Selasa, 28 Mei 2013

[daarut-tauhiid] Belajar Bertani dari Negeri Perang

Belajar Bertani dari Negeri Perang
Kebun kurma dan zaitun di Nuseirat, Gaza Tengah, yang kemarin kita
kunjungi. foto: Gerai Dinar

Senin, 27 Mei 2013

Oleh: *Muhaimin Iqbal
*

*DALAM *berbagai tulisan sebelumnya telah banyak saya ulas mengenai kurma,
zaitun, anggur, delima, tin dan berbagai tanaman lain dalam al-Qur'an.
Tetapi dimana kita bisa belajar langsung tanaman-tanaman ini di habitat
aslinya? Di mana lagi kalau bukan di tempat-tempat yang juga disebutkan
dalam al-Qur'an! Sayangnya negeri-negeri Syam yang secara khusus disebutkan
keberkahannya ini lagi dalam kondisi perang, bisakah kita belajar bertani
dari mereka? InsyaAlah sangat bisa!

Belajar Bertani Sampai Negeri Syam…

Maka di sela-sela mendampingi para sukarelawan Indonesia mengunjungi
saudara-saudara kita di Gaza beberapa hari ini, kami menyempatkan diri juga
untuk belajar dari para petani di negeri yang terdholimi secara luar biasa
ini. Meskipun kondisi alamnya sangat berbeda, insyaAllah sangat banyak yang
bisa kita pelajari.

Untuk kurma misalnya, menurut publikasinya FAO pohon kurma bisa bertahan di
cuaca dingin dengan suhu dibawah 0 derajat Celcius. *Zero vegetation
point *(suhu
di mana kurma berhenti tumbuh) adalah 7 derajat Celcius, artinya dibawah
suhu tersebut pohon kurma bisa bertahan hidup tetapi berhenti tumbuh. Di
atas 7 derajat Celcius kurma tumbuh normal, sampai mencapai suhu 40 derajat
Celcius - kemudian mulai menurun daya tumbuhnya pada suhu di atas ini.

Kurma juga terbukti tumbuh di belahan bumi utara di Asia, Afrika dan
Amerika, maupun di belahan bumi selatan seperti Australia. Jadi dari sisi
geografis maupun iklim, Indonesia mestinya berada pada posisi yang cukup
ideal untuk pertumbuhan kurma – apa yang bisa kita pelajari di Gaza,
insyaallah juga bisa kita aplikasikan di Indonesia.

Untuk anggur, wilayah Indonesia yang umumnya cenderung panas dan lebih
banyak dataran rendahnya ketimbang yang di dataran tinggi – maka anggur
dataran rendah lebih berpeluang besar untuk dibudi-dayakan secara masif
mendampingi budi daya kurma. Anggur di Gaza juga anggur dataran rendah
karena lokasi Gaza yang pas di pinggir pantai.

Pekan lalu sebelum berangkat ke Gaza ini saya lebih dahulu mengunjungi
suatu pusat pengembangan tanaman Anggur di Jawa Timur, yang telah memiliki
sejumlah besar varietas tanaman Anggur yang cocok untuk dikembangkan di
Indonesia. Konon tempat ini sudah ada sejak jaman Belanda, jadi mestinya
kita sudah sedari dahulu dapat menjadi produsen Anggur – minimal cukup
untuk mengisi pasar kita sendiri.

Mengapa Anggur ini penting untuk menjadi perhatian? Anggur adalah tanaman
kedua terbanyak yang disebut di al-Qur'an setelah kurma. Anggur juga
menjadi tanaman terbanyak di al-Qur'an yang disebutkan secara berdampingan
dengan kurma.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah dalam *Ath-Thibbun Nabawi *menerangkan manfaat
Anggur sebagai berikut: "Anggur merupakan buah yang paling baik dan paling
banyak manfaatnya. Dapat dimakan dalam keadaan basah dan kering, masih
hijau maupun masak. Anggur adalah buah di antara buah-buahan yang lain,
makanan pokok di antara makanan pokok yang lain, sebagai obat bila
dibandingkan dengan obat-obatan yang lain, dan minuman apabila digabungkan
dengan aneka minuman lainnya."

Secara ilmiah Anggur juga terbukti berperan dalam berbagai pengobatan
jantung, obat anti lelah dan anti virus, mengikis kanker, menangkal *stroke,
*mencegah *insomnia, *mencegah kerusakan gigi dan gusi dlsb.

Secara ekonomi anggur berpotensi tinggi, meskipun diusahakan di pekarangan
yang sempit sekalipun. Saya menyaksikan sendiri bagaimana di atap-atap
rumah penduduk Gaza, mereka banyak menanam buah yang satu ini.

Selain rumah menjadi tambah asri, menurunkan suhu di musim panas – juga
ikut meningkatkan kemampuan bertahan penduduk Gaza yang sudah
di-*blockade *atau
lebih miripnya dipenjarakan oleh Zionis Israel lebih dari lima tahun
terakhir.

Di negeri Muslim yang terdholimi secara luar biasa ini, saya menyaksikan
atau lebih tepatnya belajar – bagaimana pertanian mereka hidup dengan
kebun-kebun kurmanya, kebun zaitunnya dan juga anggur-anggurnya yang mudah
dijumpai di sepanjang jalan sampai atap-atap rumah mereka tersebut di atas.

Pelajarannya bukan hanya sekedar bagaimana bertanam kurma, zaitun dan
anggur – tetapi lebih dari itu adalah pelajaran untuk mensyukuri nikmatNya
yang tidak terhingga. Bahwa di bumi yang gersang-pun barakah itu melimpah
manakala penduduknya beriman dan bertaqwa.

Kondisi Tanah Gaza

Lihat dari tanah yang saya genggam dalam foto disamping, tidak nampak
tanda-tanda kesuburan di tanah ini, dan ini berada di dalam penjara
terbesar di dunia – yaitu negeri yang (berusaha) diisolir oleh Zionis
melalui blockade-nya. Kok bisa menghasilkan produk pertanian khususnya
buah-buahan secara cukup?

Nampaknya bukan karena petani-petani mereka lebih pinter, karena ketika
kami coba bertanya ke mereka tentang bagaimana membedakan pohon kurma
jantan dan betina – hanya satu dari tiga petani yang bisa menjawabnya
dengan baik.

Lantas apa pembedanya? Kemungkinan terbesarnya adalah ketakwaannyalah yang
membedakan mereka. Seorang petani yang kami kunjungi tidak mengijinkan kami
pulang sebelum kami memasuki rumahnya dan menikmati minuman yang
disuguhkannya. Dia menuturkan bahwa hasil panenan mereka langsung turun
manakala mereka lalai dalam membayar zakat.

Barangkali inilah yang harus banyak-banyak kita pahami dan sebar luaskan,
bahwa bertani bukan hanya terkait dengan kesuburan lahan dan kepandaian
kita bercocok tanam, bertani terkait langsung dengan keimanan dan ketakwaan.

Bila hanya Dia yang mampu melahirkan benih dari bijinya (QS 6:95), dan
hanya Dia yang mampu menumbuhkan tanaman-tanaman ini (QS 56 : 63-64),
lantas mengapa hakNya tidak kita berikan?

Maka sosialisasi dalam membayar zakat pertanian ini, mestinya tidak kalah
pentingnya dengan berbagai program sosialisasi dan penyuluhan pertanian
lainnya.

Zakat adalah cerminan keimanan dan ketakwaan, maka bila di Gaza yang padang
pasir dan terkepung saja petaninya bisa makmur – mengapa tidak dengan kita
yang hidup di tanah merdeka nan subur?

http://hidayatullah.com/read/28738/27/05/2013/belajar-bertani-dari-negeri-perang-.html


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: