Jumat, 13 Maret 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2562

Messages In This Digest (19 Messages)

Messages

1a.

(catcilI Rapi-rapi

Posted by: "incognito.cool" incognito.cool@yahoo.co.id   incognito.cool

Thu Mar 12, 2009 8:38 am (PDT)

Jangan pernah menyepelekan soal kerapihan terutama yang berkenaan dengan dokumen-dokumen yang ada sangkut pautnya dengan pekerjaan. Memang sih kesannya merapikan dokumen itu pekerjaan yang kecil dan hanya menyita waktu. Yang terjadi adalah pemandangan tumpukan kertas di atas meja kerja yang bercampur antara dokumen yang satu dengan yang lain.

Suatu hari si boss datang ke meja dan menanyakan sebuah dokumen kepada saya. Dokumen yang ditanyakan boss sudah selesai saya kerjakan. Namun karena dokumen itu berada diantara tumpukan dokumen yang ada sehingga saya pun harus mencarinya diatara tumpukan tersebut. Walhasil selama si boss berdiri disamping saya dokumen itu tidak ditemukan. Biasa, kalau ditungguin suka gugup jadinya dalam mencari dokumen sedikit tidak konsentrasi.

Yang namanya boss memang sangat berlomba dengan waktu. Tentunya si boss tidak mau mengahabiskan waktunya hanya demi menunggu sebuah dokumen. Makanya begitu melihat gelagat akan lama akhirnya si boss hanya berkata," Ya, sudah, cari dulu! Saya tunggu dokumennya di meja saya."

Dokumen memang berhasil ditemukan tetapi tentunya memakan waktu. Akan lebih enak jika ketika kita atau ada orang membutuhkan sesuatu dari kita dan kita dapat mencari dan memberikannya dengan cepat. Mudah untuk kita dan mudah untuk orang lain.

Hari ini saya pun meluangkan waktu beberapa lama untuk kembali tumpukan kertas dan dokumen di atas meja. Membuat kodefikasi untuk setiap dokumen-dokumen agar mudah dalam pencarian bilamana dibutuhkan.

Sebanarnya tidak perlu memakan waktu yang lama untuk merapihkan tumpukan kertas dan dokumen yang berserakan. Kalau saya pikir tertib saja dalam hal pendokumetasian. Setelah semuanya beres senang rasanya tidak melihat lagi tumpukan kertas dan dokumen di atas meja. Semuanya telah tersimpan rapi pada tempatnya masing-masing.

Tahukah berapa banyak jumlah kertas dan dokumen yang saya rapikan hari ini? Yang jelas tumpukan itu telah bertahan selama dua bulan,*glek*, terbayangkan malasnya diri saya. Tetapi disiplin memang belum membudaya pada diri saya. Saat ini pembuatan gunungan kertas dan dokumen malah sudah dimulai lagi.

Ayo dirapihkan, ayo dirapihkan.

1b.

Re: (catcilI Rapi-rapi

Posted by: "Bu CaturCatriks" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Thu Mar 12, 2009 8:06 pm (PDT)

waaaaa, bener bgt nih!
dan tentu saja, kategorisasi itu penting ya.
utk surat2 asli, copy, yg sudah ditandatangani, belum ditandatangani, dll.
makanya aku cintaaaa bgt ma folder!
tks for writing yaaa!

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "incognito.cool" <incognito.cool@...> wrote:
>
> Jangan pernah menyepelekan soal kerapihan terutama yang berkenaan dengan dokumen-dokumen yang ada sangkut pautnya dengan pekerjaan. Memang sih kesannya merapikan dokumen itu pekerjaan yang kecil dan hanya menyita waktu. Yang terjadi adalah pemandangan tumpukan kertas di atas meja kerja yang bercampur antara dokumen yang satu dengan yang lain.
>
> Suatu hari si boss datang ke meja dan menanyakan sebuah dokumen kepada saya. Dokumen yang ditanyakan boss sudah selesai saya kerjakan. Namun karena dokumen itu berada diantara tumpukan dokumen yang ada sehingga saya pun harus mencarinya diatara tumpukan tersebut. Walhasil selama si boss berdiri disamping saya dokumen itu tidak ditemukan. Biasa, kalau ditungguin suka gugup jadinya dalam mencari dokumen sedikit tidak konsentrasi.
>
> Yang namanya boss memang sangat berlomba dengan waktu. Tentunya si boss tidak mau mengahabiskan waktunya hanya demi menunggu sebuah dokumen. Makanya begitu melihat gelagat akan lama akhirnya si boss hanya berkata," Ya, sudah, cari dulu! Saya tunggu dokumennya di meja saya."
>
> Dokumen memang berhasil ditemukan tetapi tentunya memakan waktu. Akan lebih enak jika ketika kita atau ada orang membutuhkan sesuatu dari kita dan kita dapat mencari dan memberikannya dengan cepat. Mudah untuk kita dan mudah untuk orang lain.
>
> Hari ini saya pun meluangkan waktu beberapa lama untuk kembali tumpukan kertas dan dokumen di atas meja. Membuat kodefikasi untuk setiap dokumen-dokumen agar mudah dalam pencarian bilamana dibutuhkan.
>
> Sebanarnya tidak perlu memakan waktu yang lama untuk merapihkan tumpukan kertas dan dokumen yang berserakan. Kalau saya pikir tertib saja dalam hal pendokumetasian. Setelah semuanya beres senang rasanya tidak melihat lagi tumpukan kertas dan dokumen di atas meja. Semuanya telah tersimpan rapi pada tempatnya masing-masing.
>
> Tahukah berapa banyak jumlah kertas dan dokumen yang saya rapikan hari ini? Yang jelas tumpukan itu telah bertahan selama dua bulan,*glek*, terbayangkan malasnya diri saya. Tetapi disiplin memang belum membudaya pada diri saya. Saat ini pembuatan gunungan kertas dan dokumen malah sudah dimulai lagi.
>
> Ayo dirapihkan, ayo dirapihkan.
>

1c.

Re: (catcilI Rapi-rapi

Posted by: "Ain Nisa" jurnalcahaya@yahoo.com   jurnalcahaya

Thu Mar 12, 2009 10:52 pm (PDT)



ih, retno OCD

Airin Nisa
Public Relations
iPower Communications
Jl. Kran Raya Blok B4-7/32 Kemayoran Jakarta 10610
Office: 021-422 0761/021 421 2148

________________________________
From: Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Friday, March 13, 2009 10:06:11 AM
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: (catcilI Rapi-rapi

waaaaa, bener bgt nih!
dan tentu saja, kategorisasi itu penting ya.
utk surat2 asli, copy, yg sudah ditandatangani, belum ditandatangani, dll.
makanya aku cintaaaa bgt ma folder!
tks for writing yaaa!

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com, "incognito.cool" <incognito.cool@ ...> wrote:
>
> Jangan pernah menyepelekan soal kerapihan terutama yang berkenaan dengan dokumen-dokumen yang ada sangkut pautnya dengan pekerjaan. Memang sih kesannya merapikan dokumen itu pekerjaan yang kecil dan hanya menyita waktu. Yang terjadi adalah pemandangan tumpukan kertas di atas meja kerja yang bercampur antara dokumen yang satu dengan yang lain.
>
> Suatu hari si boss datang ke meja dan menanyakan sebuah dokumen kepada saya. Dokumen yang ditanyakan boss sudah selesai saya kerjakan. Namun karena dokumen itu berada diantara tumpukan dokumen yang ada sehingga saya pun harus mencarinya diatara tumpukan tersebut. Walhasil selama si boss berdiri disamping saya dokumen itu tidak ditemukan. Biasa, kalau ditungguin suka gugup jadinya dalam mencari dokumen sedikit tidak konsentrasi.
>
> Yang namanya boss memang sangat berlomba dengan waktu. Tentunya si boss tidak mau mengahabiskan waktunya hanya demi menunggu sebuah dokumen. Makanya begitu melihat gelagat akan lama akhirnya si boss hanya berkata," Ya, sudah, cari dulu! Saya tunggu dokumennya di meja saya."
>
> Dokumen memang berhasil ditemukan tetapi tentunya memakan waktu. Akan lebih enak jika ketika kita atau ada orang membutuhkan sesuatu dari kita dan kita dapat mencari dan memberikannya dengan cepat. Mudah untuk kita dan mudah untuk orang lain.
>
> Hari ini saya pun meluangkan waktu beberapa lama untuk kembali tumpukan kertas dan dokumen di atas meja. Membuat kodefikasi untuk setiap dokumen-dokumen agar mudah dalam pencarian bilamana dibutuhkan.
>
> Sebanarnya tidak perlu memakan waktu yang lama untuk merapihkan tumpukan kertas dan dokumen yang berserakan. Kalau saya pikir tertib saja dalam hal pendokumetasian. Setelah semuanya beres senang rasanya tidak melihat lagi tumpukan kertas dan dokumen di atas meja. Semuanya telah tersimpan rapi pada tempatnya masing-masing.
>
> Tahukah berapa banyak jumlah kertas dan dokumen yang saya rapikan hari ini? Yang jelas tumpukan itu telah bertahan selama dua bulan,*glek* , terbayangkan malasnya diri saya. Tetapi disiplin memang belum membudaya pada diri saya. Saat ini pembuatan gunungan kertas dan dokumen malah sudah dimulai lagi.
>
> Ayo dirapihkan, ayo dirapihkan.
>

2a.

Re: Tampil Bareng Penyebar Virus Ayat Ayat Cinta

Posted by: "Aan Wulandari U" diansya2@gmail.com   aansyafiqku

Thu Mar 12, 2009 9:32 am (PDT)

Acaranya memang asik mbak Jaziem. Cukup membuka wawasan saya lagi, juga
lebih menyuntikkan semangat untuk mendidik anak.
Tadinya waktu membaca profil. sebagai fasilitator atau apa Sekolah Bahagia,
saya pikir mba Jaziem mendirikan full day school. Sudah menyiapkan beberapa
pertanyaan. Soalnya, sedikit terpikir di benak ini 'bisnis' mendirikan
tempat penitipan anak, heheh...Setelah mendengar acara itu, jadi mikir-mikir
lagi juga.

Terima kasih alamat blognya.

Salam,
Aan
(yang nyamperin mba Jaziem di Arridho)
3.

(Catcil) Bila Esok Pagi Matahari Tak Bersinar Lagi

Posted by: "yan_ku" yayan_unj@yahoo.com   c_al_iyan

Thu Mar 12, 2009 5:32 pm (PDT)


Apa
yang akan kau lakukan apabila matahari tak kunjung terang di pagi hari,
Tak ada lagi kisah pagi. Semuanya berkisah tentang Malam dan gelap.
Menjajar lampu di sepanjang jalan. Tak sebanyak manusia yang saat ini
masih diberi nikmat terang di siang hari. Bertebaran mencari rizki-Nya.
Namun banyak yang tak sadar bahwa mereka masih diberi Nikmat-Nya.
Bayangkanlah
apabila mulai saat ini semua hari adalah malam. Pembaca berita selalu
memberikan greetings kepada pemirsa dengan selalu berkata, "Selamat
Malam Pemirsa" tanpa ada lagi kata dikamus-kamus bahasa, "Selamat Pagi
atau Selamat Siang atau tertulis Pagi yang cerah benderang". Semuanya
bercerita tentang malam.
Semuanya mungkin saja terjadi,
"kun fayakun". Apabila subtansi siang dan malam saat ini yang dirasakan
tak dimaknai oleh sebahagiaan besar penduduk bumi. Lupa dengan
firmannya yang begitu jelas tertulis di Al Quran, ""Dan dia (pula) yang
menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin
mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur." (Al Furqan: 62)."
Aku
mencoba memaknai arti siang. Yang banyak dilupakan penduduk bumi.
Dengan masuk kedalam gua ditengah hutan rimba. Masuk sedalam-dalamnya.
Hanya sebuah lilin dan sebatang korek api ditangan. Semakin gelap dan
gelap hingga cahaya sirna. Kusandarkan tubuh pada sebuah dinding yang
setidaknya rata walau masih bergerigi. Sekarang senyap. Lilin
kunyalakan. Dan hanya bertahan beberapa jam saja. Kini gulita telah
gelap. Satu jam, dua jam, tiga jam…hingga rasa nyaman telah berganti
dengan kekhawatiran. Gelap telah menguasaiku. Dan pertanyaan demi
pertanyaan muncul. Apakah gelap akan selalu menemaniku. Berpikir
sekarang gelap dan besok akan gelap lagi. Ah, betapa sempurnanya hidup
diluar sana. Malam dan Siang di silih bergantikan. Saat ini telah
kuambil pelajaran dan makna bersyukur atas bumi yang terpijak telah
disilih bergantikan malam dan siang.
Tubuh bergejolak
didalam gua gelap. Akhirnya tak tahan. Meronta dan sekejap berlari
sekencang mungkin terseok. Tersandung, jatuh, berdarah. Mencari jalan
ke titik terang. Keluar dari gua. Dan tertelungkup segera bersujud
seraya berkata. Allahu Akbar, Allahu Akbar. Tak ada kata lain mulai
hari ini selain bersyukur ketika malam tiba dan siang menjelang. Karena
disana ada tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya. Fabi ayyi
a'la I'robbikumaa tukadzibaan, Fabi ayyi a'la I'robbikumaa tukadzibaan,
"Nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?", "Nikmat Tuhan yang
manakah yang kamu dustakan?". Jangan tunggu esok...jangan tunggu esok, hari ini juga mari kita selalu menjadi hamba yang selalu beryukur.... http://ya2nya2n.multiply.com
http://tombolpulsa.com

-------------------------------------
Yayan Supardjo

http://ya2nya2n.multiply.com
mobile: +628159518816
flexy: 021-33810886
voiprakyat: +62 188 1001 83595
email: yayan_unj@yahoo.com

Bagi yang ingin dapat harga pulsa SUPER MURAH klik saja:
www.tombolpulsa.com
http://tombolpulsa.multiply.com

Message: "If you continually give, you will continually have"

----------------------------------------------------------

Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
4a.

[ Ruang Tamu] maaf dan bingung T.T

Posted by: "Atrica Choirun Nisa" atricachoirunnisa@ymail.com   atricachoirunnisa@ymail.com

Thu Mar 12, 2009 7:11 pm (PDT)

ni atrica

hmmm,,, penegn gabungan di milisnyah,,,,
soalnya ak uda daftar di sekolah-kehidupan,tpi blum pnah interaksi ma anggota lain

huhuhu...

gmna ?

apa lewat YM intarksinya,,,

oh yaah,,,

mauuuuk bgt kaosnyah,,, XD

Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat. Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
4b.

Re: [ Ruang Tamu] maaf dan bingung T.T

Posted by: "hariyanty thahir" anty_th@yahoo.com   anty_th

Thu Mar 12, 2009 7:17 pm (PDT)

Cup cup cup ...
Mbak atrica ngga usah nangis ya .....
Anak2 di sekolahan ini baik - baik koq ^_^

Silakan di bawa bontot nya masuk ke kelas
trus, jangan pelit bagi ma teman2 yah ...
Hehehe ...

Selamat datang buat semua teman2 baru di sekolah ini
Smoga betah ya...

Mbak wulan, mbak atrica, n all
kita tunggu sharingnya ya ^_^

salam kenal
anty th

5.

[Etalase] Buku Baru, Mau? ::: Main Hati Dengan Siti

Posted by: "heri purwoko" hijaupupus@yahoo.com   hijaupupus

Thu Mar 12, 2009 7:12 pm (PDT)

Dear all,

Sebuah buku kumpulan flash fiction yang sangat fantastis telah terbit. Sama sekali tidak ada maksud politis karena menjelang pemilu, apalagi bernuansa horor (karena memang bukan cerita horor). Edisi independen, khusus untuk cetakan pertama. Mau tau lebih lanjut? Silahkan berkunjung ke www.mainhatidengansiti.co.cc untuk lebih detail berikut cara pemesanan.

Untuk wilayah DKI Jakarta dan Depok gratis ongkos kirim, lho.

regards,
heripurwoko
0856.889.4854

6.

[Inspirasi] Menikmati Senja Padang Thatchgraspian

Posted by: "Supriyadi (PPIC)" SUPRIYS3@Mattel.com   supriyadisolo

Thu Mar 12, 2009 7:57 pm (PDT)

> Dalam sebuah pengembaraan panjang akhirnya Matilda "terdampar" di
> tengah padang ilalang yang disebut Padang Thatchgraspian, saati itu
> padang di ujung bumi itu sedang panas-panasnya. Apabila siang hari
> matahari tepat di atas kepala tanpa awan atau mendung sama sekali.
> Ketika panas di ubun-ubun Matilda sudah sampai titik tidak nyaman dan
> mengharuskan mencari pohon untuk berlindung.
> Matilda sang gadis pembawa cahaya bertemu dengan seorang berambut
> putih panjang, umur lebih dari 70 tahun.
> Pak Tua itu bernama Pak Credona (nama yang unik untuk telinga
> Matilda),
> Setelah mereka berdiskusi panjang sembari membakar dan menikmat
> sejenis kelinci yang hanya tinggal di padang ilalang.
> Berikut intisari percakapan itu yang layak kita cermati ...
>
> MATILDA : Bagaimana caranya menikmati kebahagiaan dalam kehidupan ini?
> PAK TUA : Mulailah dengan mencintainya...
>
> M : Bagaimana cara memulainya?
> P : Mulailah dengan memaafkan...
>
> M: Bagaimana cara memulainya?
> P: Mulailah dengan memaafkan diri sendiri...
>
> M: Bagaimana cara memulainya?
> P: Belajarlah bersyukur...
>
> Matilda tersenyum memandang cerahnya ufuk senja sore itu....
>
>
> Supriyadi
> Galih-apisemangat.blogspot.com
>
7.

(Ruang Keluarga) Benar Dia Pencurinya

Posted by: "INDARWATI HARSONO" patisayang@yahoo.com   patisayang

Thu Mar 12, 2009 9:03 pm (PDT)

Benar Dia Pencurinya

Akhirnya rahasia yang selama ini disimpannya rapat terkuak. Sebuah fakta yang melepaskanku dari rasa bersalah dan ketidakpastian.

"Sebenarnya Yuni mau nggak cerita soal ini sama Ibu. Malu Bu, adik sendiri. Tapi emang anaknya begitu," ujar pembantuku siang ini.

Pengakuannya seketika melepaskan prasangka menjadi hampir sebuah fakta. Saat kehilangan uang itu, aku sendiri sebenarnya tak yakin. Tapi kebiasaan yang kulakukan jelas tak mungkin kuhindari tanpa kesengajaan. Itulah yang membuatku merasa janggal, lalu yakin telah terjadi ketidakberesan.

Kebiasaan burukku, suka meletakkan uang seenaknya. Ini karena aku percaya penghuni rumahku--termasuk si mbak yang orang luar—tak mungkin mengambil uang tanpa permisi. Beberapa kali berganti pembantu belum pernah aku mengalami kehilangan uang. Baru sekarang itu kualami, dan justru bukan oleh si pembantu itu sendiri.

Hal ini terjadi akhir bulan lalu. Tak biasanya aku menghitung uang di dompetku. Mungkin karena tanggal tua, sehingga aku menjadi lebih perhitungan sebelum waktu gajian tiba. Di dompetku seingatku masih ada uang seratusribuan dengan beberapa lembar recehan. Paginya, sebelum kerja suamiku menambahi dengan enam lima puluh ribuan. Lalu kuambil satu dan kuberikan ke si Mbak untuk belanja di warung.

Siangnya, saat hendak membayar sesuatu aku heran karena limapuluh ribuannya tinggal tiga. Mestinya kan masih lima. Kupikir telah kusimpan di lemari, aku bergegas mencari. Tapi keyakinanku berkata lain. Jika menyimpan, tak mungkin hanya seratus. Biasanya lebih dan hanya kusisakan sekitar dua ratusan saja di dompet. Dan setelah kucari-cari pun tetap tak kutemukan. Lalu bagaimana hal ini bisa terjadi? Apakah ada pencuri di rumahku sendiri?

Dengan bahasa halus, kuceritakan hal ini pada pembantuku. Seketika rautnya berubah. Bahkan reaksi dan keyakinannya lebih heboh dari yang kuduga. Selain kami bertiga—aku, Yasmin, dan si Mbak—ada penghuni yang biasa datang ke rumah pagi itu. Dia adalah adik pembantuku yang sengaja diajak untuk membantu-bantu. Jika sedang banyak kerjaan, misal setelah tak masuk kerja sebelumnya, Yuni memang suka mengajak adiknya, Uum.

Si Uum ini juga jadi pembantu di tetangga belakang blok rumahku. Hanya minggu itu dia banyak libur lantaran bos perempuannya pulang kampung ke Padang. Ketiadaan si Bos membuatnya sedih karena tak ada yang bisa diminta cashbon. Masih bujang, perempuan, dan hidup menumpang pada ortu mestinya membuat si Uum bisa menabung meski dengan gaji pembantu sebesar 300 ribu. Tapi kebiasaan bahkan sudah pada taraf ketagihannya nonton bioskop (plus jalan-jalan dan makan di mall tentu saja) serta ongkos pulsa yang sangat luar biasa jelas tak terjangkau dengan gajinya. Jalan pintasnya, ambil duit orang.

Semua petunjuk memang mengarah ke Uum yang kutinggal asyik di depan computer sementara Yuni dan bayiku keluar belanja. Saat menyapu itu dia tentu leluasa merogohi dompet yang kuletakkan begitu saja di tas di atas meja makan. Awalnya aku nyaris tak percaya dia melakukan itu. Bahkan aku sempat merasa bersalah ketika Yuni kehilangan muka saat aku bercerita kehilangan duit seratus ribu. Tapi Uum pernah tak jujur di depanku, di depan anakku yang apesnya langsung ketahuan. Hal itu yang membuatku tak percaya lagi padanya.

Siang ini, sekitar dua minggu dari kejadian itu, barulah Yuni cerita kalau sebenarnya Uum pernah berkali-kali melakukan hal yang sama. Mencuri uang bapaknya, emaknya, bahkan kakaknya dengan sedikit sandiwara adalah hal biasa. Bahkan di saat uang itu disimpan di antara halaman Al Quran pun tetap dilakukan. Hanya sekarang, rupanya dia sudah berani meluaskan wilayahnya, ke rumah orang lain, yaitu aku. Dan uang seratus ribu itu, bagi mereka bukanlah jumlah yang sedikit.

Aku juga jadi berpikir, apakah ini yang pertama bagi Uum atau sudah kesekian kali. Kalau kuingat lagi, aku memang beberapa kali merasa uang yang di dompet tak seharusnya, berkurang tanpa mampu kuingat kemana larinya. Jangan-jangan sebelumnya dia sudah pernah mencuri dari dompetku, hanya aku tak sadar lantaran tak menghitung seperti akhir bulan itu? Dan dia berani mengambil sebanyak seratus ribu karena aku tak pernah komplain kehilangan uang sebelumnya? Lima puluhan, dua puluhan, dalam kondisi biasa (tak mesti ngirit seperti akhir bulan itu) memang tak pernah kuhitung keberadaannya di dompetku.

Berpikir lebih jauh, aku jadi tergelitik untuk tahu, mengapa dia melakukan itu. Dan seperti pencuri lainnya, jawabannya tentu satu. Mereka mencari jalan pintas mendapat uang untuk memenuhi kebutuhannya meski belum tentu kebutuhan itu bisa disebut kebutuhan. Dalam kasus Uum, itu adalah keinginan. Keinginan untuk berfoya-foya dengan pacarnya (dari cerita kakaknya, sepertinya dia yang kadang bersikap bossy), atau sekedar hahahihi memanfaatkan teknologi ponsel yang jelas menyedot pulsa.

Membaca beberapa cerita Yuni tentang tetangga dan saudaranya, sungguh aku jadi miris plus pesimis dengan pilihan hidup sebagian kaum muda Indonesia. Hamil di luar nikah, mencuri, putus sekolah, dan entah apalagi—termasuk ketidaktahuan mereka pada founding fathers Negara ini--jelas bukanlah sikap positif untuk membangun pondasi bangsa ini ke depannya. Tapi mungkin dan semoga di luar mereka, masih ada generasi yang tak berkhianat pada hati nurani. Yang tetap menatap dan mantap tegap menantang masa depan dalam kegemilangan. Dan semoga anak-anakku berada di barisan mereka. Amin…

Tanah Baru, 10/03/08 15.25

8.

(Ruang Keluarga) Cici Mati

Posted by: "INDARWATI HARSONO" patisayang@yahoo.com   patisayang

Thu Mar 12, 2009 9:06 pm (PDT)

Cici Mati

Dia akhirnya tak mampu bertahan. Di bawah kubah sinar mentari yang bersiap menggelincir ke arah barat, dia menggelinjang meregang ajal. Pandangan sedih kami tak mampu membawanya kembali. Sementara Coco tak peduli--karena memang dia tak mengerti--justru asyik berlari ke sana kemari, menikmati kebebasannya di taman rumah kami.

Ya, hanya delapan hari Cici, si kelinci Australia, itu menemani kami. Sebagian bulu coklatnya yang panjang kisut masih basah --setelah dikeramasi suamiku—ketika dia tak mampu bertahan lagi. Dia ditakdirkan untuk menyusul Mia, kucing rumah yang lebih seminggu lalu juga mati. Hanya, Cici bernasib lebih baik. Dia mati di hadapan kami, beralaskan keset handuk lembut di atas rumput taman, setelah sebelumnya terlihat lemas di kandang. Dia lalu dikubukan dengan layak, dengan sepotong wortel sebagai nisannya, di dekat pohon rambutan, dan pagar bunga yang rindang. Sedangkan Mia, beberapa saat sebelum dijemput ajal 'dilarikan' oleh ibunya, disembunyikan entah dimana. Saat ditemukan tetangga sebelah, belatung sudah menghiasi tubuh kurusnya.

Mia, bayi kucing rumahan yang berminggu lalu mengais iba hati kami memang tak banyak bergerak. Dia hanya tiduran. Minum susu ibunya pun hanya sedikit. Saat sudah tiba waktunya makan sendiri pun dia ternyata tak bisa. Bahkan saat kusuapi sepotong kecil ikan dia tak mampu menelan. Lalu nasibnya pun tragis seperti cerita tetangga sebelah itu.

Dua hari sebelum bangkai Mia ditemukan, kami membeli sepasang kelinci di sebuah hypermart. Melihat Mamia yang biasanya sayang pada anaknya melenggang sendirian kami sudah curiga anaknya mati dan entah berada di mana. Memori akan kelucuan Mia mengetuk hatiku saat melihat kelinci-kelinci itu. Jadilah mereka menggantikan ketidakadaan Mia. Esoknya, kubelikan mereka kandang. Terlalu beresiko membiarkan mereka berkeliaran di taman. Di hari pertama saja tikus entah dari mana sudah mengintai. Jika dilepaskan, mereka pasti bakal digigit tikus yang tak kalah besar dari gorong-gorong rumah tetangga.

Menepiskan omongan pak penjual kandang, mereka kuberi wortel. Lalu benarlah kata-katanya, wortel membuat kotoran kelinci basah. Dan itu mengotori bulu halus mereka juga kandangnya. Sangat tak sedap dipandang. Maka kukembalikan mereka pada makanan semula, kur. Pakan khusus yang sudah kusiapkan sebelumnya. Nafsu makan kedua kelinci itu awalnya drop, tapi lalu terpaksa mau juga. Cici yang sejak awal kami beli memang kelihatan tak begitu lincah ternyata sudah tak enak badan. Entah karena tak cocok makanan atau apa, siang ini dia lemas tidur di pojok kandang. Saat dikeluarkan untuk dibersihkan dia justru semakin tak bertenaga, lalu matilah akhirnya. Sedih, tentu saja. Tapi biarlah. Hukum alam memang harus terjadi. Besok kami berencana membeli lagi kelinci cewek sebagai teman Coco. Ais bahkan sudah menyiapkan nama untuknya yaitu Ciacia. Semoga saja dia tak berakhir seperti Mia dan Cici.

Memiliki binatang peliharaan, harus kuakui memberi nuansa berbeda di hati. Apalagi kelinci yang sudah lama menjadi idaman Ais, bahkan bisa dikatakan cita-cita saat hendak membeli rumah ini. Meski, mereka mungkin akan mudah terlupakan, tak seperti Jago, ayam jago peliharaan kami yang masih kuingat sampai sekarang. Padahal kejadiannya saat aku masih duduk dibangku SD, tahun '80-an, yang kematiannya membuat kami sekeluarga menangis kehilangan. Saat ditemukan di kuburan belakang rumah, ada bekas luka di leher dan kepalanya. Kami curiga dia sengaja dibunuh oleh tetangga yang sirik. Hujan deras waktu itu semakin menambah sendu rasa berkabung kami.

Jago, memang tak sebentar bersama kami seperti Mia atau Cici. Dia juga seolah punya jiwa, bisa memimpin ayam-ayam lainnya dan menurut pada Bapak. Saat makan tiba, dia akan memanggil ayam lainnya yang masih bekeliaran di kebun. Dia sendiri baru makan setelah semua ayam makan. Dalam film, mungkin dia seperti Rex atau Fly di Babe yang menjadi pemimpin bagi hewan peliharaan lainnya. Bedanya, ini hewan sungguhan. Dan sungguh pula, kenangan akannya tetap berlangusung lama.

Tanah baru, 09/03/08 22.02
Sisi lain sebuah keluarga http://lembarkertas.multiply.com

9.

(Ruang Keluarga) Si Gesitku Kembali

Posted by: "INDARWATI HARSONO" patisayang@yahoo.com   patisayang

Thu Mar 12, 2009 9:09 pm (PDT)

Si Gesitku Kembali

Mata bening itu mulai berbinar. Meski cekungnya masih terlihat tajam. Gerakannya juga kembali gesit seperti semula. Dan dia, kembali asyik menjelajah ruangan, lalu menemukan tempat nyaman di bawah meja makan. Di tempat favoritnya itu dia melatih keseimbangan badannya, berdiri berpegangan pada kursi makan, yang sesekali beberapa bagiannya diemut, atau menjadi sasaran gigitan. Senyumnya tak lepas mengembang, apalagi ketika kami bermain cilukba di bawah meja itu.

Sore ini Yasmin memang hampir sepenuhnya kembali. Beberapa hari sebelumnya, Si Gesitku itu menguap entah kemana. Batuk, radang tenggorokan, dan pilek parah serta perut kembung dan mencret telah mengalahkannya, merampas segala keceriaan dan kegesitan yang dia punya.

Awalnya, memang aku yang sembrono. Memandang enteng pileknya, tak kujaga benar agar dia istirahat di rumah setelah minum obat. Kubiarkan dia diajak main ke tetangga kampung oleh Mbaknya. Parahnya, kuajak juga dia ke Plasa Senayan naik angkutan kota keesokan harinya, hampir seharian di jalan. Lalu saat obat dari Puskesmas tak mampu lagi menghentikan laju pileknya, kubawa dia ke Hermina esok harinya. Apalagi suhu badannya semalam meninggi. Sekalian aku juga perlu ke dokter karena tenggorokanku juga terasa nggak nyaman. Sudah kuhafal, jika hal ini kubiarkan bisa berakibat fatal. Bisa batuk parah. Maka sebelum hal itu terjadi, harus kuhentikan segera.

Rabu siang ke Hermina, kondisinya belum membaik. Sabtu siang justru semakin mengkhawatirkan yang membuat kami mengambil keputusan untuk membawanya ke rumah sakit lagi. Ternyata, dia terkena radang tenggorokan. Batuk dan tak mau makan membuat berat badannya merosot tajam. Hari Rabu ditimbang masih 6,3 kg (ini termasuk kurang untuk usianya yang mencapai 9.5 bulan), Sabtu justru merosot menjadi 6 kg saja.
Aku sudah berpikir dan bersiap jika memang harus ngamar atau apa. Alhamdulilah ternyata itu tak diperlukan.

Dokter spesialis anak terfavorit di Hermina Depok yang membuatku mendapat nomor 155 siang itu (nggak bisa membayangkan berapa jumlah total anak yang diperiksanya dalam sebulan ) hanya berpesan untuk kembali dan cek darah jika dalam 3 hari panas tak turun. Dokter juga berpesan hanya pisang ambon dan nasi tim dengan kuah sayur bayam yang boleh diberikan. Lainnya, tak boleh. Bahkan susu Promil yang baru kubuka dan sekali kuberikan (baru ganti merek susu) pun tak boleh kuberikan. Kalau mau aman, boleh LLM SGM. Saat masih bayi baru lahir, sebelum ASI keluar Yasmin diberi NAN-HA yang khusus buat anti alergi.

Hari ini, saat obatnya habis, alhamdulillah dia sudah ceria kembali. Tinggal menunggu nanti malam, apakah batuknya masih akan sering datang. Biasanya dini hari—waktu dimana aku baru bisa mulai tertidur—dia justru sering bangun karena batuk. Semoga saja dia segera bebas dari batuknya, lalu mengejar ketinggalan berat badan yang sangat mengkhawatirkan itu.

Tanah Baru, 12/03/09 21.12
Catatan seorang ibu http://lembarkertas.multiply.com

10a.

Re: [CATCIL] Sahabat-sahabat Barbieku

Posted by: "patisayang" patisayang@yahoo.com   patisayang

Thu Mar 12, 2009 9:13 pm (PDT)

Wah, ternyata dirimu pernah punya sahabat Barbie ya Wi.. Kalo aku termasuk jenis sahabat apa ya? Dakocan kali ya? Boneka khas Indonesia. Hehe...

salam,
Indar
yang pernah seranjang. (pfuuih... :) )

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Siwi LH <siuhik@...> wrote:
>
> Sahabat-sahabat Barbie-ku (1)
>
> Pernahkah kalian mempunyai sahabat-sahabat Barbie Ă¢€"aku
> menyebutnya-? Sahabat Barbie adalah sosok yang begitu indah untuk dilihat,
> cerdas, dan kaya. Itu prototype tentang Barbie yang ada dibenakku. Mempunyai
> wajah seindah bidadari, dengan kebeningan kulit bak pualam. Mempunyai talenta
> yang luar biasa, dikombinasi otak encer, serta dihiasi pakaian-pakaian branded. Pokoknya dengan melirik sekilas
> kita akan tahu dari negeri mana ia berasal. Saat aku duduk dibangku SD aku
> mempunyai sahabat Barbie itu. Rusti namanya.
>

> Ujung, 12.03.09
> Dedicated to sweet memory with Rusti.
> Salam Hebat Penuh Berkah
> Siwi LH
> cahayabintang. wordpress.com
> siu-elha. blogspot.com
> YM : siuhik
>

11.

(Ruang Keluarga) Mia dan Mamia

Posted by: "INDARWATI HARSONO" patisayang@yahoo.com   patisayang

Thu Mar 12, 2009 9:18 pm (PDT)

Mia dan Mamia

Aku ingin bercerita tentang Mia dan Mamia—mamanya—yang genap 3 minggu ini menjadi penghuni rumahku. Dengan bahasanya sendiri Mamia mengajarkanku akan kasih sayang seorang ibu. Dia juga mencontohkanku kesabaran seorang mama, yang kadang aku sendiri sering lengah dan kehilangannya.

Awalnya, Mamia sering datang dan tanpa permisi memasuki rumah kami. Tentu saja kami gemas dibuatnya. Masuk rumah orang kok nggak bilang-bilang. Sudah begitu dia juga memasuki hampir seluruh ruangan di rumah, mencari sesuatu entah apa, selain makanan tentunya. Kami mengusirnya, lalu terlupa akannya. Hingga suatu hari, tepatnya Selasa tiga minggu yang lalu dia datang kembali. Kali ini dia tak sendiri. Dia membawa serta anaknya. Dia duduk manis di atas rumput gajah mini di bawah jendela depan rumah kami. Suamiku yang pertama memergokinya ketika hendak berangkat bekerja.

Iba dengan anaknya yang masih bayi serta kondisinya yang sepertinya masih lemah dia kubawa duduk di atas keset di beranda samping rumah, lalu kuberi makan. Belum habis makanannya, saat kami lengah tak menutup pintu dia menerobos masuk sambil menggendong anaknya. Mereka lalu menempati sudut bawah tangga di samping mesin cuci. Tahulah aku kini mengapa Mamia beberapa hari sebelumnya suka menginspeksi rumah. Rupanya dia tahu hendak melahirkan lalu mencari tempat yang hangat, aman, serta nyaman untuk dia dan anaknya. Dan kami waktu itu tak tahu kalau dia sedang bunting karena tak kentara lantaran isinya cuma satu. Biasanya setahuku kucing bunting 2 atau 3 anaknya.

Ya, Mia dan Mamia adalah kucing biasa dari sekian banyak yang bersliweran di lingkungan perumahan kami. Yang kulihat sedikit luar biasa pada Mamia adalah kasihnya pada anaknya. Sebelumnya, ada kucing meninggalkan 3 bayinya begitu saja di atas plafon rumah kami. Apakah di tempat yang sama dia melahirkan atau tidak aku tak tahu. Yang jelas selanjunya, dia tak menengok anaknya. Dibiarkannya 3 kucing kecil itu mengeong seharian, semalaman, menganggu kami. Untung waktu itu ada tukang yang bisa kumintai tolong untuk megambil lalu membuang mereka ke lapangan. Kejam? Memang. Awalnya sih iba. Tapi bagaimana aku memberi minum pada 3 bayi kucing yang berdiri saja masih sempoyongan itu? Tak ada waktu mengurus mereka.. Kuyakin, ibunya di luar sana akan mendengar panggilan mereka. Dan biarlah alam yang menjaganya.

Pada Mia dan Mamia aku merasa sedikit berbeda. Mereka tak berisik mengeong seperti kucing pada umumnya. Mamia yang tampak masih muda sepertinya baru sekali ini melahirkan anaknya. Seperti umumnya kucing lokal, tak ada yang istimewa pada dirinya. Bulunya berwarna krem, hitam, campur coklat. Bulu itu tampak bersih dan sangat lembut saat dielus. Di belakang kepala sebelah kirinya ada pitak yang lumayan besar. Rupanya dia pernah luka lumayan parah. Mungkin hasil lemparan batu. Warna matanya juga tak sama. Sebelah kiri sedikit lebih gelap dengan selaput mata yang kadang tampak. Untuk ukuran kucing biasa, dia tak terlalu manis. Aku mendapati ada yang penampilannya lebih baik dari dia di lingkungan kami. Tapi entah mengapa aku jatuh hati padanya. Mungkin karena dia mengingatkanku pada kasih seorang ibu. Apalagi aku pun baru 8 bulan lalu melahirkan.

Tentang Mia, dia belum bisa berdiri saat dibawa induknya ke rumah kami. Pagi ini kulihat dia sudah bisa berjalan. Wajahnya khas bayi, imut sekali. Kulitnya juga bersih dan lembut. Warnanya sama dengan induknya tapi lebih bagus. Malam pertama mereka di rumah kami, suami memutuskan untuk membiarkan mereka bahkan dicarikan dus bekas aki yang sudah tak terpakai lalu dialasi baju kaos Ais tak terpakai agar mereka merasa hangat, tak terkena angin yang lumayan dingin. Maka resmilah Mia dan Mamia—Ais yang menamai mereka—menjadi bagian dari rumah kami.

Ingat kucing, aku ingat bapak. Beliau selama hidupnya berseteru dengan kucing. Setiap ada kucing masuk rumah bapak tak segan mengusirnya dengan kekerasan. Mungkin lantaran dendam masa lalu, dimana burung berharga peliharaan bapak diembat sang kucing. Itu saat aku masih kecil. Di rumah Pati sekarang, ada seekor kucing yang suka mengunjungi dapur kami. Penghuni lainnya welcome dengan kehadirannya kecuali Bapak. Lucunya, si kucing tak mau masuk kalau ada bapak. Dia sudah hafal jam-jam berapa Bapak pergi ke masjid. Dan jika Bapak datang, mendengar langkah kakinya, atau dipandangi saja dia buru-buru ngacir melarikan diri. Kadang bahkan sampai melupakan makanannya yang kami lemparkan di bawah meja.

Pada Mamia, meski suka memeliharanya, dia tak kami ijinkan masuk rumah. Ingat rumah seorang teman yang suka memelihara kucing. Dia punya empat atau lima, atau bahkan sepertinya lebih kucing di rumahnya yang sempit. Meski mereka diberi tempat sendiri untuk buang kotoran, tempat makan, itu tak lantas menghilangkan bau tak sedap yang ditimbulkannya. Apalagi ventilasi rumahnya kurang bagus. Si kucing yang dibiarkan bebas berkeliaran di rumah juga merusak beberapa barangnya dengan cakarnya. Mungkin hal itu tak masalah baginya. Tapi bagiku, sedalam apapun aku mencintai kucing, takkan kubiarkan mereka menginjak apalagi bermain di atas karpetku. Selain cakar yang mungkin merusak barang atau melukai anakku, bulunya juga wajib diwaspadai sebagai pembawa virus toksoplasma yang bias mengancam kehamilan. Meski harus kuakui juga, sangat mengasyikkan bermain dengan mereka. Satu hal pasti dengan adanya Mia dan Mamia di rumah kami, hobiku makan ikan mendapat saingan
sekarang. 

Tanah Baru, 19/02/2009 09.50

12.

Trs: [FORMASI_GM] SEMINAR YANG MEMBANGKITKAN...

Posted by: "ammy ramdhania" ammy_ram@yahoo.co.id   ammy_ram

Thu Mar 12, 2009 10:03 pm (PDT)



--- Pada Jum, 13/3/09, Nandjar Nugraha <nandjar.nugraha@gmail.com> menulis:

Dari: Nandjar Nugraha <nandjar.nugraha@gmail.com>
Topik: [FORMASI_GM] SEMINAR YANG MEMBANGKITKAN...
Kepada: "FORMASI_GM" <FORMASI_GM@yahoogroups.com>
Tanggal: Jumat, 13 Maret, 2009, 8:24 AM

__________________________________________________________
Nama baru untuk Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan di domain baru @ymail dan @rocketmail.
Cepat sebelum diambil orang lain!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
13.

(catcil) Penanaman Tentang Nilai

Posted by: "agussyafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Thu Mar 12, 2009 11:10 pm (PDT)

Penanaman Tentang Nilai

By: agussyafii

Dalam pembentukan pola anak agar menjadi Insan Mulia paling tidak ada 4 infrastruktur, Yaitu:

1. penanaman nilai

2. Lingkungan yang Kondusif

3. Membangun Tokoh Idola

4. Pembiasaan kepada Pola Tingkah Laku Konstruktif.

Tulisan berikut ini akan membahas bagaimana Penanaman tentang nilai yang agar Anak-Anak menjadi Insan Mulia (Amalia).

Tingkah laku Insan Mulia dipengaruhi oleh aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jika seseorang memiliki kapasitas yang seimbang dari ketiga aspek tersebut, teorinya ia dapat hidup harmoni dengan lingkungan dan dengan dirinya karena kemampuannya mengamati dan merespons permasalahan secara benar dan proporsional.

Pengetahuan tentang nilai akhlak itu sangat besar pengaruhnya dalam pembentukan kepribadian terutama bagi anak yang memiliki fitrah bawaan yang baik. Pengetahuan tentang nilai-nilai akhlak bisa disampaikan, antara lain, oleh orang tua dan guru:

1. Orang tua dapat melakukannya sejak dini melalui dongeng sebelum tidur dan nasihat rutin. Dapat juga berupa nasihat khusus sehubung dengan kejadian-kejadian penting, misalnya ketika akan berangkat merantau, dalam proses memilih jodoh, ketika menemui hidup berumah tangga, ketika memduduki suatu jabatan;

2. Guru sekolah menyampaikannya dalam proses belajar mengajar melalui pelajaran akhlak atau budi pekerti yang pada umumnya lebih berpengaruh pada aspek kognitif dan sedikit pengaruh pada aspek afektif. Disiplin sekolah yang bermuatan nilai akhlak meski boleh jadi tidak disukai oleh murid, cukup besar pengaruhnya dalam diri si murid, sekurang-kurangnya merasuk ke alam bawah sadar.

3. Ulama atau orang bijak menyampaikannya sesuai salat berjamaah atau dalam pengajian, atau dalam pertemuan khusus.

4. Cendekiawan menyampaikannya melalui forum diskusi.

5. Melalui literature yang terprogram.

6. Dapat juga diproleh seseorang dari peristiwa yang mengesankan hati yang kemudian dijadikan pelajaran.

Bagi anak-anak, pengetahuan tentang nilai akhlak bersifat normatif. Akan tetapi, pada orang dewasa, pengetahuan tentang nilai akhlak harus disampaikan dalam forum yang memungkinkan terjadinya dialog karena tujuan pemberitahuan tentang nilai bukan sekadar informatif, melainkan diharap berakhir dengan penghayatan nilai.

Wassalam,
agussyafii

----
alhamdullilah sudah ada 5 Anak Amalia memiliki orang tua asuh....masih ada 18 anak yang belum memiliki orang tua asuh. saudaraku... keinginan mereka utk bersekolah sangatlah besar...hanya sayang terbentur dengan kondisi ekonomi keluarga barangkali masih ada yg berkenan utk menjadikan mereka anak asuh.....hanya dengan Rp. 200/bulan kita sudah ber PMA (Penanaman Modal Akhirat).... .yuk, teman...kita berlomba dalam berbuat kebaikan dan kebajikan... insyallah Allah meridhoi langkah baik kita ini...amin ya robbalalamin. Bagi yang berkenan silahkan menghubungi 087 8777 12 431 atau http://agussyafii.blogspot.com

14a.

Re: (Etalase) Penting ! Deadline pembayaran kaos 13 Maret 2009

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Fri Mar 13, 2009 12:57 am (PDT)

Waalaikumsalam wrwb

Mbak Wiwiek, aku udah bayar kaosnya ke Mbak Retno kemarin (untuk yg punyaku
& Bunda Rose) jadi total 7 kaos. Thanks ya, Mbak

Salam
Lia

2009/3/12 wiwiek sulistyowati <winiez15@yahoo.com>

> Assalamualaikum wr wb,
>
> Untuk teman2 yg namanya dibawah ini, kami harap untuk segera membayar kaos
> yg sudah dipesan via
> 1. Bank BCA no. rek 2241423494
> 2. Bank BNI no. Rek 0015721175
> A/N Wiwiek Sulistyowati
> Setelah transfer harap mengirim bukti transfer melalui fax 021-8934801 atau
> scan dan email ke winiez15@yahoo.com
> Info Lebih lanjut harap menghubungi 081287474
> Kami masih menerima pesanan kaos tambahan hingga akhir maret, hanya saja
> mungkin pengirimannya akan sedikit lebih lambat dr daftar yg ada di bawah
> ini.
> Bagi yg sudah membayar tapi belom ditandai dengan tanda hijau, harap segera
> menghubungi saya.
> Terima kasih untuk kerjasama yg baik dari teman-teman
>
>
> 1 Mba Sya Panjang L 2 Inna Putri Panjang M 3 Nihaw Panjang XL BNI
> March 5 2009 4 Lia Panjang M 5 Retno Panjang L BNI March 7 2009 6 Endah
> Panjang L BCA March 6 2009 7 Loiy Panjang L BCA March 6 2009 8 Pendek XL BCA
> March 6 2009 9 Mba Indar Panjang XL BNI March 12 2009 10 Mba Rini
> Panjang L 11 Divin Panjang L 12 Achi TM Panjang XL 13 Dani Pendek L BCA
> March 6 2009 14 Dikdik Pendek M 15 Hadian Pendek XXXL 16 Sisca Lahur
> Pendek M BCA March 5 2009 17 Sismanto Pendek M 18 Eyang Teha
> Pendek L BCA March 11 2009 19 Novi Panjang M 20 Pak Sinang Pendek L BNI
> March 7 2009 21 Bunda Icha Pendek XL 22 Tya Panjang L 23 Ain Nisa
> Panjang L BCA March 4 2009 24 Pendek XL 25 Jojo Panjang L 26 Wiwiek
> Panjang L BCA March 5 2009 27 Mas Noval Pendek L 28 Nina Panjang S 29
> Mahyudin Pendek M BNI March 6 2009 30 Sismanto Pendek M 31 Eyang
> Teha Pendek L BNI March 11 2009 32 Novi Panjang M BCA March 5
> 2009 33 Bu Has Pendek L 34 Bu Has Pendek S 35 Bu Has Pendek S 36 Budi
> Santoso Pendek M 37 Sinta Panjang L 38 Aris El Durra Pendek L BCA
> March 11 2009 39 Masduki Panjang XL BCA March 11 2009
> 40 Azzura Dayana Panjang M 41 Ummu Alif Panjang L 42 Panjang XL 43 Ugik
> Madyo Panjang L 44 Mukhlidah Hanun Panjang XL 45 Dewi Panjang L 46 Maydina
> Zakiah Panjang M 47 Siti Panjang XXXL BNI March 11 2009 48
> Febty Panjang L 49 Pendek L 50 Wiwi (interaktif) Panjang M 51 Yons
> Revolta Pendek M 52 Ela Panjang XL 53 Bunda Rose Panjang M 54
> Panjang M 55 Pendek L 56 Pendek L 57 Pendek L 58 Pendek XL
>
>
>
>
15.

[bahasa] Cinta, Jangan Kau Pergi!

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Fri Mar 13, 2009 1:58 am (PDT)

*http://www.edumuslim.org/index.php?option=article&article_rf=128*

Cinta, Jangan Kau Pergi!10-03-2009 23:50:59 WIB Oleh : *Lia Octavia*

Mentari tepat berada di atas kepala ketika Yam tiba di rumah. Ia
membuka pintu rumah perlahan sambil mengucapkan salam. Sayup-sayup Yam
mendengar seseorng membalas salamnya dengan lirih. Nyaris tak terdengar.
Suara yang berasal dari kamar yang letaknya paling ujung di rumah itu.
Paling kotor, paling pengap, dan paling gelap. Kamar yang menguji segala
kesabarannya sebagai seorang manusia. Juga menguji cintanya.

�Ayah sudah makan atau belum?� teriak Yam sambil menaruh belanjaan di
meja dapur dan menyingkirkan mainan anak-anak yang berserakan di lantai.
Udara panas begitu menyengat. Keringat bercucuran dari leher Yam yang kurus.
Bajunya lusuh dan gurat kelelahan setelah bekerja sebagai tukang cuci baju
di tetangga sebelah kian menggerus usia dan mengeriputkan wajahnya. Waktu
tidak pernah ramah pada Yam.

Dipasangnya telinga baik-baik. Tidak ada suara dari balik kamar itu.
Dibukanya tudung saji di atas meja. Sepiring nasi basi yang tinggal separuh
dan sepotong ikan asin. Yam menghela nafas. Ia harus memasak.

�Ayah!� suara Yam melengking nyaring. Sepi. Yam menyeret langkahnya
dengan enggan menuju kamar itu.

�Ayah, apakah Ayah tidur? Sudah makan atau belum?� Yam berteriak
lantang di depan pintu kamar itu. Pintu yang catnya sudah mengelupas dan
berderit setiap kali dibuka atau ditutup. Bahkan pintu itu dapat roboh hanya
dalam sekali hentakan.

Hening mengiris udara. Dengan gusar Yam membuka pintu kamar. Udara
pengap menyerbu paru-parunya disertai dengan debu-debu beraroma penyakit
yang datang dari sesosok tubuh yang tergolek di tempat tidur. Ayah mertua
Yam. Ayah dari suami Yam. Suami yang pernah menikahinya dan memberinya dua
anak. Suami yang kemudian pergi entah ke mana. Meninggalkan Yam dengan dua
anak yang masih kecil-kecil dan seorang tua renta yang sakit-sakitan.

Hanya rumah reot, tempat Yam dan anak-anaknya bernaung sekarang,
satu-satunya peninggalan suaminya. Dan tentu saja, ayah mertuanya, pada
siapa Yam melihat wajah suaminya terpeta di wajah orang tua itu setiap saat
Yam memandangnya. Dan hati Yam yang selalu tercabik hingga
serpihan-serpihannya tidak lagi meneteskan darah. Ayah mertua yang selalu
mengingatkan Yam pada suaminya.

�Ayah ini bagaimana sih? Sudah berkali-kali Yam memanggil tapi tidak
menjawab juga,� ujar Yam gusar. Dari sana, ranjang reot dengan seprai lusuh
yang nyaris tidak pernah dicuci dan selimut kumal dengan bintik-bintik noda
hitam, sang ayah mertua menjawab menantunya dengan batuk-batuk hebat.

�Makanya! Ayah ini susah banget dibilangin! Sudah berapa kali Yam
bilang; jalan-jalanlah ke luar! Jangan mendekam saja di kamar! Yam ini sudah
capek. Tiap hari bangun jam empat pagi, mencuci dan menyiapkan makanan buat
anak-anak. Lalu Yam harus berangkat kerja. Nyonya paling tidak suka kalau
Yam datang terlambat. Cucian di rumah Nyonya banyak sekali, Ayah! Belum lagi
Nyonya begitu cerewet bila bajunya kurang bersih. Yam sudah capek, Yah!
Sudah capek! Sampai di rumah, lihat rumah berantakan. Tidak ada makanan.
Sebentar lagi anak-anak pulang sekolah. Ayah kerjanya apa di rumah seharian?
Tidur! Benar-benar tidak berguna!� dengus Yam sambil mengibaskan tirai yang
berdebu.

�Lihat saja, apa yang ditinggalkan Man untuk Yam. Tidak ada! Entah di
mana dia sekarang. Mungkin dia sekarang sudah kawin lagi! Anak Ayah yang
Ayah banggakan itu,� lanjut Yam sambil memandang ayah mertuanya yang
mengerut di ujung tempat tidur.

�Ayah dengar nggak, sih? Huh! Capek bicara sama Ayah. Kayak bicara
sama tembok!� sembur Yam makin kesal.

�Yam, maafkan Ayah! Dada Ayah sakit sekali pagi ini. Rasanya dada ini
sakit sekali. Ayah tidak sanggup berdiri. Obat Ayah sudah lama habis, Yam,�
suara ayah mertua Yam terbata menjawab kemarahan Yam.

�Obat? Yam tidak punya uang, Ayah! Yam belum membayar uang sekolah
anak-anak. Belum lagi bayar listrik. Yam sudah menjual semua simpanan yang
Yam punya. Yam tidak punya apa-apa lagi, Ayah! Ayah sendiri tahu, Man, anak
kesayangan Ayah itu tidak meninggalkan apa-apa. Pergi seperti angin. Suami
macam apa itu! Mungkin dia juga sudah lupa kalau masih punya seorang ayah!�
gerutu Yam sambil berjalan keluar.

Lelaki tua itu tidak mengeluarkan suara. Hanya setetes air mata yang
menggenang di pelupuk matanya yang keriput, yang luput dari pandangan Yam.

Di dapur, Yam hanya bisa merenungi nasibnya. Semasa suaminya, Man,
masih ada, ayah mertua Yam memang boleh dibilang mempunyai pengaruh di rumah
itu. Segala keputusan harus mendapat persetujuan ayah Man. Mulai dari
membeli beras hingga susu anak-anaknya. Ayah Man memegang setiap sen uang
yang dihasilkan Man dari pekerjaannya menarik bajaj. Pernah suatu kali, Yam
dan kedua anaknya harus menahan lapar, karena beras sudah habis dan harus
menunggu ayah Man yang pulang larut malam.

Hingga suatu hari Man pergi tanpa pamit dan tidak pernah kembali lagi,
ayah Man begitu sedih dan frustasi. Setiap hari kerjanya hanya mengurung
diri di dalam kamar sementara Yam pontang-panting mencari nafkah untuk
anak-anaknya. Lama kelamaan, ayah Man mulai sakit-sakitan. Batuknya kian
hari kian memburuk. Yam berusaha membawanya ke dokter, tetapi biaya
perawatan yang mahal membuat Yam tidak mampu lagi membawanya berobat.

Tidak ada pilihan lain. Yam harus merawatnya sendiri di rumah. Wajah
ayah mertuanya yang mirip sekali dengan Man, membuat hari-hari Yam bagaikan
malam tanpa akhir. Hanya pada keduan anaknyalah Yam menggantungkan harapan
dan cita-citanya.

�Walaupun ibumu hanya seorang kuli cuci, tetapi kalian harus bisa
mengecap pendidikan yang lebih tinggi dari Ibu,� begitu kata-kata Yam setiap
pagi ketika anak-anaknya hendak berangkat ke sekolah. Kata-kata yang
tertanam bagai anak-anak panah yang menghujam hingga ke pusat kesadaran. Dan
terus terngiang-ngiang ke mana saja anak-anak Yam melangkah.

�Ibu! Ibu! Di mana Kakek?� tiba-tiba Yam tersentak dari lamunannya.
Putra sulung Yam berlari-lari memasuki dapur dengan tas sekolah masih
menggelantung di pundaknya.

�Kakek? Yah di mana lagi kalau bukan di kamar!� jawab Yam sambil
beranjak dan mengangkat panci dari atas kompor.

�Tapi pintu kamarnya terbuka dan Kakek tidak ada di sana, Bu!� kata
putra Yam setengah berteriak.

�Tidak ada bagaimana? Ibu baru saja dari kamar kakekmu dan dia masih
ada di sana, kok!� Yam berjalan tergesa menuju kamar itu. Dan benar saja.
Kamar itu terbuka dan kosong. Yam mencari-cari ke seluruh sudut kamar. Tidak
ada.

�Huh! Kemana sih orang itu? Tua bangka bisanya menyusahkan saja!�
gerutu Yam sambil berjalan keluar rumah. Tangannya yang berbau minyak tanah
digosok-gosokkannya ke roknya yang kotor.

�Ayah! Ayah!� teriak Yam. �Ayah! Ayah di mana?� Yam berkeliling gang
sempit di depan rumahnya sambil memanggil-manggil ayah mertuanya.

�Pak, lihat ayahnya Man, nggak?� tanya Yam pada tetangganya yang
sedang mencuci motor.

�Nggak, Yam. Emangnya kenapa?�

�Nggak apa-apa. Makasih ya!� Yam hendak berbalik ke arah rumahnya
ketika tiba-tiba ia mendengar orang-orang berteriak. Di seberang jalan, ia
melihat beberapa orang mulai berkerumun. Sesuatu sedang terjadi. Sesuatu
yang tidak beres, begitu firasat Yam mengatakan.

Yam bergegas menuju ke arah kerumunan itu. Dan di sana, di tengah
jalan aspal yang panas, ayah mertua yang dicari-carinya tergolek sambil
mendekap dadanya.

�Ayah! Ayah ngapain di sini?� tanya Yam gusar.

�Ayah sudah tidak sanggup lagi, Yam! Ayah sudah terlalu banyak
menyusahkan kamu dan anak-anakmu. Ayah malu sekali. Anak Ayah pergi dan sama
sekali tidak bertanggung jawab. Ayah membesarkannya dengan susah payah bukan
untuk melihatnya pergi dan meninggalkan anak istrinya begitu saja. Ayah
malu! Ayah ini tidak berguna sama sekali! Ayah tidak sanggup lagi menanggung
malu karena kau yang bekerja membanting tulang. Bukan Man! Anak memalukan
yang entah ke mana rimbanya itu,� nafas orang tua itu tersengal desertai
dengan batuk-batuk yang menghebat.

Susah payah beberapa tetangga Yam menggotong ayah mertua Yam kembali
ke rumah. Ayah mertua Yam terus menerus meronta-ronta, meracau, disertai
batuk-batuk dan nafas yang tersengal-sengal.

�Ayah minta maaf, Yam! Ayah minta maaf!� itulah kata-katanya yang
terakhir terlontar dari mulutnya, setelah tak lama kemudian tubuh tua itu
tak lagi meronta dan nafas itu tak lagi tersengal. Hening meliputi
orang-orang yang berjejalan di ruang tamu rumah reot itu.

Yam memandang nanar pada tubuh ayah mertuanya yang perlahan mendingin.
Sudah terlambat rasanya untuk mengatakan hal-hal yang seharusnya ia
katakan. Kata-kata yang seharusnya diucapkan seorang menantu perempuan
kepada mertua laki-lakinya. Bahwa betapa sebenarnya ia sangat mencintainya.
Seperti ayahnya sendiri.

Seiring doa-doa yang terucap dari mulut para tetangganya, Yam berlutut
dan berbisik pelan di telinga ayah mertuanya, �Ayah, Yam sangat menyayangi
Ayah! Yam sangat mencintai Ayah! Cinta, jangan kau pergi!�

Dan perlahan Yam melihat raut wajah suaminya perlahan menghilang
dari wajah putih ayah mertuanya.

Jakarta, 26 Oktober 2008 at 7.15 p.m.

Dipersembahkan untuk Bi Iyam dan keluarganya�

******
16.

Re: [ruang baca] Perfume - The Story Of A Murderer => Mbak Ain

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Fri Mar 13, 2009 2:50 am (PDT)

Yup. Tepat banget, Mbak! Psychological thriller. Mungkin itu lebih tepatnya,
Mbak. Kalau membaca buku-buku psikologi lainnya pasti akan menemukan
berbagai deviasi atau penyimpangan perilaku seseorang yang sebenarnya pada
dasarnya disebabkan oleh tidak dicintai dan ditolak keberadaannya. Juga
faktor lain yaitu tidak mendapat hidayah Allah :-)

Thanks for reading, Mbak Ain. Senang sekali bisa berdiskusi singkat denganmu
:-)

have a nice weekend

Salam
Lia

2009/3/11 Ain Nisa <jurnalcahaya@yahoo.com>

> betul mbak, kupikir waktu awal baca Perfume juga begitu. kok nggak pas
> sama endorsementnya (berhubung waktu itu emang lg cari buku thriller ala Da
> Vinci Code). Setelah dilanjutin baca, thriller sih emang, tepatnya
> psychological thriller. Dan buku ini juga sempat bikin kenyamanan
> psikologisku terganggu. Bukan hanya tentang Grenouille, tapi tempat
> hidupnya, orang-orang di sekitarnya.
> Dan karena alasan itu juga, ini bukan buku favoritku. tapi jelas Perfume
> adalah buku yang memberi kesan dalam. i never thought there would be a story
> like this. thanks mbak lia.
>
>
> Airin Nisa
> Public Relations
> iPower Communications
> Jl. Kran Raya Blok B4-7/32 Kemayoran Jakarta 10610
> Office: 021-422 0761/021 421 2148
>
> ------------------------------
> *From:* Lia Octavia <liaoctavia@gmail.com>
> *To:* sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> *Sent:* Tuesday, March 10, 2009 9:55:57 PM
> *Subject:* [sekolah-kehidupan] Re: [ruang baca] Perfume - The Story Of A
> Murderer => Mbak Retno
>
> Resensi ini memang kutulis untuk Mbak Retno yang telah bersedia
> meminjamkan buku ini padaku karena buku ini sudah habis terjual, bahkan buku
> bekasnya pun sudah tidak ada lagi.
>
> Aku begitu trenyuh dan menangis ketika Grenouille ini diejek, disiksa,
> hingga kemanusiaannya pun direnggut darinya. Ku pikir, sebenarnya yang jahat
> dan keterlaluan adalah manusia-manusia yang melampaui batas, hingga tega
> merenggut kehormatan kemanusiaan orang lain. Sisi-sisi manusia sangat
> berlapis. Kita takkan pernah tahu apa yang akan dilakukannya.
>
> Aku sebenarnya kurang setuju dgn endorsement buku ini yg melebih2kan dan
> menonjolkan pembunuhannya. Mem-brain washed pembaca sebelum buku ini dibuka.
> Padahal novel ini sangat bagus bila dikaji dari sisi psikologinya.
>
> Kekuatan dendam di buku ini berbeda dgn di novel2 Sidney Sheldon. Kalau di
> buku ini, hukum sebab akibat sangat berperan dan ditambah dengan anugerah
> Grenouille dengan penciuman yang lebih tajam dari anjing pelacak, bisa
> dipastikan Grenouille pasti berhasil membunuh semua korban2 yang diincarnya.
> Aku sudah menduga seperti itu ketika ia membunuh untuk pertama kalinya. Aku
> yakin pembunuhan2 selanjutnya pasti akan sukses, tanpa kesulitan yang
> berarti. Pengejaran pada korban-korbannya adalah sebuah petualangan yang
> mengasyikkan bagi Grenouille.
>
> Walau aku sudah menonton filmnya berkali-kali, tetap saja esensi dan
> penggambaran buku ini berbeda dengan filmnya. Terutama dari sudut pandang
> penceritaan. Tidak ada yang menyoroti kehampaan Grenouille ttg cinta. Seakan
> semuanya wajar dan sah-sah saja untuk memperolok dan menyiksa orang lain
> hanya karena ia berbeda. Bukankah kebanyakan hal seperti itu juga terjadi di
> masyarakat dalam kehidupan nyata?
>
> Well, diskusi yang sangat menyenangkan, Mbak Retno. It always will :-)
> Thanks a lot
>
> Salam
> Lia
>
> On 3/10/09, Bu CaturCatriks <punya_retno@ yahoo.com<punya_retno@yahoo.com>>
> wrote:
>>
>> waaaa...ada yg menulis resensi utkku!!!
>> gyaaaa!!!(ibu hamil norak mode on), terima kasih mbak lia..
>> emang keren bgt ni buku. pendalaman karakternya, cara ngebalut emosinya
>> pake kata2.
>>
>> aku sedih bgt pas si grenouille ini diejek2 orang karena dia nggak berbau.
>> karena dia berbeda.
>> trus aku juga merinding pas grenouille ini nunggu si anak perempuan kecil
>> itu beranjak dewasa, sampai beraroma pekat perawan spt yg diharapkannya-
>> -kesabaran menunggu yg mengingatkanku pd kekuatan dendam tokoh2 sidney
>> sheldon.
>>
>> dan covernya oke banget! eyecatching dr jauh, tapi nggak suram dan
>> deppressing karena warnanya ijo2 gitu (btw, dr jauh kaya buah anggur nggak
>> sih?)
>>
>> pun filmnya bergaya teatrikal, kupikir, tetep aja, ada "rasa" yg
>> kurang--hmmm, mungkin karena kurang narasi..
>> itu yg bikin aku pas nonton endingnya kok berasa antiklimaks ya?
>>
>> ps buat novi: buku ini beda sm tipe buku sheila nov. mulai dr settingan
>> zaman yg beda, juga angle pengisahan. dulu kayanya aku pernah baca "belajar
>> utk membunuh"nya agatha christie, nah semacam itu deh.
>>
>> dan buat mbak lia, thanks for writing such a deep, intense, and beautiful
>> review ya..
>>
>> salam,
>>
>> -retno-
>>
>> --- In sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com<sekolah-kehidupan%40yahoogroups.com>,
>> Lia Octavia <liaoctavia@. ..> wrote:
>> >
>> > *Judul buku : Perfume � The Story Of A Murderer*
>> >
>> > *Judul asli : Das Parfum: Die Geschichte Eines Murders*
>> >
>> > *Penulis : Patrick Suskind*
>> >
>> > *Genre : Fiction - suspense*
>> >
>> > *Tebal : 423 halaman*
>> >
>> > *Cetakan : Keenam, Agustus 2006*
>> >
>> > *Penerbit : Dastan Books*
>> >
>> >
>> >
>> > Resensi oleh : Lia Octavia
>> >
>> >
>> >
>> >
>>
>>
>
>
>
Recent Activity
Visit Your Group
Biz Resources

Y! Small Business

Articles, tools,

forms, and more.

Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Yahoo! Groups

Auto Enthusiast Zone

Auto Enthusiast Zone

Car groups and more!

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: