Messages In This Digest (12 Messages)
- 1a.
- Re: Bulan ini Cerpenku dimuat. Silakan baca yaa! From: rakaiqbal@yahoo.com
- 2a.
- Re: (Info) Berita Bahagia From: evawani suryani
- 3a.
- Bls: [sekolah-kehidupan] Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah From: bujang kumbang
- 3b.
- Re: Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah? From: Nursalam AR
- 4.
- Re: Bulan ini Cerpenku dimuat. Silakan baca yaa!>>Bang Nursalam Ar From: bujang kumbang
- 5a.
- (catcil) Secangkir Teh, Novel dan Cinta From: Yons
- 5b.
- Re: (catcil) Secangkir Teh, Novel dan Cinta From: april_reto
- 6.
- Fiyan : Bls: [sekolah-kehidupan] Nama Suami di Belakang Nama Istri? From: Taufiq cbn
- 7a.
- Re: Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah? From: bintang_maha_putra@yahoo.co.id
- 7b.
- Re: Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah? From: Nursalam AR
- 8a.
- **Re: [sekolah-kehidupan] Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehka From: april_reto
- 9a.
- Re: Harmoni kini Bali (mulai) Terancam !!! From: april_reto
Messages
- 1a.
-
Re: Bulan ini Cerpenku dimuat. Silakan baca yaa!
Posted by: "rakaiqbal@yahoo.com" rakaiqbal@yahoo.com rakaiqbal
Thu Jun 9, 2011 6:48 am (PDT)
Hebat...selamat ya...!!!!
Sekali lg hebat...!!!!
Kalo sy suka sekali menulis puisi...dimn ya kira2 tempat untuk mengirimkan puisi sy agar bs di publikasikan?
Salam,
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
-----Original Message-----
From: Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com >
Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Date: Thu, 9 Jun 2011 11:29:58
To: <sekolah-kehidupan@yahoogroups. >com
Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] Bulan ini Cerpenku dimuat. Silakan baca yaa!
Selamat ya, Fiyan! Sharing dong cover majalahnya:). Moga kian sukses
berkibar di dunia penulisan dan tetaplah rendah hati namun berisi^_^.
tabik,
Nursalam AR
On 6/7/11, bujang kumbang <bujangkumbang@yahoo.co. > wrote:id
>
>
> Cerpen ini dimuat di Majalah CAHAYA NABAWIY EDISI No.95 Th.IX Rajab 1432
> H/Juni 2011.
>
> Beredar
> di Jogjakarta, Malang, Bondowoso, Purwodadi, Probolinggo, Serang,
> Banjarmasin, Banyuwangi, Bangkalan, Kalimantan Selatan, Jember, Solo,
> Tuban Pasuruan, dll.
>
>
>
> Rumah Tandus
> Fiyan Arjun
>
> Rasyid
> termangu di teras rumahnya. Mata kecilnya masih nanar ke luar jalan
> sepetak. Tatapannya masih kosong. Entah apa yang dipikirkan oleh anak
> seusianya tak seorang pun tahu, apalagi orang rumah. Hanya anak usia 10
> tahun itu saja yang tahu. Apa yang sedang mengelayuti benaknya saat itu.
> Hanya ia seorang.
>
> Ia masih tetap pada posisinya. Termangu, di
> teras rumahnya. Walau saat itu hujan rintik-rintik sudah mulai berirama
> di atap rumahnya. Tik...tik tiktik tik
>
> "Ayo, acungi telunjuk
> siapa yang di rumahnya punya al-qur'an?" ujar Kak Awwam, guru ngaji
> kampung bertanya kepada murid-muridnya di teras rumahnya yang luas. Dan
> dari jumlah 9 muridnya itu salah satunya adalah Rasyid. Ia sudah 5 bulan
> mengaji.
>
> Kak Awwam, begitu Rasyid memanggil guru ngajinya dengan sapaan seperti itu
> maupun teman-teman sepengajiannya.
>
> "Saya,
> Kak! Saya di rumah punya dua!" sahut Sukri salah satu muridnya bertubuh
> bongsor yang akhirnya berani angkat bicara juga. Menjawab pertanyaan
> guru ngajinya itu sambil mengacungi jari telujuknya yang bulat.
>
> "Soleha juga, Kak! Tapi punya Abi!" timpal Soleha, yang selalu bekudung
> putih itu menimpali Sukri.
>
> "Ghofar juga punya, kok, Kak!"
>
> "Iya, Rohim juga punya tapi satu, Kak."
>
> "Iya, siapa lagi?" lanjutnya menanyakan kembali kepada murid-murid yang
> menggemaskan itu.
>
> "Iya! Shabrina juga punya kok di rumah malah masih bagus!"
>
> Kak Awwam hanya tersenyum sesaat saat mendengar jawaban polos Shabrina,
> muridnya yang sering bertanya itu.
>
> "Ihsan
> juga punya, Kak! Walau yang punya bukan Ihsan tapi Kak Santi. Ihsan
> sering kok lihat Kak Santi bawa Al-Qur'an ke sekolah."
>
> "Kalau
> kami berdua Kak punya satu-satu. Itu juga baru dibeli sama Ummi di toko
> buku. Itu kalau nanti Asma dan Aska sudah khatam," koor serentak kembar
> indentik Asma dan Aska tak mau kalah.
>
> Semua pun serempak berucap
> menjawab pertanyaan guru ngajinya yang masih sangat muda. Bertampang
> cute. Berkumis tanggung. Serta beraksesori kacamata minus yang berdiri
> di cuping hidungnya itu.
>
> Sebagai guru ngaji di kampung Kak Awwam
> harus peduli dan mengetahui perkembangan anak-anak didiknya. Dan juga
> memberikan perhatian serta pengarahan sesuai usia murid-muridnya itu.
> Apalagi ia sangat sayang dengan anak-anak. Pun itu semua ia jalani
> hampir satu tahun lebih. Walau pun ia mengajar tanpa bayaran dari
> murid-muridnya. Ia ikhlas menjalaninya. Apalagi ia jebolan ponpes modern
> ternama di luar Jawa. Kalau pun ada sebagian orangtua dari
> murid-muridnya membayar ia pun tak segan-segan menolaknya. Bukan! Bukan!
> Bukan, menolak rezeki tapi ia ingin mengamalkan ilmu yang sudah
> didapatinya dari pondok. Apalagi ia sudah senang ketika anak-anak kecil
> yang ada di kampungnya itu sudah bisa mengenal Alif lepeng, Ba bengkok,
> Ta, titiknya dua di atas dan Tsa, titiknya tiga di atas serta Nun,
> titiknya satu di atas. Lagi-lagi ia sudah sangat senang. Itulah
> tujuannya ia mondok dari ponpesyang para jebolannya sudah banyak
> menjadi para mubaligh ternama serta pejabat itu.
>
> Namun dari
> sekian murid-murid yang ia ajarkan mengaji hanya ada satu murid yang tak
> mau menjawab pertanyaannya itu. Tak lain Rasyid. Terlebih pada saat itu
> (pertanyaan yang dilontarkannya) ia hanya berdiam diri. Tak satu pun
> ucapan yang keluar dari mulut kecilnya.
>
> Rasyid tak mau
> ikut-ikutan teman-teman sepengajiannya, menjawab apa yang dilontarkan
> oleh guru ngajinya itu. Ia lebih baik diam. Pasif. Tak bicara.
>
> "Lho,
> kok Rasyid diam. Memangnya ada apa?" tanya guru mengajinya itu.
> "Rasyid, sakit?" lanjut guru ngajinya yang masih berusia 27 tahun
> bertanya kembali.
>
> "Ah, nggak kok, Kak!" tukas Rasyid singkat.
>
> "Terus kenapa nggak menjawab pertanyaan, Kakak?"
>
> Yang ditanya hanya diam. Tak tahu harus bicara apa.
>
> "Baiklah
> sekarang Kakak tanya lagi di rumah Rasyid punya al-qur'an tidak?"
> Dengan bijak laki-laki muda yang sering menjuarai MTQ itu bertanya
> kembali sekali lagi kepada muridnya itu.
>
> Rasyid, bimbang untuk
> menjawabnya. Akhirnya jalan untuk menghindari cecaran pertanyaan itu
> yang terus-menerus mengarah kepadanya ia pun buka suara juga. Walau ada
> rasa sungkan menghinggap dalam dirinya.
>
> "Ra-Rasyid di rumah tidak
> punya al-qur'an, Kak!" ucapnya perlahan-lahan agar teman-teman
> sepengajiannya itu tidak mendengar jawabannya. Tapi namanya anak-anak
> tetap saja selalu memerhatikan temannya jika terlihat ada yang ganjil
> atau hal-hal yang tak biasa. Dan itu ada di Rasyid. Murid yang masuk
> mengajinya paling akhir.
>
> "Ha-ha-ha-ha-ha. Masa sih orang Islam tidak punya al-qur'an."
>
> Begitulah
> riuh suara teman-teman sepengajiannya menertawainya ketika mengetahui
> Rasyid berkata demikian. Di rumahnya ia tidak memiliki al-qur'an,
> mukjizat dari kanjeng Rasulullah itu. Semua teman-teman sepengajiannya
> masih mentertawainya.
>
> "Sudah! Sudah kok malah ditertawai. Baik sekarang kita baca do'a selesai
> mengaji. Ayo, kamu Sukri pimpin doanya..."
>
> Akhirnya
> Kak Awwam menyudahi pertanyaan itu dengan menyuruh Sukri membaca doa
> usai mengaji. Walau mata minusnya masih tertuju ke arah muridnya itu,
> Rasyid. Khawatir ada sesuatu yang disembunyikan oleh muridnya itu.
>
> Dan
> itu jugalah yang menjadi alasan Rasyid termangu di teras rumahnya. Ia
> tak mau menjadi bahan tertawaan teman-teman sepengajiannya itu kembali.
> Menggema kembali di gendang telinganya. Ia lebih baik berhenti mengaji.
> Mengundurkan dari pengajian yang sudah ia ikuti selama 5 bulan lewat.
> Walau pun ia sebentar lagi akan khatam juz' amma. Surat At-Thariq,
> begitu bacaan terakhirnya. Karena ia malu ketika nanti kembali ditanya
> oleh Kak Awwam, guru mengajinya itu apakah memiliki al-qur-an atau tidak
> di rumah. Jalan pintasnya ia pun berpikir untuk memilih keluar dari
> pengajiannya tanpa sepengetahuan Ayahnya.
>
> Sebenarnya saat itu ia
> memang berkata tidak jujur. Ia menutupi kebenaran yang ada bahwa di
> rumahnya ternyata memiliki al-qur'an. Bukan hanya satu tapi lima buah.
> Baik yang besar maupun yang ukuran kecilyang bisa dibawa-bawa. Tapi ia
> tak mengatakan hal itu sebenarnya. Entah kenapa anak usia 10 tahun itu
> tak mau berkata semestinya. Jujur. Namun hanya ia sendiri yang tahu.
> **
> Begitulah
> Rasyid. Ia memang murid yang berbeda dari teman-teman sepengajiannya.
> Walau usianya baru menginjak 10 tahun dan duduk dibangku kelas 5 SD tapi
> cara berpikirnya amat sangat diluar dugaan. Dan tidak lumrah sesuai
> usianya. Ia begitu kritis dan juga keingintahuannya sangat besar.
> Apalagi otaknya yang cukup cemerlang di sekolahnya. Ia seringkali
> menjadi juara kelas selama tiga tahun berturut-turut.
>
> Itulah yang
> dirasakan oleh Ayahnya. Pak Zubair, begitu nama Ayahnya bila disapa.
> Apalagi Ayahnya itu pun sering kali mendapatkan surat dari pihak sekolah
> agar Rasyid anaknya itu diberi izin untuk mengikuti ajang cerdas cermat
> tingkat SD. Entah, Ayahnya pun tak tahu anaknya itu menuruni siapa.
> Tetapi ketika Ayahnya balik melihat ke belakang nasab keturunan dari
> orangtuanya yang telah tiada. Ternyata Rasyid menuruni kakeknyayang
> memang miliki kecerdasan diatas rata-rata. Ber-IQ tinggi. Kakeknya dulu
> seorang guru Madrasah Tsanawiyah di kampung.
>
> Itu pun yang
> dirasakan Ayahnya saat itu. Tanpa sepengetahuan Rasyid, guru ngajinya
> itu pun berkunjung ke rumah dan menemui Ayahnya. Kebenaran saat itu ada
> di rumah dan sedang libur kerja. Pun dengan Rasyid sedang keluar bermain
> dengan teman-temannya. Ia tak tahu kalau guru ngajinya itu bertandang
> ke rumahnya.
>
> Saat senja mulai menua di ufuk barat barulah guru
> ngaji Rasyid itu menemui Ayahnya. Namun guru ngaji jebolan ponpes modern
> itu tak lama berpijak di rumah yang cukup asri itu.
>
> Namun disaat
> yang sama seusai pulang bermain bersama teman-temannya itu Rasyid pun
> dipanggil oleh Ayahnya. Ayahnya seorang abdi pemerintah itu. Sekel.
> Sekretaris Kelurahan. Walau hanya berselang beberapa menit dari
> kepulangan guru ngajinya dari rumah. Tanpa banyak kata Ayahnya pun
> memberitahukan apa yang sudah dikatakan oleh guru ngajinya itu selama
> Rasyid tak ada di rumah. Padahal hal itu terjadi tiga hari yang lalu
> bersamaan ia tak mengaji. Ia membohongi Ayahnya dengan alasan mengaji
> tapi kenyataan malah main bersama teman-temannya. Sebenarnya ia sudah
> sedikit demi sedikit untuk mulai melupakan hal itu. Karena baginya lebik
> baik dilupakan ketimbang diingat selalu dan itu akan membuat ia semakin
> malu pada dirinya, agamanya maupun TuhanNya padahal ia hanyalah seorang
> anak bau kencur. Belum akil baligh.
>
> "Tadi guru ngaji kamu
> kemari. Ia bilang kamu sudah tiga hari tidak mengaji. Dan bukan itu saja
> kamu berkata tidak jujur. Kamu bilang di rumah kita ini tidak punya
> sama sekali al-qur'an. Padahal kenyataanya ada. Bahkan sampai 5 buah
> yang sering Bapak belikan buat kamu maupun Abang Ramdan, kakak kamu
> maupun Ibu kamu. Tapi kenapa kamu bilang tidak ada," tegur Ayahnya di
> ruang tamu.
>
> Rasyid yang ditanya seperti itu hanya diam. Tak bicara.
>
> "Kok
> diam?! Tidak boleh kalau orangtua bicara lalu kamu diam saja. Ayolah
> bicara yang sebenarnya. Ayah tidak akan memarahi kamu kok jika kamu
> berkata sejujurnya," ulang Ayahnya memberikan kebijakan.
>
> "Baiklah Ayah akan diam saja jika kamu masih bersikeras tak mau bicara jujur
> kepada Ayah. Apa yang terjadi sebenarnya."
>
> Dan beberapa jam kemudian suasana pun hening di ruang tamu.
>
> Tapi itu hanya sementara akhirnya Rasyid angkat bicara juga.
>
> "Memang
> benar Rasyid sudah tidak mengaji tiga hari. Dan bicara tidak jujur
> seperti itu, Yah. Rasyid bilang bahwa di rumah kita tidak punya
> al-qur'an. Walau sebenarnya punya. Tapi buat apa bila kita punya tapi
> kita sebagai orang Islam tak pernah menyentuhnya bahkan membacanya.
> Bukankah berarti kita sama saja tidak memilikinya. Tidak mempunyai,"
> jawab Rasyid polos. Entah darimana ia mendapatkan jawaban seperti itu
> yang tidak wajar untuk seusianya. Entahlah! Namun itulah dunia anak-anak
> seusianya. Tak seorang pun pantas untuk mencegah apalagi ikut
> mencampurinya
>
> Ayahnya sejenak diam. Apa yang dikatakan anakya itu
> ada benarnya juga. Betapa ia malu pada dirinya, agamaNya maupun anaknya
> ketika ia mendengar jawaban polos dari anak usia 10 tahun itu. Kalau ia
> boleh memilih ingin mencium kening anaknya itu yang sudah membuka mata
> hatinya. Memang benar apa yang dikatakan anaknya itu. Al-qur'an memang
> ada di rumahnya. Bahkan ada yang pernah ia dapatkan dari rekannya
> sepulang dari umrah kedua kalinya. Tapi sayang hanya dibuat pajangan
> serta simbol saja. Padahal jika ia mau mengingat kembali ketika saat
> menghadiri pengajian di masjid terdekat dari rumahnya. Ia bisa
> mengetahuinya lebih dalam lagi ketika saat itu ada seorang ustadz
> memberikan siraman rohani.
>
> "Perumpamaan orang Mu'min yang membaca
> Al Quran, adalah seperti bunga utrujjah, baunya harum dan rasanya
> lezat; orang Mu'min yang tak suka membaca Al Quran, adalah seperti buah
> korma, baunya tidak begitu harum, tetapi manis rasanya; orang munafiq
> yang membaca Al Quran ibarat sekuntum bunga, berbau harum, tetapi pahit
> rasanya; dan orang munafiq yang tidak membaca Al Quran, tak ubahnya
> seperti buah hanzalah, tidak berbau dan rasanya pahit sekali."
>
> "Kepada
> kaum yang suka berjamaah di rumah-rumah peribadatan, membaca Al Quran
> secara bergiliran dan ajar megajarkannya terhadap sesamanya, akan
> turunlah kepadanya ketenangan dan ketenteraman, akan berlimpah kepadanya
> rahmat dan mereka akan dijaga oleh malaikat, juga Allah akan mengingat
> mereka"
>
> Entah, saat itu ia tertidur atau tidak. Saat ustadz itu
> sedang membahas keutamaan al-qur'an tak seorang pun yang tahu. Tapi
> dengan perantara Rasyid anaknya itu, ia kini kembali dibukakan mata
> hatinya tentang keutamaan al-qur'an. Apalagi ia tak ingin rumah yang
> sudah dibangunnyadengan jerih payahnya sendiri secara halal menjadi
> tandus. Kering kerontang seperti pohon tak pernah diterpa hujan. Pun
> dengan istananya, ia ingin mendapatkan kesejukan dari lantunan ayat-ayat
> suci yang digemakan dari mulutnya, istrinya maupun Ramdan dan Rasyid
> sebagai anak-anaknya.[]
--
www.nursalam.wordpress. com
--------------------- --------- ------
Yahoo! Groups Links
- 2a.
-
Re: (Info) Berita Bahagia
Posted by: "evawani suryani" eva_wani@yahoo.com eva_wani
Thu Jun 9, 2011 6:48 am (PDT)
Barokallahu Laka wa baroka'alaika wa jama'a bainakumaafii khoir,
semoga dapat tercipta keluarga sakinah, mawaddah warrohmah
--- On Tue, 6/7/11, suhadi hadi <abinyajundi@yahoo.com > wrote:
From: suhadi hadi <abinyajundi@yahoo.com >
Subject: [sekolah-kehidupan] (Info) Berita Bahagia
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Date: Tuesday, June 7, 2011, 9:52 PM
Â
assalamu'alaykum sahabat eska
Sekedar berbagi berita bahagia
insya Allah tanggal 9 Juni 2011, sahabat kita dari Eska Jatim , Ahmad dayat (Cak Dayat)
akan menggenapkan separuh diennya (menikah).
Insya Allah resepsi akan dilaksanakan pada :
hari   : Kamis / 9 Juni 2011
tempat :jl. raya jetis no 122 Mulyo Agung Malang
Nama Calon Istri : Agie Botianovi (arek malang katanya :)
Bagi yang bisa hadir silahkan hadir, bagi yang tidak bisa hadir, silahkan posting doa atau kirim paket kado bua tpengantin.:)
demikian info ini disampaikan dengan sebenar2nya, dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan siapapun
salam
suhadi
- 3a.
-
Bls: [sekolah-kehidupan] Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah
Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id bujangkumbang
Thu Jun 9, 2011 6:49 am (PDT)
Bang boleh nggak aye posting FB tapi dengan nara sumber punya Abang?
jika diizinkan
trims
sukses sll
amin
- 3b.
-
Re: Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah?
Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com
Thu Jun 9, 2011 7:36 pm (PDT)
Silahkan, Yan, dengan senang hati:).
Tabik,
Nursalam AR
On 6/9/11, bujang kumbang <bujangkumbang@yahoo.co. > wrote:id
> Bang boleh nggak aye posting FB tapi dengan nara sumber punya Abang?
> jika diizinkan
> trims
> sukses sll
> amin
>
--
www.nursalam.wordpress. com
- 4.
-
Re: Bulan ini Cerpenku dimuat. Silakan baca yaa!>>Bang Nursalam Ar
Posted by: "bujang kumbang" bujangkumbang@yahoo.co.id bujangkumbang
Thu Jun 9, 2011 6:50 am (PDT)
[Attachment(s) from bujang kumbang included below]
Aminnnn!
Makacih atas ucapannya
Sukses selalu juga buat Abang
Aminnn!
Ini covernya Bang. Cekidot!
Attachment(s) from bujang kumbang
2 of 2 Photo(s)
- 5a.
-
(catcil) Secangkir Teh, Novel dan Cinta
Posted by: "Yons" senjalova@gmail.com freelance_corp
Thu Jun 9, 2011 6:50 am (PDT)
Secangkir Teh, Novel dan Cinta
oleh
yons achmad
selepas senja
aku selalu rindu
pada secangkir teh
yang mengepulkan namaMu
Secangkir teh. Yakinlah, itu lebih nikmat dari bergelas-gelas kopi. Sejarah bercerita, minum teh, sudah bertahun-tahun menjadi tradisi turun temurun orang Jepang, Cina, Eropa dan tentu saja keluarga Indonesia. Lain halnya dengan meminum bergelas-gelas kopi. Aha, itu tradisi orang Amerika.
Kau pilih yang mana? Ah soal selera memang tak perlu diperdebatkan ya. Kita boleh berbeda, mungkin kau suka beregelas-gelas kopi, sedang saya suka secangkir teh sederhana tanpa gula. Yang pasti kita bisa tetap duduk bersama, di sebuah kafe pada sebuah senja, bicara warna Jakarta yang masih butuh sentuhan cinta kita.
If you are cold, tea will warm you
If you are too heated, it will cool you
If you are depressed, it will cheer you
If you are excited, it will calm you
WE Gladstone 1865
British Prime Minister
Secangkir teh...
Ia bukan minuman biasa. Bagi para penyukanya, secangkir teh bisa memberikan sensasi tersendiri. Sebuah rasa tenang dan rileks, sehingga darinya kadang kita bisa tersenyum mengingat kembali kisah-kisah diri kita sendiri yang kadang konyol dan tak rasional dalam menjalani hidup.
Misalnya iseng mengecek saldo uang di mesin ATM yang kita tahu kosong belaka. Berharap siapa tahu datang rejeki langsung dari langit masuk ke dalam rekening kita. Benar-benar sebuah kekonyolan. Atau berharap kaya raya padahal waktunya lebih banyak dihabiskan di tempat tidur. menunggu tuyul keajaiban. Sungguh irasional.
Nah,meminum secangkir teh adalah momentum untuk berefleksi, momentum yang tepat untuk bercermin bagi diri kita. Biasanya, yang demikian hadir pada waktu-waktu petang, waktu-waktu senja sehabis seharian kita bekerja. Berhenti sejenak, untuk sekedar mentertawakan diri sendiri. Menghitung-hitung kekurangan. Hilangnya semangat, etos kerja yang rendah, tak efektif menggunakan waktu atau keputusan-keputusan yang salah melulu. Kemudian setelahnya, sedikit sok bergaya, berniat berbuat yang lebih baik lagi pada esok hari. Tentu untuk mendapatkan sebuah hasil yang lebih berarti. Agar hidup tak hanya kosong dan omong kosong.
Secangkir teh...
Ia bukan minuman biasa. Konon, dalam teh terdapat zat theanine yang berfungsi meningkatkandaya konsentrasi bagi para peminumnya dan memberikan perasaan tenang pada gelombang otak manusia. Juga mengandung zat antioksidan, yaitu senyawa kimia yang mampu menghambat penuaan serta bisa mengatasi bermacam penyakit. Hasil penelitian Pusat Penelitian Antioksidan di London dalam jurnal Free Radical Research menjelaskan bahwa kandungan antioksidan 2 cangkir teh setara dengan 7 gelas jus jeruk atau 20 gelas jus apel. Lalu dalam segelas kopi? Tak ada.
Kemarin malam, saat saya ke rumah klien, seorang dokter Rumah Sakit Dharmais untuk membuat biografi kehidupannya, saya menanyakan apakah benar ada khasiat teh seperti yang tersebut di atas. Dan Pak dokter itupun mengiyakan. Nah, dengan demikian kita bisa yakin bahwa teh selain sebagai hobi juga berfungsi sebagai minuman kesehatan.
Tapi, ada pemandangan aneh di sebuah kafe teh bilangan Jakarta selatan. Ditempat tersebut konon ada beberapa pengunjung meminum teh dan dibebaskan untuk sambil menghisap rokok. Racun dari ujung neraka. Saya kira, ini adalah kombinasi yang buruk. Walaupun memang, kebiasaan demikian tak ada yang bisa melarang selain Tuhan dan dirinya sendiri.
Padahal, elok nian misalnya mengkombinasikan secangkir teh dengan, yah, kentang goreng misalnya. Tak terlalu buruk bukan? Ditambah dengan menikmati opera hidup manusia dalam sebuah novel. Sungguh, bisa mendatangkan energi cinta yang luar biasa. Sebab, walaupun dunia novel sebatas imaji, darinya kita juga bisa belajar tentang rasa kemanusiaan yang bisa jadi telah hilang dalam diri kita. Dan hanya cinta yang bisa mengembalikannya.
Semuanya itu bisa bermula lewat secangkir teh yang sederhana. Maka, wajar kiranya kalau ada orang yang menggambarkan bagaimana dahsyatnya secangkir teh itu. Misalnya seperti kata Lu Yu, seorang sastrawan ternama, yang mengatakan bahwa teh adalah "Embun Termanis Dari Surga". Aha. Kata-kata ini saya suka. (*)
- 5b.
-
Re: (catcil) Secangkir Teh, Novel dan Cinta
Posted by: "april_reto" april_reto@yahoo.com april_reto
Thu Jun 9, 2011 8:02 pm (PDT)
membaca ini aku jadi pengen ngeteh :)
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "Yons" <senjalova@.com ..> wrote:
>
> Secangkir Teh, Novel dan Cinta
> oleh
> yons achmad
>
> selepas senja
> aku selalu rindu
> pada secangkir teh
> yang mengepulkan namaMu
>
>
> Secangkir teh. Yakinlah, itu lebih nikmat dari bergelas-gelas kopi.
- 6.
-
Fiyan : Bls: [sekolah-kehidupan] Nama Suami di Belakang Nama Istri?
Posted by: "Taufiq cbn" tendo_cbn@yahoo.co.id tendo_cbn
Thu Jun 9, 2011 3:58 pm (PDT)
Boleh bang Fiyan.. oya jadi nanti sang belahan jiwa mau dipanggil apa nih? Bu Fey? Bu Fiyan atau Bu Bang? he..he..
Bang boleh nggak aye posting FB tapi dengan nara sumber punya Abang?
jika diizinkan
trims
sukses sll
amin
- 7a.
-
Re: Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah?
Posted by: "bintang_maha_putra@yahoo.co.id" bintang_maha_putra@yahoo.co.id bintang_maha_putra
Thu Jun 9, 2011 6:33 pm (PDT)
Mas Nur,
Klo boleh tahu, mohon bunyi haditsnya seperti apa? Siapa perawinya? Makasih
Regards,
Yozar F. Amrullah
Dikirim dari Yozar.ReMixer RainbowBerry® smartphone
-----Original Message-----
From: Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com >
Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Date: Tue, 7 Jun 2011 17:17:51
To: sekolah kehidupan<sekolah-kehidupan@yahoogroups. >com
Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
Cc: Nursalam AR<nursalam.ar@gmail.com >
Subject: [sekolah-kehidupan] Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah?
Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah?
Oleh Nursalam AR
Iya, bolehkah?
Demikian suatu pertanyaan yang mengemuka di sebuah milis lain.
Menarik, karena yang punya argumentasi mengemukakan pendapatnya
disertai hadis Nabi Muhammad SAW tentang dilarangnya menisbatkan nama
suami di belakang nama istri seperti yang banyak dilakukan orang saat
ini. Misalnya, istri mantan presiden AS,Bill Clinton, yang menisbatkan
nama suaminya di belakang namanya menjadi Hillary Rodham Clinton.
Di sebuah artikel lain yang pernah saya baca, praktik penisbatan nama
suami seperti itu dianggap sebagai bentuk dominasi patriarki
(kekuasaan lelaki) atas perempuan.
Hemat saya, soal nama, khusus untuk kaum perempuan apalagi ibu-ibu
memang unik. Di
lingkungan sekitar rumah saya yang baru (yang baru ditempati 5 bulan
ini), istri saya biasa
dikenal dengan 3 nama: Umminya Alham (nama anak saya), Mamanya Alham
dan Bu Nursalam. Nama aslinya sendiri (Yuni) tenggelam:D.
Pernah ibu-ibu tetangga bilang ke istri saya,"Ih,ibu kok kemarin
dipanggil ga nengok?"
Karena istri saya keliatan bingung, ia menambahkan,"Itu, waktu saya
panggil 'Bu Nur..Bu Nur'." Oalah, pantas saja istri saya tak nengok.
Ia kira yang dipanggil orang lain.
Yah, itulah budaya di masyarakat. Tapi secara pribadi saya setuju
dengan hadis tersebut tentang penisbatan nama suami tersebut (emang
kudu yah kalo Muslim mah. Terserah jika ummat agama lain):D. Saya
sendiri membebaskan istri saya untuk menggunakan namanya sendiri, Yuni
Meganingrum, baik di formulir formal atau akun jejaring sosial
sekalipun. Dan bukan Yuni Salam atau Yuni Rahman.
Sebab, lepas dari 'ancaman' hadis tersebut, salah satu hikmah
pelarangan penisbatan nama suami tersebut adalah pembebasan atau
pengakuan Islam atas hak identitas perempuan. Di masa jahiliyah,
sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, perempuan biasa dianggap sebagai
barang atau aset, yang bisa diwariskan ke anak atau diberikan kepada
orang lain. Perempuan tak punya hak secuil pun termasuk hak identitas
atas namanya sendiri.
Hikmah lainnya, juga tentang keajegan. Jika dinisbatkan pada ayah kan
jelas dan tak berubah. Karena tak ada bekas ayah atau bekas anak.
Namun, yang ada bekas istri atau bekas suami. Kasus seperti ini pernah
terjadi atas penyanyi Elya Khaddam yang terkenal dengan lagu 'Boneka
India'.
Konon di awal karirnya ia pakai nama Elya Agus, sesuai nama ayahnya.
Namun karirnya biasa saja. Setelah menikah dan pakai nama Elya
Khaddam, karirnya melejit dengan hits lagu 'Boneka India' tersebut.
Beberapa tahun setelah tenar, ia bercerai dengan Khaddam.
Memang tak ada persoalan soal penggunaan nama 'Khaddam' karena Elya
pun masih menggunakannya hingga bertahun-bertahun setelah cerai.
Belakangan ia kembali ke nama aslinya 'Elya Agus'.
Kasus lain yang serupa juga terjadi pada artis sinetron Firdha Razak
yang dulu ngetop dengan sinetron awal 90-an "Opera Tiga Jaman" di
RCTI. Saat ngetop ia adalah istri Razak Satari, seorang produser di
RCTI. Setelah bercerai, ia pun masih pakai nama itu karena sudah
merupakan trademark atau label keartisan. Meski kemudian setelah
menikah dengan seorang bule Jerman ia berganti nama menjadi Firdha
Kussler.
--
www.nursalam.wordpress. com
- 7b.
-
Re: Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah?
Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com
Thu Jun 9, 2011 7:37 pm (PDT)
Arsipnya di email lagi diubek-ubek nih:D.Hadisnya saya ketemu dari
milis lain. Jika sudah ketemu, nanti saya lengkapi di milis SK ini.
Terima kasih lho perhatiannya:).
Tabik,
Nursalam AR
On 6/10/11, bintang_maha_putra@yahoo. co.id
<bintang_maha_putra@yahoo. > wrote:co.id
> Mas Nur,
> Klo boleh tahu, mohon bunyi haditsnya seperti apa? Siapa perawinya? Makasih
>
> Regards,
>
>
> Yozar F. Amrullah
>
> Dikirim dari Yozar.ReMixer RainbowBerry® smartphone
>
> -----Original Message-----
> From: Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com >
> Sender: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> Date: Tue, 7 Jun 2011 17:17:51
> To: sekolah kehidupan<sekolah-kehidupan@yahoogroups. >com
> Reply-To: sekolah-kehidupan@yahoogroups. com
> Cc: Nursalam AR<nursalam.ar@gmail.com >
> Subject: [sekolah-kehidupan] Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah?
>
> Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehkah?
>
> Oleh Nursalam AR
>
>
> Iya, bolehkah?
>
> Demikian suatu pertanyaan yang mengemuka di sebuah milis lain.
> Menarik, karena yang punya argumentasi mengemukakan pendapatnya
> disertai hadis Nabi Muhammad SAW tentang dilarangnya menisbatkan nama
> suami di belakang nama istri seperti yang banyak dilakukan orang saat
> ini. Misalnya, istri mantan presiden AS,Bill Clinton, yang menisbatkan
> nama suaminya di belakang namanya menjadi Hillary Rodham Clinton.
>
> Di sebuah artikel lain yang pernah saya baca, praktik penisbatan nama
> suami seperti itu dianggap sebagai bentuk dominasi patriarki
> (kekuasaan lelaki) atas perempuan.
>
> Hemat saya, soal nama, khusus untuk kaum perempuan apalagi ibu-ibu
> memang unik. Di
> lingkungan sekitar rumah saya yang baru (yang baru ditempati 5 bulan
> ini), istri saya biasa
> dikenal dengan 3 nama: Umminya Alham (nama anak saya), Mamanya Alham
> dan Bu Nursalam. Nama aslinya sendiri (Yuni) tenggelam:D.
>
> Pernah ibu-ibu tetangga bilang ke istri saya,"Ih,ibu kok kemarin
> dipanggil ga nengok?"
>
> Karena istri saya keliatan bingung, ia menambahkan,"Itu, waktu saya
> panggil 'Bu Nur..Bu Nur'." Oalah, pantas saja istri saya tak nengok.
> Ia kira yang dipanggil orang lain.
>
> Yah, itulah budaya di masyarakat. Tapi secara pribadi saya setuju
> dengan hadis tersebut tentang penisbatan nama suami tersebut (emang
> kudu yah kalo Muslim mah. Terserah jika ummat agama lain):D. Saya
> sendiri membebaskan istri saya untuk menggunakan namanya sendiri, Yuni
> Meganingrum, baik di formulir formal atau akun jejaring sosial
> sekalipun. Dan bukan Yuni Salam atau Yuni Rahman.
>
> Sebab, lepas dari 'ancaman' hadis tersebut, salah satu hikmah
> pelarangan penisbatan nama suami tersebut adalah pembebasan atau
> pengakuan Islam atas hak identitas perempuan. Di masa jahiliyah,
> sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, perempuan biasa dianggap sebagai
> barang atau aset, yang bisa diwariskan ke anak atau diberikan kepada
> orang lain. Perempuan tak punya hak secuil pun termasuk hak identitas
> atas namanya sendiri.
>
> Hikmah lainnya, juga tentang keajegan. Jika dinisbatkan pada ayah kan
> jelas dan tak berubah. Karena tak ada bekas ayah atau bekas anak.
> Namun, yang ada bekas istri atau bekas suami. Kasus seperti ini pernah
> terjadi atas penyanyi Elya Khaddam yang terkenal dengan lagu 'Boneka
> India'.
>
> Konon di awal karirnya ia pakai nama Elya Agus, sesuai nama ayahnya.
> Namun karirnya biasa saja. Setelah menikah dan pakai nama Elya
> Khaddam, karirnya melejit dengan hits lagu 'Boneka India' tersebut.
> Beberapa tahun setelah tenar, ia bercerai dengan Khaddam.
> Memang tak ada persoalan soal penggunaan nama 'Khaddam' karena Elya
> pun masih menggunakannya hingga bertahun-bertahun setelah cerai.
> Belakangan ia kembali ke nama aslinya 'Elya Agus'.
>
> Kasus lain yang serupa juga terjadi pada artis sinetron Firdha Razak
> yang dulu ngetop dengan sinetron awal 90-an "Opera Tiga Jaman" di
> RCTI. Saat ngetop ia adalah istri Razak Satari, seorang produser di
> RCTI. Setelah bercerai, ia pun masih pakai nama itu karena sudah
> merupakan trademark atau label keartisan. Meski kemudian setelah
> menikah dengan seorang bule Jerman ia berganti nama menjadi Firdha
> Kussler.
>
>
>
> --
> www.nursalam.wordpress. com
>
>
--
www.nursalam.wordpress. com
- 8a.
-
**Re: [sekolah-kehidupan] Nama Suami di Belakang Nama Istri? Bolehka
Posted by: "april_reto" april_reto@yahoo.com april_reto
Thu Jun 9, 2011 8:01 pm (PDT)
Kalau aku sih taunya emang tidak boleh.
Tapi, bingung juga banyak yang memakai nama (belakang) suami di belakang namanya.
Hmmm, nggak tau ya, kayaknya para istri biasanya bangga-bangga aja kalau memakai nama suaminya di belakang namanya hehe.
(sekedar opini pribadiku sih :p)
salam pagi,
April
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , galih@... wrote:com
>
>
>
> Wah, saya baru tahu bahwa ada hadits Nabi saw yang melarang itu.
> Padahal dari beberapa waktu yang lalu saya selalu bertanya sama istri
> kenapa nama saya tidak dicantumkan dibelakang namanya dibeberapa
> tempat.
>
> Terima kasih Mas Nur atas informasinya. sangat berguna.
>
>
> Salam,
>
> Galih
>
- 9a.
-
Re: Harmoni kini Bali (mulai) Terancam !!!
Posted by: "april_reto" april_reto@yahoo.com april_reto
Thu Jun 9, 2011 8:05 pm (PDT)
Walah, kok gitu ya...
Bagaimana pejabat sekitar lingkungan tersebut? Kayak lurah gitu? Apa tidak menegur...
Aku selalu suka Bali... :)
--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups. , "+ Made Teddy Artiana +" <made.t.artiana@com ...> wrote:
>
> *Harmoni Bali (mulai) Terancam !!*
>
> By Made Teddy Artiana
>
> fotografer, penulis, event organizer dan yang paling penting : Orang Bali.
>
>
Need to Reply?
Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.
Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Individual | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar