun anak perempuannya sudah tidak ada, orang tua tidak berhenti
khawatir mengenai segala aspek kehidupan kami. Ibu menelepon hampir 7
kali setiap hari, untuk berpesan resep makanan sampai wanti-wanti
untuk mandi air hangat di malam hari. Pembicaraan di telepon biasanya
akan diakhiri pertanyaan, "Kapan kamu pulang?"
>
> Seperti di satu hari sepulang dari dinas di Pekanbaru, saya meng-sms
Bapak untuk bilang saya sudah sampai di Bandara Internasional
Soekarno-Hatta. Bapak otomatis menjawab: pulang saja ke Bintaro. Saya
menolak, karena mau pulang ke Cibubur dan masak untuk suami.
>
> Jawabannya adalah hening.
>
> Esoknya, giliran Ibu saya yang bertanya kapan saya mau pulang.
TIba-tiba ia bercerita tentang Bapak. Katanya, setelah menerima sms
balasan dari saya kemarin, Bapak berkata pada Ibu:
> "Bapak lupa ya bu, Ain udah jadi milik orang. Bapak masih mikir Ain
itu anak perempuan kita saja. Jadi otomatis langsung Bapak suruh
pulang ke Bintaro."
> Saya terhenyak.
> Padahal Ibu saya menceritakannya dengan jenaka.
> Tapi saya tak bisa menghentikan tetesan air mata yang mengalir
sesudahnya.
>
> ***
>
> Di akhir sholat hari itu, saya bersimpuh kepada Allah SWT. Memohon
ampun dan menyesali sedalam-dalamnya kesinisan - sedikit apapun - yang
pernah saya pikirkan ketika proses pernikahan berlangsung.
>
> Sebagai anak, saya tak memahami arti menjadi orang tua. Menjadi
ayah. Menjadi Ibu. Terlebih lagi, saya tak memahami arti menikahkan
anak perempuan satu-satunya, yang berarti melepasnya kepada seorang
pria asing, yang akan bertanggung jawab untuk dunia dan akhiratnya.
Karenanya, ia ingin melepasnya dengan perayaan yang terhormat, indah,
dan pantas untuk dikenang. Sesuai dengan standar dan kemampuannya.
>
> Sebab setelahnya, ia tak akan memiliki sepenuhnya lagi. Kepatuhan
bukanlah sepenuhnya untuk dirinya semata. Bahkan ia tak akan bisa
bertemu setiap hari dan berbicara setiap saat.
>
> Di akhir shalat hari itu, saya belajar untuk paham, bahwa mungkin
yang dilakukannya bukanlah pernikahan ideal. Yang mereka inginkan
mungkin tidaklah seluruhnya benar. Namun yang mereka inginkan juga
bukanlah dosa besar dan melampaui batas-batas kemampuan. Maka demi
segala sesuatu yang sudah mereka berikan dan demi apapun yang kini
mereka rasakan, sepertinya saya telah menawarkan tenggang rasa yang
terlalu kerdil. Sudah sepantasnya saya menerima sepenuhnya. Bersyukur
karenanya. Semata-mata karena saya adalah anak perempuan mereka
satu-satunya.
>

8d.

Re: [catcil] Anak perempuan satu-satunya

Posted by: "Masduki_Masduki@manulife.com" Masduki_Masduki@manulife.com

Mon Mar 2, 2009 8:59 pm (PST)

Salut Buat Mba ain......
comment : " Apa yang tidak mau kita Syukuri ' ?? (just it)

Lam kenal --- Tx
(Embedded image moved to file: pic12316.gif)

"Bu CaturCatriks"
<punya_retno@yaho
o.com> To
Sent by: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
sekolah-kehidupan cc
@yahoogroups.com
Subject
[sekolah-kehidupan] Re: [catcil]
03/03/2009 11:05 Anak perempuan satu-satunya
AM


Please respond to
sekolah-kehidupan
@yahoogroups.com



ain jahat!
membuat ibu hamil super sensitif ini selalu saja nangis baca
tulisanmu, huh! hehehe.

ah, ain, what can i say about ur writing?
bahwa kamu selalu menulis dgn kosakata yg kaya, mengangkat topik
sederhana, dan membuat kami semua terhanyut di dalamnya?
bhw kamu menulis dgn pikiran terbuka, menganalisa dgn demikian
bijaksana, dan selalu, selalu, mencari sisi positif dr segalanya?

bukan hanya saya bangga bersahabat dgn penulis sehebat kamu, ain nisa,
tapi sy bangga, setelah berbulan2 persiapan pernikahan, in the end,
kamu menulis seperti ini.

thanks for writing, sweetie :)

big hug,

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Ain Nisa <jurnalcahaya@...>
wrote:
>
> Anak Perempuan Satu-Satunya
>
> Keluarga saya adalah keluarga caturwarga, satu ayah, satu ibu, kakak
perempuan, dan adik laki-laki. Banyak orang yang tahu berujar iri,
enak ya punya anak langsung diberi sepasang - mengingat beberapa
pasangan terus menerus punya anak perempuan, lalu menunggu lama untuk
punya anak laki-laki, ataupun sebaliknya.
>
> Tidak ada satupun dari kami yang memungkiri nikmat itu. Sisi positif
keluarga kecil adalah, segalanya lebih sederhana, terutama untuk orang
tua. Ibu saya tak perlu memasak dalam jumlah banyak. Beliau masih bisa
bekerja, bergaul dengan teman-temannya, dan perabotan tetap bersih.
Bapak saya pun tak perlu bekerja terlalu ngotot (jika dilihat dari
sisi kebutuhan ekonomi keluarga, nyatanya, dia memang pekerja keras).
Ketika pindah rumah, yang kami cari justru rumah kecil agar tidak
membuat suasana menjadi terlalu lengang.
>
> Dari segi psikologis, atensi ke saya dan adik juga tercukupi. Tidak
ada salah satu yang kurang diperhatikan. Terlepas segala sisi
positifnya, ada satu catatan yang patut menjadi pertimbangan setiap
keluarga kecil: Konsekuensi dari minimnya jumlah, adalah pilihan yang
terbatas. Hal itu berarti, segala ekspektasi orang tua tentang anak
perempuan, diberikan kepada saya. Dan untuk anak lelaki, dilekatkan
pada adik saya.
>
> ***
>
> Ekspektasi tersebut menyangkut pernikahan. Sebagaimana lazimnya
budaya di Indonesia, Pernikahan anak perempuan selalu menjadi event
besar karena pihak perempuan akan 'melepas' anaknya di bawah tanggung
jawab suaminya. Dalam banyak hal, sang anak wajib memprioritaskan
keinginan suami. Dari segi teknis, pesta menjadi besar karena pihak
pelaksana adalah keluarga perempuan dan membutuhkan persiapan khusus.
>
> Keluarga kecil saya adalah bagian dari mayoritas. Sewaktu pertama
kali mengajukan proposal nikah di awal 2007, Bapak langsung menolak.
Alasan utama adalah orang tua belum ada persiapan, mental ataupun
dana. Melihat kekecewaan di mata saya, Ibu mencoba memberi alasan,
"Kamu anak perempuan satu-satunya, Bapak Ibu ingin melepas kamu dengan
terhormat." Banyak orang kemudian memafhumi alasan Bapak-Ibu, seperti,
"Apalagi kamu anak pertama, perempuan satu-satunya
> lagi."
>
> Seperti "janji" nya, sehabis mereka menyetujui khitbah suami saya di
pertengahan 2008, persiapan serius pun dimulai. Ibu yang tadinya
bekerja sukarela pensiun dini dari kantor demi mengurus pernikahan.
Bapak, menghabiskan waktu pulang kerjanya dengan begadang mengatur A
to Z pernikahan layaknya event organizer handal. Saya sempat
tercengang melihat berlembar-lembar detil perhitungan biaya katering
di komputernya, yang bersebelahan dengan rumus khusus untuk jumlah
undangan. Semua ini sangat berbeda dengan saya, sang pengantin
sendiri, yang deg-degan pun tidak.
>
> ***
>
> Tanpa melepas diri dari rasa syukur atas pernikahan yang begitu
indah, tak dapat dipungkiri dalam prosesnya, hati saya bertanya-tanya
> "Tidakkah semua ini terlampau mewah?"
> "Tidakkah pesta ini bisa lebih sederhana?"
> "Tidakkah seharusnya biaya ini bisa untuk memberi makan fakir miskin?"
> pertanyaan yang menyusul kemudian, menantang balik,
> "Apakah saya bersikap terlalu sinis?"
> "Apakah saya malah mengeluhkan nikmat yang diberikan?"
> "Apakah saya kurang bersyukur?"
>
> pertanyaan yang menghantui saya siang dan malam...
>
> ***
>
> Sebelum menikah, saya dan suami percaya, bahwa awal pernikahan harus
dijalani berdua saja. Karena di momen-momen penting itu, kami akan
menata diri sebagai suami-istri. Menyiapkan rumah sebagai lahan
keluarga. Tidak perduli jika harus mengontrak rumah kecil atau kos.
Maka sehabis menikah, saya dan suami langsung pindah ke sebuah
perumahan di Cibubur. Kami menata segalanya dari awal. Membersihkan
rumah berdua. Ia mencuci piring, saya masak. Ia menyapu, saya menata
dapur. Orang tua saya sepertinya cukup kaget karena biasanya pengantin
baru tinggal di rumah pihak perempuan selama beberapa lama, tapi kami
tidak.
>
> Walaupun anak perempuannya sudah tidak ada, orang tua tidak berhenti
khawatir mengenai segala aspek kehidupan kami. Ibu menelepon hampir 7
kali setiap hari, untuk berpesan resep makanan sampai wanti-wanti
untuk mandi air hangat di malam hari. Pembicaraan di telepon biasanya
akan diakhiri pertanyaan, "Kapan kamu pulang?"
>
> Seperti di satu hari sepulang dari dinas di Pekanbaru, saya meng-sms
Bapak untuk bilang saya sudah sampai di Bandara Internasional
Soekarno-Hatta. Bapak otomatis menjawab: pulang saja ke Bintaro. Saya
menolak, karena mau pulang ke Cibubur dan masak untuk suami.
>
> Jawabannya adalah hening.
>
> Esoknya, giliran Ibu saya yang bertanya kapan saya mau pulang.
TIba-tiba ia bercerita tentang Bapak. Katanya, setelah menerima sms
balasan dari saya kemarin, Bapak berkata pada Ibu:
> "Bapak lupa ya bu, Ain udah jadi milik orang. Bapak masih mikir Ain
itu anak perempuan kita saja. Jadi otomatis langsung Bapak suruh
pulang ke Bintaro."
> Saya terhenyak.
> Padahal Ibu saya menceritakannya dengan jenaka.
> Tapi saya tak bisa menghentikan tetesan air mata yang mengalir
sesudahnya.
>
> ***
>
> Di akhir sholat hari itu, saya bersimpuh kepada Allah SWT. Memohon
ampun dan menyesali sedalam-dalamnya kesinisan - sedikit apapun - yang
pernah saya pikirkan ketika proses pernikahan berlangsung.
>
> Sebagai anak, saya tak memahami arti menjadi orang tua. Menjadi
ayah. Menjadi Ibu. Terlebih lagi, saya tak memahami arti menikahkan
anak perempuan satu-satunya, yang berarti melepasnya kepada seorang
pria asing, yang akan bertanggung jawab untuk dunia dan akhiratnya.
Karenanya, ia ingin melepasnya dengan perayaan yang terhormat, indah,
dan pantas untuk dikenang. Sesuai dengan standar dan kemampuannya.
>
> Sebab setelahnya, ia tak akan memiliki sepenuhnya lagi. Kepatuhan
bukanlah sepenuhnya untuk dirinya semata. Bahkan ia tak akan bisa
bertemu setiap hari dan berbicara setiap saat.
>
> Di akhir shalat hari itu, saya belajar untuk paham, bahwa mungkin
yang dilakukannya bukanlah pernikahan ideal. Yang mereka inginkan
mungkin tidaklah seluruhnya benar. Namun yang mereka inginkan juga
bukanlah dosa besar dan melampaui batas-batas kemampuan. Maka demi
segala sesuatu yang sudah mereka berikan dan demi apapun yang kini
mereka rasakan, sepertinya saya telah menawarkan tenggang rasa yang
terlalu kerdil. Sudah sepantasnya saya menerima sepenuhnya. Bersyukur
karenanya. Semata-mata karena saya adalah anak perempuan mereka
satu-satunya.
>



8e.

Re: [catcil] Anak perempuan satu-satunya

Posted by: "Loiy Anni" loiyloi@yahoo.com   loiyloi

Mon Mar 2, 2009 11:38 pm (PST)

Ternyata dimana-mana yang namanya orang tua itu sama mbak ya.
Aku juga sempet mengalami sedikit pertentangan dengan orang tua menjelang pernikahan dulu.
Dan akhirnya aku yang mengalah, setidaknya itu salah satu cara untuk membuat mereka bahagia. Hehe meski semua engga sesuai dengan impian nikahku, tapi aku bahagia melihat kedua orang tuaku tersenyum bahagia :)

Tapi karena aku sudah terbiasa berjauhan dengan ortu cukup lama, jadinya ya pas setelah nikah trus ngikut suami, engga terlalu berbeda rasanya. Berasanya baru pas lebaran.. hehe biasanya lebaran bareng keluarga, pas giliran lebaran bareng mertua.. jadi mewek-mewek pas nelp ke rumah :D.

Thanks for sharing ya mbak Ain :)

Salam,
-loiy-

________________________________
From: Ain Nisa <jurnalcahaya@yahoo.com>
To: sk <sekolah-kehidupan@yahoogroups.com>; Yuandi Oktarinda <yuandi.oktarinda@astra-honda.com>
Sent: Monday, March 2, 2009 17:13:52
Subject: [sekolah-kehidupan] [catcil] Anak perempuan satu-satunya

Anak Perempuan Satu-Satunya

Keluarga saya adalah keluarga caturwarga, satu ayah, satu ibu, kakak perempuan, dan adik laki-laki. Banyak orang yang tahu berujar iri, enak ya punya anak langsung diberi sepasang - mengingat beberapa pasangan terus menerus punya anak perempuan, lalu menunggu lama untuk punya anak laki-laki, ataupun sebaliknya.

New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you&#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
9.

(Teka) Kiat Mendidik Anak Menjadi Insan Mulia

Posted by: "muhamad agus syafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Mon Mar 2, 2009 9:00 pm (PST)

Kiat Mendidik Anak Menjadi Insan Mulia

By: agussyafii

Satu malam datang seorang Ibu bersama suami tercintanya. Ibu ini bertanya pada saya bagaimana mendidik anak menjadi insan mulia. Saya katakan padanya, anak akan menjadi insan mulia jika anak diperlakukan dengan penuh kemuliaan. Pendidikan yang memuliaan anak berarti meningkatkan kualitas spiritual pada diri anak. Maka perlu pendidikan spiritual bagi anak agar kelak mereka menjadi insan mulia.

Tidak ada yang mengingkari bahwa kualitas manusia itu diukur dari kualitas jiwanya, moralnya atau akhlaknya, meski masih pula terdapat kelompok manusia yang lebih menghargai dimensi jasmaninya.  Kesehatan jasmani manusia tumbuh bersama gizi yang dikonsumsi sebagaimana kesehatan jiwa juga tumbuh bersama konsumsi rohaniah. Dalam perjalanan hidupnya manusia selalu berjumpa dengan konflik yang berkesinambungan; konflik antara dorongan instink, syahwat dan hawa nafsu dengan nilai-nilai akumulatif akidah, konflik antara kejujuran dengan kebohongan, antara kebaikan dengan kejahatan, antara egoisme dengan mementingkan orang lain (itsar).

Akal dapat berfikir, membantu manusia memecahkan masalah (problem solving), dan untuk meningkatkan kualitas akal (intelektualnya) dapat diupayakan melalui pendidikan yang bersifat kognitip. Hati atau kalbu (qalb), meski karakternya tidak konsisten, tetapi ia dapat membantu manusia memahami peristiwa yang rumit. Lebih dari itu manusia masih memiliki hati nurani yang konsisten menyuarakan kebenaran dan kejujuran. Meski demikian, tetap saja ada (bahkan kebanyakan) manusia yang bodoh, tidak berperasaan dan nuraninya mati.

Dulu orang mengedepankan kecerdasan intelektual sebagai kunci kesuksesan. Belakangan orang menganggap peran kecerdasan intelektual (IQ) itu hanya 20 %, selebihnya oleh kecerdasan emosional (EQ). Terakhir orang lebih menengok kecerdasan Spiritual (SQ) sebagai penentu yang dominan. Ketika bangsa Indonesia terpuruk pada krisis yang memalukan seperti sekarang ini, orang menyalahkan sistem pendidikan nasional sebagai penyebab, yakni pendidikan yang terlalu mengedepankan aspek kognitif, mengabaikan aspek afektif. Jika krisis ekonomi dapat diperbaiki dalam waktu singkat, tidak demikian dengan krisis moral, apalagi jika krisis itu sudah mencapai keruntuhan moral bangsa. Mendidik moral manusia membutuhkan waktu yang panjang, konsistensi, konprehensif dan berkesinambungan. Masyarakat Indonesia dewasa ini sudah sangat mendesak kebutuhannya pada pendidikan spiritual.

Pendidikan adalah satu proses yang bertujuan membentuk pola perilaku; misalnya pendidikan kemiliteran, pendidikan kewiraswastaan, pendidikan agama.  Proses itu biasanya membutuhkan peran seorang pendidik, tetapi manusia juga bisa mendidik diri sendiri setelah berjumpa dengan pengalaman yang mendidik.

Oleh karena itu pendidikan spiritual lebih menekankan pada pemberian kesempatan agar anak mengalami sendiri suatu pengalaman spiritual. Jika bercermin kepada perilaku Nabi Muhammad, maka nampaknya lembaga pendidikan spiritual yang dialami oleh Muhammad bertafakkur, mengasah nurani, menajamkan hati, dan mengelola emosi serta mengendalikan nafsu.

Dalam perspektif Islam, Pendidikan spiritual adalah  proses tranformasi sistem nilai Qur'ani ke dalam potensi kejiwaan pada anak melalui  perjuangan dan pelatihan jiwa (mujahadah) agar setiap kali merespon stimulus dalam kehidupan, jiwanya tunduk kepada nilai-nilai tersebut dengan tenang, senang dan yakin. Wujud mujahadah itu adalah zikir, puasa sunnat, sholat dhuha.

Maka anak yang telah memiliki kecerdasan spiritual disebut sebagai 'arif atau min al 'arifin, secara sosiologis sering disebut sebagai yang arif bijaksana. Ma'rifat tidak menetap, melainkan sesaat-sesaat (sa'atan sa'atan), seperti disebut dalam hadis riwayat Hanzalah, tetapi pengaruhnya menghunjam dalam kejiwaan pada anak, mempengaruhi persepsi dan mewarnai perilaku. Kelak anak menjadi insan mulia. Insya Alloh.

Wassalam,
agussyafii

---
Tulisan ini dibuat dalam rangka program kegiatan "Amalia Cinta Rasul" (ACR), Hari Sabtu, tanggal 20 Maret 2009 di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sud-Tim, Ciledug. TNG. silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di 087 8777 12 431 atau http://agussyafii.blogspot.com

10.

[catcil] Akhirnya Pindah Juga

Posted by: "Loiy Anni" loiyloi@yahoo.com   loiyloi

Mon Mar 2, 2009 11:24 pm (PST)

Setelah tertunda beberapa kali, akhirnya acara pindah kost nya
terlaksana juga. Sempet ngerasa frustasi juga sih dengan banyaknya
barang yang harus di bawa. Gak nyangka memang selama hampir 4 tahun
berada di kost yang lama ini, sudah berhasil mengumpulkan segitu banyak
barang. Saking frustasinya, sempet down dan jadinya malah males packing.

Packing di mulai hari Jum'at sore di bantu suami, milah milih mana
yang dibawa dan mana yang dibuang. Rencana hari sabtu kita sudah bisa
angkut barang ke tempat yang baru, ternyata perkiraan kita meleset.
Gara-gara barang yang ajubuneng banyaknya, hari sabtu belum selesai
acara packing. Baru selesai malah hari minggu. Alhasil hari senin baru
bisa angkut barang ke tempat baru.

Semalam kami sudah mulai tidur di tempat baru. Dan ternyata aku
belum sepenuhnya bisa lepas dari tempat yang lama, apa mungkin karena
atmosfernya yang berbeda, ato akunya saja yang belum rela untuk pindah
ya..?? entahlah. Kalo bahasa suami sih, fisikku saja yang pindah tempat
tapi hatiku masih di tempat yang lama. Hehehe ya gimana gak.. lha wong aku sudah menetap disitu hampir 4 tahun dan gak pindah-pindah. Jadi
serasa sudah ada ikatan batinnya gitu –halahh lebay–. Dan jadinya
bawaannya malah aleman, manja dan mewek terus. Hehehe persis anak kecil banged.

Kata orang, setiap tindakan, keputusan atau kejadian itu pasti ada
alasan dan hikmahnya. Untuk saat ini hikmah yang bisa aku rasa dari
keputusan pindah ini, kami bisa sedikit menyisihkan dana untuk di
tabung untuk mewujudkan impian kami kedepan. Selain itu, mungkin ini
proses pembelajaran buat aku bahwa ternyata hidup di Jakarta itu gak
mudahhhh boooo… hehehe. Setelah selama ini dimanjakan oleh fasilitas
yang membuat aku berfikir hidup di Jakarta itu enak dan gampang karena
kemudahan-kemudahan yang diberikan kepadaku. And now.. time for me to
wake up, time for me to face the real life –haha lebay lagi dehhh–.

Seperti orang bilang juga, kehidupan itu kayak roda yang ada disepeda, roda itu akan terus berputar kalo sepedanya terus di goes.
So.. dear Hubby, sepedaku manaaaaa..?? biar aku bisa goes-goes, biar rodanya gak stuck di satu tempat aja –sambil nagih nih–. Nah loooooo…

Regards,
-loiy-
www.mboeloiy.com

Get your new Email address!
Grab the Email name you&#39;ve always wanted before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/
Recent Activity
Visit Your Group
Sitebuilder

Build a web site

quickly & easily

with Sitebuilder.

Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Group Charity

Give a laptop

Get a laptop: One

laptop per child

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: