Minggu, 16 Januari 2011

[daarut-tauhiid] Fw: Semut, Laba-Laba, dan Lebah

---------- Forwarded message ----------
From: fathansyah <fathan_syah@yahoo.com>


Semut, Laba-Laba, dan Lebah
October 28, 2009
Armein Z. R. Langi

Dalam menghadapi dunia, anda itu semut, laba-laba, atau lebah?
Menurut Sir Francis Bacon, orang itu bisa bersikap seperti semut, laba-laba,
atau lebah.
Maksudnya apa?

Semut itu terus bergerak, bekerja keras setiap hari mengambil apa saja yang
ada. Hidup itu mengalir seperti sungai. Menghadapi dunia secara aktif tapi
apa-adanya. Tidak ada stres nya. Pokoknya apa yang ada didepannya, apa yang
diberikan oleh hidup, diambilnya, dan dibawa ke sarangnya untuk dinikmati. Mau
gula, mau bangkai, ia gotong bawa pulang.

Kalau laba-laba itu terbalik. Dia banyak diam, mikir. Dia membangun dunia dari
dalam dirinya. Rumahnya, penghidupannya, semua dari dalam dirinya. Ia
mengeluarkan sarang laba-laba dari kelenjar dalam tubuhnya. Sarangnya
rumit dan
detail. Serumit jalan pikirannya. Kemudian ia pasif, diam, menunggu.
Sekali-kali ada makhluk lain yang tersesat, masuk ke dalam jaringannya. Baru
perlahan-lahan ia mendekati makhluk malang itu, kemudian menyantapnya. Ia
memprosesnya, mencernanya. Untuk kemudian dijadikan, antara lain, kelenjar
membangun sarangnya. Kemudian diam lagi, merenung, menunggu. Kalau tidak ada
yang nyasar ke dalam kehidupannya, maka matilah laba-laba dengan
merana. Nothing happens in its life, unless there is an accident.

Yang mengambil jalan tengah adalah lebah. Ia aktif seperti semut. Ke sana ke
mari. Tapi ia selektif. Ia mencari bunga yang indah. Kembang yang cantik. Madu
yang harum. Kalau ketemu, ia mengitarinya dengan senang, dan mengambil tetesan
madu.
Lebah itu mencari kembang cantik dalam kehidupan, dan mendapatkan tetesan madu
sebagai oleh-olehnya.
Tidak lupa sebelum pulang ke sarang, lebah membantu sang bunga untuk
mendapatkan kekasih hati mereka, jodoh mereka, melalui penyerbukan.
Kemudian lebah membawa tetesan madu itu ke sarangnya. Memprosesnya. Baik untuk
keperluanya maupun untuk keperluan komunitas lebah. Bahkan kitapun bisa
menikmati berlimpah madu yang nikmat.
Lebah itu mengambil apa yang diberikan kehidupan, memprosesnya, kemudian
mengembalikannya sebagai persembahan bagi kehidupan orang lain, makhluk lain.
Jadi, anda bisa pilih. Mungkin bisa jadi resolusi di tahun yang baru ini.
Mau hidup sibuk seperti semut, hidup cuek seperti laba-laba, atau hidup indah
berbuahkan madu seperti lebah?


________________________________

Semut, Laba-Laba dan Lebah
23 Juni 2010,
Prof. H.M. Quraish Shihab

Tiga binatang kecil menjadi nama dari tiga surah di dalam Al-Quran, yaitu
Al-Naml (semut), Al-'Ankabut ( laba-laba), dan Al-Nahl (lebah).

Semut menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya. Konon,
binatang kecil ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun sedangkan
usianya tidak lebih dari satu tahun. Kelobaannya sedemikian besar sehingga ia
berusaha – dan seringkali berhasil – memikul sesuatu yang lebih besar dari
badannya, meskipun sesuatu tersebut tidak berguna baginya.
Dalam surah Al-Naml antara lain diuraikan sikap Fir'aun, juga Nabi
Sulaiman yang
memiliki kekuasaan yang tidak dimiliki oleh seorang manusia pun sebelum dan
sesudahnya. Ada juga kisah raja wanita yang berusaha menyogok Nabi
Sulaiman demi
mempertahankan kekuasaan yang dimilikinya.

Lain lagi uraian Al-Quran tentang laba-laba: Sarangnya adalah tempat
yang paling
rapuh (QS 29: 41), ia bukan tempat yang aman, apa pun yang berlindung di sana
atau disergapnya akan binasa. Jangankan serangga yang tidak sejenis, jantannya
pun setelah selesai berhubungan seks disergapnya untuk dimusnahkan oleh
betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling
memusnahkan. Demikianlah kata sebagian ahli. Sebuah gambaran yang sangat
mengerikan dari sejenis binatang.

Akan halnya lebah, memiliki insting yang – dalam Al-Quran – "atas
perintah Tuhan
ia memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat tinggal" (QS 16: 68), dan
sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar
tidak terjadi
pemborosan dalam lokasi. Yang dimakannya adalah kembang-kembang dan tidak
seperti semut yang menumpuk-numpuk makanannya, lebah mengolah makanannya dan
hasil olahannya adalah lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi
manusia. Lilin
digunakan untuk penerang dan madu – kata Al-Quran – dapat menjadi obat yang
menyembuhkan. Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja, dan segala yang
tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Lebah tidak mengganggu kecuali yang
mengganggunya, bahkan sengatannya pun dapat menjadi obat.

Sikap hidup manusia seringkali dibandingkan dengan berbagai jenis binatang.
Jelas ada manusia yang "berbudaya semut", yaitu menghimpun dan menumpuk ilmu
(tanpa mengolahnya) dan materi (tanpa disesuaikan dengan kebutuhannya). Budaya
semut adalah "budaya menumpuk" yang disuburkan oleh "budaya mumpung". Tidak
sedikit problem masyarakat bersumber dari budaya tersebut. pemborosan adalah
anak kandung budaya ini yang mengundang hadirnya benda-benda baru yang tidak
dibutuhkan dan tersingkirnya benda-benda lama yang masih cukup indah untuk
dipandang dan bermanfaat untuk digunakan. Dapat dipastikan bahwa dalam
masyarakatkita, banyak sekali semut yang berkeliaran.

Entah berapa banyak jumlah laba-laba yang ada di sekitar kita, yaitu
mereka yang
tidak lagi butuh berpikir apa, di mana, dan kapan ia makan, tetapi yang mereka
pikirkan adalah "siapa yang akan mereka jadikan mangsa."

Nabi Saw mengibaratkan seorang Mukmin sebagai lebah, sesuatu tidak merusak dan
tidak pula menyakitkan: "tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan
kecuali yang bermanfaat dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula
memecahkannya.

Dapatkah kita menjadi ibarat lebah, bukan semut apalagi laba-laba?

Sumber: Lentera Hati


------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: