Jumat, 14 Oktober 2011

[daarut-tauhiid] Dunia Sarat Tipuan (oleh Ihsan Tandjung)

oleh Ihsan Tandjung

Dunia Sarat Tipuan

Banyak manusia yang menyangka bahwa dunia merupakan tempat yang final dan
menentukan. Menang di dunia dianggapnya sebagai suatu perkara yang mesti dan
harus. Sebab jika tidak menang di dunia lalu mau menang di mana lagi?
Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia merupakan suatu kehinaan yang
bagaimanapun caranya harus dihindari. Sebab menurutnya mana mungkin
seseorang masih bisa mengangkat kepalanya bila ia harus hidup di dunia
dengan status sebagai pecundang. Itulah anggapan yang begitu terpateri di
benak fikiran setiap orang yang menjadi *hamba dunia*.

Ketika sahabat Rib'iy bin Amer radhiyallahu 'anhu ditugaskan untuk
bernegosiasi dengan panglima militer Persia, Rustum, ia menjelaskan misi
diutusnya ummat Islam oleh Allah subhaanahu wa ta'aala ke muka bumi. Salah
satu misi tersebut dijelaskan olehnya sebagai berikut:

ÇÈÊÚËäÇ Çááå áäÎÑÌ ÇáäÇÓ ãä ÖíÞ ÇáÏäíÇ Åáì ÓÚÊ ÇáÏäíÇ æ ÇáÂÎÑÉ

*"Kami (ummat Islam) diutus Allah ta'aala ke muka bumi untuk mengeluarkan
manusia dari sempitnya dunia menuju lapangnya dunia dan akhirat."*

Inilah salah satu misi utama ajaran Islam. Melahirkan manusia beriman yang
keyakinan dan penghayatannya akan negeri akhirat sedemikian kuatnya sehingga
mereka tidak pernah terkurung di dalam keterbatasan dunia yang sempit. Orang
beriman selalu hidup dengan hati yang lapang sebab mereka tidak mudah
terseret oleh tipuan kesenangan (maupun kesengsaraan) dunia yang fana.

Seberapa nikmatnya kesenangan dunia, maka bagi seorang mu'min tidak bisa
menandingi apalagi melebihi kebahagiaan hakiki di surga akhirat kelak.
Demikian pula, sedahsyat apapun kesengsaraan di dunia, maka bagi orang
beriman hal itu tidak bisa menandingi apalagi melebihi penderitaan sejati di
neraka akhirat kelak nanti.

Namun dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat begitu banyak manusia
yang menyangka bahwa dunia sedemikian hakikinya sehingga mereka rela
melakukan dan mengorbankan apapun hanya untuk meraih kesenangan fana dunia.
Begitu pula mereka akan rela berbuat dan meyerahkan apapun demi terbebaskan
dari penderitaan sementara dunia ini. Dan itu semua dilakukan dengan
mempertaruhkan kemungkinan meraih kesenangan hakiki surga akhirat dan dengan
kemungkinan malah berujung di kesengsaraan sejati neraka akhirat.

Tidak banyak manusia yang rela bersabar kehilangan surga dunia demi meraih
surga akhirat. Tidak banyak orang yang rela menghadapi neraka dunia demi
terbebaskan dari neraka akhirat. Hal ini cuma menunjukkan betapa tidak
sabarnya manusia. Dan hal ini juga menunjukkan betapa mudahnya manusia
terjebak dengan hal-hal yang zahir dari kehidupan dunia ini dan mereka tidak
cukup tajam penglihatannya untuk mamandang hal-hal ghaib dari kehidupan
akhirat.


íóÚúáóãõæäó ÙóÇåöÑðÇ ãöäó ÇáúÍóíóÇÉö ÇáÏøõäúíóÇ æóåõãú Úóäö ÇáúÂóÎöÑóÉö åõãú
ÛóÇÝöáõæäó

*"Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang
mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai." (QS ArRuum ayat 7)*

Para *ahlud-dunya *atau pencinta dunia memang merupakan kaum materialis.
Mereka hanya sibuk tenggelam dalam hal-hal yang material semata. Mereka
tidak pernah mau tahu dengan hal-hal yang bersifat "behind the material".
Sebab mereka tidak sanggup menjangkaunya. Dan ketidak-sanggupan itu
disebabkan oleh tidak hadirnya al-iman di dalam dadanya.

Orang beriman tentunya ingin berhasil juga di dunia. Tetapi doanya dan
harapannya kepada Allah ta'aala tidak pernah berhenti hanya pada hal-hal
sebatas dunia. Mereka selalu mengharapkan akhirat bersamaan dengan
harapannya akan dunia.


æóãöäúåõãú ãóäú íóÞõæáõ ÑóÈøóäóÇ ÂóÊöäóÇ Ýöí ÇáÏøõäúíóÇ ÍóÓóäóÉð æóÝöí
ÇáúÂóÎöÑóÉö ÍóÓóäóÉð æóÞöäóÇ ÚóÐóÇÈó ÇáäøóÇÑö

*"Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a, "Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa
neraka."" (QS Al-Baqarah ayat 201)*

Singkat kata, seorang mu'min adalah manusia yang lebih memilih menderita di
dunia asal senang di akhirat. Sedangkan seorang kafir atau munafik lebih
memilih sukses di dunia walau harus berakibat masuk neraka di akhirat kelak.
Seorang mu'min berprinsip: "Lebih baik susah sekarang asal senang
belakangan." Sedangkan seorang kafir atau munafik berprinsip: "Yang penting
kita harus senang selagi bisa. Soal neraka, yah, belum tentu juga
benar-benar ada."

Nabi Muhammad shollallahu 'alaih wa sallam mengingatkan kita ummat Islam
agar jangan hendaknya tertipu oleh dunia. Hendaknya selalu sadar bahwa
hakikat senang dan susah adalah di akhirat bukan di dunia. Senang di dunia
tidak perlu membuat kita lupa. Susah di dunia tidak perlu membuat kita
berputus asa.

Itulah sebabnya Nabi shollallahu 'alaih wa sallam menyampaikan suatu hadits
yang menggambarkan salah satu episode di hari pengadilan kelak nanti.
Penggambaran yang menjelaskan betapa kesenangan surga sejenak cukup membuat
orang yang paling menderita sewaktu di dunia lupa samasekali akan
penderitaannya. Sedangkan kesengsaraan neraka walau sekejap cukup untuk
menjadikan orang yang paling nikmat sewaktu hidup di dunia tidak ingat lagi
akan semua kesenangannya.


ÍóÏøóËóäóÇ ÚóãúÑñæ ÇáäøóÇÞöÏõ ÍóÏøóËóäóÇ íóÒöíÏõ Èúäõ åóÇÑõæäó ÃóÎúÈóÑóäóÇ
ÍóãøóÇÏõ Èúäõ ÓóáóãóÉó Úóäú ËóÇÈöÊò ÇáúÈõäóÇäöíøö Úóäú ÃóäóÓö Èúäö ãóÇáößò
ÞóÇáó ÞóÇáó ÑóÓõæáõ Çááøóåö Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó íõÄúÊóì
ÈöÃóäúÚóãö Ãóåúáö ÇáÏøõäúíóÇ ãöäú Ãóåúáö ÇáäøóÇÑö íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö
ÝóíõÕúÈóÛõ Ýöí ÇáäøóÇÑö ÕóÈúÛóÉð Ëõãøó íõÞóÇáõ íóÇ ÇÈúäó ÂÏóãó åóáú ÑóÃóíúÊó
ÎóíúÑðÇ ÞóØøõ åóáú ãóÑøó Èößó äóÚöíãñ ÞóØøõ ÝóíóÞõæáõ áóÇ æóÇááøóåö íóÇ
ÑóÈøö æóíõÄúÊóì ÈöÃóÔóÏøö ÇáäøóÇÓö ÈõÄúÓðÇ Ýöí ÇáÏøõäúíóÇ ãöäú Ãóåúáö
ÇáúÌóäøóÉö ÝóíõÕúÈóÛõ ÕóÈúÛóÉð Ýöí ÇáúÌóäøóÉö ÝóíõÞóÇáõ áóåõ íóÇ ÇÈúäó ÂÏóãó
åóáú ÑóÃóíúÊó ÈõÄúÓðÇ ÞóØøõ åóáú ãóÑøó Èößó ÔöÏøóÉñ ÞóØøõ ÝóíóÞõæáõ áóÇ
æóÇááøóåö íóÇ ÑóÈøö ãóÇ ãóÑøó Èöí ÈõÄúÓñ ÞóØøõ
æóáóÇ ÑóÃóíúÊõ ÔöÏøóÉð ÞóØøõ

*"Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di
dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak.
Kemudian ia ditanya: "Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan,
pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?" Maka ia menjawab: "Tidak, demi
Allah, ya Rabb." Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup
di dunia dari penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak.
Kemudian ditanya: "Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan,
pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?" Maka ia menjawab: "Tidak, demi
Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak
pernah melihat kesengsaraan apapun." (HR Muslim 5018)*

Sumber : Eramuslim.com. Sunday, 17/08/2008 14:49 WIB

http://www.eramuslim.com/suara-langit/kehidupan-sejati/dunia-sarat-tipuan.htm


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: