Jumat, 17 Desember 2010

[daarut-tauhiid] 3 Bekal Amar Ma ruf Nahi Munkar

 

3 Bekal Amar Ma ruf Nahi Munkar

Sebuah faedah ilmu yang sangat berharga dari ulama besar masa silam Ahmad bin
'Abdul Al Haroni yang dikenal dengan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau
memberikan nasehat bagaimana kita seharusnya beramar ma'ruf nahi mungkar yaitu
mengajak pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran.

Syaikhul Islam mengatakan, "Orang yang ingin beramar ma'ruf nahi mungkar
semestinya memiliki tiga bekal yaitu: [1] ilmu, [2] lemah lembut, dan [3] sabar.
Ilmu haruslah ada sebelum amar ma'ruf nahi mungkar (di awal). Lemah lembut harus
ada ketika ingin beramar ma'ruf nahi mungkar (di tengah-tengah). Sikap sabar
harus ada sesudah beramar ma'ruf nahi mungkar (di akhir). "

Berikut rinciannya yang kami olah dari pembahasan Syaikhul Islam.

Pertama: Bekal Ilmu di Awal

'Umar bin 'Abdul 'Aziz mengatakan,

مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلُحُ

"Barangsiapa yang beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka ia akan membuat banyak
kerusakan dibanding mendatangkan banyak kebaikan."

Begitu pula Mu'adz bin Jabal pernah mengatakan,

العِلْمُ إِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ

"Ilmu adalah pemimpin amalan. Sedangkan amalan itu berada di belakang ilmu."

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, "Ini memang benar. Yang namanya maksud
dan amalan tanpa disertai ilmu, maka hanya mengakibatkan kebodohan, kesesatan
dan sekedar mengikuti hawa nafsu sebagaimana telah dijelaskan. Inilah beda
antara orang Jahiliyah dan seorang muslim. Seorang muslim haruslah membekali
dirinya dengan ilmu dalam beramar ma'ruf nahi mungkar dan harus bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk. Seseorang juga harus mengetahui bagaimana
kondisi orang yang akan diajak pada kebaikan dan dilarang dari kemungkaran. Di
antara bentuk mendatangkan kebaikan adalah melakukan amar ma'ruf nahi mungkar
sesuatu tuntutan yang diajarkan dalam Islam (jalan yang lurus). Jika seseorang
membekali dirinya dengan ilmu, maka itu akan membuat lebih cepat mengantarkan
pada tujuan."

Kedua: Lemah Lembut di Tengah-Tengah Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

Dalam amar ma'ruf nahi mungkar hendaklah ada sikap lemah lembut. Sebagaimana
sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ
إِلاَّ شَانَهُ

"Sesungguhnya jika lemah lembut itu ada dalam sesuatu, maka ia akan senantiasa
menghiasanya. Jika kelembutan itu hilang, maka pastilah hanya akan mendatangkan
kejelekan."[1]

Begitu pula beliau bersabda,

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ
يُعْطِى عَلَى الْعُنْفِ

"Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut. Dia menyukai kelembutan dan Dia akan
memberi kepada kelembutan yang tidak diberikan jika seseorang bersikap
kasar."[2]

Ketiga: Bersabar di Akhir

Setelah melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, haruslah ada sikap sabar terhadap
setiap gangguan. Syaikhul Islam mengatakan, "Setiap orang yang ingin melakukan
amar ma'ruf nahi mungkar pastilah mendapat rintangan. Oleh karena itu, jika
seseorang tidak bersabar, maka hanya akan membawa dampak kerusakan daripada
mendatangkan kebaikan."

Luqman pernah mengatakan pada anaknya,

وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ
إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ

"Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)."
(QS. Luqman: 17)

Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada para Rasul –dan mereka adalah imam
(pemimpin) dalam amar ma'ruf nahi mungkar- untuk bersabar, sebagaimana hal ini
Allah perintahkan pada penutup Rasul (yakni Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam). Bahkan perintah ini Allah sandingkan dengan penyampaian kerasulan. Hal
ini dapat kita lihat dalam surat Al Mudatsir (surat yang merupakan tanda
Muhammad menjadi Rasul), yang turun setelah surat Iqro' (surat yang merupakan
tanda Muhammad diangkat sebagai Nabi).

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ, قُمْ فَأَنْذِرْ, وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ, وَثِيَابَكَ
فَطَهِّرْ, وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ وَلا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ, وَلِرَبِّكَ
فَاصْبِرْ

"Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan
Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah
berhala) tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabbmu, bersabarlah."
(QS. Al Mudatsir: 1-7)

Allah membuka surat yang merupakan pertanda beliau diangkat menjadi Rasul dengan
perintah memberikan peringatan (indzar). Di akhirnya, Allah tutup dengan
perintah untuk bersabar. Yang namanya memberi peringatan (indzar) adalah
melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Maka ini menunjukkan bahwa sesudah
seseorang melakukan amar ma'ruf nahi mungkar, hendaklah ia bersabar.

Demikian faedah dari Syaikhul Islam sebagai bekal bagi orang yang ingin beramar
ma'ruf nahi mungkar.

Semoga kita dapat memperhatikan nasehat dalam setiap tindak tanduk kita ketika
ingin memperbaiki orang lain. Hanya Allah yang memberi taufik.

Diambil dari : Faedah Ilmu dari Risalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:

Al Amru bil Ma'ruf wan Nahyu 'anil Mungkar, hal. 15-18, Mawqi' Al Islam

Dimas Teguh - Mutiara Hati
Sms center : 0896 3680 4953

Sent from my Laptop Intel® Core™2 Duo Processor, Quick and easy...

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
.

__,_._,___

Tidak ada komentar: