Kamis, 13 Agustus 2009

[daarut-tauhiid] Syajarah (=sejarah), fenomena dualitas.

*Syajarah*

12 Agustus 2009, 21:44

Hamid Fahmy Zarkasyi
http://www.insistnet.com

Dalam masyarakat yang tak bertuhan alias sekuler, sejarah didekati melaui
tiga sisi. Pertama, pandangan siklus, artinya sejarah itu berjalan seperti
sebuah siklus dan mengalir alami. Tidak ada Tuhan atau tujuan dibalik
kejadian itu. Pandangan Yunani kuno ini masih diminati oleh Nietzsche atau
Spangler. Kedua, pandangan providensial, artinya sejarah itu sepenuhnya
dibimbing oleh Tuhan, dan manusia tidak punya peran yang berarti. Ini
bersifat deterministik, tapi pandangan ketiga yang juga deterministik adalah
pandangan deterministik sekuler. Artinya sejarah itu diciptakan bukan oleh
kekuatan manusia tapi oleh motif-motif ekonomi (Marxis, Hegel). Dalam ketiga
pendekatan tersebut, manusia dianggap tidak berkehendak, tak bercita-cita,
tak bertanggung jawab, tak bermoral alias tidak hidup.


Dalam Islam makna sejarah sejalan dengan makna realitas. Terdapat pandangan
dualitas yang tidak dualistis dan bukan pula dualism. Di satu sisi ada Tuhan
yang menciptakan; ada alam semesta yang diciptakan. Tapi Tuhan tidak menjadi
bagian dari alam karena Ia transenden. Tuhan mengatur dunia tanpa menjadi
bagian daripadanya. Di sisi lain terdapat manusia yang juga diciptakan.
Manusia, meski dicitpakan, ia bukan benda mati. Manusia diberi petunjuk dan
janji, diberi akal dan kehendak, serta diberi kebebasan untuk memilih arah
perjalanan hidupnya (sejarahnya). Hanya saja ia juga menggendong amanah,
tugas serta kewajiban. Dengan itu semua manusia bebas berinteraksi
denganNya.


Sejarah adalah eksposisi fakta dan realitas masa lalu kata James Fenimore
Cooper (1789 - 1851), seorang novelis dari Amerika. Tapi, James masih kurang
teliti, sebab ekposisi atau ekspresi masa lalu bukanlah sepenuhnya
reproduksi dari realitas. Pikiran sangat berperan dalam melakukan eksposisi,
karena ia memiliki pandangan terhadap realitas. Pandangan itu adalah *
worldview*. Oleh sebab itu penulis sejarah itulah yang mengarahkan jalannya
perjalanan sejarah dimasa lalu. Jadi siapa berkuasa atau yang memenangkan
wacana yang menulis sejarah. Persis seperti kata Alex Haley (1921 - 1992),
seorang penulis Amerika bahwa *History is written by the winners*. Maka dari
itu Norman Davies (1939 - ) sejarah dan penulis Inggeris, menasehatkan
dengan tegas "semua sejarawan harus menuturkan ceritanya dengan meyakinkan,
kalau tidak maka akan dilupakan."

Ketika seseorang menulis sejarah ia secara otomatis akan memasukkan data dan
fakta secara selektif. Data dan fakta yang sesuai diambil yang tidak
dibuang. "Fakta sejarah", kata Carl Becker (1873 - 1945) sejarawan Amerika,
"tidak ada kecuali diciptakan oleh sejarawan, dan setiap bagian yang
diciptakannya itu beberapa bagian dari pengalaman pribadinya pasti masuk".
Bagi sejarawan Inggeris A. J. P. Taylor (1906 - 1990), menjadi sejarawan di
Perancis, katanya, sama dengan menjadi tentara, politisi dan dalam
pengertian kuno menjadi seperti nabi dan guru spiritual dan moral. Artinya,
sejarawan menentukan banyak hal. Sejarah Amerika Serikat yang ditulis oleh
pendatang akan jauh berbeda dari yang ditulis oleh suku Amerika asli. Orang
kulit putih pasti akan memulai sejarah Amerika, misalnya, dari *Declaration
of Independence*, sementara penulis dari suku asli akan menggali sejak
terjadinya pembunuhan masal oleh pendatang. Jadi sejarawan adalah subyektif.
Masing-masing penulis memiliki *worldview* sebagai basis subyektifitasnya.


Muhammad Rasulullah sebagai Nabi terakhir adalah fakta. Namun, ia tidak akan
menjadi fakta sejarah, kecuali terdapat sejarawan yang mendudukkannya. Bagi
sejarawan Muslim, selain fakta ini terdapat fakta metafisis (berdasarkan
wahyu) bahwa Tuhan sebelum itu telah mengutus nabi-nabi dengan kitab-kitab.
Ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara manusia dengan Tuhan.
Manusia memerlukan petunjuk dan Tuhan mengetahui hal itu dan kemudian
memberi petunjuk. Tapi petunjuk Tuhan yang tertulis diakhiri dengan Qur'an
sebagai kitab penutup, Nabi Muhammad sebagai Nabi pamungkas dan Islam
sebagai agama yang disempurnakan. "Akhir" dalam pengertian menunjukkan
sebuah perjalanan dari awal. Dari fakta-fakta empiris dan non-empiris, dapat
diangkatlah sebagai fakta sejarah bahwa Muhammad adalah Nabi terakhir.


Proses atau perjalanan itu merupakan bukti adanya interaksi antara perilaku
manusia dan kehendak Tuhan. Ini berarti interaksi antara Tuhan dan manusia
melalui kitab dan Nabi-nabi telah telah berakhir. Manusia dijamin dapat
menemukan kebenaran melalui Nabi dan kitab terakhir. Penafsiran kita
terhadap dua sumber itu akan dapat mencapai kebenaran.


Gelar Nabi terakhir mungkin disamakan orang dengan stempel Fukuyama terhadap
perjalan sejarah Barat melalui judul bukunya *the End of History*, Akhir
Sejarah. Tapi ada perbedaan prinsipil disini. Di Barat perjalanan sejarah
ditentukan oleh faktor materi, terutamanya, perkembangan ekonomi. Manusia
seperti tidak memiliki peran, sebab ekonomi dimaksud adalah proses alami
yang didorong semata-mata oleh materi. Dari pandangan materialistis dan
sekuler itulah kesimpulan Fukuyama berbunyi bahwa kapitalisme liberal dan
demokrasi adalah model terakhir dalam sejarah hidup manusia Barat. Tentu
jauh sekali bedanya.


Dalam pandangan Islam, sejarah bergerak karena adanya kehendak manusia bukan
diatur oleh hukum alam. Sejarah diatur oleh hukum Tuhan. Hukum Tuhan ada
dalam alam yang dalam Islam disebut kitab terbuka atau tak tertulis. Kita
tidak bisa memahami kitab terbuka kecuali dibimbing oleh kitab tertulis
yaitu al-Qur'an. Lagi dalam pandangan sekuler materialistis sejarah berakhir
di bumi. Manusia hidup sekali dan sesudah itu mati dan selesai. Dalam Islam
sejarah berakhir pada Hari Perhitungan dan berada di luar sejarah dalam
pengertian sekuler itu.


Jadi, sejarah dalam Islam harus ditulis dengan menggunakan cara pandang
historis dan normatif. Caranya dengan merekonstruksi cara-cara pembuatan
fakta sejarah, membayangkan apa yang terjadi. Selanjutnya menekankan
perilaku manusia untuk merekonstruksi dengan sepenuh makna kemanusiaannya.
Dan terakhir, memberikan penilaian berdasarkan pandangan hidup Islam. Jadi,
penulisan sejarah adalah sebuah proses penggambaran fakta manusia secara
obyektif, tapi pada saat yang sama meletakkan obyek itu dalam neraca konsep
yang terdapat dalam realitas kitab Tuhan yang tertulis dan tidak tertulis.
Maka sebagian kata sejarawan Yunani *Dionysius of Halicarnassus* (hidup 1
SM) benar bahwa sejarah adalah filsafat yang mengajar dengan contoh.

Sejarah sebagai sebuah contoh, dapat dikaji dari firman Allah yang berbunyi
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang)
ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat." (Ibrahim 24-25). Ini berarti bahwa sejarah dalam
pandangan Islam bermula dari sebuah ajaran yang difahami dan dikembangkan
oleh manusia yang kemudian tumbuh seperti sebuah pohon, yakni kehidupan (*
syajarah*). Pohon itu kemudian memberikan manfaat (rahmat) atau buahnya
kepada manusia lain dengan melalui hukum dan kehendak Tuhan. Jadi, sejarah
dalam pandangan Islam adalah interaksi antara nilai dan praktek kehidupan
manusia yang dinaungi oleh kehendak dan hukum Tuhan. Itulah *syajarah* yang
tumbuh dan itulah sejarah yang hidup.[]

http://www.facebook.com/note.php?note_id=142178874201&ref=mf


--
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang.
now surely by Allah's remembrance are the hearts set at rest.
N'est-ce point par l'évocation d'Allah que se tranquillisent les coeurs.
im Gedenken Allahs ist's, daß Herzen Trost finden können.
>> al-Ra'd [13]: 28


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
mailto:daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
mailto:daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: