Senin, 15 Maret 2010

[sekolah-kehidupan] Digest Number 3006[1 Attachment]

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (7 Messages)

Messages

1a.

Re: Buku Kehamilan Kami dan Dua Kehamilanku

Posted by: "INDARWATI" patisayang@yahoo.com   patisayang

Sun Mar 14, 2010 9:28 am (PDT)



Amin... makasih Mas.

salam,
Indar

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "Yons" <kolumnis@...> wrote:
>
>
> selamat mbak
> semoga bukunya laris manis dech ^_^
>
> salam
> yons achmad
> http://twitter.com/penakayu
>
> --- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Indarwati Indarpati <patisayang@> wrote:
> >
> >
> >
> >
> >
> > Buku
> > Kehamilan Kami dan Dua Kehamilanku
> >
> >  
> >
> > Jumat
> > itu, hatiku bungah tak terkira. Sehari sebelumnya aku di-tag seorang friend
> > akan sebuah foto. Ternyata…foto itu adalah kaver buku terbaru kami, Panduan Pintar Hamil & Melahirkan.  Alhamdulillah, akhirnya, setelah sekian lama,
> > aku dan Ichen nama panggilan Dewi Cendika sahabat duetku di buku itu bisa
> > tersenyum lebar.
> >
> >  
> >

> >
> >
> > Indarwati
> > irt, penulis lepas, plus souvenir maker
> > curhatan http://lembarkertas.multiply.com
> > kreasi tangan http://craftcafe.multiply.com
> > FB: indar7510@
> >
>

1b.

Re: Buku Kehamilan Kami dan Dua Kehamilanku

Posted by: "APRILLIA" april_reto@yahoo.com   april_reto

Mon Mar 15, 2010 2:56 am (PDT)



Selamat ya mbak-mbak (eh ibu-ibu ^_^V) :)
salam,
Apruil

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Indarwati Indarpati <patisayang@...> wrote:
>
>
>
>
>
> Buku
> Kehamilan Kami dan Dua Kehamilanku
>
>

2.

Artikel:  Prinsip Dasar Cara Berbisnis Insan Pilihan

Posted by: "Dadang Kadarusman" dkadarusman@yahoo.com   dkadarusman

Sun Mar 14, 2010 6:06 pm (PDT)



Artikel:  Prinsip Dasar Cara Berbisnis Insan Pilihan
 
Hore,
Hari Baru!
Teman-teman.
 
Apakah anda pernah mendengar seseorang mengatakan; ”Cari duit haram saja susah, apalagi yang halal?”. Saya pernah. Dan ketika mendengar itu, hati saya miris. Bukan karena sikap orang itu. Melainkan karena ketakutan saya untuk ikut-ikutan mempunyai prinsip hidup seperti itu. Sebab, saya ingin agar seluruh sel hidup dalam tubuh istri dan anak-anak, serta diri saya sendiri hanya memakan makanan yang dihasilkan dari nafkah yang halal saja. Saya takut Tuhan marah karena menafkahi keluarga dengan sesuatu yang Dia tidak suka. Masalahnya adalah; lingkungan bisnis kita sering menganggap seolah hal semacam itu merupakan sesuatu yang sudah lumrah.
 
Suatu sore belum lama ini, sahabat saya menelepon. Dia mengabarkan kalau saat ini sedang berada di sebuah pameran buku. Saya terkejut ketika dia bilang bahwa buku edisi pertama saya yang pertama kali diterbitkan di tahun 2005 itu katanya juga ikut dipamerkan. Padahal, selalu saya katakan bahwa buku itu sudah sejak lama tidak ada dipasaran. Buku itu sekarang muncul lagi setelah hampir dua tahun lamanya hak penerbitannya kembali ke tangan saya. Apa iya penerbit sebesar itu melakukan tindakan serupa itu? Begitu saya berpikir. Tetapi, saya yakin sahabat saya tidak sedang bercanda.
 
Maka keesokan harinya, saya meluncur ketempat pameran buku itu. Dan benar saja. Disana terdapat buku saya yang dulu oleh penerbitnya dilaporkan sudah tidak ada stok lagi. Memang, ada sedikit stok. Namun, jumlah copy yang ada dipameran itu saja sudah melebihi angka yang ada dalam lembar laporan mereka sekitar 2 tahun lalu. Untuk sekedar dokumentasi, saya memfoto stand pameran itu. Lengkap dengan tumpukan buku-buku saya. Lalu membeli satu copy. Lantas, saya tempelkan struk pembeliannya dibuku itu. Beberapa saat sebelum pengembalian hak penerbitan itu, memang saya sempat meminta penjelasan mengenai keanehan laporan status stok buku yang tidak terlacak sejumlah lebih dari 500 eksemplar.
 
Menemukan fakta ini, saya sempat menerawang atas apa yang akan terjadi pada naskah buku lain yang saya miliki. Padahal, tahun 2010 ini saya sudah mencanangkan untuk menerbitkan minimal 4 judul buku baru. Dan jika segala sesuatunya lancar; tepat pada saat ulang tahun pernikahan kami, dibulan April ini sudah tersedia di toko buku. Sesaat kemudian, kekhawatiran saya atas fakta ini segera tergantikan oleh kata-kata orang itu tentang duit tadi. Tetapi, saya tidak yakin kalau dari menjual buku itu mereka mendapatkan banyak penghasilan. Lalu, pikiran saya berkata;”Mungkin sekarang mereka menemukan stok buku yang dulu hilang.”  Daripada buku itu masuk ke tempat sampah, kan lebih baik di jual ke orang? Tetapi, siapa sih sesungguhnya pemilik buku-buku itu?
 
Dari sinilah kemudian saya teringat pelajaran yang disampaikan guru mengaji saya tentang ahlak Rasulullah. Beliau mengatakan bahwa Rasulullah SAW adalah seorang pengusaha yang sangat jujur. Dalam berniaga, beliau memastikan tidak ada hak-hak pihak lain yang terlanggar. Bahkan saking jujurnya Kekasih Allah itu, sampai-sampai beliau memberi tahu pelanggannya tentang berapa modal dasar barang yang dijualnya. Misalnya, beliau membeli barang modal seharga 10 dirham. Lalu membawa barang itu untuk dijual kembali. Dan saat bertemu dengan calon pembeli, Rasulullah mengatakan bahwa beliau membeli barang itu dipasar dengan harga 10 dirham. Lalu beliau menetapkan harga jual kembali dengan selisih keuntungan yang diambilnya.
 
Saya tidak terlampau kagum ketika mendengar kisah ini. Karena, waktu kisah itu diceritakan; umur saya masih kecil. Bukan tidak kagum kepada ahlak Nabi. Melainkan karena saya tidak memiliki kaitan dan pemahaman langsung tentang apa yang sesungguhnya terjadi didunia bisnis. Namun, ajaib sekali. Pelajaran yang saya peroleh dimasa belia itu masih bersemayam didalam alam bawah sadar saya hingga kini. Sehingga, ketika saya benar-benar mulai mengenal dunia kerja itu seperti apa; saya bisa menemukan relevansinya. Sekarang saya mengerti, mengapa Tuhan mengutus Nabi sebagai seorang pedagang. Karena, Tuhan ingin agar Nabi memberi contoh nyata tentang tata cara berniaga yang penuh berkah.
 
Nabi tidak pernah melarang para pedagang untuk mengambil keuntungan yang banyak. Karena, dalam berbisnis kita boleh mengambil untung sebanyak yang kita bisa. Kalau kita bisa mengambil untung yang banyak; silakan saja. Sebab, pelanggan memegang kendali sepenuhnya untuk membeli lagi, atau mencari pemasok lain saja. Tetapi, Nabi mengajarkan kita tentang etika. Supaya hasil yang kita peroleh dalam usaha tidak hanya banyak jumlah fisiknya saja. Melainkan juga berkah nilainya. Itulah sebabnya dalam berbisnis, Nabi mengutamakan kejujuran. Dan menghindari muslihat.
 
Kata guru mengaji saya; ”Nabi melarang kita mengurangi takaran.”.  Kita bilang satu kilo, tetapi berat sesungguhnya hanya 950 gram. Kita melaporkan terjual 3, padalah sisa hasil penjualan unit lainnya disembunyikan. Kita mengaku rugi kepada pemilik saham, padahal dalam pembukuan yang sebenarnya mencatatkan keuntungan. Ketika beliau menyampaikan ajaran itu; manusia berada pada jamam jahiliyyah. Artinya, kecurangan tengah merajalela. Tipu muslihat menjadi nafas cara berbisnis para pengusaha. Dan kebohongan, merupakah senjata utama para pelobi. Sedangkan kerakusan merupakan sifat dasar perencana proyek.
 
Anda yang bukan pengusaha mungkin terkekeh-kekeh. Karena, melalui guru mengaji saya Sang Nabi tengah menasihati para pengusaha. Tetapi, jangan lupa; bahwa sebelum menjadi pengusaha beliau juga seorang pegawai upahan. Beliaulah yang menggembalakan domba-domba milik para majikan. Dan dari pekerjaannya itulah beliau memperoleh bayaran. Sama seperti kita. Ternyata, sebelum diangkat menjadi Nabi; Muhammad juga adalah seorang pekerja. Hal terindah yang paling saya ingat tentang sifatnya yang terekam dalam sejarah adalah; para majikannya tidak pernah menemukan karyawan sejujur, dan segiat insan pilihan itu. Makanya, gelar Al-Amien melekat kepada dirinya sejak masih kanak-kanak hingga wafat. Artinya, orang-orang bersaksi bahwa Dia adalah manusia yang jujur, dan dapat dipercaya. Baik didalam kehidupannya sebagai seorang pekerja. Maupun sebagai pengusaha. Bisakah kita juga menirunya?
 
Mari Berbagi Semangat!
Dadang Kadarusman
Learning Facilitator  of “Fundamental Leadership Development” Program
http://www.dadangkadarusman.com/  
 
Catatan Kaki:
Jika kita tahu bahwa mencari uang haram itu susah, mengapa kita tidak mengupayakan untuk memperoleh yang halal saja?
 
Melanjutkan tradisi tahun lalu, pada bulan April dan Mei 2010 ini kami akan mengundi/memilih 4 perusahaan untuk memperoleh sesi Pengembangan Diri Gratis kami selama 2 jam. Hanya berlaku di DKI Jakarta. Topiknya; ”Kita Ini Mahluk Sempurna, Tapi Tidak Berarti Tanpa Cela.”  Bagi Anda yang tertarik untuk mengikutsertakan perusahaannya dalam undian/pemilihan ini  silakan mendaftarkan nama dan identitas perusahaannya melalui email dengan subjek “Tradisi 2010” lalu kirim ke dkadarusman@yahoo.com . Perusahaan yang tahun lalu sudah terpilih diperbolehkan untuk mendaftar kembali.
 
Melalui project Mari Berbagi Semangat! (MBS!) sekarang buku saya yang berjudul ”Belajar Sukses Kepada Alam” versi Bahasa Indonesia dapat diperoleh secara GRATIS. Jika Anda ingin mendapatkan ebook tersebut secara gratis silakan perkenalkan diri disertai dengan alamat email kantor dan email pribadi (yahoo atau gmail) lalu kirim ke bukudadang@yahoo.com

3.

permisi...mau promosi...seminar & workshop penulisan skenario ^ ^

Posted by: "MIAU IMA" yory_2008@yahoo.com   yory_2008

Sun Mar 14, 2010 6:06 pm (PDT)

[Attachment(s) from MIAU IMA included below]

assalamu'alaikum

smoga berkenan

makasih

^ ^

Get your preferred Email name!
Now you can @ymail.com and @rocketmail.com.
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Attachment(s) from MIAU IMA

1 of 1 Photo(s)

4.

(Inspirasi Iseng) "Oneng, Jangan Kau Curi Kambing Emaaakk !!!"

Posted by: "~ Made Teddy Artiana ~" made.t.artiana@gmail.com

Sun Mar 14, 2010 6:07 pm (PDT)



*"Oneng, Jangan Kau Curi Kambing Emaaakk !!!"*
oleh : Made Teddy Artiana, S. Kom
(fotografer & penulis)

*"The best way to predict the future is to create it".*
Peter F. Drucker

Kisah yang akan kututurkan ini adalah kisah nyata. Kisah nyata yang cukup
memilukan dan mungkin belum berakhir sampai sekarang. Meskipun yang
menceritakan sudah tidak bekerja lagi padaku, namun kisah ini akan selalu
kuingat sampai kapanpun.

Kadang aku berpikir bahwa inilah luar biasanya kehidupan itu. Seringkali
seperti halnya malaikat yang berada di sekeliling kita, tidak selalu
menampakkan diri dalam rupa yang berkilauan, begitu pula dengan berkat,
rejeki atau apapun namanya, seringkali datang menjumpai kita tidak dalam
wujud uang, harta dan kesuksesan. Kadang ia menyamar dalam bentuk kesehatan,
persahabatan teman-teman, pelukan hangat istri dan anak-anak kita, atraksi
lucu hewan peliharaan dan tanaman kesayangan yang berbunga, atau bahkan
dalam wujud yang ekstrim seperti sakit-penyakit, kesedihan, kegagalan
sementara, kebangkrutan, bahkan pengalaman pahit milik orang lain.

Keharmonisan kita dengan hidup ini dan keyakinan kita akan cinta TUHAN-lah
yang kemudian memegang peranan penting, sejauh mana semua itu dapat
ditransformasikan ke dalam bentuk kebaikan, karena memang segala sesuatu
yang terjadi disekitar kita berlaku dengan satu maksud, yakni membaikkan
diri kita.

Adalah seorang wanita tua renta bernama Isah (bukan nama sebenarnya).
Diumurnya yang hampir memasuki tujuh puluh tahun, ia masih harus bekerja
sebagai pembantu rumah tangga.

Rambutnya sudah menipis, dan yang tersisa itupun sudah tidak berwarna hitam
lagi. Keriput tidak dapat disembunyikan lagi pada kulit wajah dan tangannya.
Apalagi bau badannya…bau khas nenek-nenek !

Pertemuan kami, pertama kali dengan nya, sempat memunculkan rasa simpati dan
iba yang mendalam. Sejujurnya, tidak sampai hati kami untuk mempekerjakan Bi
Isah –seharusnya kami memanggilnya dengan Nek Isah- sebagai pembantu rumah
tangga, tetapi apa boleh buat, ia sangat mendesak kami untuk menerimanya
bekerja. Bahkan bagaimana ia memohonpun masih teringat jelas dibenakku.
Bergetar parau, sambil menahan tangis. Seolah ada kesesakan yang begitu
besar dalam dadanya.

Bagaimana mungkin kami sanggup menolak permintaan yang demikian itu ?
Permintaan dari seorang nenek tua, untuk bekerja sebagai pembantu dirumah
kami.

Apakah ia tidak memiliki anak dan cucu untuk merawatnya ? Tidak, Bi Isah
tidak sebatang kara. Tetapi hidup –tanpa sebuah pilihan yang lain-
memposisikan ia sama seperti orang yang sebatang kara di dunia ini.

Belakangan Bi Isah baru bercerita tentang anaknya, sebut saja Oneng. Seorang
anak yang dilahirkannya dari benih seorang lelaki yang sangat ia benci.
Laki-laki itu menipu Bi Isah, sehingga ia bersedia menikah dengannya. Dan
ketika ia sedang hamil, sekonyong-konyong datanglah seorang perempuan
mencaci-makinya, menuduh Bi Isah merebut suami orang. Seisi kampungpun
gempar, orang tua Bi Isah merasa terhina, parahnya mereka semua melemparkan
kesalahan itu padanya. Sementara Si Lelaki Hidup Belang- Wajah Bopeng ini
akhirnya meninggalkan Bi Isah begitu saja (sekali lagi : begitu saja)
seolah-olah tidak terjadi apa-apa, persis seperti seseorang yang tiba-tiba
saja terbangun, karena ketiduran di pinggir jalan, lalu bangkit, berjalan
pulang melenggang dan meneruskan tidur dikasurnya di rumah.

*Dalam kebencian Oneng dikandung. Dalam kebencian juga akhirnya Oneng
dilahirkan.*

Merasa belum sanggup melupakan segala dendam dan sakit hati, Bi Isah lalu
menitipkan anaknya ini kepada ibu kandungnya sendiri, walaupun berjanji
tetap akan bertanggung jawab menafkahi Oneng. Ia pun berangkat dan bekerja
berganti-ganti tempat dan majikan, di Jakarta, Makasar, Bogor dan beberapa
daerah yang lain.

Singkat cerita Si Oneng –tepat dihari pernikahannya- mengetahui
asal-usulnya. Ia terguncang. Bom waktu itupun meledak sudah. Bi Isah yang
berharap itu menjadi pertemuan yang mengharukanpun harus kecewa. Ternyata
Oneng bereaksi tidak seperti yang diharapkannya.

Selanjutnya perjalanan hidup Oneng merupakan kisah memilukan dan memalukan
bagi kaum ibu diseluruh dunia. Kawin cerai, menyisakan anak dimana-mana.
Pemuda ugal-ugalan yang tidak pernah mau bekerja menafkahi anak dan istrinya
sungguh-sungguh. Jangankan bakti kepada Bi Isah, Oneng melakukan persis
kebalikan dari semua perlakuan yang seharusnya dilakukan seorang anak pada
ibunya. Ia menelantarkan Bi Isah, meminta uang dengan kasar, memeras,
mencuri tabungan ibunya, bahkan puncaknya ia merencakan untuk mencuri dan
menjual kambing aqeqah –yang dibeli dari hasil kerja keras ibunya
bertahun-tahun sebagai pembantu.

Bi Isah yang mengetahui rencana Oneng, akhirnya menitipkan dua ekor
kambingnya itu kepada family jauhnya. Namun Oneng tidak menyerah, bak
detektif kelas wahid ia terus memburu, mencari tahu dimana kambing-kambing
itu berada. Niat durhaka Oneng ini membuat Bi Isah dipenuhi perasaan cemas
setiap hari, tak jarang matanya terlihat bengkak karena menangis.
Malam-malam dilalui dengan susah tidur, memikirkan tingkah laku anak
kandungnya itu.

Kami iba, namun tidak sanggup berbuat apa-apa. Sekali lagi, sepertinya hidup
memang memaksa Bi Isah untuk berhadapan seorang diri dengan anaknya.

Entah bagaimana ujung kisah itu berakhir, yang jelas dalam sebuah kesempatan
Bi Isah menasehatiku dengan mata berkaca-kaca.

*"Aden (begitu ia memanggilku)...mumpung Aden masih muda dan masih banyak
kesempatan, Aden harus berhati-hati melangkah dalam hidup. Karena apapun
yang kita buat, apa itu kebaikan atau keburukan, akan kembali lagi ke kita,
Den. Tidak ada tempat untuk sembunyi. Bener-bener tidak ada tempat…untuk
sembunyi".
*
Hanya dua tahun Bi Isah bekerja pada kami. Tetapi kenangan dan pelajaran
hidup yang ia tinggalkan sangat dalam terpatri dihati ini. Pelajaran bahwa
hidup ini adalah sebuah investasi, namun tidak seperti investasi saham,
surat berharga dan reksadana, yang mana tidak dapat kita ketahui hasilnya
dengan pasti, namun hidup memiliki HAKIM, yang menjamin bahwa hasil
investasi seseorang akan kembali kepada orang itu sendiri.

*Ini tentu kabar baik untuk mereka yang sudah menginvestasikan hal-hal baik
dalam hidupnya, sekaligus kabar buruk untuk mereka yang menginvestasikan
yang sebaliknya*.

(***)

what a wonderfull world !
*Made Teddy Artiana, S. Kom
*photographer & company profile developer
http://semarbagongpetrukgareng.blogspot.com
081317822720
5a.

(Catcil) Bangkit Dari Keterpurukan

Posted by: "Yons Achmad" kolumnis@gmail.com   freelance_corp

Sun Mar 14, 2010 8:05 pm (PDT)



*Bangkit Dari Keterpurukan*

*:yons achmad**

*"Siapa yang ingin sukses*

*dalam kehidupan,*

*hendaknya tidak mengandalkan*

*pada hal-hal yang kebetulan."*

(WJ Brown, penulis asal New York)

"Mas, kamu pernah merasa *down* dan terjatuh?" Begitu tanya seorang teman.
Saya hanya bisa tersenyum menjawab pertanyaan tersebut. Sebuah pertanyaan
kecil tapi sanggup memutar kembali tayangan kehidupan masa lalu saya. Yang
saat ini masih tersimpan dalam memori. Yang saat ini masih menjadi kenangan
dalam kehidupan saya. Ya, kenangan saat saya terjatuh, terpuruk. Lengkap,
dalam urusahan bisnis, karir, persahabatan dan cinta tentunya.

Terjatuh adalah kamus kesedihan, dan kesedihan adalah bagian dari kehidupan.
Mau tak mau kita mesti akrab dengannya. Menjadikannya bagian dari
warna-warni kehidupan. Tak mudah memang untuk tabah ketika kita sedang
terjatuh. Yang ada kita sering mencari biang kerok, mencari kambing hitam
kenapa kita bisa terjatuh. Bahkan, pada saat demikian kita sering berkata
"Ah Tuhan tidak adil".

Kini, teman saya itu sedang terpuruk. Dan, tugas pertama saya hanyalah
mendengarkan kisah hidupnya. Ternyata, setelah saya dengar baik-baik,
keterpurukannya hanya sederhana saja. Tapi, yang namanya lagi terpuruk
pastilah ada gelisah, ada resah, muncul ketakutan-ketakutan. Yang hasilnya
berpengaruh pada kondisi kejiwaan seseorang. Ia menjadi begitu muram. Ia
menjadi begitu sedih.

Tapi, saya *sok* bijak katakan. Kesedihan, memang hal umum. Semua orang
mengalaminya. Tentang kesedihan ini, Rendra, penyair dasyat itu pernah
menggambarkannya dengan apik dalam karyanya yang berjudul "Sajak Seorang
Tua Kepada Istrinya". Saya kutipkan sepenggal :

*Aku tulis sajak ini*

*untuk menghibur hatimu*

*...................*

*Kita tidaklah sendiri*

*dan terasing dengan nasib kita*

*Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.*

*Suka duka kita bukanlah istimewa*

*kerna setiap orang mengalaminya.*

* *

*Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh*

*Hidup adalah untuk mengolah hidup*

*bekerja membalik tanah*

*memasuki rahasia langit dan samodra,*

*serta mencipta dan mengukir dunia.*

* *

Penggalan diatas rasanya memang tepat untuk direnungkan, khususnya bagi
orang muda. Ketika api gelora, ketika api kemarahan masih begitu mudah
tersulut. Membara, membakar apa saja. Namun, pada akhirnya yang ada hanyalah
abu, kegelapan, kesuraman, kesedihan.

Kita tahu, banyak anak-anak muda yang kalah bertarung dengan hidup. Banyak
yang sengaja terjun dari apartemen, loncat dari mall bertingkat atau gantung
diri. Dan hasilnya adalah mati.

Saya kira memang tak ada pilihan bagi kita selain harus bangkit dari
keterpurukan. Saya sendiri juga pernah mengalami sebuah keterpurukan. Dan
benar-benar tak bisa mengandalkan siapapun. Bahkan, sahabat terbaik yang
menjadi tempat untuk berbagi pun pergi. Disaat seperti itu, saya benar-benar
menjadi paham bahwa jangan sekali-kali pernah bergantung pada orang lain.

Saat menghadapi masalah. Rasa-rasanya berat sekali sebab harus dipikul
sendiri. Pada akhirnya, satu kunci yang benar-benar manjur adalah IMAN. Ya,
selalu percaya bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan diri kita sendirian.

Dari kesadaran ini, lantas saya menjadi paham bahwa sebenarnya tak perlu
banyak membuang energi memikirkan masalah yang kita hadapi. Yang penting
justru bagaimana solusi terbaik untuk keluar dari masalah itu. Itulah
jawaban untuk keluar dari keterpurukan. Setelahnya, hati saya kembali damai,
kembali nyaman dan kembali tersenyum.

Rumah Pena : 15 Maret 2010

*Penulis, tinggal di Jakarta. Owner Komunikata.net.

--
==========
Yons Achmad
Writer | Publicist | Media Consultant
http://twitter.com/penakayu
5b.

Re: (Catcil) Bangkit Dari Keterpurukan

Posted by: "APRILLIA" april_reto@yahoo.com   april_reto

Mon Mar 15, 2010 2:52 am (PDT)



Kata orang bijaksana dan bijaksini ^_^: "Be thankful for the difficult times, coz during those times you grow."

TFS

salam,

April-Surabaya

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Yons Achmad <kolumnis@...> wrote:
>
> *Bangkit Dari Keterpurukan*
>

Recent Activity
Visit Your Group
Sell Online

Start selling with

our award-winning

e-commerce tools.

Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Yahoo! Groups

Mental Health Zone

Bi-polar disorder

Find support

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: