Oleh Abu Umar Abdillah
Segala pilihan maupun tindakan, pasti ada resiko di belakangnya. Dan tidak
ada resiko yang paling parah dan fatal melebihi resiko orang yang berbuat
dosa. Bahkan, setiap musibah, bencana, kesusahan maupun penderitaan terjadi
karena dosa. Allah *Ta'ala* berfirman,
æóãóÂÃóÕóÇÈóßõã ãøöä ãøõÕöíÈóÉò ÝóÈöãóÇ ßóÓóÈóÊú ÃóíúÏöíßõãú æóíóÚúÝõæÇ Úóä
ßóËöíÑò
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu). (QS. Asy Syura :30)
Dampaknya melingkupi segala sisi kehidupan dan zaman. Menimbulkan penyakit
jasmani dan ruhani, merusak kesejahteraan hidup di muka bumi, dan berujung
pada kesengsaraan akhirat yang kekal abadi.
Segala bencana di dunia yang Allah timpakan kepada umat terdahulu disebabkan
karena dosa. Siksa pedih tiada tara yang Allah kisahkan dalam Kitab-Nya
hanya berlaku pula bagi orang-orang yang berdosa.
Dosa menyebabkan Adam dan Hawa dikeluarkan dari jannah, tempat kelezatan,
kenikmatan dan kesenangan dan kegembiraan ke negeri yang sarat dengan
penderitan, kesedihan dan musibah. Kaum Nabi Nuh, tenggelam oleh air bah
yang tingginya melampaui puncak gunung, itu juga semata karena dosa.
Angin super dingin yang menyapu kaum 'Ad sehingga mereka mati bergelimpangan
di muka bumi, hingga mereka lakasana tunggul-tunggul pokok kurma yang telah
lapuk, pun disebabkan karena dosa. Tak terkecuali kaum Luth yang
dijungkirbalikkan bumi mereka, kemudian diikuti hujan batu dari tanah yang
terbakar, sehingga lengkaplah siksaan atas mereka. Dan banyak lagi kisah
yang bisa dijadikan pelajaran.
Demikian gamblang Allah gambarkan, begitu detil pula Nabi menceritakan kisah
para pendosa di dalam hadits-haditsnya, namun masih banyak yang nekat
berbuat dosa. Mereka tidak sadar akan resiko setelahnya.
Dosa Yang Dibalas Segera
Kadangkala, Allah menimpakan hukuman bagi orang yang berdosa dengan segera.
Bagi orang kafir dan fajir, bencana itu merupakan prolog dari siksa, sebelum
siksa dahsyat di akhirat. Namun bagi insan beriman, ia akan menjadi sadar,
bahwa apa yang dialaminya adalah teguran dari Allah. Dia akan bersabar, dan
sesegera mungkin dia akan berbenah untuk kembali kepada-Nya. Lalu, sekecil
apapun musibah itu bisa menjadi penggugur dosa. Nabi saw,
ÅöÐóÇ ÃóÑóÇÏó Çááøóåõ ÈöÚóÈúÏöåö ÇáúÎóíúÑó ÚóÌøóáó áóåõ ÇáúÚõÞõæÈóÉó Ýöì
ÇáÏøõäúíóÇ
"Jika Allah menghendaki kebaikan atas hamba-Nya, maka Dia akan menyegerakan
hukumannya di dunia" (HR Tirmidzi, al-Albani mengatakan shahih)
Maka, musibah bisa menjadi rahmat bagi orang mukmin, karena dosanya telah
lunas terbayar di dunia, dan dia akan terhindar dari siksa akhirat, padahal
siksa akhirat itu lebih berat dan lebih kekal,
"Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal." (QS
Thaha 127)
Nabi SAW juga bersabda,
Ãóäøó ÚóÐóÇÈó ÇáÏøõäúíóÇ Ãóåúæóäõ ãöäú ÚóÐóÇÈö ÇáÂÎöÑóÉö
"Sesungguhnya siksa dunia itu jauh lebih ringan dibanding siksa akhirat."
(HR Bukhari dan Muslim)
Pun begitu, tidak boleh bagi seorang muslim berharap, apalagi memohon supaya
disegerakan siksanya di dunia. Karena seakan dia menantang Allah untuk
menghukumnya. Bahkan ini menyerupai karakter orang kafir yang dikisahkan
oleh Allah,
"Dan mereka berkata, "Ya Rabb kami cepatkanlah untuk kami azab yang
diperuntukkan bagi kami sebelum hari berhisab". (QS. Shaad 16)
Begitulah orang kafir yang berbuat lancang kepada Allah, menantang agar
hukuman disegerakan. Padahal, belum tentu mereka kuat menjalaninya. Yang
lebih baik bagi seorang mukmin adalah bertaubat, memohon pengampunan dan
kebaikan di dunia, juga kebahagiaan di akhirat. Sahabat Anas bin Malik rdl
mengisahkan, bahwa Rasulullah saw menjenguk seorang muslim yang sakit. Dia
dalam kondisi yang sangat lemah layaknya anak seekor burung pipit. Lalu
Rasulullah saw bertanya, "Apakah kamu pernah berdoa atau memohon sesuatu?"
Orang itu menjawab, "Benar, aku berdoa kepada Allah, "Ya Allah, aku tidak
kuasa menerima hukuman di akhirat, maka segerakanlah hukuman untukku di
dunia!" Rasulullah SAW bersabda,
ÓõÈúÍóÇäó Çááøóåö áÇó ÊõØöíÞõåõ – Ãóæú áÇó ÊóÓúÊóØöíÚõåõ – ÃóÝóáÇó ÞõáúÊó
Çááøóåõãøó ÂÊöäóÇ Ýöì ÇáÏøõäúíóÇ ÍóÓóäóÉð æóÝöì ÇáÂÎöÑóÉö ÍóÓóäóÉð æóÞöäóÇ
ÚóÐóÇÈó ÇáäøóÇÑö
"Subhanallah, kamu tidak akan mampu, mengapa Anda tidak berdoa "ya Allah,
anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan
jauhkanlah kami dari adzab neraka" (HR Muslim)
Maka Nabi SAW mendoakan untuk kesembuhannya dan Allah menyembuhkannya.
Dihukum, Namun Tidak Peka
Hukuman bagi pelaku dosa tak hanya berujud musibah ataupun bencana yang
kasat mata. Namun bisa pula hukuman itu ditimpakan atas hati dan seringkali
manusia tidak menyadari. Padahal, bahaya dosa bagi hati itu pasti. Ibnu
Qoyyim al-Jauziyah mengumpamakan efek dosa bagi hati, itu laksana luka bagi
jasad, bisa jadi luka itu akan menyebabkan kematian.
Lemahnya greget untuk berbuat baik, jauhnya seseorang dari teman-teman yang
shalih, tumpulnya kepekaan hati dalam mendeteksi dosa, dan kerasnya hati
adalah sebagian dari hukuman yang ditimpakan atas hati bagi pelaku dosa.
Sebenarnya, hukuman hati lebih berat deritanya dari hukuman fisik, karena
tak ada yang lebih menderita dari hati yang jauh dari Allah.
Namun sayang, tidak banyak yang menyadari hal ini sebagai hukuman dari dosa.
Mereka merasa bahwa dosa yang telah dijalaninya tidak berdampak apa-apa.
Ibnu al-Jauzi berkata, "ketahuilah, bahwa musibah paling besar adalah ketika
seseorang merasa aman setelah melakukan dosa, padahal bisa jadi hukuman itu
ditunda. Hukuman paling berat adalah tatkala seorang tidak peka terhadap
efek dosa. Dia menduga bahwa dengan menyimpang dari agama, hati yang buta
dan usaha yang haram ternyata badan masih sehat dan tujuan juga tercapai."
Pola pikir seperti ini menyebabkan sikap menganggap remeh dosa, dan tak ada
rasa takut memperturutkan hawa nafsunya, karena siksa tak terlihat jelas di
depan mata. Di sisi inilah besarnya bahaya, ketika dosa rutin dijalani,
siksa pun bertubi-tubi. Makin banyak akumulasi dosa, makin berat siksa yang
akan disandangnya.
Para salaf, sangat peka sekali terhadap efek dosa. Bahkan mereka bisa
mengenali dampak dosa pada setiap musibah yang mereka alami, dalam hal
duniawi maupun ukhrawi.
Abu Daud Al-Hafri bercerita, "Aku masuk kerumah Kurz bin Wabiroh dan
mendapatinya menangis, aku bertanya kepadanya, "Kenapa Anda menangis?"
Beliau menjawab, "Pintu kebaikan tertutup, kehormatanku ternoda, dan tadi
malam aku gagal membaca Al-Qur'an seperti biasanya. Itu semua gara-gara satu
dosa yang telah aku kerjakan."
Pada saat tabi'in Bashrah, Muhammad bin Sirin hingga beliau terlilit hutang,
beliau berkata, "Aku sungguh mengetahui penyebab hutang yang kini melilitku.
Aku pernah mengejek seorang lelaki sekitar empat puluh tahun yang silam,
"Wahai orang yang bangkrut!" Tatkala Ubaidillah bin As-Sirri menceritakan
hal ini kepada Abu Sulaiman Ad-Darani, beliau memberi komentar, "Dosa-dosa
mereka (para salaf) sedikit, karenanya mereka tahu dosa mana yang
menyebabkan musibah terjadi. Sementara dosa-dosa kita banyak, sehingga kita
tidak tahu dosa mana yang menyebabkan musibah itu terjadi."
Merekalah para ahli ibadah yang begitu peka terhadap dosa. Sa'id bin Jubair
rahimahullah, yang disebut-sebut paling ahli dalam hal tafsir di kalangan
tabi'in pernah ditanya, "Siapakah orang yang paling hebat ibadahnya?" Beliau
menjawab, "Orang yang merasa terluka hatinya karena dosa, dan jika ia ingat
dosanya maka ia memandang kecil amal perbuatannya".
Dosa yang siksanya ditunda
Jika seseorang belum merasakan dampak dari dosa, janganlah merasa aman
darinya, karena sesungguhnya Allah tidak pernah lupa. Termasuk dosa-dosa
yang bahkan telah dilupakan pelakunya. Bisa jadi bencana di dunia datang
dengan tiba-tiba di saat yang tidak pernah ia duga. Atau ditangguhkan
siksanya hingga di akhirat, Nabi saw bersabda,
æóÅöÐóÇ ÃóÑóÇÏó Çááøóåõ ÈöÚóÈúÏöåö ÇáÔøóÑøó ÃóãúÓóßó Úóäúåõ ÈöÐóäúÈöåö
ÍóÊøóì íõæóÇÝöíì Èöåö íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö
"Dan jika Allah menghendaki keburukan atas hamba-Nya, maka Allah akan
menangguhkan hukuman atas dosanya, hingga dia akan membawa dosanya itu pada
Hari Kiamat." (HR Tirmidzi, al-Albani mengatakan shahih)
Ath-Thiibi menjelaskan, "yakni Allah tidak menghukum atas dosa yang
dilakukannya hingga dia datang pada Hari Kiamat akan mendapatkan sangsi
berupa siksa atas dosa yang dilakukannya."
Saatnya kita mencegah dan menghentikan segala dampak buruk dosa dengan
bertaubat dan meninggalkan maksiat. Alangkah cerdas kesimpulan dari sahabat
Ali bin Abi Thalib RDL, "Tiada turun musibah melainkan karena dosa dan tidak
akan dicabut musibah melainkan dengan taubat." *Wallahu a'lam*. (Abu Umar
Abdillah)
http://www.arrisalah.net/kolom/2010/11/siksa-yang-ditunda.html
12/15/2010 10:31 PM
[Non-text portions of this message have been removed]
------------------------------------
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar