Sabtu, 13 Maret 2010

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3004

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (11 Messages)

Messages

1.

(catcil) Nyaman Bergaya Soliter

Posted by: "Yons Achmad" kolumnis@gmail.com   freelance_corp

Fri Mar 12, 2010 4:06 am (PST)



*Nyaman Bergaya Soliter*

:yons achmad*

* *

*Originalitas ada dalam diri tiap individu*

*karena tiap orang berbeda dari orang lainnya.*

*Kita adalah bilangan prima,*

*yang hanya bisa terbagi oleh diri kita sendiri.*

Benjamin Franklin (1706-1790), ilmuwan

* *

* *

Apa itu soliter? Sebelumnya yang saya tahu hanyalah sebuah permainan
komputer. Bahkan saya sudah lupa bagaimana memainkannya. Entah mengapa
tiba-tiba saya teringat kata itu. Lalu saya membuka Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI). Soliter diartikan sebagai menyendiri atau
sepasang-sepasang, tidak secara kelompok.

Disini saya lebih suka mengartikan soliter sebagai penyendiri, suka
menyendiri. Rasa-rasanya memang benar saya mengidap "penyakit" ini. Disaat
menyendiri, saya merasakan ketenangan batin, kedamaian hati, kesunyian
pikiran. Saya betul-betul menikmatinya. Duduk di tepian kolam, membaca
novel di kamar atau sekedar ngopi sendirian di sebuah kafe sederhana. Saya
merasa nyaman.

Hanya saja, kadang saya begitu ingin bersosialisasi dengan lebih banyak
orang lagi. Mengenal beragam kharakter manusia. Tapi begitu menjalaninya,
ada rasa bosan yang begitu sangat. Saya tak membenci orang-orang sekitar.
Bukan. Bukan soal itu. Hanya saja keinginan bersosialisasi itu datangnya
kadang hanya sebentar saja. Lalu, kembali saya menarik diri, kembali bergaya
soliter.

Orang di sekitar saya, terutama teman-teman dekat, kadang bingung juga.
Bahkan, ketika saya memppunyai teman spesial (untuk tidak menyebut pacar)
juga begitu. Kadang saya membiarkannya. Bukan karena tidak sayang, tapi saya
benar-benar lagi ingin sendiri saja. Walau diam-diam, memantau, sekedar
misalnya memastikan dia telah pulang ke rumahnya tanpa diantar laki-laki
lain. Dan ketika dia baik-baik saja, itu sudahlah cukup.

Tapi, menurut pengalaman yang demikian memang kurang baik. Dalam berhubungan
diperlukan komunikasi yang manis antar keduanya. Dalam wilayah ini, harus
saya akui saya kerap gagal. Hanya berkomunikasi secara sepihak saja. Sebatas
memastikan dia baik-baik saja. Dan ini salah, harusnya tetap ada komunikasi.
Hasilnya, memang buruk. Hubungan pertemanan spesial itu kandas. Kadang tak
disangka sangka kapan datangnya. Begitu tiba-tiba. Kalau sudah begini,
kembali saya bersoliter lagi. Mulai membangun hubungan dari nol lagi.

Mengenai gaya soliter ini, paling parah memang saya alami ketika masih
tercatat sebagai mahasiswa. Saya benar-benar akut. Berminggu-minggu kadang
hanya di dalam kamar, membaca buku dan menulis, tak pernah kuliah.
Selebihnya keluar untuk sekedar sholat dan makan. Atau kalau tidak sengaja
pergi ke Jogja sendirian, sekedar memburu novel-novel bagus, menikmati malam
berkeliling malioboro naik becak dan berakhir menghabiskan malam nongkrong
di angkringan. Sendirian. Lagi-lagi sendirian. Saya merasa nyaman dengan
gaya semacam ini.

Di dunia maya juga sama. Dulu belum ada yang namanya situs jejaring sosial
semacam facebook atau twitter. Saya juga sempat bergabung dan bergaul dalam
situs pertemanan ini. Tapi lagi-lagi saya kerap merasa bosan. Sehingga, saya
kerap menonaktifkan situs atau *acount* saya itu. Baru pada saat-saat
tertentu saja saya mengaktifkan kembali.

Di Jakarta, gaya solitar ini masih saya jalani. Hanya saja, kadang saya
mesti berdamai dengan hidup. Status saya disini adalah perantau, mau tak mau
saya harus bekerja, berkarya untuk bisa bertahan hidup. Inilah yang memaksa
saya untuk bergaul dengan beberapa orang. Tentu untuk urusan bisnis. Demi,
kata orang "Dapur tetap ngebul"

Saya memang keterlaluan betul. Saya mengakui tak adil pada hidup dengan
bergaya soliter semacam ini. Rasanya, kini saatnya memang perlu mengikuti
saran orang untuk lebih membuka diri, bersosialisasi, berpartner,
bejraringan. Ya, ya ya. Baiklah kawan. Omong-omong rencana besar dan
"subversif" apa yang mesti kita kerjakan sama-sama sekarang?

*Penulis, tinggal di Jakarta. Owner Komunikata.net

http://twitter.com/penakayu
2a.

Re: (Catcil) Gift For Myself

Posted by: "punya_retno" punya_retno@yahoo.com   punya_retno

Fri Mar 12, 2010 6:21 pm (PST)



saya kira, hadiah utk diri sendiri bisa berupa barang yang tak mahal.
bisa sekedar beberapa menit menonton gerimis samil minum secangkir cokelat panas, atau sekedar berjalan kaki pagi hari menyaksikan kesibukan pedagang sayur dan buah yang mulai menata dagangannya. bisa juga sejenak menutup layar komputer, untuk kemudian membuka buku bacaan yang telah lama ingin diselesaikan.

atau, apapun. sesederhana apapun.

demikian :)

tfs, mb siwi :)

salam,

-retno-

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Siwi LH <siuhik@...> wrote:
>
> Gift for Myself
>
> Seseorang yang sanggup menghargai
> dirinya pasti akan lebih mampu untuk menghargai orang lain. Karena perang
> terbesar dalam kehidupan bukan Perang Badar, bukan Perang Salib, bukan Perang
> Dunia berjilid-jilid, namun perang melawan hawa nafsu.

3a.

Re: Catatan-Catatan Berkesan

Posted by: "diva p" diifaa_03@yahoo.com   diifaa_03

Sat Mar 13, 2010 2:16 am (PST)




sungguh kata2 yang bertenaga untuk memompa semangat.
Thanks fo sharing, izin copas notenya ya pak


salam kenal

Wiwik Hafidzoh
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "agus_salims" <agus_salims@...> wrote:
>
> Catatan: ADIDAS ADVERTISEMENT
>
> Kata 'Tidak Mungkin'
>
> Kata 'tidak mungkin' adalah kata yang terkesan 'besar' yang seringkali
> dilontarkan oleh manusia kerdil yang berusaha mencari jalan termudah
> daripada mencari kekuatan dalam dirinya untuk berubah.
>
> Kata 'tidak mungkin' bukanlah fakta. Ia hanyalah pendapat.
>
> Kata 'tidak mungkin' bukanlah sebuah deklarasi tetapi suatu tantangan
> yang berani.
>
> Kata 'tidak mungkin' adalah sesuatu yang potensial.
>
> Kata 'tidak mungkin' hanyalah berlaku sementara.
>
>
> Kata 'tidak mungkin' bukanlah apa-apa
>
>
>
>
>
> Catatan John C. Maxwell
>
> KEGAGALAN
>
> Jika saat pertama Anda belum sukses, maka kegagalanlah yang Anda raih.
> Kegagalan adalah suatu sikap, sebelum berubah menjadi suatu hasil.
> Jika Anda tidak mampu menangani kegagalan, Anda tidak mampu menangani
> kesuksesan.
> Orang menanggapi kegagalan sebagai suatu hal yang personal karena mereka
> juga menanggapi kesuksesan secara personal.
> Kesuksesan adalah proses melewati kegagalan demi kegagalan tanpa
> kehilangan semangat antusias.
> Kegagalan bisa merupakan batu pijakan atau batu sandungan.
> Kegagalan melahirkan inovasi bukannya kekalahan.
> Tidak ada kegagalan yang ada hanyalah umpan balik.
> Ujilah dengan cepat, gagallah cepat, dan perbaikilah dengan cepat.
> Kegagalan adalah biaya dari sebuah kemajuan.
> Belajarlah untuk menertawakan diri Anda-setiap orang juga melakukannya.
> Kegagalan adalah sebuah kesempatan untuk memulai sekali lagi dengan
> lebih cerdas.
> Saya mencoba dan gagal: saya mencoba lagi dan akhirnya berhasil.
>
>
>
> Catatan Adam Spears
>
> JANGANLAH PERNAH MENYERAH
>
> Jika Anda merasa lebih unggul dibandingkan orang lain, berhati-hatilah.
>
> Karena pada saat Anda lengah, itulah saat mereka akan mengungguli Anda.
> Jadi janganlah Anda lengah.
>
> Janganlah Anda berpikir untuk berhenti. Anda telah melangkah sejauh ini.
>
> Tetap tegakkanlah kepala Anda, dan teruslah berusaha, Anda pasti akan
> menyelesaikannya.
>
> Hanya ketika Anda berpikir bahwa telah selesai, dan Anda mengatakan
> kepada diri sendiri bahwa Anda tidak mampu melangkah lebih jauh lagi,
> inilah saatnya Anda harus menatap diri sendiri, dan katakan, "Ayo
> bangkit, Ayo bangkit!"
>
> Janganlah pernah menyerah, Anda lebih baik dari yang Anda pikirkan.
> Jadi, janganlah Anda pernah menyerah.
>
> Dan, ketika mereka mengatakan 'Anda telah gagal', katakanlah, 'Tidak
> akan'.
>
> Teruslah berusaha, karena inilah satu mil terakhir yang harus Anda
> selesaikan.
>
> Ketika Anda berpikir Anda tidak mampu lagi melangkah lebih jauh, hal
> inilah yang membuat semua perbedaan di dalam diri Anda.
>
> Jadi, janganlah Anda menyerah.
> Janganlah Anda berani berpikir untuk menyerah.
>
> Ketika saya tahu bahwa Anda memiliki banyak hal yang mampu Anda berikan,
> janganlah Anda menyerah.
> Sekali lagi, janganlah Anda menyerah.
>
>
>
>
>
> Catatan Christian D. Larsen
>
> BERJANJILAH PADA DIRIMU
>
> Berjanjilah pada dirimu untuk menjadi begitu tegar sehingga tak ada yang
> mengganggu ketentraman dirimu.
> Berjanjilah pada dirimu untuk membicarakan kesehatan yang baik,
> kebahagiaan dan kesejahteraan kepada setiap orang yang kau jumpai.
> Berjanjilah pada dirimu untuk membuat semua temanmu merasa hidupnya
> penting dan berharga.
> Berjanjilah pada dirimu untuk melihat yang terbaik dari segala hal dan
> bersikaplah optimis.
> Berjanjilah pada dirimu untuk berpikir yang terbaik, bekerja yang
> terbaik dan berharaplah hanya yang terbaik.
> Berjanjilah pada dirimu untuk selalu antusias terhadap kesuksesan orang
> lain seperti kesuksesanmu sendiri.
> Berjanjilah pada dirimu untuk melupakan kesalahan-kesalahan masa lalu
> dan kejarlah kesuksesan yang lebih besar pada masa mendatang.
> Berjanjilah pada dirimu untuk selalu ceria dan berikan senyuman kepada
> setiap orang yang kau temui.
> Berjanjilah pada dirimu untuk meluangkan waktu sebanyak mungkin untuk
> kemajuan dirimu sendiri sampai Anda tidak mempunyai waktu untuk
> mengkritik orang lain.
> Berjanjilah pada dirimu untuk menjadi lebih besar daripada kekhawatiran
> dan terlalu mulia bagi kemarahan, terlalu kuat bagi ketakutan, dan
> terlalu bahagia untuk mengizinkan keberadaan dari masalah.
>
>
>
>
>
> Catatan Dena Di Iaconi
>
> SEGALANYA DAPAT TERCAPAI
>
> Yakinlah pada diri Anda, dan ingatlah bahwa segala hal dapat digapai.
>
> Yakinlah pada setiap hal yang membuat Anda percaya diri.
>
> Yakinlah pada setiap hal yang membuat Anda bahagia.
>
> Yakinlah pada mimpi yang ingin Anda wujudkan, dan berikanlah semua
> kemungkinan untuk menggapainya.
>
> Hidup tidak menjadikan apa-apa, juga tidak menghindarkan apa pun yang
> akan terjadi dalam hidup Anda.
>
> Anda harus mencari apa yang Anda inginkan, dan berusaha mengejarnya.
>
> Hidup tidak akan menjamin apa yang akan Anda miliki.
>
> Hidup hanya memberi Anda waktu untuk membuat pilihan dan mengambil
> resiko, dan menemukan sendiri rahasia-rahasia hidup ini.
>
> Jika Anda bertekad untuk memanfaatkan kesempatan yang diberikan, dan
> menggunakan seluruh kemampuan yang Anda miliki, Anda akan terus-menerus
> mengisi hidup Anda, dengan waktu-waktu yang tak terlupakan.
>
> Tidak seorang pun tahu misteri dan arti kehidupan, namun bagi mereka
> yang percaya akan mimpi mereka dan pada diri mereka sendiri, hidup akan
> menjadi hadiah yang berharga bagi mereka yang percaya bahwa segalanya
> dapat tercapai.
>
>
>
>
>
> Catatan Nelson Mandela
>
> Setelah mendaki bukit yang tinggi, seseorang akan menemukan bahwa masih
> banyak lagi bukit yang harus didaki.
> Saya mengambil waktu untuk beristirahat sejenak, untuk menikmati
> keindahan di sekeliling saya dan melihat kembali jejak perjalanan saya
> sebelumnya.
> Tetapi saya hanya dapat berhenti sejenak, karena kebebasan menuntut
> tanggungjawab, dan saya tidak berani berhenti, karena perjalananku belum
> selesai.
>
>
>
> Catatan Calvin Coolidge
>
> Tiada suatu pun di dunia ini yang mampu mengganti keuletan.
> Talenta tidaklah cukup; begitu banyak orang yang penuh talenta namun
> tidak sukses. Kepintaran tidaklah cukup.
> Pendidikan tidaklah cukup; dunia ini dipenuhi oleh banyak orang pintar.
> Keuletan dan keyakinan yang kuatlah yang terpenting.
> Slogan 'coba terus' telah menyelesaikan dan bahkan selalu menyelesaikan
> tantangan yang di hadapi manusia.
>
>
>
> Catatan Kelly D. Caron
>
> MIMPI HARI INI ADALAH SUKSES HARI ESOK
>
> Jangan takut akan pengharapan yang besar atau rencana yang seakan-akan
> tidak dapat dicapai.
>
> Hidup ini diciptakan untuk dinikmati, dan setiap hal terjadi agar kita
> dapat belajar dan bertumbuh.
>
> Motivasi adalah suatu permulaan yang positif, dan tindakanlah yang akan
> membuat kemajuan dalam hidup Anda.
>
> Mimpi adalah cetak biru sebuah tujuan yang belum tercapai; satu-satunya
> perbedaan antara kedua hal ini adalah usaha untuk mencapai apa yang Anda
> harapkan.
>
> Biarkan pikiran dan hati Andalah yang mendorong; biarkan kekuatan dari
> keinginan memimpin Anda sampai ke tujuan.
>
> Janganlah menghitung langkah-langkah di depan; fokuslah hanya pada
> langkah-langkah yang sedang diambil, dan kalikan dengan keyakinan,
> kepercayaan diri dan ketahanan.
>
> Selalulah mengingat bahwa bagi mereka yang terus berjuang, mimpi-mimpi
> hari ini akan berubah menjadi sukses-sukses hari esok.
>
> - Kelly D. Caron
>
>
>
> Catatan Arnold Palmer
>
> Kalau Anda berpikir Anda kalah, Anda kalah.
> Kalau Anda berpikir Anda tidak berani, Anda tidak berani.
> Kalau Anda ingin menang tetapi Anda berpikir Anda tidak bisa, hampir
> dapat dipastikan Anda tidak bisa.
>
> Perjuangan hidup tidak selalu dimenangkan oleh orang yang lebih kuat
> atau lebih cepat, tetapi cepat atau lambat, orang yang menang adalah
> orang yang berpikir dia bisa menang.
>
>
>
>
>
> RAJAWALI
>
> Rajawali adalah jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di
> dunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Untuk mencapai umur sepanjang
> itu seekor Rajawali harus membuat KEPUTUSAN yang sangat berat pada
> umurnya yang ke-40. Ketika Rajawali berumur 40 tahun, cakar dan paruhnya
> mulai memanjang dan bengkok bahkan paruhnya mulai menyentuh dada.
> Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan
> tebal, sehingga menyulitkannya untuk terbang. Pada saat itu, Rajawali
> hanya mempunyai dua pilihan: menunggu kematian atau mengalami suatu
> proses transformasi yang sangat menyakitkan, proses transformasi yang
> panjangnya 150 hari.
>
> Untuk melakukan transformasi itu, Rajawali harus berusaha keras terbang
> ke atas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang di tepi jurang,
> berdiam dan tinggal di sana selama proses transformasi berlangsung.
> Pertama-tama Rajawali harus mematukkan paruhnya pada batu karang hingga
> paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama
> menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu,
> Rajawali harus mencabut satu per satu cakarnya, dan ketika cakar-cakar
> baru sudah tumbuh Rajawali akan mencabut bulu badannya satu demi satu.
> Proses yang sangat panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian,
> bulu-bulu Rajawali yang baru tumbuh. Rajawali dapat terbang kembali,
> dengan paruh dan cakar baru. Rajawali akan menjalani hidup barunya 30
> tahun kemudian dengan energi dan semangat baru.
>
> Dalam kehidupan ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan,
> mungkin sangat berat, untuk memulai suatu proses pembaruan. Kita harus
> berani dan mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun
> kebiasaan itu adalah sesuatu yang menyenangkan dan membuat kita terlena.
> Kita harus rela meninggalkan perilaku lama agar mulai dapat
> `terbang' lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan.
> Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk
> belajar hal baru, kita akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan
> kemampuan kita yang masih terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap
> masa depan dengan penuh keyakinan.
>
> Halangan terbesar untuk berubah terletak pada diri kita sendiri. Kitalah
> sang penguasa atas diri kita. Jangan biarkan masa lalu menumpulkan asa
> dan melayukan semangat kita. Kitalah Rajawali-Rajawali itu. Perubahan
> pasti terjadi.
>
> KITA HARUS BERUBAH.
>
>
>
> Anda adalah Pemenang
>
> Para pemenang adalah mereka yang berani mengambil resiko seperti Anda,
> mereka juga takut akan kegagalan namun yang membedakan seorang pemenang
> dan pecundang adalah: pemenang tidak membiarkan ketakutan menguasai
> mereka.
>
> Pemenang tidak pernah menyerah. Disaat kondisi dan keadaan semakin
> sulit, pemenang tetap bertahan sampai keadaan berubah menjadi lebih
> baik.
>
> Pemenang selalu fleksibel dan sadar bahwa ada cara lain dan berani untuk
> mencoba cara lain.
>
> Pemenang selalu menyadari bahwa dirinya tidak sempurna dan kurang tetapi
> pemenang selalu fokus pada kekuatan yang ada pada dirinya.
>
> Pemenang kadang kala juga mengalami kegagalan tetapi tidak selamanya
> gagal, segala usaha yang selalu menghadang dengan keras dihadapi untuk
> mencapai sukses.
>
> Pemenang tidak pernah menyalahkan nasib buruk atas kegagalan, ataupun
> keberuntungan atas kesuksesan.
>
> Pemenang berani menerima tanggungjawab atas hidup mereka.
>
> Pemenang selalu berpikir positif dan berusaha melihat hal yang baik
> dalam segala hal.
>
> Pemenang mampu merubah hal biasa menjadi luar biasa.
>
> Pemenang selalu meyakini jalan yang dipilihnya walau sulit, bahkan
> disaat orang lain tidak mengerti apa yang yang diyakini oleh seorang
> pemenang.
>
> Pemenang selalu sabar dan menyadari bahwa sebuah tujuan memiliki harga
> yang sama dengan usaha yang ditempuh untuk meraih apa yang diinginkan.
>
> Pemenang selalu percaya pada dirinya sendiri.
>
> Pemenang selalu berusaha menjadikan dunia tempatnya berpijak menjadi
> lebih baik.
>
> (ANONIM)
>

4.

[Bahasa/Cerpen] Bang Urip

Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id   bujangkumbang

Sat Mar 13, 2010 2:16 am (PST)





Bang Urip
Fiyan Arjun


 


Lelaki setengah baya ini namanya Bang Uripâ€"dan begitulah setiap orang
yang mengenalnya memanggil. Entah itu pelanggannya, istrinya, tetangganya
sampai anak-anak. Begitu juga dengan aku. Semua setia memanggilnya demikian,
Bang Urip!

 


Lelaki setengah baya ini pekerjaan rutinitasnya sehari-harinya adalah
penjul es kelapa di tepi jalan raya. Pukul 10 pagi barulah Bang Urip membuka
dagangannya itu. Begitulah setiap harinya.

 

Tanpa beban. Tanpa paksaan Bang Urip melakukannya seorang diri. Hanya
sewaktu-waktu jika di atas langit tempat ia mengais rezekiâ€"dengan berjualan es
kelapa terdengar kumandang adzan barulah ia meminta digantikan oleh istri
tercintanya. Di alihkan ke istrinya untuk bergantian menjaganya.

 

Minah, begitu nama istrinya. Perempuan biasa-biasa saja yang selama ini
menemani hidupnya sekaligus istri yang ia nikahi lima tahun lalu lamanya. Biasanya jika adzan
zuhur istrinya itu selalu membawa upeti untuk sang suami tercinta, Bang Urip.
Tak lain upeti yang dibawa perempuan belum dikarunia anak itu tidak lebih hanya
berupa nasi dan lauk-pauk seadanya untuk makan siangnya.

 

Selalu begitu. Maklum Bang Urip harus membiasakan lidahnya untuk
memanjakan masakan istrinya di rumah. Bukan! Bukan! Bukan Bang Urip tidak mampu
makan di warung Padang
atau pun warung Tegal. Lagi pula sebagai penjual es kelapa ia mampu bisa
membeli sebungkus nasi beserta lauk-pauknya yang wah. Sebungkus nasi dengan
ayam goreng, paruh ati serta sambal ijo ditambah daun singkong. Menambah selera
makan.

 

Bang Urip mampu untuk membelinya. Tetapi Bang Urip sudah berjanji pada
dirinya biar bagaimana pun masakan istrinya walau tidak membuat beselera makan
tetap ia harus menjaga perasaan perempuan itu. Istrinya yang setia membawakan
makan siang ke tempat ia mengais rezeki. Itu harusâ€"dan sudah ia tanam sejak
awal pernikahannya. Karena ia tak mau membuat istrinya kecewa lantaran masakan
yang disajikan untuknya tak mampu menggoyahkan selera makannya meningkat.

Ia harus rela perutnya di masuki masakan dari istrinya yang benar-benar tak
membuat lagi-lagi tak beselara untuk makan. Tapi apa dikata ia tak mau membuat
istrinya terluka hanya lantaran makanan yang dibawainya setiap hari itu tak
bisa membuat lidahnya terkecap. Enak dan sedap. Pun ia urungkan untuk
memprotesnya apalagi menegur istrinya itu

 

Begitulah kehidupan Bang Urip ketika aku mengetahuinya. Itu pun aku
ketahui ketika aku tak sengaja membeli es kelapa di tempat ia berjualan. Saat
aku pula sedang kehausan. Kebetulan tempat ia berjualan persis dekat tempat
kios sepatu di tepi jalan milik saudaraku. Bang Urip menceritakan bagaimana
lika-liku kehidupannya yang saat itu ia jalani. Aku sebagai pendengar sejati
hanya manut-manut saja seperti burung pelatuk. Mengiyakan apa yang dikatakan
kepadaku.

 

“Udah nikah belum?” tanya Bang Urip disela melayani pelanggannya menanyakan
status hidupku saat itu.

 

“Belum, Bang!” seruku.

 

“Oh, nggak apa apa lagi. Lagi pula lu kan masih muda. Pokoknya kalo belum siap
nikah jangan dulu deh. Banyak banget ujiannya.” Lanjut Bang Urip.

 

Entah kenapa saat itu ketika Bang Urip bercerita tentang kehidupannya aku
merasakan sudah dekat saja dengannya. Seperti layaknya abang dan adik bercerita
tanpa ada sungkan lagi. Begitu yang aku rasakan. Terlebih ketika aku ketahui
dari apa yang dibicarakannya ternyata ia memang perlu teman untuk bicara.
Halnya aku saat itu ketika secara kebetulan membeli es kelapa di tempat ia
berdagang.

 

“Abang punya anak berapa?” kini giliranku bertanya.

 

Mungkin karena ia yang selalu banyak bertanya aku jadi tidak enak.
Akhirnya aku pun mencoba memberanikan bertanya kepadanya. Dan ternyata ketika
aku bertanya seperti itu betapa terkejut aku dan merasa tak enak hati karena
menanyakan begitu privacy kepada Bang Urip.

“Maaf Bang kalo saya bertanya seperti itu!”

 

“Oh, nggak apa apa. Lagi pula ngapain nggak enak segala. Lagi pula yang
bertanya kan
Abang duluan. Lu nggak perlu merasa nggak enak,” jawab Bang Urip dengan kental
logat Betawinya.

 

“Iya nih udah lima
tahun nikah abang belum juga punya anak. Tapi biar bagaimana pun abang tetap
setia kok sama bini abang walo memang ada hati kecil ingin menikah lagi. Tapi
itu tadi abang udah janji sejak awal menikah biar bagaimana tetap setiap sama
bini abang.” Bagai sebuah dialog sinetron aku mendengarkan ucapan Bang Urip di
gendang telingaku. Bijak sekaligus contoh lelaki yang patut untuk contoh
kesetiaannya. Tidak seperti zaman sekarang bisa-bisa sudah menikah lagi tanpa
merasakan perasaan istri. Hingga benakku bermain mengingatkan percakapanku
dengan rekan kerjaku Aro di sebuah kedai makan selepas jam makan siang
dibarengi dengan terik panas matahri saat aku berada di tempat berjualan Bang
Urip. Dan saat itu di tengah ruas jalan raya begitu macet dengan kendaraan
hilir-mudik. Bergantian. Tanpa henti.

 


“Mar bagaimana menurut kamu kalau aku nikah lagi.”

 

Belum habis aku meneguk air teh manis di tanganku tiba-tiba aku
mendengarkan ucapan rekan kerjnku. Untungnya air teh manis yang baru kuteguk
tidak sampai muncrat ke wajahnya. Saking aku terkejut dengan apa yang
disampaikan oleh Aro rekan kerjaku itu apa yang barusan aku dengar. Aku pun
mengambil nafas dalam-dalam.

 

“Apa kamu sudah mampu memangnya, Ro! Kamu tidak kasihan sama aku yang
masih jomblo ini,” kataku sambil aku sisipi candaan.

 

“Memangnya siapa perempuan yang akan nanti kamu nikahi itu,” lanjutku.

 

“Ratna!”

 

Aku tak habis pikir. Aku hanya terpaku.

Ratna. Ya, itu nama adik bungsuku yang saat ini masih kuliah semester lima . Dan memang ia masih
single. Belum memiliki calon pandamping untuknya saat ini. Tetapi ketika kawan
rekan kerjaku Aro berkata demikian aku jadi sangsi. Apakah orang yang ada di
hadapanku ini serius atau hanya berkelakar biasa. Seperti aku berkelakar dikala
senggang di kedai makan bersama rekan kerjaku ini.

 

“Aku serius, Mar. Bagaimana kalau aku nikahi Ratna adik kamu itu. Biar kau
nanti jadi abang ipar aku…”Lagi-lagi aku hanya diam. Tak dapat berkata.

 

“Lho, kok bengong sih! Bosan ya sama Bang Urip ngomong terus ya.”

 

Aku terkejut ketika Bang Urip mengejutkanku dengan perkataannya seperti
itu.” Ah, nggak kok Bang! Saya cuman teringat rekan kerja saya yang mau nikah
lagi walau dia sudah punya istri dan anak.” Jawabku mengenakan hati Bang Urip.

 

“Oh, begitu ya! Bersyukur sekali kawan lu, Mar. Sudah punya anak. Tapi
sayang ya kawan lu nggak bersyukur sudah punya istri sama anak tapi mau nikah lagi,”
ujar Bang Urip kembali.

 

Aku hanya tersenyum. Mengulum air liur.

 

Akhirnya siang itu ketika raja siang sudah mulai di tengah kepalaku aku
masih saja asyik membicarakan tentang kehidupan. Kehidupan berumah tanggaâ€"yang
benar-benar aku belum mengalaminya. Apalagi merasakannya. Terlebih aku masih
seorang jomblo. Masih berstatus sendiri.

 

Lama. Ya, ternyata aku sudah lama menyempatkan duduk di tempat Bang Urip
berjualan sambil membeli dagangannya yang ia jajakan. Hingga tak terasa hari
sudah hampir siang. Hingga aku pun mengakhiri perbicanganku kepadanya dengan
mengulurkan selembar rupiah bernominalkan lima
ribu rupiah. Dan bukan itu saja aku khawatir malah merepotkannya lagi serta tak
enak dengan istrinya jika datang. Tapi aku sudah cukup tahu dan ikut bangga
dengan keadaan Bang Urip walau hanya seorang pedagang es kelapa tanpa seorang
anak di kehidupannya ia tetap setiap pada istrinya. Tak seperti apa yang
dijualnya, es kelapa. Manis dan enak. Tidak serta merta dibarengi dengan kehidupan
Bang Urip.[]

Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger
Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang!

Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat.
Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang!

Selalu bisa chat di profil jaringan, blog, atau situs web pribadi! Yahoo! memungkinkan Anda selalu bisa chat melalui Pingbox. Coba! http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
5.

Menulis Lebih Baik [Menulis]

Posted by: "Bang Aswi" bangaswi@yahoo.com   bangaswi

Sat Mar 13, 2010 2:18 am (PST)



Menurut sobat baraya, mana yang lebih penting: menulis lebih baik atau lebih baik menulis? ^_^
Di sini, saya tidak akan membahas mana yang lebih penting karena
masing-masing akan memiliki pendapat yang berbeda-beda. Jujur, saya
awalnya bingung mau menulis apa, tetapi kemudian setelah menimbang
beberapa hal, akhirnya tema inilah yang dipilih kali ini. Ya, menulis
lebih baik. Apabila sobat baraya telah menulis baik, cobalah menulis
lebih baik lagi, sehingga akan menghasilkan tulisan yang baik.
Tulisan yang baik memiliki banyak ciri, apalagi jika mengambil
beberapa pendapat para pakar penulis di dalam maupun luar negeri. Akan
tetapi, dari semua ciri itu, saya lebih suka menyoroti dua ciri saja,
yaitu: bahwa tulisan yang baik harus memiliki tujuan dan tulisan yang baik harus mampu berkomunikasi atau menyampaikan pesan dengan jelas!

Hendra Sugiantoro menuliskan bahwa dengan memiliki tujuan, aktivitas menulis kita akan memiliki arah dan target yang jelas. Tujuan
itulah yang membingkai jiwa kepenulisan kita untuk terus menulis,
menulis, dan menulis. Tanpa adanya arah dan target (atau disebut juga
sebagai tujuan) maka tulisan kita pun akan seperti layang-layang putus,
tak jelas mau kemana. Seperti halnya sebuah perjalanan, tentu akan
lebih tenang dan nikmat jika kita mengetahui tujuan perjalanan itu.
Minimal ada patokan-patokan yang jelas bahwa ketika kita akan ke sana,
saya akan ke sini, lalu kita bertanya. Kurang lebih seperti itu.
Dari semua tujuan yang dimiliki oleh setiap penulis, jelas lebih
mulia kalau tujuan kita menulis adalah sebagai sarana untuk
menyampaikan kebenaran (A. Teeuw) atau menulislah sesuatu yang akan
membahagiakan diri kita di akhirat nanti (Ali bin Abi Thalib). Bahasa
sebagai bagian dari keindahan (sehingga saya sering mengatakan kepada
siapapun bahwa menulis ada seni dan menjadi bagian dari dunia desain)
tentu tidak akan terpisahkan dari kebenaran (Baharudin Ahmad). Hal ini
sesuai dengan tujuan kesusastraan, yaitu untuk mendidik dan membantu manusia ke arah pencapaian ilmu yang menyelamatkan (Harun Daud).
Inilah tujuan menulis yang paling mulia, yaitu mengandung misi profetik.
Hendra menuliskan kembali bahwa ada lima tujuan menulis dalam misi
profetik: mengikat ilmu, menyampaikan ilmu, menyeru kepada kebaikan (amar ma’ruf) atau humanisasi dalam istilah Kuntowijoyo, mencegah kemungkaran (nahi munkar) atau liberasi (Kuntowijoyo), dan meneguhkan keimanan manusia.
Sebuah karya desain sebagus apapun, tanpa terselip pesan yang jelas,
pada akhirnya akan berakhir sebagai tumpukan portofolio yang hanya
berdampak pada si desainer itu sendiri tanpa memberi kontribusi apa-apa
bagi lingkungannya (Ardyansah).
Menulis sebagai bagian dari desain pun juga harus seperti itu. Sebuah
tulisan jelas harus memiliki pesan sehingga mampu berkomunikasi dengan
pembacanya. Di sinilah pentingnya bagi penulis untuk menganggap bahwa
pembaca itu cerdas sehingga kita pun harus menulis dengan kata-kata
yang cerdas, bukan menggurui. Perlu dicatat, keindahan kata-kata tidak
menjamin bahwa tulisan itu menjadi baik, tetapi tulisan yang baik harus
bisa menyampaikan pesan yang jelas, sesederhana apapun tulisan itu.
Dini Auliya
mengatakan bahwa tulisan itu harus memiliki ruh sehingga dapat
memberikan efek hidup, suara, dan kekuatan pesan. Ruh ini pun juga
harus disokong oleh filosofi yang kuat. Filosofi ini tidak selalu
ditunjukkan dengan padatnya nukilan atau berhamburannya kutipan dari
tokoh atau buku, tetapi lebih didasarkan kepada prinsip-prinsip
argumentasi yang mendasari segala sikap, sudut pandang, penilaian,
keterlibatan emosi, dari setiap sekuen cerita, pokok pikiran, atau
adegan-adegan dalam tulisan.
Jadi, sudahkah tulisan kita memiliki tujuan? Sudahkah tulisan kita
mengandung pesan yang jelas dan dapat berkomunikasi dengan pembaca?
Yuk, lebih baik menulis lebih baik.[]
Bang Aswi - Pekerja Buku
Blog: http://bangaswi.com
YM: bangaswi
Hotline: 08139472539

6.

(puisi) tanpa tema ^_^

Posted by: "Penuliz Mizteriuz" penulizmizteriuz@yahoo.co.id   penulizmizteriuz

Sat Mar 13, 2010 2:19 am (PST)



kumpulan puisi
(penuliz mizteriuz)

mengapa?
Mengapa kau harus memamerkan lesungmu?
Tanpa itu pun kau sudah tampak manis
Stop, kau mencuri hatiku

kamar, 11 Maret 2010
ketika teringat seseorang yang
bercerita tentang seseorang

==============================

Satu hal yang harus kau tahu
Aku telah lelah mencarimu

Dua hal yang tidak boleh kau tahu
Aku mengagumimu
Tapi aku menghindarimu

kamar, 11 Maret 2010
ketika VMJ menyerang seseorang

============================

sudahlah
kita berbeda
jangan dekati aku lagi
ku mohon...

kau begitu bersahaja
tapi aku hanya pujangga
kau pandai memanjatkan doa
tapi aku hanya bisa merangkai kata

tapi mengapa kau selalu ada?
Padahal aku tak punya apa-apa
tapi mengapa kau hadir
padahal aku selalu menyingkir...

ALLAH...
Di mataku dia begitu sempurna
Tapi aku bukan siapa-siapa
Aku hanya seorang pujangga
yang hanya bisa merangkai kata

kamar, 11 Maret 2010
saat teringat air mata seorang ukhti
yang mengalir karena di sakiti

===============================
aku tahu...
aku tanpamu
hanya burung tanpa sayap
harapan lenyap
impian menguap

kamar, 11 maret 2010
. . .

__________________________________________________________
Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
7.

(no subject)

Posted by: "apriyanto aris" apri_eldurra@yahoo.com   aris_eldurra

Sat Mar 13, 2010 2:20 am (PST)



sukron mbak...semoga bisa bertemu teman-teman disana (surabaya)

"Dunia itu letaknya di tangan bukan dihati"
aris el durra
wisma el durra jl mayor achmadi no 197 Mojolaban sukoharjo Surakarta 57554
HP 081.728.311.02
www.goresancinta.multiply.com
YM apri_eldurra
FB $ FS apri_eldurra@yahoo.com

8.

[Mimbar] Sediakan [Selalu] Ruang Bebas Untuk Dibebci dan Dicaci

Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id   bujangkumbang

Sat Mar 13, 2010 2:20 am (PST)





Sediakan [Selalu] Ruang Bebas Untuk Dibenci
dan Dicaci

Fiyan Arjun

 

Dalam hadits  Qudsi Allah
berfirman,” Dan siapa yang tidak sanggup
bersabar menerima ujian-Ku, maka hendaklah dia keluar dari kolong langitku dan
hendaklah dia mencari Tuhan selain diri-Ku.”

 

Rambut boleh sama hitam. Pun kulit boleh sama sawo matang [coklat].
Tetapi hati belumlah tentu sama.Ibarat dalamnya laut bisa diukur namun dalamnya
hati siapa yang tahu!

 

Begitulah hidup dan kehidupan di dunia fana ini. Tuhan sudah
menciptakan  dan memberikan bagai bentuk,
rupa dan kalbu setiap masing-masing makhluk [manusia] ciptaan-Nya. Tanpa cela. Cacat.
Maupun kekurangan. Semua diciptakan dengan sebaik-baiknya tanpa ada turut
campur tangan. Namun sayangnya manusianya itu sendiri tak menyadari itu bahkan
ada yang saling menghujat, menghardik serta saling membenci hingga tanpa
berpikir ulang dua kali. Siapa yang menciptakan dirinya? Itulah yang perlu
ditanyakan! Kalau bukan Tuhan yang tunggal. Satu. Esa. Dia-lah tiada Tuhan
selain Dia, Allah Swt.

 

Bicara tentang dibenci dan dicaci penulis pernah dan sering mengalaminyaâ€"dan
tentu Anda sendiri pun bahkan pernah dan sering pula mengalami seperti saya
ini, bukan? Mungkin! Tapi itu wajar dan lumrah. Karena kita hidup [ber-hablumminnas] tak selalu selamanya disukai
dan dihormati tetapi harus siap menerima resiko. Dan resiko itu bernama: Dibenci
dan Dicaci! Jadi untuk itulah sesuai judul tulisan di atas maka sediakan ruang
selalu untuk dibenci dan dicaci Karena hidup tak selalu lurus-lurus saja
terkadang ada bengkoknya…

 

Ya, membuat orang lain menyukai dengan diri kita tidaklah gampang. Mudah.
Pun begitu membuat orang jatuh hati [cinta] kepada diri kita pula tidaklah
semudah membalikan tangan. Adrakadabra…Ting!
Timbulah rasa itu…Saya rasa musykil! Begitu pun merubah rasa benci menjadi rasa
sayang [dicintai] bukan pula perkara remeh atau sepele. Hmm…ibarat secangkir teh
bila dituangkan segenggam gula dari tangan 
tetap saja masih ada rasa kecut dan pahitnya. Semua tak mudah dihilangkan.
Begitu juga rasa benci dan rasa dicaci oleh orang lain kepada diri kita. Masih saja
tersimpan!

 

Hal ini mengingatkan saya tentang peristiwa di kampung halaman saya.
Dimana di kampung halaman saya terdapat ada dua penghuni rumah yangâ€"hidupnya selalu
saja saling memalingkan muka antara yang satu dengan yang lain. Begitulah tiap
harinya. Bahkan ada saja yang diributkan. Slek. Setelah itu saling menghujat
jika bertemu lalu saling menghardik. Sampai-sampai ada diantara mereka   dari
mulutnya keluar semua para penghuni kebun binatang. Saling menyerang! Ironi
sekali.

 

Memang tidaklah mudah melakukan anjuran dan  meninggalkan larangan. Orang yang dibenci dan
dicaci tentu selalu punya emosi untuk balik menyerang. Membalas. Saat itu
logika tak main. Hanya nafsu setan yang didahulukan. Pun orang yang dicaci
punya hasrat untuk kembali membuat ‘perhitungan’. Karena itulah penerimaan
lebih kuat pada aspek pengendalian diriâ€"dan karenanyalah Allah murka kepada
orang-orang yang tidak sanggup menerima ketika dia mengharuskan mereka
menerima.

 

Dus, kebencian orang lain
memang perlu dan butuh penerimaan yang tulus, ihklas dan sabar serta legowo.
Bukan yang dinamakan penerimaan yang direkayasa. Bukan penerimaan yang sengaja
diciptakan membuat orang lain untuk selalu membenci agar kita mendapatkan kebaikan
dari perlakuan buruk itu. Bukan itu yang dimaksud!

 

Memang realita kehidupan kita memang tidak pernah menyediakan ruang bebas
untuk dibenci dan dicaci. Karenanya sebelum diri mendapati benci dan dicaci itu
sediakan selalu ruang di hati untuk dibenci dan dicaci. Halnya memadamkan percik
api benci dan dendam tidaklah mudah. Karena itulah di hati kita harus selalu
ada ruang yang tersedia untuk menerimanya. Tetapi  yang lebih penting lagi  setelah itu, kebencian dan dendam itu dihapuskan
dengan kata maaf. Karena sikap itulah yang akan mengantarkan kita kepada
surganya Sang Khalik. Wa’allahua’lam.

 

Dan siapa yang tidak sanggup
bersabar menerima ujian-Ku, maka hendaklah dia keluar dari kolong langitku dan
hendaklah dia mencari Tuhan selain diri-Ku.”[]

 

 

 

Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/
9.

(Inspirasi Iseng) We Love You, Bunga Cintra Lestari !!

Posted by: "~ Made Teddy Artiana ~" made.t.artiana@gmail.com

Sat Mar 13, 2010 2:21 am (PST)



*We Love You, Bunga Cintra Lestari !!*
oleh Made Teddy Artiana, S. Kom
-*company profile developer-
*

*Jika ada yang bilang ku lupa kau
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku tak setia
Jangan kau dengar
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak
Semua itu karena ku cinta kau

Jika ada yang bilang ku tak baik
Jangan kau dengar
Jika ada yang bilang ku berubah
Jangan kau dengar
Banyak cinta yang datang mendekat
Ku menolak
Semua itu karena ku cinta kau

Saat kau ingat aku ku ingat kau
Saat kau rindu aku juga rasa
Ku tahu kau s'lalu ingin denganku
Ku lakukan yang terbaik
Yang bisa ku lakukan
Tuhan yang tahu ku cinta kau
*

Hampir semua orang tahu potongan syair diatas adalah lagu milik Bunga Citra
Lestari. Coba luangkan waktu mengamati syair-syairnya. Isinya tentang cinta,
godaan, kesetiaan yang sungguh dan TUHAN.

*Cinta dan kesetiaan memang tidak dapat dipisahkan dari TUHAN.*

Sekarang bandingkan dengan syair-syair perselingkuhan yang laku keras
akhir-akhir ini. Lagu-lagu yang memandang remeh terhadap kesetiaan, cinta
dan sekaligus memandang remeh terhadap TUHAN sumber segala sumber cinta.

*(para alim ulama dan tokoh agama berkata : "para artis dan pencipta
lagu-lagu jenis ini suatu saat-cepat atau lambat- akan berurusan dengan DIA
dan merasakan betapa uang yang mereka dapatkan dari semua itu tidak akan
mampu menghibur, mengobati dan mendatangkan damai sejahtera bagi mereka. As
long as lagu-lagu perselingkuhan milik mereka bergema dan mempengaruhi
orang, selama itu pula laknat itu akan terkirim, bahkan sampai ke liang
lahat !!")*

Jika demikian lagu milik BCL itu laksana kolam renang di tengah padang
pasir, emas diantara kotoran sapi yang menggunung atau burung cendrawasih
dianata kumpulan burung bangkai.

Memang lagu tidak dapat dijadikan satu-satunya penyebab terjadinya segala
kekacauan akibat perselingkuhan ini. Semuanya berpulang pada pribadi
masing-masing. Tetapi lagu-lagu, film, TV, radio dan sebagainya memegang
peranan luarbiasa dalam menformat bawah sadar seseorang.

Tidak percaya ? Silakan buktikan sendiri.
Selama satu minggu kedepan, berhenti mendengarkan lagu-lagu bertema
perselingkuhan (atau segala sesuatu yang tidak membangun) lalu gantikan
dengan sesuatu yang memotivasi.

Bahkan tak jarang lagu-lagu perselingkuhan menjadi semacam theme song bagi
seseorang yang sedang menjalaninya, sehingga mereka seolah-olah merasa
sedang beradegan disebuah video klip.

Memang kadang akibatnya bisa jadi tidak langsung terasa, tetapi lagu-lagu
yang "nakal" (aku lebih suka menyebutnya : jahat) dapat dianalogikan seperti
seseorang yang sedikit demi sedikit sedang membangun tembok pembatas dan
tersadar setelah tembok itu terlalu tinggi untuk diloncati, terlalu kuat
untuk dirubuhkan, terlalu perkasa untuk dikalahkan.

*Siapakah yang dapat membawa bara api dalam bajunya dan tidak terbakar
karenanya ?*

Demikian pula perselingkuhan. Dunia terlanjur mempromosikan "racun tikus"
ini sebagai vitamin yang menawarkan petualangan, kesegaran dan kenikmatan.
Aman dan harus dicoba. Padahal perselingkuhan hanya akan membawa sebuah luka
bathin yang susah disembuhkan, kehancuran dan ketidakharmonisan dengan hidup
dan Sang Pencipta.

Bagaimana kira-kira nasib bangsa ini jika orang-orangnya tidak memandang
hormat terhadap cinta, kesetiaan dan pernikahan ? Padahal manusia dibentuk
pertama kali dan terutama didalam keluarga mereka ?

Sementara orang-orang tua –kehilangan hikmat- menanggapi itu hanya dengan
tersenyum tipis : "Dasar anak muda jaman sekarang". Atau malah menjadi
tauladan bejat dengan berselingkuh bak anak muda.

Bagaimana jika korban perselingkuhan adalah ibu kandung kita ? atau ayah
kandung kita ? Apakah nikmat rasanya jika anak, adik, kakak kita terluka
karenanya ? Atau jika kita korbannya adalah kita sendiri ? Jika demikian
mengapa kita seringkali memposisikan diri sebagai sales marketing
perselingkuhan ?

Client kami, seorang mantan pengusaha ternama (dan anak pengusaha ternama
pula) yang kemudian bangkrut, karena ulah sang ayah yang berselingkuh dengan
artis, nyata-nyata menjadi korban tragis semua itu. Bahkan dihari
pernikahannya, dengan mata basah oleh air mata dan wajah memendam luka, ia
dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan sang ayah masih bermesraan dengan
selingkuhannya, didepan istri dan semua undangan pernikahan.

Padahal bukti terbesar cinta kita pada anak-anak kita, adalah mencintai
ayah/ibu mereka –atau pasangan kita- dengan tulus dan setia. Harta,
kesuksesan, jabatan hanya nomer sekian yang menyenangkan namun belum tentu
membahagiakan.

Belum lagi seorang client kami yang lain, nyaris bunuh diri karena dua
minggu sebelum acara pernikahannya berlangsung (semuanya telah disiapkan,
bahkan undangan sudah tersebar). Calon istrinya membatalkan seluruh rencana
pernikahan dan kabur dengan selingkuhannya.

Padahal bakti terbesar kita pada kedua orang tua kita adalah menjadi manusia
berakhlak mulia, yang bisa mereka banggakan dihadapan TUHAN kelak. Karena
tidak satupun bentuk kesuksesan, harta, jabatan yang terlalu hebat dan dapat
dibanggakan waktu itu.

Belum lagi curhat via email seorang ibu dengan dua anak, yang begitu
menderita bathin karena terpaksa beradegan palsu setiap hari, dengan
berpura-pura tidak mengetahui perselingkuhan suami, demi keutuhan rumah
tangga dan anak-anak tercinta.

Ada pula seorang pengusaha warung tenda yang sukses yang akhirnya bangkrut
lontang-lantung ditinggal istri karena berselingkuh dengan wanita lain dan
kini terpaksa jadi sopir angkot.

"Saya kualat sama istri saya Mas", katanya disuatu kesempatan padaku sambil
menangis tersedu-sedu penuh penyesalan,"tapi sekarang sudah terlambat Mas,
sudah terlanjur hancur-hancuran. Sudah kering kali air mata ini Mas minta
ampun".

Daftar ini jika dipanjangkan besar kemungkinan akan jadi sebuah buku setebal
ratusan halaman.

Seorang sahabat pernah mengingatkan, "Perselingkuhan atas nama apapun adalah
sebuah bentuk penghinaan terhadap keberadaan TUHAN."

Seirama dengan nasehat diatas, seorang Ustadz yang sangat terkenal, dalam
sebuah kutbah nikah tak bosan-bosan mengingatkan, bahwa suami yang sukses
dan mulia adalah suami yang mencintai, setia dan memuliakan istrinya.

Akhir kata : *"TUHAN yang tahu, ku cinta kau"*

BCL, semoga dirimu dan Ashraf berbahagia selalu dan entah apakah ada upaya
pemakzulan presiden atau tidak, yang jelas…LANJUTKAN !!!

(***)

what a wonderfull world !
Made Teddy Artiana, S. Kom
photographer & penulis
http://semarbagongpetrukgareng.blogspot.com/
0813 178 227 20
http://theanonymouslove.multiply.com
http://loveforallseasons.multiply.com
http://outdoorprewedding.multiply.com
http://prewedding.multiply.com

http://candidwedding.multiply.com
http://weddingcandid.multiply.com

--

what a wonderfull world !
Made Teddy Artiana, S. Kom
photographer & penulis
http://semarbagongpetrukgareng.blogspot.com/
081317822720
10a.

Re: [catcil] Cerita Tentang Ibu

Posted by: "diva p" diifaa_03@yahoo.com   diifaa_03

Sat Mar 13, 2010 2:21 am (PST)



ibu..... bahasan yang tak pernah habis akan cinta dan pengorbanannya

TFS mbak nop

Salam

Wiwik Hafidzoh

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, novi khansa' <novi_ningsih@...> wrote:
>
> Pada sebuah kesempatan saat kuliah, salah satu dosen kami bercerita.
> Hal yang biasa sebagai selingan dari materi yang beliau sampaikan. Ada
> beberapa cerita yang sempat terulang, misalnya kisah Rabi'ah Al
> Adawiyah. Kali ini, ceritanya tentang seorang ulama yang sudah banyak
> menghasilkan karya.
>
> Ulama yang satu ini, aku agak lupa
> persisnya nama ulama tersebut, saking rajinnya mencari ilmu dan menulis
> sehingga tidak sempat makan. Ibunya yang melihat hal itu tidak tega dan
> menyuapi makanan kepada anaknya tersebut. Hmm, saking konsentrasinya
> dengan apa yang dikerjakan (menulis) anak tersebut sampai tak sadar
> kalau makanannya sudah habis. Setelah aktivitasnya selesai, dia kembali
> meminta makan kepada sang ibu, hehe.
>
> Di sini, aku bukannya
> menyorot keseriusan ulama tersebut karena saking seriusnya belajar
> sampai tidak sadar makanannya sudah habis, tapi kemuliaan seorang ibu.
>
> Ketika
> sang dosen bercerita hal tersebut, aku langsung ingat ibuku. Seringkali
> ketika aku sibuk di depan komputer, ibu menyodorkan makanan siap saji,
> hehe bukan junk food, tapi nasi yang sudah beserta lauk dan sayur,
> kalau perlu plus buah. Tak jarang, ketika disodorkan makanan tersebut,
> aku menaruh kembali di meja dan ibu menyuruh aku segera memakannya.
> Berhenti sejenak dari aktivitas yang ibu tahu konsekuensinya.
>
> Suatu
> kali, ketika aku sibuk bermain dengan 3 keponakanku di depan laptop.
> Merekam kegiatan mereka dari menyanyi, bercanda dan lain-lain, ibu pun
> kembali menyodorkan makan malam. Hehehe, aku sampai lupa kalau belum
> makan karena sedang seru-seruan dengan mereka. Akhirnya, aku dan kedua
> keponakanku yang masih bertahan di depan laptop menikmati makanan dari
> ibu.
>
> Tidak hanya pada aku ibu berbuat seperti itu, kepada
> kedua kakakku juga sama. Pokoknya harus makan, harus sehat. Kalau susah
> diingatkan ya langsung disodorkan.
>
> Itu hanya salah satu contoh
> kebaikan yang ibu berikan kepada kami, masih banyak hal lain yang kalau
> mengingatnya membuatku menangis. Di usia tuanya, ibu masih terus
> memberikan segalanya kepada kami dengan melimpahnya pengertian yang
> beliau miliki. Padahal ibu juga punya impian untuk mengurus mbah yang
> usianya makin tua di kampung.
>
> Kini,
> ibu lebih sering tinggal di rumah kakak yang masih repot-repotnya
> mengurus 4 anak yang masih kecil. Sesekali, ibu pulang ke rumah kami di
> sini yang sekarang dihuni aku dan kakak laki-lakiku yang sudah menikah.
>
>
> Dari dulu, kalau bisa aku lihat dengan matahati ibu dan bapak
> benar-benar seimbang mendidik kami. Bapak dengan ketegasan dan
> kemandirian dan ibu dengan kelembutan dan kasih sayang. Ibu juga
> menjadi 'jembatan' antara kami semua. Ibu titik sentral keluarga kami.
> Ibu tempat curhat segala-galanya, bahkan ibu juga bagai teman bagiku.
> Ibu jarang menentangku, hampir selalu menuruti keinginanku.
>
>
>
> Dengan
> argumen yang kuat dan kesungguhanku untuk membuktikan serta kecintaan
> pada sesuatu, ibu akan mendukung hal tersebut. Ketika aku ingin kuliah
> lagi, ketika aku tidak mau kerja kantoran, ketika aku ingin kursus,
> ketika aku lebih memilih tinggal sendiri saat itu, ketika banyak hal
> yang terjadi dalam hidupku, beliau selalu dan selalu mendukung.
>
> Ibu
> juga tak jarang mengkritik dan menasehatiku. Ibu tak pernah menuntutku
> macam-macam. Ibu tahu benar, keinginanku banyak, aktivitasku juga
> banyak, aku ingin ini dan itu, dan di sana ibu selalu menjadi tempat
> mengadu dan manajer yang selalu mengingatkan.
>
> Ibu juga suka
> bercerita tentang masa lalu, masa kecil, ketika baru menikah, ketika
> menjalani masa-masa berat pindah ke Jakarta, dan banyak lagi. Aku
> selalu senang mendengar cerita ibu. Aku jadi tahu kalau ibu pernah
> menempuh jalan yang cukup jauh untuk jualan bakwan dan makanan kecil
> lainnya sambil menggendong aku yang masih bayi.
>
> Aku jadi
> ingat, ibu pula yang mengajarkanku jualan es, tidak hanya mengajarkan,
> tetapi membuatkan ketika malam-malam. Ibu meracik susu coklat dan sirup
> dan kemudian kami akan membungkusnya. Hasil penjualan es bisa untuk
> membayar listrik saat itu.
>
> Aku merasa mendapat begitu banyak dari sosoknya, tetapi makin hari merasa kurang memberi kepadanya....
>
> Menyadari
> sekali belakangan ini, aku terlalu sibuk dengan aktivitasku, belakangan
> malah ibu kembali menurutiku untuk menjalani aktivitas baru yang insya
> Allah akan dimulai bulan April.
> Aku tahu aku sudah cukup dewasa
> dalam mengambil keputusan, tetapi aku merasa perlu melaporkan segala
> hal yang aku lakukan kepada ibu, apalagi hal itu berkenan dengan
> pekerjaan, pendidikan dan aktivitas lainnya.
>
> Dari kecil,
> secara langsung atau tidak langsung, kami diajakarkan untuk berterus
> terang. Kami juga dibebaskan, tapi bertanggung jawab. Kami semua
> merasakan tinggal terpisah dengan orangtua dengan modal kepercayaan
> dari mereka.
>
> Akan tetapi, aku lupa kalau ibu pasti punya
> keinginan kepada diriku. Aku lupa, ada binar ibu ketika aku pernah
> menyampaikan sesuatu hal dan raut kecewa ketika aku membatalkan. Aku
> juga pernah melihat wajah kecewa ibu saat aku memutuskan sesuatu hal.
> Seperti yang aku bilang, ibu tak banyak menuntut, ibu tak banyak
> maunya.
>
> Hmm, ibu, maafkan aku... aku belum bisa benar-benar
> membahagiakanmu ketika aku lagi-lagi mengecewakan untuk hal yang satu
> itu. Moga perlahan, tapi pasti dengan aktivitas yang aku jalani saat
> ini aku bisa menata ulang semua ini... dan memberi kabar bahagia
> untukmu... suatu saat nanti :)
>
>
>
> ***
>
> "Anda adalah cermin dari pikiran-pikiran Anda Sendiri"
> (Syekh Muhammad Al Ghazali)
>
> ***
>
>
>
> novi_khansa'kreatif
> ~Graphic Design 4 Publishing~
> YM : novi_ningsih
> http://akunovi.multiply.com
> http://novikhansa.wordpress.com/
>

11a.

Re: [Catcil] Detik-detik Aku Merasa (Mau) Mati

Posted by: "diva p" diifaa_03@yahoo.com   diifaa_03

Sat Mar 13, 2010 2:23 am (PST)



ikut tegang juga bacanya, tetapi alhmadulillah akhirnya baik2 saja, lain kali lebih hati2 pril, tengak kanan tengok kiri

amin, moga Allah menyambut kita dengan senyumNya ketika menghadapNya kelak

salam

Wiwik Hafidzoh

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Aprillia Ekasari <april_reto@...> wrote:
>
> Beberapa bulan lalu, aku dan beberapa teman berkesempatan menjadi tamu Bupati Lumajang. Yeah, sebenarnya bukan tamu seperti tamu umumnya, karena di sana kami ada tugas belajar tentang manajemen pemerintahan daerah. Pulang dari kantor Kabupaten, sebagaimana layaknya orang bepergian ke suatu daerah, rasanya tak lengkap jika pulang ke Surabaya tanpa membawa buah tangan apapun. Jadi, meskipun pak Bupati sudah memberi kami masing-masing keripik satu kardus, kami putuskan tetap akan mampir membeli oleh-oleh khas Lumajang. Pisang kipas dan alpukat adalah pilihan kami. Kedua buah itu memang khas Lumajang.
>
>  
>
> Beriringan, dua mobil berisi aku dan teman-teman menuju tempat penjualan oleh-oleh yang kami maksud. Letaknya di pinggir jalan raya, otomatis mobil kami parkir juga di sana. Kebetulan aku duduk di sebelah kanan belakang driver. Sebelum keluar mobil, aku berhati-hati memastikan bahwa di belakang tidak ada kendaraan lewat.
>
>  
>
> Setelah memastikan jalan sepi, tak ada tanda-tanda ada mobil lewat aku membuka pintu dan keluar. Alhamdulillah, pintu sudah tertutup ketika tanpa aku sangka dari arah depan tiba-tiba muncul bus dengan kecepatan tinggi mendahului sebuah mobil yang berjalan agak pelan di seberang jalan. Otomatis, bus itu berubah jalur, lewat di bagian jalan dimana aku berdiri di sana.
>
>  
>
> Pada dasarnya, aku termasuk orang yang sedikit phobia dengan jalan besar. Aku punya trauma yang cukup dengan jalan raya, sehingga selalu takut tertabrak setiap kali menyebrang jalan. Jadi, begitu melihat bus itu aku seperti robot. Rasaya tubuh kaku, tak bisa digerakkan, meski pikiran sudah berkali-kali memerintahkan "Lari ke belakang mobil!" Kalau orang Jawa bilang namanya "ketenggengen".
>
>  
>
> Saat itulah, aku merasa kematian sudah begitu dekat denganku. Alhamdulillah, masih bisa menyebut nama-Nya. Aku pasrah, jika harus mati sekarang atau nanti. Toh, aku juga akan mati. Bukankah, tak ada yang kekal di dunia ini. Allah berfirman dalam QS Ar Rahman 26-27: "Dan tiap-tiap yang ada di bumi akan binasa. Dan yang (kekal) adalah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemulian."
>
>  
>
> Meski begitu, sebagai manusia biasa aku juga agak-agak nelongso, "Ya Allah, masa toh ya Aku mati ketabrak bus gini sih? Apa tak ada kematian yang lebih elegan buatku?" Yeah, begitulah. Akhirnya, yang bisa kulakukan cuma satu. Berdiri tegak, mepet dengan body mobil. Bus pun, tak mengurangi kecepatan akhirnya lewat di persis di hadapanku. "Ya Allah!" teriakku dalam diam. Aku tidak tahu, apa sopir dan penumpang bus sadar aku ada di sana. Sementara teman-temanku mungkin sedang asyik memilih oleh-oleh, mereka tidak menyadari aku hampir tertabrak karena aku memang kembali ke mobil sendiri untuk mengambil dompet saat itu.
>
>  
>
> Jika diukur dengan penggaris, mungkin jarak hidungku dengan badan bus cuma sekitar 10 cm-an. Entahlah, yang pasti hidungku bisa merasakan hampir mencium badan bus. Alhamdulillah, Tuhan sayang padaku, aku tak pingsan. Entah, apa jadinya kalau aku pingsan saat itu. Bus, dalam hitungan detik sudah kabur begitu saja. Detik-detik aku merasa (mau) mati sudah lewat, tapi hingga sekarang masih menyisakan pelajaran berharga. Bahwa segala hal memang berada di dalam kehendak-Nya. Sekali lagi, semua berjalan atas kehendak-Nya. Kematian adalah kehendak-nya pula. Entah kapan datangnya, semoga aku, kita semua, selalu siap.
>
>  
>
> Semenjak saat itu, setiap selesai sholat aku menyisipkan doa memohon supaya Allah memberiku kematian dengan cara yang terbaik, yang husnul khatimah. Mungkin kejadian yang kualami itu adalah salah satu cara-Nya mengingatkanku untuk tidak terlalu terlena dengan hidup, untuk tidak terlalu memikirkan hal-hal sepele yang berujung kesedihan, juga untuk tidak terlalu banyak tertawa jika sedang gembira. Rasulullah bersabda: "Perbanyaklah olehmu mengingat si penghancur segala kenikmatan, yaitu kematian. Sesungguhnya tidaklah seseorang yang mengingat kematian dalam kesempitan hidup kecuali Allah memberikan kelapangan kepadanya. Tidaklah seseorang mengingatnya dalam kelapangan hidup kecuali Allah memberikan kesempitan baginya" (HR Baihaqi dan Ibnu Hibban).
>
>  
>
> "Ya Allah, semoga Kau mencabut nyawaku dalam keadaan diri yang masih memegang teguh iman ini. Amiin."
>
>  
> Surabaya, 8 Maret 2010
>
> Aprillia Ekasari
> 081 793 222 06
>

Recent Activity
Visit Your Group
Drive Traffic

Sponsored Search

can help increase

your site traffic.

Cat Zone

on Yahoo! Groups

Join a Group

all about cats.

Y! Messenger

All together now

Host a free online

conference on IM.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: