Kamis, 30 Mei 2013

[daarut-tauhiid] Jadikan Ujian sebagai Hiasan Kehidupan

Jadikan Ujian sebagai Hiasan Kehidupan

Oleh: Mohammad In'ami



ßõáøõ äóÝúÓò ÐóÇÆöÞóÉõ ÇúáãóæúÊö æóäóÈúáõæúßõãú ÈöÇáÔøóÑöø æóÇúáÎóíúÑö
ÝöÊúúäóÉñ æóÅöáóíúäóÇ ÊõÑúÌóÚõæúäó

"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS.
Al-Anbiya': 35)

TIDAK akan ada habisnya memperbincangkan masalah-masalah kehidupan yang ada
di sekitar kita. Setiap kita memiliki pengalaman yang berbeda-beda dalam
menghadapi setiap persoalan yang datang silih berganti. Hidup selalu
bergandengan dengan masalahnya, dan kita berusaha sekuat tenaga
menyelesaikannya dengan memohon pertolongan dari Allah Ta'ala.

Setiap yang diberi hidup pasti akan mendapatkan bagiannya dalam hal ujian.
Apapun ujian yang dihadapi, baik itu masalah pribadi, problem keluarga,
perjuangan untuk kemaslahatan umat atau menegakkan agama Allah, kesemuanya
membutuhkan sikap cermat dan kesabaran yang utuh.

Pun tidak ada kesempatan untuk mengelak dari apa yang sudah ditetapkan.
Tidak juga dapat menghindar dari apa yang telah ditakdirkan. Masing-masing
di antara manusia mendapatkannya secara adil dan merata.

Jika terdapat seorang makhluk yang mampu berbuat baik secara sempurna dalam
beribadah kepada Allah dan 'mumpuni' dalam memberikan manfaat bagi
hamba-hamba-Nya yang lain, maka baginya bagian yang besar berupa rahmat
dari sisi Allah Ta'ala.

Sifat Manusia

Allah Ta'ala senantiasa memberikan yang terbaik kepada makhluk-Nya. Potensi
dan kelebihan melekat pada diri manusia. Meski demikian, manusia memiliki
kesempatan untuk menjadi dirinya sendiri.

Setiap orang, saat dihadapkan pada masalah hidup, menjadi nyata dan nampak
sifat kemanusiaannya. Terhadap persoalan hidup yang susah dan rumit orang
cenderung mengeluh dan berkecil hati, seakan hidup ini tidak adil. Orang
menjadi beranggapan negatif terhadap Tuhan. "Mengapa kesusahan hidup selalu
menimpaku?", atau dengan ungkapan lain "Kapan hidup keluargaku sejahtera
dan berkecukupan?". Pertanyaan semacam itu sangat mungkin muncul dalam
kehidupan setiap orang.

Berkenaan dengan sifat manusia, Allah memberikan penjelasan

ÝÅÐÇ ãÓø ÇáÅäÓÇä ÖÑø ÏÚÇäÇ Ëãø ÅÐÇ ÎæøáäÇå äÚãÉ ãäøÇ ÞÇá ÅäøãÇ ÃæÊíÊå Úáì
Úáã Èá åì ÝÊäÉ æáßäø ÃßËÑåã áÇ íÚáãæä

"Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami
berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata: "Sesungguhnya aku diberi
nikmat itu hanyalah karena kepintaranku". Sebenarnya itu adalah ujian,
tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui." (QS: Az-Zumar ayat 49)

Terhadap segala macam nikmat dan ujian yang datang, manusia memiliki
pilihannya sendiri. Siapapun bisa melakukannya, antara bersyukur, mengeluh,
hingga kufur. Setiap pilihan membawa konsekuensi tersendiri bagi pelakunya.

Kecenderungan sifat manusia hendaknya mendapat perhatian khusus. Sifat
manusia yang fluktuatif hendaknya dikelola, dikendalikan, dan diarahkan
kepada hal-hal positif yang menjadikan pribadi manusia mampu menghadapi
setiap tantangan yang dihadapi, ujian yang menghadang dan cobaan yang
menimpa. Bukan untuk memupuk rasa egoisme dan merasa diri lebih baik atau
lebih kuat dari yang lain.

Belajar dari Ujian

Di manapun dan kapanpun manusia akan menemukan ujian sesuai dengan apa yang
telah Allah Ta'ala tetapkan. Ketentuan-Nya berlaku bagi siapapun tanpa
terkecuali. Terhadap ujian yang diberikan itu hendaknya manusia berpikir
dan merenungi akan hikmah dan pelajaran berharga di balik setiap ujian yang
datang. Adakah itu peringatan, cobaan atau malah hukuman?

Allah telah mensinyalir keadaan manusia terhadap ujian yang dihadapi,
firman-Nya:

ÝÃãøÇ ÇáÅäÓÇäõ ÅÐÇ ãÇ ÇÈÊáÇåõ ÑÈøå ÝÃßÑãå æäÚøãå ÝíÞæá ÑÈøí ÃßÑãäí

"Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan
diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah
memuliakanku"." (QS: Al-Fajr: 15)

Untuk itulah, sikap kita adalah pilihan kita. Menghadapi setiap ujian itu
dengan sebentuk kesadaran akan kekuasaan Allah Ta'ala, dan pemaknaan
ketidakberdayaan kita pada titik klimaks, dengan ujian tersebut menjadi
wahana untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Dengan pengertian ini
konsekuensinya setiap yang diuji dengan berbagai macam kesulitan dan
kesusahan, sikap sabar menjadi penguat kepribadiannya. Pun jika diuji
dengan berbagai macam keberlimpahan harta dan kemudahan, sikap syukur
dengan tidak melupakan bahwa apapun yang diterima adalah pemberian dan
rahmat dari Allah Ta'ala, kemudian ada kepuasan dalam berbagi dengan sesama.

Namun jika perasaan prasangka negatif manusia cenderung dominan, maka
akibatnya adalah sebagaimana firman-Nya:

æóÃãøÇ ÅÐóÇ ãÇ ÇÈÊáÇåõ ÝÞÏÑó Úáíåö ÑÒÞåõ ÝíÞæáõ ÑÈøí ÃåÇääö

"Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata:
"Tuhanku menghinakanku"." (QS: Al-Fajr: 16)

Maksud ayat di atas adalah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan
bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu
kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. Tetapi sebenarnya
kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.

Bagi mereka yang mendapat ujian berupa kesulitan hidup hendaknya menjadikan
kesabaran sebagai hiasan kehidupannya, dengan membangun sebuah keyakinan
bahwa kesulitan itu akan segera berganti kemudahan. Dan, cepat atau lambat,
hal itu mudah bagi Allah.

Bagi mereka yang diberi kemudahan dan kesejahteraan hidup hendaknya mampu
menunjukkan keteladanan nyata sebagaimana rasul saw dan para sahabat
contohkan, yaitu kemauan untuk berbagai dengan sesama, dan kepedulian
terhadap orang-orang sekitar yang berada di bawah garis kemiskinan. Jangan
dilupakan, kesadaran bahwa yang dimiliki sekarang –dalam wujud kekayaan
atau lainnya– sejatinya hanya titipan belaka. Sehingga jika Yang Maha
Memiliki mengambilnya tidak akan merasa kehilangan sedikitpun, karena hanya
titipan. Kapan saja Sang Pemilik berkehendak, akan menarik dan mencabutnya.
Kesiapan dalam bentuk yang sedemikian ini agak sulit dipraktekkan oleh
mereka yang merasa memiliki segalanya. Kadang keberlimpahan harta
melalaikan siapapun. Silakan lihat QS. At-Takatsur ayat 1.

Rasul, kekasih Allah juga diuji

Setiap utusan Allah membawa risalah yang harus disampaikan kepada umatnya.
Risalah tersebut menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan tantangan yang
diberikan. Para rasul yang termasuk Ulul 'Azmi adalah orang-orang yang
tangguh dan sabar dalam menghadapi berbagai macam rintangan dan ujian.
Betapa menegakkan agama Allah penuh dengan perjuangan baik harta, pikiran
maupun nyawa sekalipun. Perhatikan QS. Al-Baqarah ayat 124:

æÅÐö ÇÈÊáóì ÅÈÑÇåíãó ÑÈøåõ ÈßáãÇÊò ÝÃÊãøåäø ÞÇáó Åäøí ÌÇÚáßó ááäøÇÓö ÅãÇãðÇ
ÞÇáø æãäú ÐÑøíøÊí ÞÇáó áÇ íäÇáõ ÚåÏöí ÇáÙøÇáãíäó

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat
(perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim
berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman:
"Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim"."

Di antara ujian terhadap Nabi Ibrahim alaihissalam adalah membangun Ka'bah,
membersihkan ka'bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail,
menghadapi raja Namrudz dan lain-lain.

Di balik yang sedemikian hebat itu, Allah telah mengabulkan doa Nabi
Ibrahim, karena banyak di antara rasul-rasul itu adalah keturunan Nabi
Ibrahim. Sama halnya dengan Nabi Musa yang mendapat tantangan dakwah sangat
berat. Nabi Muhammad pun juga mengalami kesulitan,dan para rasulpun
merasakan hal yang sama, ujian dan cobaan datang silih berganti. Namun
Allah Ta'ala menjanjikan datangnya pertolongan, dan setiap tantangan,
kesulitan, ujian maupun cobaan semakin menambah keyakinan akan kebenaran
agama Allah.

Refleksi Ujian

Allah Ta'ala memberikan segala sesuatu kepada hamba-Nya berdasarkan
porsinya. Maknanya, jika kebaikan yang diberikan tidak sampai membuat
hamba-Nya lalai dari bersyukur. Pun jika keburukan yang ditimpakan tidak
akan melebihi kemampuan yang dimilikinya.

Mengapa Allah Ta'ala tidak memberikan beban melebihi kekuatan manusia?
Tentunya ada hikmah yang luar biasa di balik itu. Dia Yang Maha Kuasa
hendak menunjukkan kepada seluruh makhluk-Nya bahwa ada keterbatasan pada
makhluk dan tanpa batas pada Pencipta.

Demikian juga ada banyak kelemahan pada manusia, sementara Tuhan Maha
Sempurna. Maka makhluk yang bernama manusia selalu mendapatkan apa yang
sepadan dengan kekuatan yang dimilikinya. Apapun yang bernama ujian dalam
hidup, hakekatnya, Allah Ta'ala telah sesuaikan dengan kemampuan
makhluk-Nya untuk menghadapi hal tersebut.

áÇ íßáøÝõ Çááåõ äÝÓðÇ ÅáÇø æÓÚóåÇ

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
(QS: Al-Baqarah ayat 286)

Jika kesadaran akan kesanggupan yang dimiliki oleh setiap orang dalam
mengarungi bahtera kehidupan yang penuh ombak dan badai ini maka untuk apa
kita merasa berkecil hati atas segala sesuatu yang terjadi. Bukankah beban
hidup selalu dibawah kekuatan yang diberikan Allah pada kita. Bukankah
ujian itu sesuai dengan 'kelas' kita.

Setiap ujian yang menerpa selalu menjadi jalan untuk menapaki tingkatan
keimanan ke jenjang yang lebih tinggi. Setiap cobaan menjadi batu loncatan
untuk mengasah ketajaman nalar dan kepekaan sosial. Olah jiwa sedemikian
tidak diajarkan di sekolah manapun. Yang mendapatkannya kapan dan di mana
saja, di sanalah kesempatan untuk belajar dan menjadi pribadi yang mampu
mewujudkan sikap sabar yang proaktif dan sikap hidup yang proaktif, tanpa
adanya keluh kesah dan sikap apatis.*

Penulis adalah peneliti pada Lembaga Kajian Agama Sosial Budaya & Filsafat
"eLKASYF" Kudus

http://hidayatullah.com/read/28762/29/05/2013/jadikan-ujian-sebagai-hiasan-kehidupan-.html


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: