Senin, 26 Mei 2008

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2002

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (25 Messages)

1a.
u/Novi Re: [sekolah-kehidupan] Re: Namaku Cahaya From: dyah zakiati
1b.
u/Novi Re: [sekolah-kehidupan] Re: Namaku Cahaya From: novi_ningsih
2a.
Balasan: [sekolah-kehidupan] SK Junior (Indarwati - Slamet) From: CaturCatriks
2b.
Re: Balasan: [sekolah-kehidupan] SK Junior (Indarwati - Slamet) From: Adjie
2c.
Re: Balasan: [sekolah-kehidupan] SK Junior (Indarwati - Slamet) From: Ummu Alif
3a.
(cerpen) kerudung bersulam mendung. From: tinta_mirah
3b.
Re: (cerpen) kerudung bersulam mendung. From: dyah zakiati
3c.
Re: (cerpen) kerudung bersulam mendung. From: Ain Nisa
3d.
Re: (cerpen) kerudung bersulam mendung. From: Ain Nisa
4a.
Re: (Cerpen) PEREMPUAN di  BAWAH SELAKANGANKU From: dyah zakiati
4b.
Re: (Cerpen) PEREMPUAN di  BAWAH SELAKANGANKU From: dr. Sony H.W
4c.
Re: (Cerpen) PEREMPUAN di  BAWAH SELAKANGANKU From: dyah zakiati
4d.
Re: (Cerpen) PEREMPUAN di  BAWAH SELAKANGANKU From: Ain Nisa
4e.
Re: (Cerpen) PEREMPUAN di BAWAH SELAKANGANKU From: Andri Pranolo
5a.
Mana yang kau pilih? From: dyah zakiati
5b.
Re: Mana yang kau pilih? From: novi_ningsih
6a.
Mau nanya From: Imam Suyudi
7a.
sulam salam tuk ESKA. From: tinta_mirah
7b.
Re: sulam salam tuk ESKA. From: inga_fety
8.
(Berita Kelahiran) Berita Gembira Lagiii.... From: Siwi LH
9.
Jembatan Barelang, Tempat Para Pencinta Buta From: Wahyudi
10.
Siapa menyusul? From: dyah zakiati
11.
Fwd: [Syukron] Akh Smile for you ... From: abdul azis
12a.
Re: Mereka yang Istimewa dan Merunduk (kenanganku di  Bandung yang I From: inga_fety
13.
Dam Mukakuning, Danau Lembut diantara Deru Industri From: Wahyudi

Messages

1a.

u/Novi Re: [sekolah-kehidupan] Re: Namaku Cahaya

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun May 25, 2008 4:31 am (PDT)

Hehe, ok deh,m buat Novi, apa sih yang enggak:P
Novi : November
Yanti : mungkin kata ganti tuk panggilan perempuan kali ya, seperti Kalau laki-laki Noviyanto, kalau perempuan Noviyanti, hehe.
Utami : Utama
Ninggsih : Dengan cinta (with love)

Jadi kesimpulannya : Gadis cantik yang lahir di bulan November dan diharapkan memiliki keutamaan yang penuh dengan cinta. hehe.

Please dunk, ini yang terakhir.
Kalau mo tanya tafsir nama, kita ketemu yuks di milad Eska. Disana ada bapak dan bunda tersayang yang pasti lebih banyak tahu tentang arti nama ^_^

So, mo tahu caranya?
Ketik reg_daftar_nama lengkap, kirim ke 081808358139
or via milis, cc ke dyahzakiati@google.com
or ke multiplyku di adzdzaki.multiply.com. tagsnya daftar milad eska.

Tanpa kehadiranmu, Sahabat, milad Eska takkan ramai jadinya:D

Salam
Dyah

----- Original Message ----
From: novi_ningsih <novi_ningsih@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Sunday, May 25, 2008 1:23:46 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] Re: Namaku Cahaya

Aku baru tahu kalau arti Ningsih itu Cinta...
soalnya pas nanya ortu, nama Ningsih di belakang namaku itu diambil
dari nama bidan yang bantu kelahiranku. .. Namanya bidan Ningsih.
Tapi nama Ningsin menyatu dengan UTami: UTaminingsih. ..

Tapi, kok aku sering banget denger nama UTaminingsih, ya?
hehehe :D
nama Noviyanti apalagi, ga terhitung, huehehehe :D

tapi kalo: Noviyanti Utaminingsih ada ga ya? :D

sekalian, deh apa ayo arti namaku :D

1b.

u/Novi Re: [sekolah-kehidupan] Re: Namaku Cahaya

Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Sun May 25, 2008 8:10 am (PDT)

halah....
jadi bahas nama mulu

:D

but, makasi ya mbak dyah :)

jujur, aku emanga ga tahu makna ningsih. hehehe :D

tapi aku tahu kok

ortu dah ngasih nama yang terbaik buat anaknya ini ;)
dan ada harapan di sana :D

sip sip

see u insya Allah di milad sk :)

yeee

semangaaaaaaaaaaat

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, dyah zakiati <adzdzaki@...>
wrote:
>
> Hehe, ok deh,m buat Novi, apa sih yang enggak:P
> Novi : November
> Yanti : mungkin kata ganti tuk panggilan perempuan kali ya, seperti
Kalau laki-laki Noviyanto, kalau perempuan Noviyanti, hehe.
> Utami : Utama
> Ninggsih : Dengan cinta (with love)
>
> Jadi kesimpulannya : Gadis cantik yang lahir di bulan November dan
diharapkan memiliki keutamaan yang penuh dengan cinta. hehe.
>
> Please dunk, ini yang terakhir.
> Kalau mo tanya tafsir nama, kita ketemu yuks di milad Eska. Disana
ada bapak dan bunda tersayang yang pasti lebih banyak tahu tentang
arti nama ^_^
>
> So, mo tahu caranya?
> Ketik reg_daftar_nama lengkap, kirim ke 081808358139
> or via milis, cc ke dyahzakiati@...
> or ke multiplyku di adzdzaki.multiply.com. tagsnya daftar milad eska.
>
> Tanpa kehadiranmu, Sahabat, milad Eska takkan ramai jadinya:D
>
> Salam
> Dyah
>
>
> ----- Original Message ----
> From: novi_ningsih <novi_ningsih@...>
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Sent: Sunday, May 25, 2008 1:23:46 PM
> Subject: [sekolah-kehidupan] Re: Namaku Cahaya
>
>
>
> Aku baru tahu kalau arti Ningsih itu Cinta...
> soalnya pas nanya ortu, nama Ningsih di belakang namaku itu diambil
> dari nama bidan yang bantu kelahiranku. .. Namanya bidan Ningsih.
> Tapi nama Ningsin menyatu dengan UTami: UTaminingsih. ..
>
> Tapi, kok aku sering banget denger nama UTaminingsih, ya?
> hehehe :D
> nama Noviyanti apalagi, ga terhitung, huehehehe :D
>
> tapi kalo: Noviyanti Utaminingsih ada ga ya? :D
>
> sekalian, deh apa ayo arti namaku :D
>

2a.

Balasan: [sekolah-kehidupan] SK Junior (Indarwati - Slamet)

Posted by: "CaturCatriks" akil_catur@yahoo.co.id   akil_catur

Sun May 25, 2008 5:21 am (PDT)

SELAMAAAAAAATTTTT!!!
semoga menjadi anak yang salehah pinter, berprestasi, jujur, dan yang baik2 pokoknya, ya Mb.?
selamatselamatselamat!

catur&retno

ugik madyo <ugikmadyo@gmail.com> wrote: Assalamu'alaikum wr wb
Selamat pagi, siang, sore dan malam

Pagi ini senyum ceria menghias tiada henti. sebuah kabar gembira datang tadi pagi.

Telah lahir putri kedua dari sahabat kita Mbak Indarwati dan Mas Slamet.
Yasmina Jaladri Hilmy (BB/PB 2,77 kg/ 46 cm)
Pada tanggal 23 Mei 2008 Jam 16:05 WIB dengan caesar.
di Rumah Sakit Hermina - Depok

Semoga menjadi anak yang sholehah dan selalu menjadi penghias senyum seluruh keluarga. Amin.


Ugik Madyo
(salah satu) moderator

---------------------------------
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! Answers
2b.

Re: Balasan: [sekolah-kehidupan] SK Junior (Indarwati - Slamet)

Posted by: "Adjie" inner_coach@yahoo.com   inner_coach

Sun May 25, 2008 8:18 pm (PDT)

Selamat Buat Mbak Indar dan Keluarga

semoga sang putri menjadi anak yang salehah berbakti pada orang tua

> ugik madyo <ugikmadyo@...> wrote:
Assalamu'alaikum wr wb
> Selamat pagi, siang, sore dan malam
>
> Pagi ini senyum ceria menghias tiada henti. sebuah kabar gembira
datang tadi pagi.
>
> Telah lahir putri kedua dari sahabat kita Mbak Indarwati dan Mas
Slamet.
> Yasmina Jaladri Hilmy (BB/PB 2,77 kg/ 46 cm)
> Pada tanggal 23 Mei 2008 Jam 16:05 WIB dengan caesar.
> di Rumah Sakit Hermina - Depok
>
> Semoga menjadi anak yang sholehah dan selalu menjadi penghias
senyum seluruh keluarga. Amin.
>
>
> Ugik Madyo
> (salah satu) moderator
>
>
>
>
>
>
> ---------------------------------
> Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di
Yahoo! Answers
>

2c.

Re: Balasan: [sekolah-kehidupan] SK Junior (Indarwati - Slamet)

Posted by: "Ummu Alif" ummu_alif@yahoo.com   ummu_alif

Sun May 25, 2008 10:57 pm (PDT)


Assalamu'alaikum
Mbak Indar, selamat ya. Semoga menjadi anak sholihah kebanggaan ad dinul islam dan penyejuk mata kedua ortu, amin :)

Wassalam.
(Tetanggamu di kavling UI, Jl. Cahaya Titis) :)
-Ummu Alif-

> ugik madyo <ugikmadyo@...> wrote:
Assalamu'alaikum wr wb
> Selamat pagi, siang, sore dan malam
>
> Pagi ini senyum ceria menghias tiada henti. sebuah kabar gembira
datang tadi pagi.
>
> Telah lahir putri kedua dari sahabat kita Mbak Indarwati dan Mas
Slamet.
> Yasmina Jaladri Hilmy (BB/PB 2,77 kg/ 46 cm)
> Pada tanggal 23 Mei 2008 Jam 16:05 WIB dengan caesar.
> di Rumah Sakit Hermina - Depok
>
> Semoga menjadi anak yang sholehah dan selalu menjadi penghias
senyum seluruh keluarga. Amin.
>
>
>

3a.

(cerpen) kerudung bersulam mendung.

Posted by: "tinta_mirah" tinta_mirah@yahoo.co.id   tinta_mirah

Sun May 25, 2008 6:26 am (PDT)

Jilbab malam tuntas dikenakan langit,dengan hias-hias payetan
beberapa kian bintang,seusai kelopak-kelopak senja berguguran.senyum
sabit merah masih nampakan lelah,mengintip diantara daun belimbing,dan
jatuh setelah menerobos santun menyibak tirai.
sedang dalam sujud
lembut Lelaki itu masih saja terbenam diantara rakaat-rakaatnya.
hanyut dalam hening.hanya nada detak jarum detik dari jam dinding
berbentuk kotak dikamar kost itu yg sedikit mengaburkan hening.kasur
lantai beralas tikar masih tergulung disisi sajadah merah,tempat
lelaki itu mendirikan shalat.dan diambang pintu,sejak tadi sesosok
gadis tampak rela dan setia duduk menunggu.menunggu lelaki itu usai
dari shalat isyanya.
usil-usil sambil menunggu,gadis itu membidikan kamera dari
ponselnya.mengambil sujud hingga tahiyat lelaki berwajah teduh itu.
gadis itu datang dengan sebuah pertanyaan atas harapan yang ia rangkai
sendiri jawabannya itu,berdasar pada keyakinannya.hanya kali ini dia
ingin mendengar Langsung Jawabannya dari bibir lelaki itu.dia ingin
segera merasakan ucapan indah itu darinya.karena hanya ialah lelaki
yang tertangkap lain oleh perasaannya.
"..rupanya ada tamu.sudah lama,De?"tanya lelaki itu dalam masih
melipat sajadah merah berbahan beludru.Senyum si gadis merekah.kaos
biru ketatnya amat menyala dijilat terang lampu limabelas watt.
"emm.lumayan lama.dari tadi ashar loh,kak!" candanya,sambil memasukan
kembali ponsel ke dalam tasnya.dan hanya ada kulum senyum dari lelaki itu.
"memang ada apa malam-malam begini,De?tapi,tidak untuk nagih uang kost
kan?karena minggu lalu sudah di bayar sama ibu!"
gadis berambut sebahu itu melongok keluar,sebentar,memperhatikan
suasana sekitar.
"nggak lah kak.Dea kesini cuma ingin cepet-cepet denger
jawabannya!"ada nada manja Dalam nada bicaranya.
Tapi masih hanya senyum yang keluar dari lelaki dengan wajah menunduk itu.
"iih..Kok.malah senyum-senyum sih,kak?bukannya Dea disuruh masuk
dulu!"gerutunya,menampakan warna manja yang sama.
"tapi lebih Baik Kita bicaranya diluar.didalam nggak enak sama tetangga!"
"cuek aja kak.toh kontrak mereka punya papaku juga!"
"ya..sudah,hei putri juragan kontrakan.mau jawabannya atau tidak?kalau
mau,berarti kita bicara diluar!".
jalan yang tak terlalu besar itu masih nampak agak ramai.karena waktu
isya baru satu jam berlalu.
Di bawah pohon belimbing di ujung jalan,masih nampak pedagang nasi
goreng yang sedang meladeni sesosok ibu muda dan seorang gadis centil
yang pura-pura sibuk dengan digit-digit ponselnya.mencolok.dengan
celana kira-kira berukuran sejengkal dua jempol dari pinggangnya.di
satu sisi merasa bangga telah bisa mengambil perhatian orang-orang
yang melintas.tapi di sisi lain lagi,ia mrasa risih,terlihat dari
delik dan kerutan kelopak matanya.
"neng,ikut abang dangdutan.yo!"
"brengsek..lu!"
tiba-tiba,bersama sejurus tamparan yang mendarat di pipi seorang
pemuda yang berani-beraninya mencolek tubuh moleknya.Pemuda itu
tertawa-tawa saja sambil menyusul teman-temannya yangTelah Berlari
terlebih dulu.
Sedang orang-orang yang Melintas hanya tersenyum-senyum saja.
"kacian deh lu!"ujarnya sambil Tertawa-tawa geli memperhatikan
kejadian antara Pemuda dan gadis bercelana mini di ujung jalan tadi.
"A'uudzu billahi minasy syaithaanirrajiim!"lirih ucap lelaki itu
sambil menutup pintu kamar kostnya..melangkah,menuju gadis yang sudah
duduk dibangku terlebih dulu.di teras kontrakan paling pojok.
"gimana,diterima kan?"sambut si gadis beserta rona yakinnya yang masih
menyisakan sedikit tawa.Lelaki itu terdiam dengan duduk yang menjarak.
"kamu sudah shalat,de?"lelaki itu balik bertanya padanya.
Dan perlahan warna aneh menggantikan rona yakin dan keceriaan tawa
dari wajahnya.
"Dea,hanya mau jawabannya,kak!"elaknya,mengaburkan cela.
Hening..Lelaki itu menghela nafas..lama..karena terdapat rasa berat di
dadanya.ia tak ingin mengecewakan gadis manja itu,ia tak mau
meretakkan keyakinan gadis itu.tapi..
"hh..bagiku kamu tak cantik,De!"
dalam menunduk,alis si gadis menyimpul.Kini.Tak ada Alasan lagi bagi
keyakinannya untuk tak tersentak.
"mengapa bisa??"ucapnya berkali-kali dalam hati.
Sungguh.dialah satu-satunya lelaki yang menyalahi hukum alam yang
telah dibuat dan di tetapkannya atas semua lelaki.
Padahal,sebelumnya tak ada,dan tak mungkin akan ada lelaki yang mampu
mengatakan bahwa dirinya tak cantik.bahkan 'mereka' mengakui bahwa
dirinya nyaris sempurna.tapi lelaki ini...
"harusnya dia juga memujiku demikian!!"
keheranan itu tak juga surut dari benaknya dan rasa sakit yang tak
sedikit,kini,terus saja menghimpit hatinya.
Keyakinannya benar-benar telah salah dan kalah menyakitkan.
Dan untuk yang kesekian kalinya,bintang-bintang itu mengerling entah
pada tatapan mata siapa.
"apa kau mencintai dirimu sendiri?"tutur lelaki itu mengembalikan
keheranan si gadis yang kini tertunduk diam.
"siapapun orang itu,dia pasti mencintai dirinya.kak!"kata-katanya kini
lebih datar dan pantulkan kedewasaan,namun,berakhir dengan sebuah isak
tangis yang pelan di terpa Ketemaraman Malam.
"bolehkah aku meminta sesuatu,de?"lanjut lelaki itu.
Namun,pertanyaan itu begitu tertangkap lain.hingga mampu menumbuh
utuhkan retak-retak keyakinan di dada gadis itu lagi.dia menoleh ke
arah lelaki itu.tapi tetap pandangan lelaki itu lurus ke
depan,memandang hampa jalan gang yang sudah mulai nampak sepi.seolah
tak pernah hirau atas isak tangis si gadis terlebih atas penampilan
khususnya malam ini.yang dinisbatkan hampir seluruh lelaki
adalah"cantik sempurna".
"bolehkah aku meminta sesuatu?"lelaki itu mengulangi tanyanya.
"mintalah,seluruhku utuh untukmu.kak!"dengan suka serta rela dia
menuturkan pesona kata pamungkasnya,yang tak pernah dia berikan pada
siapapun.tapi mungkin dengan begitu"harga kemunafikan lelaki ini akan
tergadaikn"pikir piciknya.
"maukah kamu berjlbab?"
sungguh bukan ini yg gadis manja itu harapkan.karena sebelumnya tak
pernah terpikir malah akan dihadapkan dengan sebuah permintaan.dan tak
pernah terbayangkan akan melenggang pulang hanya Membawa bimbang.
***
Rangkum-rangkum hari menimbang-nimbang bimbang.dalam pertimbangan
antara keraguan,kepatahan,kecamuk rasa malu.dan beserta sebuah
harapan,namun kini.
"jika berjilbab?".
Dan jalan gelisah itu di sapa sebentuk cercah dalam muqadimah sebuah pagi.
Di kantin kampus sekelompok mahasiswa sedang ngalor-ngidul mengobrol
dengan mata-mata yang sambil asyik larak-lirik sana-sini.
"ya..habibi,dia dea kan?"dengan nada kaget berikut canda seseorang
bertanya serta telunjuk yang menmpu ke arah sesosok gadis
berkerudung.namun,tak ada jawaban.hanya ada ketersimaan dalam tatap
keterpukauan dan ketak percayaan mereka.
Ya..gadis itu.dengan wajah cemberut bernaung kerudung,sedangkan
menguntit di belakangnya seorang lelaki dengan bibir terus nyerocos
melayang-layangkan berjuta tanya padanya.
"wah..brow,berarti nggak bakal ada pemandangan indah lagi
dong?"celetuk seseorang dari mereka menimpali,yang berakhir tumpah
dalam tawa serta celotehan selanjutnya.
Gadis itu berhenti dalam Langkah Menuju kantin.dia merasa lebih baik
berbalik untuk kembali ke kelasnya.
"terserah gue dong!" dengan bibir sengaja manyun sambil langkah
setengah berlari.
Kata itu meluncur mengenai seorang lelaki penguntit tadi yang terus
melayangkan tanya dan nada-nada protesnya.
Bisa jadi,ini adalah hari terberat,termalu.
Karena di dalam kelas pun semua mata silih berganti menatap ke
arahnya.tapi dengan tatapan-tatapan Yang berbeda dari tatapan-tatapan
yang sebelumnya.
Dan rasa risih,akhirnya menuntun dia juga untuk buru-buru
pulang,menuju pelataran parkir motor kampus.
"hai,berubah nih De,pengen kayak aku ya?"ujar canda seorang gadis
berkerudung sambil menggandeng tangan seorang lelaki
disampingnya.
"kamu..kamu,Dea?sumpah lebih cantik!"timpal yang lelakinya
menyelidik,dan tak menduga gandengan gadis disebelahnya akan berubah
menjadi cubitan.
Gadis itu hanya tersenyum hampa seraya berucap salam,kemudian berlalu
dengan motor maticnya,meninggalkan pertengkaran sepasang muslim yang
tak muhrim Di pelataran Parkir.
Disambut pohon palem tegak lurus yang terurus.kuntum-kuntum mawar
yang sudah merekah di taman rumah.dan beberapa pohon murbei yang belum
berbuah.
Mang ahmad terlihat bersemangat membuka dan menutup pintu gerbang
untuk putri satu-satunya sang majikan.
gadis itupun membalas senyum ramah mang ahmad yang sudah setia
membantu-bantu dirumahnya,hampir sepuluh tahun bersama istrinya,bi marni.
"de,bagaimana hari pertama berjilbabmu?"tutur teduh ibunya sedikit
menumbangkan bimbang yang sedang kembali membuatnya timpang.
Si ibu melangkah,dan memeluk anak gadisnya yang sedang berhadapan
dengan sebuah cermin di kamarnya.ia tahu anak gadisnya sedang kembali
di kacau ragu.
"kamu kuat,kok.De!".
gadis itu tersenyum dalam pelukan ibunya.hawa sejuk pun terasa memeluk
hatinya.dia memungut kembali bulatnya niat dan tekad yang sempat
tertinggal siang tadi.
"dengan memakai kerudung.kamu malah lebih cantik.De!"lanjut
ibunya,sambil mengusap titik-titik airmata di pipi gadis itu."dan
dengan kerudung itu.ibu selalu tetap cantik!"tuturnya dibalas seulas
senyum.
Senyap,sejenak,dibelai damai..dalam ikatan setali kasih.
"o iya,De.tadi setelah kuliahnya.rama pamit sama ibu untuk pulang ke
kampungnya.katanya,disana,ibunya sedang sakit.!"
"dia bilang.pulangnya lama,tidak..bu?"sahutnya.
"insya allah,lima hari katanya!"jawab ibunya seraya menyelidik.
"benar,semuanya karena rama.De?"terka ibunya.
Gadis itu hanya menjawab dengan senyum sambil menunduk.
"bu,Dea mau shalat dulu ah!".
Dengan kemudian berlari kecil menuju toilet di kamarnya..sedangkan di
kisi hatinya ada ucap-ucap sesal dan kecewa.karena sudah satu minggu
ini dia tak sempat menemui lelaki itu.
Terlebih dia kecewa,karena belum sempat memberikan kejutan untuk
lelaki yang telah merubahnya itu.
Sedangkan ibunya hanya terus bersukur atas perubahan anak gadisnya
itu.Meski masih ada sesuatu yang dirasa mengganjal dalam hatinya.tanpa
terasa sambil menatap anak gadisnya berlalu.perlahan dari balik kaca
matanya Mata teduhnya telah berkaca-kaca.
"suatu saat,semoga berjilbabmu bukan karena apa ataupun siapa,De!"lirih.
Dan dari balik daun pintu kamar itu.seulas senyum pun turut terhimpun
dalam keterharuan wajah seorang ayah.
***
"kuatkan aku untuk berhijrah,tetapkan aku dalam istiqamah,,BISMILLAH!"
cermin itu tersenyum anggun menatap wajah si gadis yang
mengekspresikan warna-warna kemanjaan dengan mengenakan kerudung
bercorak biru mendung.
Dengan bingkisan nasihat dan tutur penyemangat dari kedua orang
tuanya,gadis itu membawa kekuatan baru untuk menapaki lari-lari
hari.rasanya dia telah mampu menghadapi tatapan-tatapan dan
ocehan-ocehan mempermalukan di kampusnya itu.
Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya.motor matic yang baru
dihadiahkan ayahnya dua bulan lalu sebagai kado ulang
tahun..itu,kini,hilang dibalik pintu pagar sebuah rumah besar bertaman
mawar,kuntum-kuntum mawar yang pula berhamdallah samar.
"wah,alhamdulillah ya bu.si non.sekarang benar-benar mulai
berubah.Sudah berjilbab,dan sekarang mah nggak pernah pulang larut
malam lagi!"tutur bi marni,pembantu di rumah itu.sambil membungkukan
tubuh merapihkan meja makan seusai keluarga sang majikan sarapan.
"iya..bi,alhamdulillah!"jawabnya.di iyakan pula oleh ayah si gadis
yang telah bersiap dengan jas dinasnya.
Sedang daun pintu perpustakaan baru saja mengusir sebuah langkah
gontai seorang gadis yang padahal sejam lalu masuk dengan nada riang
keceriaannya.
Gadis itu berjalan menuju kelas dengan tertunduk.
-DARI RAGA ATAU DARI HATI,BERJILBAB ANTI?-
tulisan-tulisan dari sebuah buku yang dia baca di perpustakaan kampus
tadi,terus mengurung,Mengejawantah dalam ingatannya.
Karena dia sendiri tak bisa mengelak.diantara alasan berjilbabnya
adalah karena lelaki itu.
Lelaki yang bayangnya mulai sering datang bertandang.
Sedangkan,dia pun tak bisa menyembunyikan,bahwa,dia ingin segera
menunjukan,kini,dirinya telah berjilbab..seperti apa yang pernah di
mintanya di malam itu.
"lalu setelah kak rama tahu Bahwa aku telah berjilbab.apakah lantas
dia akan menerimaku?"
"lalu apakah Berjilbabku hanya agar cintaku diterima kak rama?"
"lalu benarkah alasan berjilbabku?"
sesuatu meliputi lagi perdebatan di hatinya itu.
***
rindu seminggu menjelma menjadi seperti separuh windu.karena selalu
begitu falsafah yang termaktub bagi jiwa-jiwa yang memiliki dan
menyimpan buluh-buluh perindu.bagi perindu,selama apapun
itu,selalu,melampaui nyatanya waktu.
Kini,lelaki itu belum juga kembali.
tapi dalam resahnya rindu.gadis itu hanya mendapat senyum atas sebuah
keyakinan karena jilbabnya itu.
Sepulang dari kampus,dengan tatapan-tatapan yang telah tak dia pedulikan.
Dia merebahkan kelelahan tubuh dikasur,kamarnya!
"alhamdulillah kan,hampir seminggu?apa kata ibu.lama-lama juga pasti
terbiasa?"ibunya sudah nampak berdiri dibelakangnya dengan sambutan
senyum yang sunggingan keterpaksaanya telah berhasil disembunyikan.
Gadis itu bangun dan membalas senyum dalam anggukan dan ucapan insya
allah yang lirih.
"hhh..rama tadi datang,De!"lemah.
Amanat yang mengetuk-ngetuk hati,akhirnya tak kuasa di tahan lebih
lama lagi oleh ibunya.
Sedangkan mata gadis itu sudah lebih dulu berbinar,menatap tatapan
nanar ibunya.seolah menampakan segudang ria yang sudah dua minggu ini
terkangkangi.
Sang ibu melangkah dan duduk lebih mendekat ke samping putrinya itu.
"tapi dia hanya datang sebentar,kemudian kembali pulang!".
Rasa gembira yang belum sempat gadis itu tumpahkan akhirnya tertahan
oleh sebuah tanda tanya besar.
Ibu itu mengelus kerudung yang di kenakan putrinya,untuk kemudian
mengecupnya,perlahan sambil menutup mata,seperti mencari sebuah
isyarat dalam kegelapan.
"ada apa,bu?"gadis itu mulai bisa membaca bahwa ada sesuatu yang
ibunya sembunyikan.
"dia datang,dan ibu ceritakan bahwa kamu sudah berjilbab.rama terlihat
bahagia.bahkan sebelum dia pulang kembali,dia sempatkan diri untuk
membeli dan menitipkan kerudung ini untukmu!"tutur datar ibunya seraya
menyerahkan sebuah bungkusan.
"tapi ada apa Hingga kak rama harus pulang kembali ke kampungnya.bu?"
pertanyaan itulah yang sedari tadi tak di kehendaki datang oleh
ibunya.kini.mendung itu lebih terlihat dari balik kaca mata bening ibunya.
Terasa sangat berat menuturkannya,namun,amanat itu semakin keras
mengetuk pintu hati ibunya.
"tapi rama juga menitipkan ini dan ini!"dengan berat ibunya
menyodorkan sebuah surat dan sepucuk undangan.
Ketersentakan itu meliputi hatinya berlipat-lipat.dan rasa
Keterkejutan itu sepertinya lebih tertarik pada sepucuk surat undangan
berwarna merah hati namun terlihat berwarna mendung baginya.
"kak rama mau nikah??"ada nada keremukan dalam suaranya yang
tertahan-tahan.
Dan bimbang-bimbang itu seperti menemukan celah untuk kembali
membisik-bisik.
***
"
Teruntuk: Dealira.

Semoga hidayah itu sungguh-sungguh atasmu.
Setelah mendengar kau sudah berjilbab,dari ibu.
Ku sempatkan memuji dengan tulisan-tulisan ini.
Setelah mendengar kau sudah berjilbab.
Ada ketenangan di dalam hati.walaw tanpa melihatnya.namun aku
meyakinkan hati,bahwa kau lebih cantik.
tetapi,semoga berjilbabmu bukanlah karena permintaanku yang pernah
memintamu berjilbab.
semoga LILLAH..
niatkanlah LILLAH..
karena dengan LILLAH, berarti aku akan yakin bahwa kau akan tetap
berjilbab meski aku telah pergi.
dan kerudung ini,ku titipkan bersamamu.
bersamanya,qasidahkanlah kisah terindah teruntuk goresan tinta dalam
catatan RAQIB.
dan semoga berkenan kau memaafkan kakak..
assalamualaika.''

Di teras luar kamarnya ,sabit merah membias cemas..dari balik pohon
palem mengintip taman mawar dengan pancar pudar memerhatikan wajah si
gadis yang nanar.
angin nakal bertiup,memainkan kerudung yang di kenakan gadis itu.
butir-butir bening air mata pun telah jatuh membasahi kerudung biru
baru dari lelaki itu yang sedang ia dekap penuh rindu haru.
tangguh itu goyah,terdampar di padang asmara yang disemaraki lara.
namun,senyum tulus itu akhirnya hadir mengemas-ngemas getir.
''insya allah..berjilbabku atas nama cinta''.


saung murung.tasik-bandung.08

3b.

Re: (cerpen) kerudung bersulam mendung.

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun May 25, 2008 11:05 am (PDT)

Ditinggal nikah. Hiks. Tapi mungkin itu yang terbaik. Tetaplah menulis, Saudariku:D

Btw, daftar milad Eska yuuuks.
Ketik reg_daftar_nama lengkap. Kirim ke 081808358139,
or, via milis, cc ke dyahzakiati@google.com
or, kirim ke alamat rumahq (tapi mesti ada parcelnya ya, hihi)

----- Original Message ----
From: tinta_mirah <tinta_mirah@yahoo.co.id>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Sunday, May 25, 2008 8:15:05 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] (cerpen) kerudung bersulam mendung.

Jilbab malam tuntas dikenakan langit,dengan hias-hias payetan
beberapa kian bintang,seusai kelopak-kelopak senja berguguran.senyum
sabit merah masih nampakan lelah,mengintip diantara daun belimbing,dan
jatuh setelah menerobos santun menyibak tirai.
sedang dalam sujud
lembut Lelaki itu masih saja terbenam diantara rakaat-rakaatnya.
hanyut dalam hening.hanya nada detak jarum detik dari jam dinding
berbentuk kotak dikamar kost itu yg sedikit mengaburkan hening.kasur
lantai beralas tikar masih tergulung disisi sajadah merah,tempat
lelaki itu mendirikan shalat.dan diambang pintu,sejak tadi sesosok
gadis tampak rela dan setia duduk menunggu.menunggu lelaki itu usai
dari shalat isyanya.
usil-usil sambil menunggu,gadis itu membidikan kamera dari
ponselnya.mengambil sujud hingga tahiyat lelaki berwajah teduh itu.
gadis itu datang dengan sebuah pertanyaan atas harapan yang ia rangkai
sendiri jawabannya itu,berdasar pada keyakinannya. hanya kali ini dia
ingin mendengar Langsung Jawabannya dari bibir lelaki itu.dia ingin
segera merasakan ucapan indah itu darinya.karena hanya ialah lelaki
yang tertangkap lain oleh perasaannya.
"..rupanya ada tamu.sudah lama,De?"tanya lelaki itu dalam masih
melipat sajadah merah berbahan beludru.Senyum si gadis merekah.kaos
biru ketatnya amat menyala dijilat terang lampu limabelas watt.
"emm.lumayan lama.dari tadi ashar loh,kak!" candanya,sambil memasukan
kembali ponsel ke dalam tasnya.dan hanya ada kulum senyum dari lelaki itu.
"memang ada apa malam-malam begini,De?tapi, tidak untuk nagih uang kost
kan?karena minggu lalu sudah di bayar sama ibu!"
gadis berambut sebahu itu melongok keluar,sebentar, memperhatikan
suasana sekitar.
"nggak lah kak.Dea kesini cuma ingin cepet-cepet denger
jawabannya!" ada nada manja Dalam nada bicaranya.
Tapi masih hanya senyum yang keluar dari lelaki dengan wajah menunduk itu.
"iih..Kok.malah senyum-senyum sih,kak?bukannya Dea disuruh masuk
dulu!"gerutunya, menampakan warna manja yang sama.
"tapi lebih Baik Kita bicaranya diluar.didalam nggak enak sama tetangga!"
"cuek aja kak.toh kontrak mereka punya papaku juga!"
"ya..sudah,hei putri juragan kontrakan.mau jawabannya atau tidak?kalau
mau,berarti kita bicara diluar!".
jalan yang tak terlalu besar itu masih nampak agak ramai.karena waktu
isya baru satu jam berlalu.
Di bawah pohon belimbing di ujung jalan,masih nampak pedagang nasi
goreng yang sedang meladeni sesosok ibu muda dan seorang gadis centil
yang pura-pura sibuk dengan digit-digit ponselnya.mencolok. dengan
celana kira-kira berukuran sejengkal dua jempol dari pinggangnya. di
satu sisi merasa bangga telah bisa mengambil perhatian orang-orang
yang melintas.tapi di sisi lain lagi,ia mrasa risih,terlihat dari
delik dan kerutan kelopak matanya.
"neng,ikut abang dangdutan.yo! "
"brengsek..lu! "
tiba-tiba,bersama sejurus tamparan yang mendarat di pipi seorang
pemuda yang berani-beraninya mencolek tubuh moleknya.Pemuda itu
tertawa-tawa saja sambil menyusul teman-temannya yangTelah Berlari
terlebih dulu.
Sedang orang-orang yang Melintas hanya tersenyum-senyum saja.
"kacian deh lu!"ujarnya sambil Tertawa-tawa geli memperhatikan
kejadian antara Pemuda dan gadis bercelana mini di ujung jalan tadi.
"A'uudzu billahi minasy syaithaanirrajiim! "lirih ucap lelaki itu
sambil menutup pintu kamar kostnya..melangkah, menuju gadis yang sudah
duduk dibangku terlebih dulu.di teras kontrakan paling pojok.
"gimana,diterima kan?"sambut si gadis beserta rona yakinnya yang masih
menyisakan sedikit tawa.Lelaki itu terdiam dengan duduk yang menjarak.
"kamu sudah shalat,de?"lelaki itu balik bertanya padanya.
Dan perlahan warna aneh menggantikan rona yakin dan keceriaan tawa
dari wajahnya.
"Dea,hanya mau jawabannya,kak! "elaknya, mengaburkan cela.
Hening..Lelaki itu menghela nafas..lama. .karena terdapat rasa berat di
dadanya.ia tak ingin mengecewakan gadis manja itu,ia tak mau
meretakkan keyakinan gadis itu.tapi..
"hh..bagiku kamu tak cantik,De!"
dalam menunduk,alis si gadis menyimpul.Kini. Tak ada Alasan lagi bagi
keyakinannya untuk tak tersentak.
"mengapa bisa??"ucapnya berkali-kali dalam hati.
Sungguh.dialah satu-satunya lelaki yang menyalahi hukum alam yang
telah dibuat dan di tetapkannya atas semua lelaki.
Padahal,sebelumnya tak ada,dan tak mungkin akan ada lelaki yang mampu
mengatakan bahwa dirinya tak cantik.bahkan 'mereka' mengakui bahwa
dirinya nyaris sempurna.tapi lelaki ini...
"harusnya dia juga memujiku demikian!!"
keheranan itu tak juga surut dari benaknya dan rasa sakit yang tak
sedikit,kini, terus saja menghimpit hatinya.
Keyakinannya benar-benar telah salah dan kalah menyakitkan.
Dan untuk yang kesekian kalinya,bintang- bintang itu mengerling entah
pada tatapan mata siapa.
"apa kau mencintai dirimu sendiri?"tutur lelaki itu mengembalikan
keheranan si gadis yang kini tertunduk diam.
"siapapun orang itu,dia pasti mencintai dirinya.kak! "kata-katanya kini
lebih datar dan pantulkan kedewasaan,namun, berakhir dengan sebuah isak
tangis yang pelan di terpa Ketemaraman Malam.
"bolehkah aku meminta sesuatu,de?" lanjut lelaki itu.
Namun,pertanyaan itu begitu tertangkap lain.hingga mampu menumbuh
utuhkan retak-retak keyakinan di dada gadis itu lagi.dia menoleh ke
arah lelaki itu.tapi tetap pandangan lelaki itu lurus ke
depan,memandang hampa jalan gang yang sudah mulai nampak sepi.seolah
tak pernah hirau atas isak tangis si gadis terlebih atas penampilan
khususnya malam ini.yang dinisbatkan hampir seluruh lelaki
adalah"cantik sempurna".
"bolehkah aku meminta sesuatu?"lelaki itu mengulangi tanyanya.
"mintalah,seluruhku utuh untukmu.kak! "dengan suka serta rela dia
menuturkan pesona kata pamungkasnya, yang tak pernah dia berikan pada
siapapun.tapi mungkin dengan begitu"harga kemunafikan lelaki ini akan
tergadaikn"pikir piciknya.
"maukah kamu berjlbab?"
sungguh bukan ini yg gadis manja itu harapkan.karena sebelumnya tak
pernah terpikir malah akan dihadapkan dengan sebuah permintaan.dan tak
pernah terbayangkan akan melenggang pulang hanya Membawa bimbang.
***
Rangkum-rangkum hari menimbang-nimbang bimbang.dalam pertimbangan
antara keraguan,kepatahan, kecamuk rasa malu.dan beserta sebuah
harapan,namun kini.
"jika berjilbab?".
Dan jalan gelisah itu di sapa sebentuk cercah dalam muqadimah sebuah pagi.
Di kantin kampus sekelompok mahasiswa sedang ngalor-ngidul mengobrol
dengan mata-mata yang sambil asyik larak-lirik sana-sini.
"ya..habibi, dia dea kan?"dengan nada kaget berikut canda seseorang
bertanya serta telunjuk yang menmpu ke arah sesosok gadis
berkerudung. namun,tak ada jawaban.hanya ada ketersimaan dalam tatap
keterpukauan dan ketak percayaan mereka.
Ya..gadis itu.dengan wajah cemberut bernaung kerudung,sedangkan
menguntit di belakangnya seorang lelaki dengan bibir terus nyerocos
melayang-layangkan berjuta tanya padanya.
"wah..brow,berarti nggak bakal ada pemandangan indah lagi
dong?"celetuk seseorang dari mereka menimpali,yang berakhir tumpah
dalam tawa serta celotehan selanjutnya.
Gadis itu berhenti dalam Langkah Menuju kantin.dia merasa lebih baik
berbalik untuk kembali ke kelasnya.
"terserah gue dong!" dengan bibir sengaja manyun sambil langkah
setengah berlari.
Kata itu meluncur mengenai seorang lelaki penguntit tadi yang terus
melayangkan tanya dan nada-nada protesnya.
Bisa jadi,ini adalah hari terberat,termalu.
Karena di dalam kelas pun semua mata silih berganti menatap ke
arahnya.tapi dengan tatapan-tatapan Yang berbeda dari tatapan-tatapan
yang sebelumnya.
Dan rasa risih,akhirnya menuntun dia juga untuk buru-buru
pulang,menuju pelataran parkir motor kampus.
"hai,berubah nih De,pengen kayak aku ya?"ujar canda seorang gadis
berkerudung sambil menggandeng tangan seorang lelaki
disampingnya.
"kamu..kamu, Dea?sumpah lebih cantik!"timpal yang lelakinya
menyelidik,dan tak menduga gandengan gadis disebelahnya akan berubah
menjadi cubitan.
Gadis itu hanya tersenyum hampa seraya berucap salam,kemudian berlalu
dengan motor maticnya,meninggalk an pertengkaran sepasang muslim yang
tak muhrim Di pelataran Parkir.
Disambut pohon palem tegak lurus yang terurus.kuntum- kuntum mawar
yang sudah merekah di taman rumah.dan beberapa pohon murbei yang belum
berbuah.
Mang ahmad terlihat bersemangat membuka dan menutup pintu gerbang
untuk putri satu-satunya sang majikan.
gadis itupun membalas senyum ramah mang ahmad yang sudah setia
membantu-bantu dirumahnya,hampir sepuluh tahun bersama istrinya,bi marni.
"de,bagaimana hari pertama berjilbabmu? "tutur teduh ibunya sedikit
menumbangkan bimbang yang sedang kembali membuatnya timpang.
Si ibu melangkah,dan memeluk anak gadisnya yang sedang berhadapan
dengan sebuah cermin di kamarnya.ia tahu anak gadisnya sedang kembali
di kacau ragu.
"kamu kuat,kok.De! ".
gadis itu tersenyum dalam pelukan ibunya.hawa sejuk pun terasa memeluk
hatinya.dia memungut kembali bulatnya niat dan tekad yang sempat
tertinggal siang tadi.
"dengan memakai kerudung.kamu malah lebih cantik.De!"lanjut
ibunya,sambil mengusap titik-titik airmata di pipi gadis itu."dan
dengan kerudung itu.ibu selalu tetap cantik!"tuturnya dibalas seulas
senyum.
Senyap,sejenak, dibelai damai..dalam ikatan setali kasih.
"o iya,De.tadi setelah kuliahnya.rama pamit sama ibu untuk pulang ke
kampungnya.katanya, disana,ibunya sedang sakit.!"
"dia bilang.pulangnya lama,tidak.. bu?"sahutnya.
"insya allah,lima hari katanya!"jawab ibunya seraya menyelidik.
"benar,semuanya karena rama.De?"terka ibunya.
Gadis itu hanya menjawab dengan senyum sambil menunduk.
"bu,Dea mau shalat dulu ah!".
Dengan kemudian berlari kecil menuju toilet di kamarnya..sedangkan di
kisi hatinya ada ucap-ucap sesal dan kecewa.karena sudah satu minggu
ini dia tak sempat menemui lelaki itu.
Terlebih dia kecewa,karena belum sempat memberikan kejutan untuk
lelaki yang telah merubahnya itu.
Sedangkan ibunya hanya terus bersukur atas perubahan anak gadisnya
itu.Meski masih ada sesuatu yang dirasa mengganjal dalam hatinya.tanpa
terasa sambil menatap anak gadisnya berlalu.perlahan dari balik kaca
matanya Mata teduhnya telah berkaca-kaca.
"suatu saat,semoga berjilbabmu bukan karena apa ataupun siapa,De!"lirih.
Dan dari balik daun pintu kamar itu.seulas senyum pun turut terhimpun
dalam keterharuan wajah seorang ayah.
***
"kuatkan aku untuk berhijrah,tetapkan aku dalam istiqamah,,BISMILLA H!"
cermin itu tersenyum anggun menatap wajah si gadis yang
mengekspresikan warna-warna kemanjaan dengan mengenakan kerudung
bercorak biru mendung.
Dengan bingkisan nasihat dan tutur penyemangat dari kedua orang
tuanya,gadis itu membawa kekuatan baru untuk menapaki lari-lari
hari.rasanya dia telah mampu menghadapi tatapan-tatapan dan
ocehan-ocehan mempermalukan di kampusnya itu.
Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya.motor matic yang baru
dihadiahkan ayahnya dua bulan lalu sebagai kado ulang
tahun..itu,kini, hilang dibalik pintu pagar sebuah rumah besar bertaman
mawar,kuntum- kuntum mawar yang pula berhamdallah samar.
"wah,alhamdulillah ya bu.si non.sekarang benar-benar mulai
berubah.Sudah berjilbab,dan sekarang mah nggak pernah pulang larut
malam lagi!"tutur bi marni,pembantu di rumah itu.sambil membungkukan
tubuh merapihkan meja makan seusai keluarga sang majikan sarapan.
"iya..bi,alhamdulil lah!"jawabnya. di iyakan pula oleh ayah si gadis
yang telah bersiap dengan jas dinasnya.
Sedang daun pintu perpustakaan baru saja mengusir sebuah langkah
gontai seorang gadis yang padahal sejam lalu masuk dengan nada riang
keceriaannya.
Gadis itu berjalan menuju kelas dengan tertunduk.
-DARI RAGA ATAU DARI HATI,BERJILBAB ANTI?-
tulisan-tulisan dari sebuah buku yang dia baca di perpustakaan kampus
tadi,terus mengurung,Mengejawa ntah dalam ingatannya.
Karena dia sendiri tak bisa mengelak.diantara alasan berjilbabnya
adalah karena lelaki itu.
Lelaki yang bayangnya mulai sering datang bertandang.
Sedangkan,dia pun tak bisa menyembunyikan, bahwa,dia ingin segera
menunjukan,kini, dirinya telah berjilbab..seperti apa yang pernah di
mintanya di malam itu.
"lalu setelah kak rama tahu Bahwa aku telah berjilbab.apakah lantas
dia akan menerimaku?"
"lalu apakah Berjilbabku hanya agar cintaku diterima kak rama?"
"lalu benarkah alasan berjilbabku? "
sesuatu meliputi lagi perdebatan di hatinya itu.
***
rindu seminggu menjelma menjadi seperti separuh windu.karena selalu
begitu falsafah yang termaktub bagi jiwa-jiwa yang memiliki dan
menyimpan buluh-buluh perindu.bagi perindu,selama apapun
itu,selalu,melampau i nyatanya waktu.
Kini,lelaki itu belum juga kembali.
tapi dalam resahnya rindu.gadis itu hanya mendapat senyum atas sebuah
keyakinan karena jilbabnya itu.
Sepulang dari kampus,dengan tatapan-tatapan yang telah tak dia pedulikan.
Dia merebahkan kelelahan tubuh dikasur,kamarnya!
"alhamdulillah kan,hampir seminggu?apa kata ibu.lama-lama juga pasti
terbiasa?"ibunya sudah nampak berdiri dibelakangnya dengan sambutan
senyum yang sunggingan keterpaksaanya telah berhasil disembunyikan.
Gadis itu bangun dan membalas senyum dalam anggukan dan ucapan insya
allah yang lirih.
"hhh..rama tadi datang,De!"lemah.
Amanat yang mengetuk-ngetuk hati,akhirnya tak kuasa di tahan lebih
lama lagi oleh ibunya.
Sedangkan mata gadis itu sudah lebih dulu berbinar,menatap tatapan
nanar ibunya.seolah menampakan segudang ria yang sudah dua minggu ini
terkangkangi.
Sang ibu melangkah dan duduk lebih mendekat ke samping putrinya itu.
"tapi dia hanya datang sebentar,kemudian kembali pulang!".
Rasa gembira yang belum sempat gadis itu tumpahkan akhirnya tertahan
oleh sebuah tanda tanya besar.
Ibu itu mengelus kerudung yang di kenakan putrinya,untuk kemudian
mengecupnya, perlahan sambil menutup mata,seperti mencari sebuah
isyarat dalam kegelapan.
"ada apa,bu?"gadis itu mulai bisa membaca bahwa ada sesuatu yang
ibunya sembunyikan.
"dia datang,dan ibu ceritakan bahwa kamu sudah berjilbab.rama terlihat
bahagia.bahkan sebelum dia pulang kembali,dia sempatkan diri untuk
membeli dan menitipkan kerudung ini untukmu!"tutur datar ibunya seraya
menyerahkan sebuah bungkusan.
"tapi ada apa Hingga kak rama harus pulang kembali ke kampungnya.bu? "
pertanyaan itulah yang sedari tadi tak di kehendaki datang oleh
ibunya.kini. mendung itu lebih terlihat dari balik kaca mata bening ibunya.
Terasa sangat berat menuturkannya, namun,amanat itu semakin keras
mengetuk pintu hati ibunya.
"tapi rama juga menitipkan ini dan ini!"dengan berat ibunya
menyodorkan sebuah surat dan sepucuk undangan.
Ketersentakan itu meliputi hatinya berlipat-lipat. dan rasa
Keterkejutan itu sepertinya lebih tertarik pada sepucuk surat undangan
berwarna merah hati namun terlihat berwarna mendung baginya.
"kak rama mau nikah??"ada nada keremukan dalam suaranya yang
tertahan-tahan.
Dan bimbang-bimbang itu seperti menemukan celah untuk kembali
membisik-bisik.
***
"
Teruntuk: Dealira.

Semoga hidayah itu sungguh-sungguh atasmu.
Setelah mendengar kau sudah berjilbab,dari ibu.
Ku sempatkan memuji dengan tulisan-tulisan ini.
Setelah mendengar kau sudah berjilbab.
Ada ketenangan di dalam hati.walaw tanpa melihatnya.namun aku
meyakinkan hati,bahwa kau lebih cantik.
tetapi,semoga berjilbabmu bukanlah karena permintaanku yang pernah
memintamu berjilbab.
semoga LILLAH..
niatkanlah LILLAH..
karena dengan LILLAH, berarti aku akan yakin bahwa kau akan tetap
berjilbab meski aku telah pergi.
dan kerudung ini,ku titipkan bersamamu.
bersamanya,qasidahk anlah kisah terindah teruntuk goresan tinta dalam
catatan RAQIB.
dan semoga berkenan kau memaafkan kakak..
assalamualaika. ''

Di teras luar kamarnya ,sabit merah membias cemas..dari balik pohon
palem mengintip taman mawar dengan pancar pudar memerhatikan wajah si
gadis yang nanar.
angin nakal bertiup,memainkan kerudung yang di kenakan gadis itu.
butir-butir bening air mata pun telah jatuh membasahi kerudung biru
baru dari lelaki itu yang sedang ia dekap penuh rindu haru.
tangguh itu goyah,terdampar di padang asmara yang disemaraki lara.
namun,senyum tulus itu akhirnya hadir mengemas-ngemas getir.
''insya allah..berjilbabku atas nama cinta''.

saung murung.tasik- bandung.08

__._,_

3c.

Re: (cerpen) kerudung bersulam mendung.

Posted by: "Ain Nisa" jurnalcahaya@yahoo.com   jurnalcahaya

Sun May 25, 2008 8:18 pm (PDT)

cerpen yg cantik

----- Original Message ----
From: dyah zakiati <adzdzaki@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Monday, May 26, 2008 1:05:19 AM
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] (cerpen) kerudung bersulam mendung.

Ditinggal nikah. Hiks. Tapi mungkin itu yang terbaik. Tetaplah menulis, Saudariku:D

Btw, daftar milad Eska yuuuks.
Ketik reg_daftar_nama lengkap. Kirim ke 081808358139,
or, via milis, cc ke dyahzakiati@ google.com
or, kirim ke alamat rumahq (tapi mesti ada parcelnya ya, hihi)

----- Original Message ----
From: tinta_mirah <tinta_mirah@ yahoo.co. id>
To: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, May 25, 2008 8:15:05 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] (cerpen) kerudung bersulam mendung.

Jilbab malam tuntas dikenakan langit,dengan hias-hias payetan
beberapa kian bintang,seusai kelopak-kelopak senja berguguran.senyum
sabit merah masih nampakan lelah,mengintip diantara daun belimbing,dan
jatuh setelah menerobos santun menyibak tirai.
sedang dalam sujud
lembut Lelaki itu masih saja terbenam diantara rakaat-rakaatnya.
hanyut dalam hening.hanya nada detak jarum detik dari jam dinding
berbentuk kotak dikamar kost itu yg sedikit mengaburkan hening.kasur
lantai beralas tikar masih tergulung disisi sajadah merah,tempat
lelaki itu mendirikan shalat.dan diambang pintu,sejak tadi sesosok
gadis tampak rela dan setia duduk menunggu.menunggu lelaki itu usai
dari shalat isyanya.
usil-usil sambil menunggu,gadis itu membidikan kamera dari
ponselnya.mengambil sujud hingga tahiyat lelaki berwajah teduh itu.
gadis itu datang dengan sebuah pertanyaan atas harapan yang ia rangkai
sendiri jawabannya itu,berdasar pada keyakinannya. hanya kali ini dia
ingin mendengar Langsung Jawabannya dari bibir lelaki itu.dia ingin
segera merasakan ucapan indah itu darinya.karena hanya ialah lelaki
yang tertangkap lain oleh perasaannya.
"..rupanya ada tamu.sudah lama,De?"tanya lelaki itu dalam masih
melipat sajadah merah berbahan beludru.Senyum si gadis merekah.kaos
biru ketatnya amat menyala dijilat terang lampu limabelas watt.
"emm.lumayan lama.dari tadi ashar loh,kak!" candanya,sambil memasukan
kembali ponsel ke dalam tasnya.dan hanya ada kulum senyum dari lelaki itu.
"memang ada apa malam-malam begini,De?tapi, tidak untuk nagih uang kost
kan?karena minggu lalu sudah di bayar sama ibu!"
gadis berambut sebahu itu melongok keluar,sebentar, memperhatikan
suasana sekitar.
"nggak lah kak.Dea kesini cuma ingin cepet-cepet denger
jawabannya!" ada nada manja Dalam nada bicaranya.
Tapi masih hanya senyum yang keluar dari lelaki dengan wajah menunduk itu.
"iih..Kok.malah senyum-senyum sih,kak?bukannya Dea disuruh masuk
dulu!"gerutunya, menampakan warna manja yang sama.
"tapi lebih Baik Kita bicaranya diluar.didalam nggak enak sama tetangga!"
"cuek aja kak.toh kontrak mereka punya papaku juga!"
"ya..sudah,hei putri juragan kontrakan.mau jawabannya atau tidak?kalau
mau,berarti kita bicara diluar!".
jalan yang tak terlalu besar itu masih nampak agak ramai.karena waktu
isya baru satu jam berlalu.
Di bawah pohon belimbing di ujung jalan,masih nampak pedagang nasi
goreng yang sedang meladeni sesosok ibu muda dan seorang gadis centil
yang pura-pura sibuk dengan digit-digit ponselnya.mencolok. dengan
celana kira-kira berukuran sejengkal dua jempol dari pinggangnya. di
satu sisi merasa bangga telah bisa mengambil perhatian orang-orang
yang melintas.tapi di sisi lain lagi,ia mrasa risih,terlihat dari
delik dan kerutan kelopak matanya.
"neng,ikut abang dangdutan.yo! "
"brengsek..lu! "
tiba-tiba,bersama sejurus tamparan yang mendarat di pipi seorang
pemuda yang berani-beraninya mencolek tubuh moleknya.Pemuda itu
tertawa-tawa saja sambil menyusul teman-temannya yangTelah Berlari
terlebih dulu.
Sedang orang-orang yang Melintas hanya tersenyum-senyum saja.
"kacian deh lu!"ujarnya sambil Tertawa-tawa geli memperhatikan
kejadian antara Pemuda dan gadis bercelana mini di ujung jalan tadi.
"A'uudzu billahi minasy syaithaanirrajiim! "lirih ucap lelaki itu
sambil menutup pintu kamar kostnya..melangkah, menuju gadis yang sudah
duduk dibangku terlebih dulu.di teras kontrakan paling pojok.
"gimana,diterima kan?"sambut si gadis beserta rona yakinnya yang masih
menyisakan sedikit tawa.Lelaki itu terdiam dengan duduk yang menjarak.
"kamu sudah shalat,de?"lelaki itu balik bertanya padanya.
Dan perlahan warna aneh menggantikan rona yakin dan keceriaan tawa
dari wajahnya.
"Dea,hanya mau jawabannya,kak! "elaknya, mengaburkan cela.
Hening..Lelaki itu menghela nafas..lama. .karena terdapat rasa berat di
dadanya.ia tak ingin mengecewakan gadis manja itu,ia tak mau
meretakkan keyakinan gadis itu.tapi..
"hh..bagiku kamu tak cantik,De!"
dalam menunduk,alis si gadis menyimpul.Kini. Tak ada Alasan lagi bagi
keyakinannya untuk tak tersentak.
"mengapa bisa??"ucapnya berkali-kali dalam hati.
Sungguh.dialah satu-satunya lelaki yang menyalahi hukum alam yang
telah dibuat dan di tetapkannya atas semua lelaki.
Padahal,sebelumnya tak ada,dan tak mungkin akan ada lelaki yang mampu
mengatakan bahwa dirinya tak cantik.bahkan 'mereka' mengakui bahwa
dirinya nyaris sempurna.tapi lelaki ini...
"harusnya dia juga memujiku demikian!!"
keheranan itu tak juga surut dari benaknya dan rasa sakit yang tak
sedikit,kini, terus saja menghimpit hatinya.
Keyakinannya benar-benar telah salah dan kalah menyakitkan.
Dan untuk yang kesekian kalinya,bintang- bintang itu mengerling entah
pada tatapan mata siapa.
"apa kau mencintai dirimu sendiri?"tutur lelaki itu mengembalikan
keheranan si gadis yang kini tertunduk diam.
"siapapun orang itu,dia pasti mencintai dirinya.kak! "kata-katanya kini
lebih datar dan pantulkan kedewasaan,namun, berakhir dengan sebuah isak
tangis yang pelan di terpa Ketemaraman Malam.
"bolehkah aku meminta sesuatu,de?" lanjut lelaki itu.
Namun,pertanyaan itu begitu tertangkap lain.hingga mampu menumbuh
utuhkan retak-retak keyakinan di dada gadis itu lagi.dia menoleh ke
arah lelaki itu.tapi tetap pandangan lelaki itu lurus ke
depan,memandang hampa jalan gang yang sudah mulai nampak sepi.seolah
tak pernah hirau atas isak tangis si gadis terlebih atas penampilan
khususnya malam ini.yang dinisbatkan hampir seluruh lelaki
adalah"cantik sempurna".
"bolehkah aku meminta sesuatu?"lelaki itu mengulangi tanyanya.
"mintalah,seluruhku utuh untukmu.kak! "dengan suka serta rela dia
menuturkan pesona kata pamungkasnya, yang tak pernah dia berikan pada
siapapun.tapi mungkin dengan begitu"harga kemunafikan lelaki ini akan
tergadaikn"pikir piciknya.
"maukah kamu berjlbab?"
sungguh bukan ini yg gadis manja itu harapkan.karena sebelumnya tak
pernah terpikir malah akan dihadapkan dengan sebuah permintaan.dan tak
pernah terbayangkan akan melenggang pulang hanya Membawa bimbang.
***
Rangkum-rangkum hari menimbang-nimbang bimbang.dalam pertimbangan
antara keraguan,kepatahan, kecamuk rasa malu.dan beserta sebuah
harapan,namun kini.
"jika berjilbab?".
Dan jalan gelisah itu di sapa sebentuk cercah dalam muqadimah sebuah pagi.
Di kantin kampus sekelompok mahasiswa sedang ngalor-ngidul mengobrol
dengan mata-mata yang sambil asyik larak-lirik sana-sini.
"ya..habibi, dia dea kan?"dengan nada kaget berikut canda seseorang
bertanya serta telunjuk yang menmpu ke arah sesosok gadis
berkerudung. namun,tak ada jawaban.hanya ada ketersimaan dalam tatap
keterpukauan dan ketak percayaan mereka.
Ya..gadis itu.dengan wajah cemberut bernaung kerudung,sedangkan
menguntit di belakangnya seorang lelaki dengan bibir terus nyerocos
melayang-layangkan berjuta tanya padanya.
"wah..brow,berarti nggak bakal ada pemandangan indah lagi
dong?"celetuk seseorang dari mereka menimpali,yang berakhir tumpah
dalam tawa serta celotehan selanjutnya.
Gadis itu berhenti dalam Langkah Menuju kantin.dia merasa lebih baik
berbalik untuk kembali ke kelasnya.
"terserah gue dong!" dengan bibir sengaja manyun sambil langkah
setengah berlari.
Kata itu meluncur mengenai seorang lelaki penguntit tadi yang terus
melayangkan tanya dan nada-nada protesnya.
Bisa jadi,ini adalah hari terberat,termalu.
Karena di dalam kelas pun semua mata silih berganti menatap ke
arahnya.tapi dengan tatapan-tatapan Yang berbeda dari tatapan-tatapan
yang sebelumnya.
Dan rasa risih,akhirnya menuntun dia juga untuk buru-buru
pulang,menuju pelataran parkir motor kampus.
"hai,berubah nih De,pengen kayak aku ya?"ujar canda seorang gadis
berkerudung sambil menggandeng tangan seorang lelaki
disampingnya.
"kamu..kamu, Dea?sumpah lebih cantik!"timpal yang lelakinya
menyelidik,dan tak menduga gandengan gadis disebelahnya akan berubah
menjadi cubitan.
Gadis itu hanya tersenyum hampa seraya berucap salam,kemudian berlalu
dengan motor maticnya,meninggalk an pertengkaran sepasang muslim yang
tak muhrim Di pelataran Parkir.
Disambut pohon palem tegak lurus yang terurus.kuntum- kuntum mawar
yang sudah merekah di taman rumah.dan beberapa pohon murbei yang belum
berbuah.
Mang ahmad terlihat bersemangat membuka dan menutup pintu gerbang
untuk putri satu-satunya sang majikan.
gadis itupun membalas senyum ramah mang ahmad yang sudah setia
membantu-bantu dirumahnya,hampir sepuluh tahun bersama istrinya,bi marni.
"de,bagaimana hari pertama berjilbabmu? "tutur teduh ibunya sedikit
menumbangkan bimbang yang sedang kembali membuatnya timpang.
Si ibu melangkah,dan memeluk anak gadisnya yang sedang berhadapan
dengan sebuah cermin di kamarnya.ia tahu anak gadisnya sedang kembali
di kacau ragu.
"kamu kuat,kok.De! ".
gadis itu tersenyum dalam pelukan ibunya.hawa sejuk pun terasa memeluk
hatinya.dia memungut kembali bulatnya niat dan tekad yang sempat
tertinggal siang tadi.
"dengan memakai kerudung.kamu malah lebih cantik.De!"lanjut
ibunya,sambil mengusap titik-titik airmata di pipi gadis itu."dan
dengan kerudung itu.ibu selalu tetap cantik!"tuturnya dibalas seulas
senyum.
Senyap,sejenak, dibelai damai..dalam ikatan setali kasih.
"o iya,De.tadi setelah kuliahnya.rama pamit sama ibu untuk pulang ke
kampungnya.katanya, disana,ibunya sedang sakit.!"
"dia bilang.pulangnya lama,tidak.. bu?"sahutnya.
"insya allah,lima hari katanya!"jawab ibunya seraya menyelidik.
"benar,semuanya karena rama.De?"terka ibunya.
Gadis itu hanya menjawab dengan senyum sambil menunduk.
"bu,Dea mau shalat dulu ah!".
Dengan kemudian berlari kecil menuju toilet di kamarnya..sedangkan di
kisi hatinya ada ucap-ucap sesal dan kecewa.karena sudah satu minggu
ini dia tak sempat menemui lelaki itu.
Terlebih dia kecewa,karena belum sempat memberikan kejutan untuk
lelaki yang telah merubahnya itu.
Sedangkan ibunya hanya terus bersukur atas perubahan anak gadisnya
itu.Meski masih ada sesuatu yang dirasa mengganjal dalam hatinya.tanpa
terasa sambil menatap anak gadisnya berlalu.perlahan dari balik kaca
matanya Mata teduhnya telah berkaca-kaca.
"suatu saat,semoga berjilbabmu bukan karena apa ataupun siapa,De!"lirih.
Dan dari balik daun pintu kamar itu.seulas senyum pun turut terhimpun
dalam keterharuan wajah seorang ayah.
***
"kuatkan aku untuk berhijrah,tetapkan aku dalam istiqamah,,BISMILLA H!"
cermin itu tersenyum anggun menatap wajah si gadis yang
mengekspresikan warna-warna kemanjaan dengan mengenakan kerudung
bercorak biru mendung.
Dengan bingkisan nasihat dan tutur penyemangat dari kedua orang
tuanya,gadis itu membawa kekuatan baru untuk menapaki lari-lari
hari.rasanya dia telah mampu menghadapi tatapan-tatapan dan
ocehan-ocehan mempermalukan di kampusnya itu.
Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya.motor matic yang baru
dihadiahkan ayahnya dua bulan lalu sebagai kado ulang
tahun..itu,kini, hilang dibalik pintu pagar sebuah rumah besar bertaman
mawar,kuntum- kuntum mawar yang pula berhamdallah samar.
"wah,alhamdulillah ya bu.si non.sekarang benar-benar mulai
berubah.Sudah berjilbab,dan sekarang mah nggak pernah pulang larut
malam lagi!"tutur bi marni,pembantu di rumah itu.sambil membungkukan
tubuh merapihkan meja makan seusai keluarga sang majikan sarapan.
"iya..bi,alhamdulil lah!"jawabnya. di iyakan pula oleh ayah si gadis
yang telah bersiap dengan jas dinasnya.
Sedang daun pintu perpustakaan baru saja mengusir sebuah langkah
gontai seorang gadis yang padahal sejam lalu masuk dengan nada riang
keceriaannya.
Gadis itu berjalan menuju kelas dengan tertunduk.
-DARI RAGA ATAU DARI HATI,BERJILBAB ANTI?-
tulisan-tulisan dari sebuah buku yang dia baca di perpustakaan kampus
tadi,terus mengurung,Mengejawa ntah dalam ingatannya.
Karena dia sendiri tak bisa mengelak.diantara alasan berjilbabnya
adalah karena lelaki itu.
Lelaki yang bayangnya mulai sering datang bertandang.
Sedangkan,dia pun tak bisa menyembunyikan, bahwa,dia ingin segera
menunjukan,kini, dirinya telah berjilbab..seperti apa yang pernah di
mintanya di malam itu.
"lalu setelah kak rama tahu Bahwa aku telah berjilbab.apakah lantas
dia akan menerimaku?"
"lalu apakah Berjilbabku hanya agar cintaku diterima kak rama?"
"lalu benarkah alasan berjilbabku? "
sesuatu meliputi lagi perdebatan di hatinya itu.
***
rindu seminggu menjelma menjadi seperti separuh windu.karena selalu
begitu falsafah yang termaktub bagi jiwa-jiwa yang memiliki dan
menyimpan buluh-buluh perindu.bagi perindu,selama apapun
itu,selalu,melampau i nyatanya waktu.
Kini,lelaki itu belum juga kembali.
tapi dalam resahnya rindu.gadis itu hanya mendapat senyum atas sebuah
keyakinan karena jilbabnya itu.
Sepulang dari kampus,dengan tatapan-tatapan yang telah tak dia pedulikan.
Dia merebahkan kelelahan tubuh dikasur,kamarnya!
"alhamdulillah kan,hampir seminggu?apa kata ibu.lama-lama juga pasti
terbiasa?"ibunya sudah nampak berdiri dibelakangnya dengan sambutan
senyum yang sunggingan keterpaksaanya telah berhasil disembunyikan.
Gadis itu bangun dan membalas senyum dalam anggukan dan ucapan insya
allah yang lirih.
"hhh..rama tadi datang,De!"lemah.
Amanat yang mengetuk-ngetuk hati,akhirnya tak kuasa di tahan lebih
lama lagi oleh ibunya.
Sedangkan mata gadis itu sudah lebih dulu berbinar,menatap tatapan
nanar ibunya.seolah menampakan segudang ria yang sudah dua minggu ini
terkangkangi.
Sang ibu melangkah dan duduk lebih mendekat ke samping putrinya itu.
"tapi dia hanya datang sebentar,kemudian kembali pulang!".
Rasa gembira yang belum sempat gadis itu tumpahkan akhirnya tertahan
oleh sebuah tanda tanya besar.
Ibu itu mengelus kerudung yang di kenakan putrinya,untuk kemudian
mengecupnya, perlahan sambil menutup mata,seperti mencari sebuah
isyarat dalam kegelapan.
"ada apa,bu?"gadis itu mulai bisa membaca bahwa ada sesuatu yang
ibunya sembunyikan.
"dia datang,dan ibu ceritakan bahwa kamu sudah berjilbab.rama terlihat
bahagia.bahkan sebelum dia pulang kembali,dia sempatkan diri untuk
membeli dan menitipkan kerudung ini untukmu!"tutur datar ibunya seraya
menyerahkan sebuah bungkusan.
"tapi ada apa Hingga kak rama harus pulang kembali ke kampungnya.bu? "
pertanyaan itulah yang sedari tadi tak di kehendaki datang oleh
ibunya.kini. mendung itu lebih terlihat dari balik kaca mata bening ibunya.
Terasa sangat berat menuturkannya, namun,amanat itu semakin keras
mengetuk pintu hati ibunya.
"tapi rama juga menitipkan ini dan ini!"dengan berat ibunya
menyodorkan sebuah surat dan sepucuk undangan.
Ketersentakan itu meliputi hatinya berlipat-lipat. dan rasa
Keterkejutan itu sepertinya lebih tertarik pada sepucuk surat undangan
berwarna merah hati namun terlihat berwarna mendung baginya.
"kak rama mau nikah??"ada nada keremukan dalam suaranya yang
tertahan-tahan.
Dan bimbang-bimbang itu seperti menemukan celah untuk kembali
membisik-bisik.
***
"
Teruntuk: Dealira.

Semoga hidayah itu sungguh-sungguh atasmu.
Setelah mendengar kau sudah berjilbab,dari ibu.
Ku sempatkan memuji dengan tulisan-tulisan ini.
Setelah mendengar kau sudah berjilbab.
Ada ketenangan di dalam hati.walaw tanpa melihatnya.namun aku
meyakinkan hati,bahwa kau lebih cantik.
tetapi,semoga berjilbabmu bukanlah karena permintaanku yang pernah
memintamu berjilbab.
semoga LILLAH..
niatkanlah LILLAH..
karena dengan LILLAH, berarti aku akan yakin bahwa kau akan tetap
berjilbab meski aku telah pergi.
dan kerudung ini,ku titipkan bersamamu.
bersamanya,qasidahk anlah kisah terindah teruntuk goresan tinta dalam
catatan RAQIB.
dan semoga berkenan kau memaafkan kakak..
assalamualaika. ''

Di teras luar kamarnya ,sabit merah membias cemas..dari balik pohon
palem mengintip taman mawar dengan pancar pudar memerhatikan wajah si
gadis yang nanar.
angin nakal bertiup,memainkan kerudung yang di kenakan gadis itu.
butir-butir bening air mata pun telah jatuh membasahi kerudung biru
baru dari lelaki itu yang sedang ia dekap penuh rindu haru.
tangguh itu goyah,terdampar di padang asmara yang disemaraki lara.
namun,senyum tulus itu akhirnya hadir mengemas-ngemas getir.
''insya allah..berjilbabku atas nama cinta''.

saung murung.tasik- bandung.08

3d.

Re: (cerpen) kerudung bersulam mendung.

Posted by: "Ain Nisa" jurnalcahaya@yahoo.com   jurnalcahaya

Sun May 25, 2008 8:18 pm (PDT)

cerpen yg cantik

----- Original Message ----
From: dyah zakiati <adzdzaki@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Monday, May 26, 2008 1:05:19 AM
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] (cerpen) kerudung bersulam mendung.

Ditinggal nikah. Hiks. Tapi mungkin itu yang terbaik. Tetaplah menulis, Saudariku:D

Btw, daftar milad Eska yuuuks.
Ketik reg_daftar_nama lengkap. Kirim ke 081808358139,
or, via milis, cc ke dyahzakiati@ google.com
or, kirim ke alamat rumahq (tapi mesti ada parcelnya ya, hihi)

----- Original Message ----
From: tinta_mirah <tinta_mirah@ yahoo.co. id>
To: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
Sent: Sunday, May 25, 2008 8:15:05 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] (cerpen) kerudung bersulam mendung.

Jilbab malam tuntas dikenakan langit,dengan hias-hias payetan
beberapa kian bintang,seusai kelopak-kelopak senja berguguran.senyum
sabit merah masih nampakan lelah,mengintip diantara daun belimbing,dan
jatuh setelah menerobos santun menyibak tirai.
sedang dalam sujud
lembut Lelaki itu masih saja terbenam diantara rakaat-rakaatnya.
hanyut dalam hening.hanya nada detak jarum detik dari jam dinding
berbentuk kotak dikamar kost itu yg sedikit mengaburkan hening.kasur
lantai beralas tikar masih tergulung disisi sajadah merah,tempat
lelaki itu mendirikan shalat.dan diambang pintu,sejak tadi sesosok
gadis tampak rela dan setia duduk menunggu.menunggu lelaki itu usai
dari shalat isyanya.
usil-usil sambil menunggu,gadis itu membidikan kamera dari
ponselnya.mengambil sujud hingga tahiyat lelaki berwajah teduh itu.
gadis itu datang dengan sebuah pertanyaan atas harapan yang ia rangkai
sendiri jawabannya itu,berdasar pada keyakinannya. hanya kali ini dia
ingin mendengar Langsung Jawabannya dari bibir lelaki itu.dia ingin
segera merasakan ucapan indah itu darinya.karena hanya ialah lelaki
yang tertangkap lain oleh perasaannya.
"..rupanya ada tamu.sudah lama,De?"tanya lelaki itu dalam masih
melipat sajadah merah berbahan beludru.Senyum si gadis merekah.kaos
biru ketatnya amat menyala dijilat terang lampu limabelas watt.
"emm.lumayan lama.dari tadi ashar loh,kak!" candanya,sambil memasukan
kembali ponsel ke dalam tasnya.dan hanya ada kulum senyum dari lelaki itu.
"memang ada apa malam-malam begini,De?tapi, tidak untuk nagih uang kost
kan?karena minggu lalu sudah di bayar sama ibu!"
gadis berambut sebahu itu melongok keluar,sebentar, memperhatikan
suasana sekitar.
"nggak lah kak.Dea kesini cuma ingin cepet-cepet denger
jawabannya!" ada nada manja Dalam nada bicaranya.
Tapi masih hanya senyum yang keluar dari lelaki dengan wajah menunduk itu.
"iih..Kok.malah senyum-senyum sih,kak?bukannya Dea disuruh masuk
dulu!"gerutunya, menampakan warna manja yang sama.
"tapi lebih Baik Kita bicaranya diluar.didalam nggak enak sama tetangga!"
"cuek aja kak.toh kontrak mereka punya papaku juga!"
"ya..sudah,hei putri juragan kontrakan.mau jawabannya atau tidak?kalau
mau,berarti kita bicara diluar!".
jalan yang tak terlalu besar itu masih nampak agak ramai.karena waktu
isya baru satu jam berlalu.
Di bawah pohon belimbing di ujung jalan,masih nampak pedagang nasi
goreng yang sedang meladeni sesosok ibu muda dan seorang gadis centil
yang pura-pura sibuk dengan digit-digit ponselnya.mencolok. dengan
celana kira-kira berukuran sejengkal dua jempol dari pinggangnya. di
satu sisi merasa bangga telah bisa mengambil perhatian orang-orang
yang melintas.tapi di sisi lain lagi,ia mrasa risih,terlihat dari
delik dan kerutan kelopak matanya.
"neng,ikut abang dangdutan.yo! "
"brengsek..lu! "
tiba-tiba,bersama sejurus tamparan yang mendarat di pipi seorang
pemuda yang berani-beraninya mencolek tubuh moleknya.Pemuda itu
tertawa-tawa saja sambil menyusul teman-temannya yangTelah Berlari
terlebih dulu.
Sedang orang-orang yang Melintas hanya tersenyum-senyum saja.
"kacian deh lu!"ujarnya sambil Tertawa-tawa geli memperhatikan
kejadian antara Pemuda dan gadis bercelana mini di ujung jalan tadi.
"A'uudzu billahi minasy syaithaanirrajiim! "lirih ucap lelaki itu
sambil menutup pintu kamar kostnya..melangkah, menuju gadis yang sudah
duduk dibangku terlebih dulu.di teras kontrakan paling pojok.
"gimana,diterima kan?"sambut si gadis beserta rona yakinnya yang masih
menyisakan sedikit tawa.Lelaki itu terdiam dengan duduk yang menjarak.
"kamu sudah shalat,de?"lelaki itu balik bertanya padanya.
Dan perlahan warna aneh menggantikan rona yakin dan keceriaan tawa
dari wajahnya.
"Dea,hanya mau jawabannya,kak! "elaknya, mengaburkan cela.
Hening..Lelaki itu menghela nafas..lama. .karena terdapat rasa berat di
dadanya.ia tak ingin mengecewakan gadis manja itu,ia tak mau
meretakkan keyakinan gadis itu.tapi..
"hh..bagiku kamu tak cantik,De!"
dalam menunduk,alis si gadis menyimpul.Kini. Tak ada Alasan lagi bagi
keyakinannya untuk tak tersentak.
"mengapa bisa??"ucapnya berkali-kali dalam hati.
Sungguh.dialah satu-satunya lelaki yang menyalahi hukum alam yang
telah dibuat dan di tetapkannya atas semua lelaki.
Padahal,sebelumnya tak ada,dan tak mungkin akan ada lelaki yang mampu
mengatakan bahwa dirinya tak cantik.bahkan 'mereka' mengakui bahwa
dirinya nyaris sempurna.tapi lelaki ini...
"harusnya dia juga memujiku demikian!!"
keheranan itu tak juga surut dari benaknya dan rasa sakit yang tak
sedikit,kini, terus saja menghimpit hatinya.
Keyakinannya benar-benar telah salah dan kalah menyakitkan.
Dan untuk yang kesekian kalinya,bintang- bintang itu mengerling entah
pada tatapan mata siapa.
"apa kau mencintai dirimu sendiri?"tutur lelaki itu mengembalikan
keheranan si gadis yang kini tertunduk diam.
"siapapun orang itu,dia pasti mencintai dirinya.kak! "kata-katanya kini
lebih datar dan pantulkan kedewasaan,namun, berakhir dengan sebuah isak
tangis yang pelan di terpa Ketemaraman Malam.
"bolehkah aku meminta sesuatu,de?" lanjut lelaki itu.
Namun,pertanyaan itu begitu tertangkap lain.hingga mampu menumbuh
utuhkan retak-retak keyakinan di dada gadis itu lagi.dia menoleh ke
arah lelaki itu.tapi tetap pandangan lelaki itu lurus ke
depan,memandang hampa jalan gang yang sudah mulai nampak sepi.seolah
tak pernah hirau atas isak tangis si gadis terlebih atas penampilan
khususnya malam ini.yang dinisbatkan hampir seluruh lelaki
adalah"cantik sempurna".
"bolehkah aku meminta sesuatu?"lelaki itu mengulangi tanyanya.
"mintalah,seluruhku utuh untukmu.kak! "dengan suka serta rela dia
menuturkan pesona kata pamungkasnya, yang tak pernah dia berikan pada
siapapun.tapi mungkin dengan begitu"harga kemunafikan lelaki ini akan
tergadaikn"pikir piciknya.
"maukah kamu berjlbab?"
sungguh bukan ini yg gadis manja itu harapkan.karena sebelumnya tak
pernah terpikir malah akan dihadapkan dengan sebuah permintaan.dan tak
pernah terbayangkan akan melenggang pulang hanya Membawa bimbang.
***
Rangkum-rangkum hari menimbang-nimbang bimbang.dalam pertimbangan
antara keraguan,kepatahan, kecamuk rasa malu.dan beserta sebuah
harapan,namun kini.
"jika berjilbab?".
Dan jalan gelisah itu di sapa sebentuk cercah dalam muqadimah sebuah pagi.
Di kantin kampus sekelompok mahasiswa sedang ngalor-ngidul mengobrol
dengan mata-mata yang sambil asyik larak-lirik sana-sini.
"ya..habibi, dia dea kan?"dengan nada kaget berikut canda seseorang
bertanya serta telunjuk yang menmpu ke arah sesosok gadis
berkerudung. namun,tak ada jawaban.hanya ada ketersimaan dalam tatap
keterpukauan dan ketak percayaan mereka.
Ya..gadis itu.dengan wajah cemberut bernaung kerudung,sedangkan
menguntit di belakangnya seorang lelaki dengan bibir terus nyerocos
melayang-layangkan berjuta tanya padanya.
"wah..brow,berarti nggak bakal ada pemandangan indah lagi
dong?"celetuk seseorang dari mereka menimpali,yang berakhir tumpah
dalam tawa serta celotehan selanjutnya.
Gadis itu berhenti dalam Langkah Menuju kantin.dia merasa lebih baik
berbalik untuk kembali ke kelasnya.
"terserah gue dong!" dengan bibir sengaja manyun sambil langkah
setengah berlari.
Kata itu meluncur mengenai seorang lelaki penguntit tadi yang terus
melayangkan tanya dan nada-nada protesnya.
Bisa jadi,ini adalah hari terberat,termalu.
Karena di dalam kelas pun semua mata silih berganti menatap ke
arahnya.tapi dengan tatapan-tatapan Yang berbeda dari tatapan-tatapan
yang sebelumnya.
Dan rasa risih,akhirnya menuntun dia juga untuk buru-buru
pulang,menuju pelataran parkir motor kampus.
"hai,berubah nih De,pengen kayak aku ya?"ujar canda seorang gadis
berkerudung sambil menggandeng tangan seorang lelaki
disampingnya.
"kamu..kamu, Dea?sumpah lebih cantik!"timpal yang lelakinya
menyelidik,dan tak menduga gandengan gadis disebelahnya akan berubah
menjadi cubitan.
Gadis itu hanya tersenyum hampa seraya berucap salam,kemudian berlalu
dengan motor maticnya,meninggalk an pertengkaran sepasang muslim yang
tak muhrim Di pelataran Parkir.
Disambut pohon palem tegak lurus yang terurus.kuntum- kuntum mawar
yang sudah merekah di taman rumah.dan beberapa pohon murbei yang belum
berbuah.
Mang ahmad terlihat bersemangat membuka dan menutup pintu gerbang
untuk putri satu-satunya sang majikan.
gadis itupun membalas senyum ramah mang ahmad yang sudah setia
membantu-bantu dirumahnya,hampir sepuluh tahun bersama istrinya,bi marni.
"de,bagaimana hari pertama berjilbabmu? "tutur teduh ibunya sedikit
menumbangkan bimbang yang sedang kembali membuatnya timpang.
Si ibu melangkah,dan memeluk anak gadisnya yang sedang berhadapan
dengan sebuah cermin di kamarnya.ia tahu anak gadisnya sedang kembali
di kacau ragu.
"kamu kuat,kok.De! ".
gadis itu tersenyum dalam pelukan ibunya.hawa sejuk pun terasa memeluk
hatinya.dia memungut kembali bulatnya niat dan tekad yang sempat
tertinggal siang tadi.
"dengan memakai kerudung.kamu malah lebih cantik.De!"lanjut
ibunya,sambil mengusap titik-titik airmata di pipi gadis itu."dan
dengan kerudung itu.ibu selalu tetap cantik!"tuturnya dibalas seulas
senyum.
Senyap,sejenak, dibelai damai..dalam ikatan setali kasih.
"o iya,De.tadi setelah kuliahnya.rama pamit sama ibu untuk pulang ke
kampungnya.katanya, disana,ibunya sedang sakit.!"
"dia bilang.pulangnya lama,tidak.. bu?"sahutnya.
"insya allah,lima hari katanya!"jawab ibunya seraya menyelidik.
"benar,semuanya karena rama.De?"terka ibunya.
Gadis itu hanya menjawab dengan senyum sambil menunduk.
"bu,Dea mau shalat dulu ah!".
Dengan kemudian berlari kecil menuju toilet di kamarnya..sedangkan di
kisi hatinya ada ucap-ucap sesal dan kecewa.karena sudah satu minggu
ini dia tak sempat menemui lelaki itu.
Terlebih dia kecewa,karena belum sempat memberikan kejutan untuk
lelaki yang telah merubahnya itu.
Sedangkan ibunya hanya terus bersukur atas perubahan anak gadisnya
itu.Meski masih ada sesuatu yang dirasa mengganjal dalam hatinya.tanpa
terasa sambil menatap anak gadisnya berlalu.perlahan dari balik kaca
matanya Mata teduhnya telah berkaca-kaca.
"suatu saat,semoga berjilbabmu bukan karena apa ataupun siapa,De!"lirih.
Dan dari balik daun pintu kamar itu.seulas senyum pun turut terhimpun
dalam keterharuan wajah seorang ayah.
***
"kuatkan aku untuk berhijrah,tetapkan aku dalam istiqamah,,BISMILLA H!"
cermin itu tersenyum anggun menatap wajah si gadis yang
mengekspresikan warna-warna kemanjaan dengan mengenakan kerudung
bercorak biru mendung.
Dengan bingkisan nasihat dan tutur penyemangat dari kedua orang
tuanya,gadis itu membawa kekuatan baru untuk menapaki lari-lari
hari.rasanya dia telah mampu menghadapi tatapan-tatapan dan
ocehan-ocehan mempermalukan di kampusnya itu.
Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya.motor matic yang baru
dihadiahkan ayahnya dua bulan lalu sebagai kado ulang
tahun..itu,kini, hilang dibalik pintu pagar sebuah rumah besar bertaman
mawar,kuntum- kuntum mawar yang pula berhamdallah samar.
"wah,alhamdulillah ya bu.si non.sekarang benar-benar mulai
berubah.Sudah berjilbab,dan sekarang mah nggak pernah pulang larut
malam lagi!"tutur bi marni,pembantu di rumah itu.sambil membungkukan
tubuh merapihkan meja makan seusai keluarga sang majikan sarapan.
"iya..bi,alhamdulil lah!"jawabnya. di iyakan pula oleh ayah si gadis
yang telah bersiap dengan jas dinasnya.
Sedang daun pintu perpustakaan baru saja mengusir sebuah langkah
gontai seorang gadis yang padahal sejam lalu masuk dengan nada riang
keceriaannya.
Gadis itu berjalan menuju kelas dengan tertunduk.
-DARI RAGA ATAU DARI HATI,BERJILBAB ANTI?-
tulisan-tulisan dari sebuah buku yang dia baca di perpustakaan kampus
tadi,terus mengurung,Mengejawa ntah dalam ingatannya.
Karena dia sendiri tak bisa mengelak.diantara alasan berjilbabnya
adalah karena lelaki itu.
Lelaki yang bayangnya mulai sering datang bertandang.
Sedangkan,dia pun tak bisa menyembunyikan, bahwa,dia ingin segera
menunjukan,kini, dirinya telah berjilbab..seperti apa yang pernah di
mintanya di malam itu.
"lalu setelah kak rama tahu Bahwa aku telah berjilbab.apakah lantas
dia akan menerimaku?"
"lalu apakah Berjilbabku hanya agar cintaku diterima kak rama?"
"lalu benarkah alasan berjilbabku? "
sesuatu meliputi lagi perdebatan di hatinya itu.
***
rindu seminggu menjelma menjadi seperti separuh windu.karena selalu
begitu falsafah yang termaktub bagi jiwa-jiwa yang memiliki dan
menyimpan buluh-buluh perindu.bagi perindu,selama apapun
itu,selalu,melampau i nyatanya waktu.
Kini,lelaki itu belum juga kembali.
tapi dalam resahnya rindu.gadis itu hanya mendapat senyum atas sebuah
keyakinan karena jilbabnya itu.
Sepulang dari kampus,dengan tatapan-tatapan yang telah tak dia pedulikan.
Dia merebahkan kelelahan tubuh dikasur,kamarnya!
"alhamdulillah kan,hampir seminggu?apa kata ibu.lama-lama juga pasti
terbiasa?"ibunya sudah nampak berdiri dibelakangnya dengan sambutan
senyum yang sunggingan keterpaksaanya telah berhasil disembunyikan.
Gadis itu bangun dan membalas senyum dalam anggukan dan ucapan insya
allah yang lirih.
"hhh..rama tadi datang,De!"lemah.
Amanat yang mengetuk-ngetuk hati,akhirnya tak kuasa di tahan lebih
lama lagi oleh ibunya.
Sedangkan mata gadis itu sudah lebih dulu berbinar,menatap tatapan
nanar ibunya.seolah menampakan segudang ria yang sudah dua minggu ini
terkangkangi.
Sang ibu melangkah dan duduk lebih mendekat ke samping putrinya itu.
"tapi dia hanya datang sebentar,kemudian kembali pulang!".
Rasa gembira yang belum sempat gadis itu tumpahkan akhirnya tertahan
oleh sebuah tanda tanya besar.
Ibu itu mengelus kerudung yang di kenakan putrinya,untuk kemudian
mengecupnya, perlahan sambil menutup mata,seperti mencari sebuah
isyarat dalam kegelapan.
"ada apa,bu?"gadis itu mulai bisa membaca bahwa ada sesuatu yang
ibunya sembunyikan.
"dia datang,dan ibu ceritakan bahwa kamu sudah berjilbab.rama terlihat
bahagia.bahkan sebelum dia pulang kembali,dia sempatkan diri untuk
membeli dan menitipkan kerudung ini untukmu!"tutur datar ibunya seraya
menyerahkan sebuah bungkusan.
"tapi ada apa Hingga kak rama harus pulang kembali ke kampungnya.bu? "
pertanyaan itulah yang sedari tadi tak di kehendaki datang oleh
ibunya.kini. mendung itu lebih terlihat dari balik kaca mata bening ibunya.
Terasa sangat berat menuturkannya, namun,amanat itu semakin keras
mengetuk pintu hati ibunya.
"tapi rama juga menitipkan ini dan ini!"dengan berat ibunya
menyodorkan sebuah surat dan sepucuk undangan.
Ketersentakan itu meliputi hatinya berlipat-lipat. dan rasa
Keterkejutan itu sepertinya lebih tertarik pada sepucuk surat undangan
berwarna merah hati namun terlihat berwarna mendung baginya.
"kak rama mau nikah??"ada nada keremukan dalam suaranya yang
tertahan-tahan.
Dan bimbang-bimbang itu seperti menemukan celah untuk kembali
membisik-bisik.
***
"
Teruntuk: Dealira.

Semoga hidayah itu sungguh-sungguh atasmu.
Setelah mendengar kau sudah berjilbab,dari ibu.
Ku sempatkan memuji dengan tulisan-tulisan ini.
Setelah mendengar kau sudah berjilbab.
Ada ketenangan di dalam hati.walaw tanpa melihatnya.namun aku
meyakinkan hati,bahwa kau lebih cantik.
tetapi,semoga berjilbabmu bukanlah karena permintaanku yang pernah
memintamu berjilbab.
semoga LILLAH..
niatkanlah LILLAH..
karena dengan LILLAH, berarti aku akan yakin bahwa kau akan tetap
berjilbab meski aku telah pergi.
dan kerudung ini,ku titipkan bersamamu.
bersamanya,qasidahk anlah kisah terindah teruntuk goresan tinta dalam
catatan RAQIB.
dan semoga berkenan kau memaafkan kakak..
assalamualaika. ''

Di teras luar kamarnya ,sabit merah membias cemas..dari balik pohon
palem mengintip taman mawar dengan pancar pudar memerhatikan wajah si
gadis yang nanar.
angin nakal bertiup,memainkan kerudung yang di kenakan gadis itu.
butir-butir bening air mata pun telah jatuh membasahi kerudung biru
baru dari lelaki itu yang sedang ia dekap penuh rindu haru.
tangguh itu goyah,terdampar di padang asmara yang disemaraki lara.
namun,senyum tulus itu akhirnya hadir mengemas-ngemas getir.
''insya allah..berjilbabku atas nama cinta''.

saung murung.tasik- bandung.08

4a.

Re: (Cerpen) PEREMPUAN di  BAWAH SELAKANGANKU

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun May 25, 2008 10:26 am (PDT)

Pria di Balik Dusta

Dyah Zakiati

Namaku Nay. Aku adalah wanita di balik kedustaan seorang pria. Ben, nama pria itu, adalah orang yang menikahiku bukan karena cinta. Pernikahan kami gersang. Segersang kaktus kemarau dalam tanah retak. Kami tak mempunyai keturunan seorang pun. Ya, aku tahu dia sepenuhnya menyalahkanku. Mungkin tidak dengan kata-kata, tapi dari sikapnya yang kasar dan tatapannya yang tajam padaku.

Sejak awal dia memang sudah mengatakan padaku bahwa ia menikahiku bukan karena cinta. Dan perasaanku saat itu remuk redam. Aku langsung membencinya detik itu juga. Musnah semua impian menegakkan mahligai rumah tangga dalam kebahagiaan. Apalah artinya pernikahan tanpa cinta.

Ya, aku tahu semua kebusukan itu, tentang hubungannya dengan wanita lain. Rey. Wanita yang pernah menemuiku sebelum hari pernikahan terkutuk itu. Pria menjijikkan itu tetap berhubungan dengannya di balik pernikahan kami. Kay, buah hati mereka.

"Mas,
kok kopinya tidak Mas sentuh. Nanti dingin kopinya, lho." Sengaja aku membuyarkan lamunannya dengan suara lembut. Huh, tak tahu dia betapa bencinya aku. Ia terkaget marah. Aku tersenyum manis. Semanis yang aku bisa dalam dada penuh rasa muak.

"Ah, kamu bikin Mas terkejut saja!" katanya keras. Kembali aku tersenyum. Senyum yang suatu saat akan jadi senjataku kelak. Senyum yang akan ia ingat bila saatnya tiba. ya, bila saatnya tiba!

Hujan turun curahkan seluruh angkara. Pagi yang kelam. Sekelam hatiku, sekelam hatinya. Yah, dia begitu gelisah karena terkurung bersamaku. Bersama wanita yang tak dicintainya ini. Aku tahu ia merasa sakit bila disampingku. Ia merasa sakit dalam mahligai rapuh ini. Aku tahu itu. Tapi, semakin ia rasakan perih, entah mengapa kian kurasa puas hati ini. Ya, itulah yang menyebabkan tak sepatah katapun keluar dari mulutku tentang perceraian. Puas aku rasakan ia menderita. Perlahan demi perlahan.

***

Jendela yang terbuka tampakkan purnama yang temaram tertutup awan kelam. Aku belum tidur sejak tadi walau mataku terpejam. Tatapan matanya yang dalam terasa menusukku. sepertinya ia menatapku dalam. Mengapa? Menyesalkah ia?

Aku membuka mataku. Kutatap ia, "Lho,
Mas belum tidur?" Kataku selembut mungkin. Senjataku. Senjata wanita. Kelembutan.

"Sudahlah kamu tidur saja! Aku tak apa-apa. Tidur saja kamu dulu nanti kamu kesiangan bekerja." Katanya kasar.

"Mas...Mas
marah padaku? Atau, mungkin Mas menganggap aku perempuan mandul yang
sudah lima tahun pernikahan kita belum membuahkan buah cinta kita."

"Sudahlah
aku tak mau memikirkan itu semua. Aku di matamu bagai orang sudah
tercebur di sungai dan aku harus menyelam sekalian," Jawabmu putus asa. Ya, menyelamlah engkau! Menyelamlah engkau hingga kau tak mampu lagi tuk kembali menghirup udara.

Air mata perlahan menetes ke pipiku. Pandainya aku bersandiwara. Ia hanya menatapku. Terus menatapku.

***

Pagi itu dering telepon memecah keheningan. Ia bergegas mengangkatnya. Suara itu! Suara di balik telepon itu!


"Ada apa Mas. Kok itu seperti suara perempuan?"

Ia hanya diam membisu.

"Baiklah Mas kalau Mas tak mau menjawab itu semua. Nay juga tak mau merusak kebahagian Mas. Kebahagian Mas juga adalah kebahagianku."

Ia tampak terkejut. Begitu terkejut.

"Mas
tidak usah menyalahkan siapaa-siapa. Aku tahu bahwa perempuan itu adalah
Rey. Kekasih Mas selama ini. Perempuan yang dulu pernah menemuiku
sebelum pernikahan kita. Ia mengatakan bahwa selama pernikahan kita, ia telah berhubungan bersama Mas."

Air palsuku kembali berderai.

"Sudahlah
Mas pergi saja aku juga tak menyalahkan Mas. Mungkin aku yang patut
dipersalahkan. Perempuan gabuk yang tak pantas membahagiakan suaminya.
Cepatlah Mas jangan sampai Kay kenapa-kenapa."

Ia bergegas ke rumah sakit tanpa mengatakan apapun. Siangnya aku dengar, Kay, anak hubungan gelap itu meninggal dunia. Hmmm mungkin kini tiba waktunya!

Dugaanku tepat. Rey menyesali perbuatannya. Dia menyalahkan dirinya atas kematian anaknya dan penghianatan atas mahligai pernikahan yang suci itu. Ya. Akhirnya Rey meninggalkan Ben. Meninggalkan pria itu. Saatnya tlah tiba.

Dari kejauhan kutatap sosok itu. Bahunya terguncang-guncang menahan kepiluan. Ini adalah saat terakhir aku melihat Ben. Aku akan pergi meninggalkannya disaat ia kehilangan Kay dan Rey. Ia akan kehilangan semuanya. Tinggal menunggu waktu saja. Ibunya yang kini terbaring sakit sejak lima tahun lalu, kuyakin tak lama lagi akan menyusul Kay ke alam baka. Ya. Aku puas kini. Dendam yang kubawa lima tahun lalu akan terbalaskan. Terbalaskan berlipat-lipat. Lebih sakit dari pisau beracun. Lebih sakit dari terkaman ular. Hatinya pastilah akan remuk redam di tengah kesadaran dan penyesalan yang menyeruak.

Hmm, dan tahukah kamu, Ben? Aku selalu menggugurkan kandunganku karena aku tak rela memiliki anak dari darah kotormu.

Matraman,Mmm, udah 26 Mei 2008 yah?

----- Original Message ----
From: fiyan arjun <paman_sam2@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Cc: rezaervani@yahoogroups.com; cerkit@yahoogroups.com
Sent: Sunday, May 25, 2008 1:27:21 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] (Cerpen) PEREMPUAN di BAWAH SELAKANGANKU

PEREMPUAN di BAWAH SELAKANGANKU
Fiyan Arjun
http://sebuahrisala h.multiply. com
ID YM:paman_sam2

Namaku Ben. Aku adalah lelaki sekaligus kepala rumah tangga bagi seorang perempuan yang telah aku nikahi lima tahun lalu. Tapi sayang pernikahanku dengan perempuan yang telah lima tahun bersama-samaku bagai taman tak diberi air dan pupuk. Gersang dan tandus. Begitulah hal yang kualami terhadap pernikahan dengan perempuan yang tak memberiku keturunan itu.



Nay, begitu nama perempuan yang hidup satu atap denganku. Aku menikahinya bukan karena keinginanku apalagi nafsuku. Aku menikahinya lantaran tak bisa menolak permintaan ibuku yang sedang sakit-sakitan itu. Andai kalau aku boleh memilih lebih baik aku memilih Rey. Rey, perempuan yang selama ini telah menemaniku—saat aku belum menjadi teman hidup Nay saat ini. Namun apa daya aku tak dapat menolak keinginan ibuku saat itu. Seperti buah simalakama aku disaat permintaan ibu ada dipundakku. Menolak permintaannya sama saja aku memperpendek usianya saat itu. Tragis memang! Tapi aku tak bisa menolak itu.



"Ben kapan kamu akan akan menikah. Toh, usiamu sudah cukup dan pekerjaanmu juga ibu lihat sudah mapan. Kapan kau akan menikah dan memberi ibu cucu. Atau, jangan-jangan ibu yang memilih calon untuk kamu. Bagaimana kalau Nay? Anak dari rekan kerja ayahmu itu." Panjang lebar ibuku menanyakan tentang pasangan hidupku.


Aku hanya diam. Tak dapat untuk lebih lanjut untuk menjawab pertanyaan ibuku. Yang ada saat itu aku ingin memiliki Rey untuk menjadi pasangan hidupku. Tak ada yang dapat menggantikan Rey dalam hatiku. Siapa pun perempuan itu? Dan darimana asalnya aku tak begitu tertarik. Walau pun perempuan itu anak dari pengusaha besar. Aku tak sama sekali tak berminat untuk menikahinya.


"Ben, kok kamu bengong. Berarti kamu setuju dengan apa yang barusan ibu katakan tadi kepada kamu," lanjut ibuku sambil terbatuk-batuk yang sangat membuatku tak tega untuk menolak permintaannya itu.


"Baiklah, Bu aku setuju dengan apa yang ibu katakan tadi. Tapi dengan satu syarat apabila pernikahanku nanti tak seperti pikiran ibu. Aku harap ibu menerima hal tersebut," jawabku terbata-bata menghindari perkataan yang membuat hatinya luka. Dan aku pun menyetujui perjodohan itu.


Bukan, bukan aku menerima segala permintaan ibuku saat itu. Tapi karena faktor kesehatan yang tak mungkin membuat sakitnya lebih parah lagi. Dan aku pun hanya bisa pasrah dan menerima permintaan itu. Walau aku saat membenci perjodohan—yang dilangsungkan tanpa persetujuan sebelumnya. Hanya sepihak. Yakni, dari suara parau ibuku.


"Baiklah lusa ibu akan menelpon Nay untuk ibu kenalkan kepada kamu nanti," lanjut ibuku dengan wajah yang begitu bahagia. Walau ia tak tahu bahwa ada sesorang yang amat terluka dari perjodohan itu nanti. Ya, orang itu tak lain aku dan Rey. Entah aku harus bicara apa nanti bila aku berhadapan dengan Rey. Ternyata aku tak akan menikahi dirinya. Aku menikahi perempuan lain. Padahal selama ini ia sudah menyerahkan segalanya. Kegadisannya telah aku renggut sebelum tali pernikahan mengikat aku bersamanya.



Kini perjodohanku dengan Nay telah menjadi bukti dari perjodohan ibuku. Aku pun harus menjalani itu. Walau pun aku sudah memberi suatu ketegasan pada Nay bahwa aku menikahnya lantaran aku kasihan terhadap ibuku. Bukan karena aku mencinta dirinya. Terlebih aku hidup bersamanya bagai terpasung dalam kukungan waktu yang membuat aku semakin muak kepadanya.



"Mas, kok kopinya tidak Mas sentuh. Nanti dingin kopinya, lho." Suara Nay menghamburkan lamunanku. Dan seketika itu pula lamunan tentang permintaan ibuku lenyap. Yang ada hanya sunggingan lekung yang menghias di bibir Nay saat aku melihat ke arahnya. Ketika sedang menaruh kopi untukku di meja teras depan rumah sebagai teman pagiku.




"Ah, kamu bikin Mas terkejut saja!" kataku dengan sedikit agak keras ketika terkejut dengan sapaannya itu.



Pagi itu di luar hujan turun deras. Dan aku terpaksa hanya berdiam diri di rumah dengan perempuan yang selama ini tak aku pedulikan dengan kehadirannya selama ini. Ingin keluar untuk menyelesaikan tugas-tugas kerja di kantorku hujan deras itu menghalangiku untuk meninggalkan rumah. Bagiku bersama-sama beberapa jam dengan perempuan yang ada dihapanku ini hanya semakin membuat aku sakit. Sakit dikarenakan aku tak begitu mencintai dirinya. Dan pernikahan adalah salah satu rasa sakit yang tak ada obatnya.



Suatu hari pernah aku berterus terang kepada Nay. Bahwa selama aku menikahinya selama lima tahun aku masih berhubungan dengan Rey dan menghasilkan benih cinta padanya. Dan kini Rey sudah memiliki anak dari benihku. Rey sekarang begitu bahagia dengan buah cintanya itu tanpa ada ikatan pernikahanku dengannya. Sedangkan aku masih dalam genggaman perempuan yang sudah bersama-sama denganku tanpa ada suara tangisan dari seorang anak manusia. Hampa.


***


Malam semakin pekat bulan bulat masih malu-malu untuk menutupi dirinya dibalik awan malam. Aku masih setia di dalam kamar bersama Nay. Aku tatap perempuan itu secara seksama. Ya, perempuan yang ada hadapanku ini begitu sabar menghadapi segala perilakuku yang—mungkin kalau aku sebagai dirinya perceraian adalah jalan terbaik untuk dijalani. Tapi perempuan ini begitu sabar mendampingiku selama lima tahun. Dan selama itu pula aku telah mengkhianati dirinya.



"Lho, Mas belum tidur?" tiba-tiba suara teduh itu memudarkan lamunanku malam itu. Nay menanyakan keadaanku. Kenapa aku belum tidur selarut itu.



"Sudahlah kamu tidur saja! Aku tak apa-apa. Tidur saja kamu dulu nanti kamu kesiangan bekerja." Kataku acuh.



"Mas...Mas marah padaku? Atau, mungkin Mas menganggap aku perempuan mandul yang sudah lima tahun pernikahan kita belum membuahkan buah cinta kita." Nay meratap atas kata-kataku yang mungkin menyakitkan baginya.


"Sudahlah aku tak mau memikirkan itu semua. Aku di matamu bagai orang sudah tercebur di sungai dan aku harus menyelam sekalian," jawabku melapiaskan segala keragu-raguan dalam hati Nay.


Malam itu juga Nay menghiasi malam-malamku dengan airmatanya. Dan itu tak membuatku sama sekali merasa iba terhadap dirinya. Hanya satu keinginanku ia segera membenci dan memutus pernikahan ini segera. Itu yang aku impikan sebagai lelaki yang lima tahun hidup bersamanya tak merasa kebahagian yang dalam hidupku.


***

Keesokannya aku mendapatkan telpon dari Rey bahwa Kay sakit. Kay adalah hasil buah cintaku pada Rey. Anak perempuanku- -yang masih tiga tahun itu mengalami sakit panas. Dan aku pun segera menjenguk Kay ke rumah sakit. Tapi aku bingung darimana Rey bisa tahu nomor telpon rumahku padahal aku tak pernah memberitahukannya. Aku pun bertanya-tanya


"Ada apa Mas. Kok itu seperti suara perempuan," ujar Nay menanyakan suara siapa dibalik telepon itu.


Aku tak menjawab sejenak. Memikirkan apakah aku harus menjawab pertanyaan Nay atu tidak.


"Baiklah Mas kalau Mas tak mau menjawab itu semua. Nay juga tak mau merusak kebahagian Mas. Kebahagian Mas juga adalah kebahagianku."


Aku terkejut saat Nay berkata seperti itu. Dari mana ia tahu bahwa suara perempuan itu adalah perempuan lain dariku selain dirinya. Padahal aku sudah menyembunyikan kebusukan darinya. Atau, jangan-jangan kawanku Boy yang memberitahukan ini semua.


"Mas tidak usah menyalahkan siapaa-siapa. Aku tahu bahwa perempuan itu adalh Rey. Kekasih Mas selama ini. Perempuan yang dulu pernah menemuiku sebelum pernikahan kita. Ia mengatakan bahwa selama pernikahan kita, ia telah berhubungan bersama Mas."



"Sudahlah Mas pergi saja aku juga tak menyalahkan Mas. Mungkin aku yang patut dipersalahkan. Perempuan gabuk yang tak pantas membahagiakan suaminya. Cepatlah Mas jangan sampai Kay kenapa-kenapa," Nay melepaskan kepergianku dengan derai airmatanya yang sudah membentuk anak sungai kecil.
Akhirnya aku pun sampai di rumah sakit. Rumah sakit dimana Kay dirawat. Ternyata aku terlambat datang. Kay sudah lebih dahulu meregang nyawa sebelum tiba kedatanganku. Kulihat Rey sedang mengisak sedu sedan meratapi kepergian Kay. Dan itu kulihat dari parasnya yang sembab penuh dengan airmata yang mengenangi kelopak matanya itu.


"Maa'f Rey aku datang terlambat. Ini akibat percakapanku dengan Nay yang mengetahui hubungan aku bersamamu selama ini. Aku tahu ini salahku dan suatu pelajaran untukku juga."


"Sudahlah aku tak mau membicarakan itu. Bagiku sekarang kau pulang saja. Aku tak mau lagi merusak kebahagianmu besama Nay. Aku malu sebagai sesama perempuan telah mengkhianati Nay selama ini."


Malam itu Rey terus-menerus menyalahkan dirinya. Ia menyadari bahwa selama ia berhubungan denganku ia merasa bersalah kepada Nay, istriku. Terlebih Rey juga seorang perempuan sama dengan Nay. Merasa telah mengkhianti kaumnya. Perempuan yang merasa disakiti oleh lelaki semacam aku. Lelaki yang begitu sok suci dihadapan seorang perempuan yang bernama Nay itu.



Hidup tak dapat bisa terka. Begitu juga dengan perjalanan anak manusia. Halnya perjalananku dengan Rey yang tak habis aku pikirkan. Rey telah meninggalkan diriku setelah kepergian Kay, anak perempuan dari rahimnya yang sudah tiada. Rey telah meninggalkan aku selamanya dan juga telah melupakan kehidupannya bersama-sama denganku. Hilang dari kehidupanku.


Kini sekarang aku berada di atas gundukan tanah merah. Dan orang yang ada ada di dalam gundukan tanah ini tak lain adalah Kay, buah hasil cintaku pada Rey. Ia lebih dahulu meninggalkanku. Aku hanya dapat pasrah, tak bisa untuk mengahalangi maut yang menghampiri Kay. Tapi satu hal yang aku sesali selama ini ternyata aku jugalah orang yang membuat orang yang ada disekelilingku pergi selama-lamanya. Terlebih ketika aku kehilangan Kay dan Rey. Mereka benar-benar meninggalkan kehidupanku selama ini. Namun aku sempat tersadar perempuan-perempuan --yang ada dalam hidupku selama ini ternyata mereka jugalah yang menyadari kekeliruanku. Terutama Nay yang selama ini telah sering aku khianati.

Ciputat, 24 Mei 2008

4b.

Re: (Cerpen) PEREMPUAN di  BAWAH SELAKANGANKU

Posted by: "dr. Sony H.W" sonym4n@gmail.com   s0nyman

Sun May 25, 2008 5:20 pm (PDT)

Ternyata perempuan jahat mendapat jodoh lelaki yang jahat juga....

^_^
Trims
Salam
Sony
Messenger:
s0nyman@msn.com
s0nyman@yahoo.com
sonym4n@gmail.com
BBpin:25207cf3

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: dyah zakiati <adzdzaki@yahoo.com>

Date: Sun, 25 May 2008 10:26:32
To:sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] (Cerpen) PEREMPUAN di BAWAH SELAKANGANKU


Pria di Balik Dusta

Dyah Zakiati

Namaku Nay. Aku adalah wanita di balik kedustaan seorang pria. Ben, nama pria itu, adalah orang yang menikahiku bukan karena cinta. Pernikahan kami gersang. Segersang kaktus kemarau dalam tanah retak. Kami tak mempunyai keturunan seorang pun. Ya, aku tahu dia sepenuhnya menyalahkanku. Mungkin tidak dengan kata-kata, tapi dari sikapnya yang kasar dan tatapannya yang tajam padaku.

Sejak awal dia memang sudah mengatakan padaku bahwa ia menikahiku bukan karena cinta. Dan perasaanku saat itu remuk redam. Aku langsung membencinya detik itu juga. Musnah semua impian menegakkan mahligai rumah tangga dalam kebahagiaan. Apalah artinya pernikahan tanpa cinta.

Ya, aku tahu semua kebusukan itu, tentang hubungannya dengan wanita lain. Rey. Wanita yang pernah menemuiku sebelum hari pernikahan terkutuk itu. Pria menjijikkan itu tetap berhubungan dengannya di balik pernikahan kami. Kay, buah hati mereka.

"Mas, kok kopinya tidak Mas sentuh. Nanti dingin kopinya, lho." Sengaja aku membuyarkan lamunannya dengan suara lembut. Huh, tak tahu dia betapa bencinya aku. Ia terkaget marah. Aku tersenyum manis. Semanis yang aku bisa dalam dada penuh rasa muak.

 
"Ah, kamu bikin Mas terkejut saja!" katanya keras. Kembali aku tersenyum. Senyum yang suatu saat akan jadi senjataku kelak. Senyum yang akan ia ingat bila saatnya tiba. ya, bila saatnya tiba!

 
Hujan turun curahkan seluruh angkara. Pagi yang kelam. Sekelam hatiku, sekelam hatinya. Yah, dia begitu gelisah karena terkurung bersamaku. Bersama wanita yang tak dicintainya ini. Aku tahu ia merasa sakit bila disampingku. Ia merasa sakit dalam mahligai rapuh ini. Aku tahu itu. Tapi, semakin ia rasakan perih, entah mengapa kian kurasa puas hati ini. Ya, itulah yang menyebabkan tak sepatah katapun keluar dari mulutku tentang perceraian. Puas aku rasakan ia menderita. Perlahan demi perlahan.

 

                                        ***
 
Jendela yang terbuka tampakkan purnama yang temaram tertutup awan kelam. Aku belum tidur sejak tadi walau mataku terpejam. Tatapan matanya yang dalam terasa menusukku. sepertinya ia menatapku dalam. Mengapa? Menyesalkah ia?
 
Aku membuka mataku. Kutatap ia, "Lho, Mas belum tidur?" Kataku selembut mungkin. Senjataku. Senjata wanita. Kelembutan.

 
"Sudahlah kamu tidur saja! Aku tak apa-apa. Tidur saja kamu dulu nanti kamu kesiangan  bekerja." Katanya kasar.

 
"Mas...Mas marah padaku? Atau, mungkin Mas menganggap aku perempuan mandul yang sudah lima tahun pernikahan kita belum membuahkan buah cinta kita."

 
"Sudahlah aku tak mau memikirkan itu semua. Aku di matamu bagai orang sudah tercebur di sungai dan aku harus menyelam sekalian," Jawabmu putus asa. Ya, menyelamlah engkau! Menyelamlah engkau hingga kau tak mampu lagi tuk kembali menghirup udara.

 
Air mata perlahan menetes ke pipiku. Pandainya aku bersandiwara. Ia hanya menatapku. Terus menatapku.

 
 
                                                          ***
 
Pagi itu dering telepon memecah keheningan. Ia bergegas mengangkatnya. Suara itu! Suara di balik telepon itu!
 
 
"Ada apa Mas. Kok itu seperti suara perempuan?"

Ia hanya diam membisu.

 
"Baiklah Mas kalau Mas tak mau menjawab itu semua. Nay juga tak mau merusak kebahagian Mas. Kebahagian Mas juga adalah kebahagianku."
 
Ia tampak terkejut. Begitu terkejut.

 
"Mas tidak usah menyalahkan siapaa-siapa. Aku tahu bahwa perempuan itu adalah Rey. Kekasih Mas selama ini. Perempuan yang dulu pernah menemuiku sebelum pernikahan kita. Ia mengatakan bahwa selama pernikahan kita, ia telah berhubungan bersama Mas."


Air palsuku kembali berderai.

"Sudahlah Mas pergi saja aku juga tak menyalahkan Mas. Mungkin aku yang patut dipersalahkan. Perempuan gabuk yang tak pantas membahagiakan suaminya. Cepatlah Mas jangan sampai Kay kenapa-kenapa."

Ia bergegas ke rumah sakit tanpa mengatakan apapun. Siangnya aku dengar, Kay, anak hubungan gelap itu meninggal dunia. Hmmm mungkin kini tiba waktunya!

 
Dugaanku tepat. Rey menyesali perbuatannya. Dia menyalahkan dirinya atas kematian anaknya dan penghianatan atas mahligai pernikahan yang suci itu. Ya. Akhirnya Rey meninggalkan Ben. Meninggalkan pria itu. Saatnya tlah tiba.

Dari kejauhan kutatap sosok itu. Bahunya terguncang-guncang menahan kepiluan. Ini adalah saat terakhir aku melihat Ben. Aku akan pergi meninggalkannya disaat ia kehilangan Kay dan Rey. Ia akan kehilangan semuanya. Tinggal menunggu waktu saja. Ibunya yang kini terbaring sakit sejak lima tahun lalu, kuyakin tak lama lagi akan menyusul Kay ke alam baka. Ya. Aku puas kini. Dendam yang kubawa lima tahun lalu akan terbalaskan. Terbalaskan berlipat-lipat. Lebih sakit dari pisau beracun. Lebih sakit dari terkaman ular. Hatinya pastilah akan remuk redam di tengah kesadaran dan penyesalan yang menyeruak.

Hmm, dan tahukah kamu, Ben? Aku selalu menggugurkan kandunganku karena aku tak rela memiliki anak dari darah kotormu.

 
 
Matraman,Mmm, udah 26 Mei 2008 yah?


----- Original Message ----
From: fiyan arjun <paman_sam2@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Cc: rezaervani@yahoogroups.com; cerkit@yahoogroups.com
Sent: Sunday, May 25, 2008 1:27:21 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] (Cerpen) PEREMPUAN di BAWAH SELAKANGANKU

<http://sebuahrisalah.multiply.com/photos/hi-res/upload/SDkCXgoKCC4AAHueOcQ1>                        
                       PEREMPUAN di  BAWAH SELAKANGANKU
                                             Fiyan Arjun
                               http://sebuahrisala h.multiply. com <http://sebuahrisalah.multiply.com>
                                            ID YM:paman_sam2
 

Namaku Ben. Aku adalah lelaki sekaligus kepala rumah tangga bagi seorang perempuan yang telah aku nikahi lima tahun lalu. Tapi sayang pernikahanku dengan perempuan yang telah lima tahun bersama-samaku bagai taman tak diberi air dan pupuk. Gersang dan tandus. Begitulah hal yang kualami terhadap pernikahan dengan perempuan yang tak memberiku keturunan itu.
 
 
 

Nay, begitu nama perempuan yang hidup satu atap denganku. Aku menikahinya bukan karena keinginanku apalagi nafsuku. Aku menikahinya lantaran tak bisa menolak permintaan ibuku yang sedang sakit-sakitan itu. Andai kalau aku boleh memilih lebih baik aku memilih Rey. Rey, perempuan yang selama ini telah menemaniku—saat aku belum menjadi teman hidup Nay saat ini. Namun apa daya aku tak dapat menolak keinginan ibuku saat itu. Seperti buah simalakama aku disaat permintaan ibu ada dipundakku. Menolak permintaannya sama saja aku memperpendek usianya saat itu. Tragis memang! Tapi aku tak bisa menolak itu.
 
 
 

"Ben kapan kamu akan akan menikah. Toh, usiamu sudah cukup dan pekerjaanmu juga ibu lihat sudah mapan. Kapan kau akan menikah dan memberi ibu cucu. Atau, jangan-jangan ibu yang memilih calon untuk kamu. Bagaimana kalau Nay? Anak dari rekan kerja ayahmu itu." Panjang lebar ibuku menanyakan tentang pasangan hidupku.
 
 

Aku hanya diam. Tak dapat untuk lebih lanjut untuk menjawab pertanyaan ibuku. Yang ada saat itu aku ingin memiliki Rey untuk menjadi pasangan hidupku. Tak ada yang dapat menggantikan Rey dalam hatiku. Siapa pun perempuan itu? Dan darimana asalnya aku tak begitu tertarik. Walau pun perempuan itu anak dari pengusaha besar. Aku tak sama sekali tak berminat untuk menikahinya.
 
 

"Ben, kok kamu bengong. Berarti kamu setuju dengan apa yang barusan ibu katakan tadi kepada kamu," lanjut ibuku sambil terbatuk-batuk yang sangat membuatku tak tega untuk menolak permintaannya itu.
 
 

"Baiklah, Bu aku setuju dengan apa yang ibu katakan tadi. Tapi dengan satu syarat apabila pernikahanku nanti tak seperti pikiran ibu. Aku harap ibu menerima hal tersebut," jawabku terbata-bata menghindari perkataan yang membuat hatinya luka. Dan aku pun menyetujui perjodohan itu.
 
 

Bukan, bukan aku menerima segala permintaan ibuku saat itu. Tapi karena faktor kesehatan yang tak mungkin membuat sakitnya lebih parah lagi. Dan aku pun hanya bisa pasrah dan menerima permintaan itu. Walau aku saat membenci perjodohan—yang dilangsungkan tanpa persetujuan sebelumnya. Hanya sepihak. Yakni, dari suara parau ibuku.
 
 

"Baiklah lusa ibu akan menelpon Nay untuk ibu kenalkan kepada kamu nanti," lanjut ibuku dengan wajah yang begitu bahagia. Walau ia tak tahu bahwa ada sesorang yang amat terluka dari perjodohan itu nanti. Ya, orang itu tak lain aku dan Rey. Entah aku harus bicara apa nanti bila aku berhadapan dengan Rey. Ternyata aku tak akan menikahi dirinya. Aku menikahi perempuan lain. Padahal selama ini ia sudah menyerahkan segalanya. Kegadisannya telah aku renggut sebelum tali pernikahan mengikat aku bersamanya.
 
 
 

Kini perjodohanku dengan Nay telah menjadi bukti dari perjodohan ibuku. Aku pun harus menjalani itu. Walau pun aku sudah memberi suatu ketegasan pada Nay bahwa aku menikahnya lantaran aku kasihan terhadap ibuku. Bukan karena aku mencinta dirinya. Terlebih aku hidup bersamanya bagai terpasung dalam kukungan waktu yang membuat aku semakin muak kepadanya.
 
 
 
"Mas, kok kopinya tidak Mas sentuh. Nanti dingin kopinya, lho." Suara Nay menghamburkan lamunanku. Dan seketika itu pula lamunan tentang permintaan ibuku lenyap. Yang ada hanya sunggingan lekung yang menghias di bibir Nay saat aku melihat ke arahnya. Ketika sedang menaruh kopi untukku di meja teras depan rumah sebagai teman pagiku.
 
 
 
 
"Ah, kamu bikin Mas terkejut saja!" kataku dengan sedikit agak keras ketika terkejut dengan sapaannya itu.
 
 
 
Pagi itu di luar hujan turun deras. Dan aku terpaksa hanya berdiam diri di rumah dengan perempuan yang selama ini tak aku pedulikan dengan kehadirannya selama ini. Ingin keluar untuk menyelesaikan tugas-tugas kerja di kantorku hujan deras itu menghalangiku untuk meninggalkan rumah. Bagiku bersama-sama beberapa jam dengan perempuan yang ada dihapanku ini hanya semakin membuat aku sakit. Sakit dikarenakan aku tak begitu mencintai dirinya. Dan pernikahan adalah salah satu rasa sakit yang tak ada obatnya. 
 
 
 

Suatu hari pernah aku berterus terang kepada Nay. Bahwa selama aku menikahinya selama lima tahun aku masih berhubungan dengan Rey dan menghasilkan benih cinta padanya. Dan kini Rey sudah memiliki anak dari benihku. Rey sekarang begitu bahagia dengan buah cintanya itu tanpa ada ikatan pernikahanku dengannya. Sedangkan aku masih dalam genggaman perempuan yang sudah bersama-sama denganku tanpa ada suara tangisan dari seorang anak manusia. Hampa.
 
 
                                        ***
 
 

Malam semakin pekat bulan bulat masih malu-malu untuk menutupi dirinya dibalik awan malam. Aku masih setia di dalam kamar bersama Nay. Aku tatap perempuan itu secara seksama. Ya, perempuan yang ada hadapanku ini begitu sabar menghadapi segala perilakuku yang—mungkin kalau aku sebagai dirinya perceraian adalah jalan terbaik untuk dijalani. Tapi perempuan ini begitu sabar mendampingiku selama lima tahun. Dan selama itu pula aku telah mengkhianati dirinya.
 
 
 

"Lho, Mas belum tidur?" tiba-tiba suara teduh itu memudarkan lamunanku malam itu. Nay menanyakan keadaanku. Kenapa aku belum tidur selarut itu.
 
 
 

"Sudahlah kamu tidur saja! Aku tak apa-apa. Tidur saja kamu dulu nanti kamu kesiangan  bekerja." Kataku acuh.
 
 
 

"Mas...Mas marah padaku? Atau, mungkin Mas menganggap aku perempuan mandul yang sudah lima tahun pernikahan kita belum membuahkan buah cinta kita." Nay meratap atas kata-kataku yang mungkin menyakitkan baginya.
 
 

"Sudahlah aku tak mau memikirkan itu semua. Aku di matamu bagai orang sudah tercebur di sungai dan aku harus menyelam sekalian," jawabku melapiaskan segala keragu-raguan dalam hati Nay.
 
 

Malam itu juga Nay menghiasi malam-malamku dengan airmatanya. Dan itu tak membuatku sama sekali  merasa iba terhadap dirinya. Hanya satu keinginanku ia segera membenci dan memutus pernikahan ini segera. Itu yang aku impikan sebagai lelaki yang lima tahun hidup bersamanya tak merasa kebahagian yang dalam hidupku.
 
 
                                                          ***
 

Keesokannya aku mendapatkan telpon dari Rey bahwa Kay sakit. Kay adalah hasil buah cintaku pada Rey. Anak perempuanku- -yang masih tiga tahun itu mengalami sakit panas. Dan aku pun segera menjenguk Kay ke rumah sakit. Tapi aku bingung darimana Rey bisa tahu nomor telpon rumahku padahal aku tak pernah memberitahukannya. Aku pun bertanya-tanya
 
 

"Ada apa Mas. Kok itu seperti suara perempuan," ujar Nay menanyakan suara siapa dibalik telepon itu.
 
 

Aku tak menjawab sejenak. Memikirkan apakah aku harus menjawab pertanyaan Nay atu tidak.
 
 

"Baiklah Mas kalau Mas tak mau menjawab itu semua. Nay juga tak mau merusak kebahagian Mas. Kebahagian Mas juga adalah kebahagianku."
 
 

Aku terkejut saat Nay berkata seperti itu. Dari mana ia tahu bahwa suara perempuan itu adalah perempuan lain dariku selain dirinya. Padahal aku sudah menyembunyikan kebusukan darinya. Atau, jangan-jangan kawanku Boy yang memberitahukan ini semua.
 
 

"Mas tidak usah menyalahkan siapaa-siapa. Aku tahu bahwa perempuan itu adalh Rey. Kekasih Mas selama ini. Perempuan yang dulu pernah menemuiku sebelum pernikahan kita. Ia mengatakan bahwa selama pernikahan kita, ia telah berhubungan bersama Mas."
 
 
 

"Sudahlah Mas pergi saja aku juga tak menyalahkan Mas. Mungkin aku yang patut dipersalahkan. Perempuan gabuk yang tak pantas membahagiakan suaminya. Cepatlah Mas jangan sampai Kay kenapa-kenapa," Nay melepaskan kepergianku dengan derai airmatanya yang sudah membentuk anak sungai kecil.

Akhirnya aku pun sampai di rumah sakit. Rumah sakit dimana Kay dirawat. Ternyata aku terlambat datang. Kay sudah lebih dahulu meregang nyawa sebelum tiba kedatanganku. Kulihat Rey sedang mengisak sedu sedan meratapi kepergian Kay. Dan itu kulihat dari parasnya yang sembab penuh dengan airmata yang mengenangi kelopak matanya itu.
 
 

"Maa'f Rey aku datang terlambat. Ini akibat percakapanku dengan Nay yang mengetahui hubungan aku bersamamu selama ini. Aku tahu ini salahku dan suatu pelajaran untukku juga."
 
 

"Sudahlah aku tak mau membicarakan itu. Bagiku sekarang kau pulang saja. Aku tak mau lagi merusak kebahagianmu besama Nay. Aku malu sebagai sesama perempuan telah mengkhianati Nay selama ini."
 
 
Malam itu Rey terus-menerus menyalahkan dirinya. Ia menyadari bahwa selama ia berhubungan denganku ia merasa bersalah kepada Nay, istriku. Terlebih Rey juga seorang perempuan sama dengan Nay. Merasa telah mengkhianti kaumnya. Perempuan yang merasa disakiti oleh lelaki semacam aku. Lelaki yang begitu sok suci dihadapan seorang perempuan yang bernama Nay itu.
 
 
 
Hidup tak dapat bisa terka. Begitu juga dengan perjalanan anak manusia. Halnya perjalananku dengan Rey yang tak habis aku pikirkan. Rey telah meninggalkan diriku setelah kepergian Kay, anak perempuan dari rahimnya yang sudah tiada. Rey telah meninggalkan aku selamanya dan juga telah melupakan kehidupannya bersama-sama denganku. Hilang dari kehidupanku.
 
 
Kini sekarang aku berada di atas gundukan tanah merah. Dan orang yang ada ada di dalam gundukan tanah ini tak lain adalah Kay, buah hasil cintaku pada Rey. Ia lebih dahulu meninggalkanku.  Aku hanya dapat pasrah, tak bisa untuk  mengahalangi maut yang menghampiri Kay. Tapi satu hal yang aku sesali selama ini ternyata aku jugalah orang yang membuat orang yang ada disekelilingku pergi selama-lamanya. Terlebih ketika aku kehilangan Kay dan Rey. Mereka benar-benar meninggalkan kehidupanku selama ini. Namun aku sempat tersadar perempuan-perempuan --yang ada dalam hidupku selama ini ternyata mereka jugalah yang menyadari kekeliruanku. Terutama Nay yang selama ini telah sering aku khianati.

 
Ciputat, 24 Mei 2008

 
4c.

Re: (Cerpen) PEREMPUAN di  BAWAH SELAKANGANKU

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun May 25, 2008 7:35 pm (PDT)

Hihi, baru kali ini dibilang perempuan jahat. Hiks.(tapi hatiku tertawa puas.)

Yah, begitulah kehidupan.

Salam
Dyah

----- Original Message ----
From: dr. Sony H.W <sonym4n@gmail.com>

Ternyata perempuan jahat mendapat jodoh lelaki yang jahat juga....

^_^
Trims
Salam
Sony

-----Original Message-----
From: dyah zakiati <adzdzaki@yahoo.com>

Pria di Balik Dusta

Dyah Zakiati

Namaku Nay. Aku adalah wanita di balik kedustaan seorang pria. Ben, nama pria itu, adalah orang yang menikahiku bukan karena cinta. Pernikahan kami gersang. Segersang kaktus kemarau dalam tanah retak. Kami tak mempunyai keturunan seorang pun. Ya, aku tahu dia sepenuhnya menyalahkanku. Mungkin tidak dengan kata-kata, tapi dari sikapnya yang kasar dan tatapannya yang tajam padaku.

Sejak awal dia memang sudah mengatakan padaku bahwa ia menikahiku bukan karena cinta. Dan perasaanku saat itu remuk redam. Aku langsung membencinya detik itu juga. Musnah semua impian menegakkan mahligai rumah tangga dalam kebahagiaan. Apalah artinya pernikahan tanpa cinta.

Ya, aku tahu semua kebusukan itu, tentang hubungannya dengan wanita lain. Rey. Wanita yang pernah menemuiku sebelum hari pernikahan terkutuk itu. Pria menjijikkan itu tetap berhubungan dengannya di balik pernikahan kami. Kay, buah hati mereka.

"Mas, kok kopinya tidak Mas sentuh. Nanti dingin kopinya, lho." Sengaja aku membuyarkan lamunannya dengan suara lembut. Huh, tak tahu dia betapa bencinya aku. Ia terkaget marah. Aku tersenyum manis. Semanis yang aku bisa dalam dada penuh rasa muak.

"Ah, kamu bikin Mas terkejut saja!" katanya keras. Kembali aku tersenyum. Senyum yang suatu saat akan jadi senjataku kelak. Senyum yang akan ia ingat bila saatnya tiba. ya, bila saatnya tiba!

Hujan turun curahkan seluruh angkara. Pagi yang kelam. Sekelam hatiku, sekelam hatinya. Yah, dia begitu gelisah karena terkurung bersamaku. Bersama wanita yang tak dicintainya ini. Aku tahu ia merasa sakit bila disampingku. Ia merasa sakit dalam mahligai rapuh ini. Aku tahu itu. Tapi, semakin ia rasakan perih, entah mengapa kian kurasa puas hati ini. Ya, itulah yang menyebabkan tak sepatah katapun keluar dari mulutku tentang perceraian. Puas aku rasakan ia menderita. Perlahan demi perlahan.

***

Jendela yang terbuka tampakkan purnama yang temaram tertutup awan kelam. Aku belum tidur sejak tadi walau mataku terpejam. Tatapan matanya yang dalam terasa menusukku. sepertinya ia menatapku dalam. Mengapa? Menyesalkah ia?

Aku membuka mataku. Kutatap ia, "Lho, Mas belum tidur?" Kataku selembut mungkin. Senjataku. Senjata wanita. Kelembutan.

"Sudahlah kamu tidur saja! Aku tak apa-apa. Tidur saja kamu dulu nanti kamu kesiangan bekerja." Katanya kasar.

"Mas...Mas marah padaku? Atau, mungkin Mas menganggap aku perempuan mandul yang sudah lima tahun pernikahan kita belum membuahkan buah cinta kita."

"Sudahlah aku tak mau memikirkan itu semua. Aku di matamu bagai orang sudah tercebur di sungai dan aku harus menyelam sekalian," Jawabmu putus asa. Ya, menyelamlah engkau! Menyelamlah engkau hingga kau tak mampu lagi tuk kembali menghirup udara.

Air mata perlahan menetes ke pipiku. Pandainya aku bersandiwara. Ia hanya menatapku. Terus menatapku.
***
Pagi itu dering telepon memecah keheningan. Ia bergegas mengangkatnya. Suara itu! Suara di balik telepon itu!

"Ada apa Mas. Kok itu seperti suara perempuan?"

Ia hanya diam membisu.

"Baiklah Mas kalau Mas tak mau menjawab itu semua. Nay juga tak mau merusak kebahagian Mas. Kebahagian Mas juga adalah kebahagianku."

Ia tampak terkejut. Begitu terkejut.

"Mas tidak usah menyalahkan siapaa-siapa. Aku tahu bahwa perempuan itu adalah Rey. Kekasih Mas selama ini. Perempuan yang dulu pernah menemuiku sebelum pernikahan kita. Ia mengatakan bahwa selama pernikahan kita, ia telah berhubungan bersama Mas."

Air mata palsuku kembali berderai.

"Sudahlah Mas pergi saja aku juga tak menyalahkan Mas. Mungkin aku yang patut dipersalahkan. Perempuan gabuk yang tak pantas membahagiakan suaminya. Cepatlah Mas jangan sampai Kay kenapa-kenapa."

Ia bergegas ke rumah sakit tanpa mengatakan apapun. Siangnya aku dengar, Kay, anak hubungan gelap itu meninggal dunia. Hmmm mungkin kini tiba waktunya!

Dugaanku tepat. Rey menyesali perbuatannya. Dia menyalahkan dirinya atas kematian anaknya dan penghianatan atas mahligai pernikahan yang suci itu. Ya. Akhirnya Rey meninggalkan Ben. Meninggalkan pria itu. Saatnya tlah tiba.

Dari kejauhan kutatap sosok itu. Bahunya terguncang-guncang menahan kepiluan. Ini adalah saat terakhir aku melihat Ben. Aku akan pergi meninggalkannya disaat ia kehilangan Kay dan Rey. Ia akan kehilangan semuanya. Tinggal menunggu waktu saja. Ibunya yang kini terbaring sakit sejak lima tahun lalu, kuyakin tak lama lagi akan menyusul Kay ke alam baka. Ya. Aku puas kini. Dendam yang kubawa lima tahun lalu akan terbalaskan. Terbalaskan berlipat-lipat. Lebih sakit dari pisau beracun. Lebih sakit dari terkaman ular. Hatinya pastilah akan remuk redam di tengah kesadaran dan penyesalan yang menyeruak.

Hmm, dan tahukah kamu, Ben? Aku selalu menggugurkan kandunganku karena aku tak rela memiliki anak dari darah kotormu.

Matraman,Mmm, udah 26 Mei 2008 yah?

----- Original Message ----
From: fiyan arjun <paman_sam2@yahoo.com>

<http://sebuahrisalah.multiply.com/photos/hi-res/upload/SDkCXgoKCC4AAHueOcQ1>
PEREMPUAN di BAWAH SELAKANGANKU
Fiyan Arjun
http://sebuahrisala h.multiply. com <http://sebuahrisalah.multiply.com>
ID YM:paman_sam2

Namaku Ben. Aku adalah lelaki sekaligus kepala rumah tangga bagi seorang perempuan yang telah aku nikahi lima tahun lalu. Tapi sayang pernikahanku dengan perempuan yang telah lima tahun bersama-samaku bagai taman tak diberi air dan pupuk. Gersang dan tandus. Begitulah hal yang kualami terhadap pernikahan dengan perempuan yang tak memberiku keturunan itu.

Nay, begitu nama perempuan yang hidup satu atap denganku. Aku menikahinya bukan karena keinginanku apalagi nafsuku. Aku menikahinya lantaran tak bisa menolak permintaan ibuku yang sedang sakit-sakitan itu. Andai kalau aku boleh memilih lebih baik aku memilih Rey. Rey, perempuan yang selama ini telah menemaniku—saat aku belum menjadi teman hidup Nay saat ini. Namun apa daya aku tak dapat menolak keinginan ibuku saat itu. Seperti buah simalakama aku disaat permintaan ibu ada dipundakku. Menolak permintaannya sama saja aku memperpendek usianya saat itu. Tragis memang! Tapi aku tak bisa menolak itu.

"Ben kapan kamu akan akan menikah. Toh, usiamu sudah cukup dan pekerjaanmu juga ibu lihat sudah mapan. Kapan kau akan menikah dan memberi ibu cucu. Atau, jangan-jangan ibu yang memilih calon untuk kamu. Bagaimana kalau Nay? Anak dari rekan kerja ayahmu itu." Panjang lebar ibuku menanyakan tentang pasangan hidupku.

Aku hanya diam. Tak dapat untuk lebih lanjut untuk menjawab pertanyaan ibuku. Yang ada saat itu aku ingin memiliki Rey untuk menjadi pasangan hidupku. Tak ada yang dapat menggantikan Rey dalam hatiku. Siapa pun perempuan itu? Dan darimana asalnya aku tak begitu tertarik. Walau pun perempuan itu anak dari pengusaha besar. Aku tak sama sekali tak berminat untuk menikahinya.

"Ben, kok kamu bengong. Berarti kamu setuju dengan apa yang barusan ibu katakan tadi kepada kamu," lanjut ibuku sambil terbatuk-batuk yang sangat membuatku tak tega untuk menolak permintaannya itu.

"Baiklah, Bu aku setuju dengan apa yang ibu katakan tadi. Tapi dengan satu syarat apabila pernikahanku nanti tak seperti pikiran ibu. Aku harap ibu menerima hal tersebut," jawabku terbata-bata menghindari perkataan yang membuat hatinya luka. Dan aku pun menyetujui perjodohan itu.

Bukan, bukan aku menerima segala permintaan ibuku saat itu. Tapi karena faktor kesehatan yang tak mungkin membuat sakitnya lebih parah lagi. Dan aku pun hanya bisa pasrah dan menerima permintaan itu. Walau aku saat membenci perjodohan—yang dilangsungkan tanpa persetujuan sebelumnya. Hanya sepihak. Yakni, dari suara parau ibuku.

"Baiklah lusa ibu akan menelpon Nay untuk ibu kenalkan kepada kamu nanti," lanjut ibuku dengan wajah yang begitu bahagia. Walau ia tak tahu bahwa ada sesorang yang amat terluka dari perjodohan itu nanti. Ya, orang itu tak lain aku dan Rey. Entah aku harus bicara apa nanti bila aku berhadapan dengan Rey. Ternyata aku tak akan menikahi dirinya. Aku menikahi perempuan lain. Padahal selama ini ia sudah menyerahkan segalanya. Kegadisannya telah aku renggut sebelum tali pernikahan mengikat aku bersamanya.

Kini perjodohanku dengan Nay telah menjadi bukti dari perjodohan ibuku. Aku pun harus menjalani itu. Walau pun aku sudah memberi suatu ketegasan pada Nay bahwa aku menikahnya lantaran aku kasihan terhadap ibuku. Bukan karena aku mencinta dirinya. Terlebih aku hidup bersamanya bagai terpasung dalam kukungan waktu yang membuat aku semakin muak kepadanya.

"Mas, kok kopinya tidak Mas sentuh. Nanti dingin kopinya, lho." Suara Nay menghamburkan lamunanku. Dan seketika itu pula lamunan tentang permintaan ibuku lenyap. Yang ada hanya sunggingan lekung yang menghias di bibir Nay saat aku melihat ke arahnya. Ketika sedang menaruh kopi untukku di meja teras depan rumah sebagai teman pagiku.

"Ah, kamu bikin Mas terkejut saja!" kataku dengan sedikit agak keras ketika terkejut dengan sapaannya itu.

Pagi itu di luar hujan turun deras. Dan aku terpaksa hanya berdiam diri di rumah dengan perempuan yang selama ini tak aku pedulikan dengan kehadirannya selama ini. Ingin keluar untuk menyelesaikan tugas-tugas kerja di kantorku hujan deras itu menghalangiku untuk meninggalkan rumah. Bagiku bersama-sama beberapa jam dengan perempuan yang ada dihapanku ini hanya semakin membuat aku sakit. Sakit dikarenakan aku tak begitu mencintai dirinya. Dan pernikahan adalah salah satu rasa sakit yang tak ada obatnya.

Suatu hari pernah aku berterus terang kepada Nay. Bahwa selama aku menikahinya selama lima tahun aku masih berhubungan dengan Rey dan menghasilkan benih cinta padanya. Dan kini Rey sudah memiliki anak dari benihku. Rey sekarang begitu bahagia dengan buah cintanya itu tanpa ada ikatan pernikahanku dengannya. Sedangkan aku masih dalam genggaman perempuan yang sudah bersama-sama denganku tanpa ada suara tangisan dari seorang anak manusia. Hampa.

***

Malam semakin pekat bulan bulat masih malu-malu untuk menutupi dirinya dibalik awan malam. Aku masih setia di dalam kamar bersama Nay. Aku tatap perempuan itu secara seksama. Ya, perempuan yang ada hadapanku ini begitu sabar menghadapi segala perilakuku yang—mungkin kalau aku sebagai dirinya perceraian adalah jalan terbaik untuk dijalani. Tapi perempuan ini begitu sabar mendampingiku selama lima tahun. Dan selama itu pula aku telah mengkhianati dirinya.

"Lho, Mas belum tidur?" tiba-tiba suara teduh itu memudarkan lamunanku malam itu. Nay menanyakan keadaanku. Kenapa aku belum tidur selarut itu.

"Sudahlah kamu tidur saja! Aku tak apa-apa. Tidur saja kamu dulu nanti kamu kesiangan bekerja." Kataku acuh.

"Mas...Mas marah padaku? Atau, mungkin Mas menganggap aku perempuan mandul yang sudah lima tahun pernikahan kita belum membuahkan buah cinta kita." Nay meratap atas kata-kataku yang mungkin menyakitkan baginya.

"Sudahlah aku tak mau memikirkan itu semua. Aku di matamu bagai orang sudah tercebur di sungai dan aku harus menyelam sekalian," jawabku melapiaskan segala keragu-raguan dalam hati Nay.

Malam itu juga Nay menghiasi malam-malamku dengan airmatanya. Dan itu tak membuatku sama sekali merasa iba terhadap dirinya. Hanya satu keinginanku ia segera membenci dan memutus pernikahan ini segera. Itu yang aku impikan sebagai lelaki yang lima tahun hidup bersamanya tak merasa kebahagian yang dalam hidupku.

***

Keesokannya aku mendapatkan telpon dari Rey bahwa Kay sakit. Kay adalah hasil buah cintaku pada Rey. Anak perempuanku- -yang masih tiga tahun itu mengalami sakit panas. Dan aku pun segera menjenguk Kay ke rumah sakit. Tapi aku bingung darimana Rey bisa tahu nomor telpon rumahku padahal aku tak pernah memberitahukannya. Aku pun bertanya-tanya

"Ada apa Mas. Kok itu seperti suara perempuan," ujar Nay menanyakan suara siapa dibalik telepon itu.

Aku tak menjawab sejenak. Memikirkan apakah aku harus menjawab pertanyaan Nay atu tidak.

"Baiklah Mas kalau Mas tak mau menjawab itu semua. Nay juga tak mau merusak kebahagian Mas. Kebahagian Mas juga adalah kebahagianku."

Aku terkejut saat Nay berkata seperti itu. Dari mana ia tahu bahwa suara perempuan itu adalah perempuan lain dariku selain dirinya. Padahal aku sudah menyembunyikan kebusukan darinya. Atau, jangan-jangan kawanku Boy yang memberitahukan ini semua.

"Mas tidak usah menyalahkan siapaa-siapa. Aku tahu bahwa perempuan itu adalh Rey. Kekasih Mas selama ini. Perempuan yang dulu pernah menemuiku sebelum pernikahan kita. Ia mengatakan bahwa selama pernikahan kita, ia telah berhubungan bersama Mas."

"Sudahlah Mas pergi saja aku juga tak menyalahkan Mas. Mungkin aku yang patut dipersalahkan. Perempuan gabuk yang tak pantas membahagiakan suaminya. Cepatlah Mas jangan sampai Kay kenapa-kenapa," Nay melepaskan kepergianku dengan derai airmatanya yang sudah membentuk anak sungai kecil.

Akhirnya aku pun sampai di rumah sakit. Rumah sakit dimana Kay dirawat. Ternyata aku terlambat datang. Kay sudah lebih dahulu meregang nyawa sebelum tiba kedatanganku. Kulihat Rey sedang mengisak sedu sedan meratapi kepergian Kay. Dan itu kulihat dari parasnya yang sembab penuh dengan airmata yang mengenangi kelopak matanya itu.

"Maa'f Rey aku datang terlambat. Ini akibat percakapanku dengan Nay yang mengetahui hubungan aku bersamamu selama ini. Aku tahu ini salahku dan suatu pelajaran untukku juga."

"Sudahlah aku tak mau membicarakan itu. Bagiku sekarang kau pulang saja. Aku tak mau lagi merusak kebahagianmu besama Nay. Aku malu sebagai sesama perempuan telah mengkhianati Nay selama ini."

Malam itu Rey terus-menerus menyalahkan dirinya. Ia menyadari bahwa selama ia berhubungan denganku ia merasa bersalah kepada Nay, istriku. Terlebih Rey juga seorang perempuan sama dengan Nay. Merasa telah mengkhianti kaumnya. Perempuan yang merasa disakiti oleh lelaki semacam aku. Lelaki yang begitu sok suci dihadapan seorang perempuan yang bernama Nay itu.

Hidup tak dapat bisa terka. Begitu juga dengan perjalanan anak manusia. Halnya perjalananku dengan Rey yang tak habis aku pikirkan. Rey telah meninggalkan diriku setelah kepergian Kay, anak perempuan dari rahimnya yang sudah tiada. Rey telah meninggalkan aku selamanya dan juga telah melupakan kehidupannya bersama-sama denganku. Hilang dari kehidupanku.

Kini sekarang aku berada di atas gundukan tanah merah. Dan orang yang ada ada di dalam gundukan tanah ini tak lain adalah Kay, buah hasil cintaku pada Rey. Ia lebih dahulu meninggalkanku. Aku hanya dapat pasrah, tak bisa untuk mengahalangi maut yang menghampiri Kay. Tapi satu hal yang aku sesali selama ini ternyata aku jugalah orang yang membuat orang yang ada disekelilingku pergi selama-lamanya. Terlebih ketika aku kehilangan Kay dan Rey. Mereka benar-benar meninggalkan kehidupanku selama ini. Namun aku sempat tersadar perempuan-perempuan --yang ada dalam hidupku selama ini ternyata mereka jugalah yang menyadari kekeliruanku. Terutama Nay yang selama ini telah sering aku khianati.

Ciputat, 24 Mei 2008

4d.

Re: (Cerpen) PEREMPUAN di  BAWAH SELAKANGANKU

Posted by: "Ain Nisa" jurnalcahaya@yahoo.com   jurnalcahaya

Sun May 25, 2008 8:46 pm (PDT)

bitter...
cerpen yangsangat menarik

----- Original Message ----
From: dyah zakiati <adzdzaki@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Monday, May 26, 2008 12:26:32 AM
Subject: Re: [sekolah-kehidupan] (Cerpen) PEREMPUAN di BAWAH SELAKANGANKU

Pria di Balik Dusta

Dyah Zakiati

Namaku Nay. Aku adalah wanita di balik kedustaan seorang pria. Ben, nama pria itu, adalah orang yang menikahiku bukan karena cinta. Pernikahan kami gersang. Segersang kaktus kemarau dalam tanah retak. Kami tak mempunyai keturunan seorang pun. Ya, aku tahu dia sepenuhnya menyalahkanku. Mungkin tidak dengan kata-kata, tapi dari sikapnya yang kasar dan tatapannya yang tajam padaku.

Sejak awal dia memang sudah mengatakan padaku bahwa ia menikahiku bukan karena cinta. Dan perasaanku saat itu remuk redam. Aku langsung membencinya detik itu juga. Musnah semua impian menegakkan mahligai rumah tangga dalam kebahagiaan. Apalah artinya pernikahan tanpa cinta.

Ya, aku tahu semua kebusukan itu, tentang hubungannya dengan wanita lain. Rey. Wanita yang pernah menemuiku sebelum hari pernikahan terkutuk itu. Pria menjijikkan itu tetap berhubungan dengannya di balik pernikahan kami. Kay, buah hati mereka.

"Mas,
kok kopinya tidak Mas sentuh. Nanti dingin kopinya, lho." Sengaja aku membuyarkan lamunannya dengan suara lembut. Huh, tak tahu dia betapa bencinya aku. Ia terkaget marah. Aku tersenyum manis. Semanis yang aku bisa dalam dada penuh rasa muak.

"Ah, kamu bikin Mas terkejut saja!" katanya keras. Kembali aku tersenyum. Senyum yang suatu saat akan jadi senjataku kelak. Senyum yang akan ia ingat bila saatnya tiba. ya, bila saatnya tiba!

Hujan turun curahkan seluruh angkara. Pagi yang kelam. Sekelam hatiku, sekelam hatinya. Yah, dia begitu gelisah karena terkurung bersamaku. Bersama wanita yang tak dicintainya ini. Aku tahu ia merasa sakit bila disampingku. Ia merasa sakit dalam mahligai rapuh ini. Aku tahu itu. Tapi, semakin ia rasakan perih, entah mengapa kian kurasa puas hati ini. Ya, itulah yang menyebabkan tak sepatah katapun keluar dari mulutku tentang perceraian. Puas aku rasakan ia menderita. Perlahan demi perlahan.

***

Jendela yang terbuka tampakkan purnama yang temaram tertutup awan kelam. Aku belum tidur sejak tadi walau mataku terpejam. Tatapan matanya yang dalam terasa menusukku. sepertinya ia menatapku dalam. Mengapa? Menyesalkah ia?

Aku membuka mataku. Kutatap ia, "Lho,
Mas belum tidur?" Kataku selembut mungkin. Senjataku. Senjata wanita. Kelembutan.

"Sudahlah kamu tidur saja! Aku tak apa-apa. Tidur saja kamu dulu nanti kamu kesiangan bekerja." Katanya kasar.

"Mas...Mas
marah padaku? Atau, mungkin Mas menganggap aku perempuan mandul yang
sudah lima tahun pernikahan kita belum membuahkan buah cinta kita."

"Sudahlah
aku tak mau memikirkan itu semua. Aku di matamu bagai orang sudah
tercebur di sungai dan aku harus menyelam sekalian," Jawabmu putus asa. Ya, menyelamlah engkau! Menyelamlah engkau hingga kau tak mampu lagi tuk kembali menghirup udara.

Air mata perlahan menetes ke pipiku. Pandainya aku bersandiwara. Ia hanya menatapku. Terus menatapku.

***

Pagi itu dering telepon memecah keheningan. Ia bergegas mengangkatnya. Suara itu! Suara di balik telepon itu!


"Ada apa Mas. Kok itu seperti suara perempuan?"

Ia hanya diam membisu.

"Baiklah Mas kalau Mas tak mau menjawab itu semua. Nay juga tak mau merusak kebahagian Mas. Kebahagian Mas juga adalah kebahagianku."

Ia tampak terkejut. Begitu terkejut.

"Mas
tidak usah menyalahkan siapaa-siapa. Aku tahu bahwa perempuan itu adalah
Rey. Kekasih Mas selama ini. Perempuan yang dulu pernah menemuiku
sebelum pernikahan kita. Ia mengatakan bahwa selama pernikahan kita, ia telah berhubungan bersama Mas."

Air palsuku kembali berderai.

"Sudahlah
Mas pergi saja aku juga tak menyalahkan Mas. Mungkin aku yang patut
dipersalahkan. Perempuan gabuk yang tak pantas membahagiakan suaminya.
Cepatlah Mas jangan sampai Kay kenapa-kenapa."

Ia bergegas ke rumah sakit tanpa mengatakan apapun. Siangnya aku dengar, Kay, anak hubungan gelap itu meninggal dunia. Hmmm mungkin kini tiba waktunya!

Dugaanku tepat. Rey menyesali perbuatannya. Dia menyalahkan dirinya atas kematian anaknya dan penghianatan atas mahligai pernikahan yang suci itu. Ya. Akhirnya Rey meninggalkan Ben. Meninggalkan pria itu. Saatnya tlah tiba.

Dari kejauhan kutatap sosok itu. Bahunya terguncang-guncang menahan kepiluan. Ini adalah saat terakhir aku melihat Ben. Aku akan pergi meninggalkannya disaat ia kehilangan Kay dan Rey. Ia akan kehilangan semuanya. Tinggal menunggu waktu saja. Ibunya yang kini terbaring sakit sejak lima tahun lalu, kuyakin tak lama lagi akan menyusul Kay ke alam baka. Ya. Aku puas kini. Dendam yang kubawa lima tahun lalu akan terbalaskan. Terbalaskan berlipat-lipat. Lebih sakit dari pisau beracun. Lebih sakit dari terkaman ular. Hatinya pastilah akan remuk redam di tengah kesadaran dan penyesalan yang menyeruak.

Hmm, dan tahukah kamu, Ben? Aku selalu menggugurkan kandunganku karena aku tak rela memiliki anak dari darah kotormu.

Matraman,Mmm, udah 26 Mei 2008 yah?

----- Original Message ----
From: fiyan arjun <paman_sam2@yahoo. com>
To: sekolah-kehidupan@ yahoogroups. com
Cc: rezaervani@yahoogro ups.com; cerkit@yahoogroups. com
Sent: Sunday, May 25, 2008 1:27:21 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] (Cerpen) PEREMPUAN di BAWAH SELAKANGANKU

PEREMPUAN di BAWAH SELAKANGANKU
Fiyan Arjun
http://sebuahrisala h.multiply. com
ID YM:paman_sam2

Namaku Ben. Aku adalah lelaki sekaligus kepala rumah tangga bagi seorang perempuan yang telah aku nikahi lima tahun lalu. Tapi sayang pernikahanku dengan perempuan yang telah lima tahun bersama-samaku bagai taman tak diberi air dan pupuk. Gersang dan tandus. Begitulah hal yang kualami terhadap pernikahan dengan perempuan yang tak memberiku keturunan itu.



Nay, begitu nama perempuan yang hidup satu atap denganku. Aku menikahinya bukan karena keinginanku apalagi nafsuku. Aku menikahinya lantaran tak bisa menolak permintaan ibuku yang sedang sakit-sakitan itu. Andai kalau aku boleh memilih lebih baik aku memilih Rey. Rey, perempuan yang selama ini telah menemaniku—saat aku belum menjadi teman hidup Nay saat ini. Namun apa daya aku tak dapat menolak keinginan ibuku saat itu. Seperti buah simalakama aku disaat permintaan ibu ada dipundakku. Menolak permintaannya sama saja aku memperpendek usianya saat itu. Tragis memang! Tapi aku tak bisa menolak itu.



"Ben kapan kamu akan akan menikah. Toh, usiamu sudah cukup dan pekerjaanmu juga ibu lihat sudah mapan. Kapan kau akan menikah dan memberi ibu cucu. Atau, jangan-jangan ibu yang memilih calon untuk kamu. Bagaimana kalau Nay? Anak dari rekan kerja ayahmu itu." Panjang lebar ibuku menanyakan tentang pasangan hidupku.


Aku hanya diam. Tak dapat untuk lebih lanjut untuk menjawab pertanyaan ibuku. Yang ada saat itu aku ingin memiliki Rey untuk menjadi pasangan hidupku. Tak ada yang dapat menggantikan Rey dalam hatiku. Siapa pun perempuan itu? Dan darimana asalnya aku tak begitu tertarik. Walau pun perempuan itu anak dari pengusaha besar. Aku tak sama sekali tak berminat untuk menikahinya.


"Ben, kok kamu bengong. Berarti kamu setuju dengan apa yang barusan ibu katakan tadi kepada kamu," lanjut ibuku sambil terbatuk-batuk yang sangat membuatku tak tega untuk menolak permintaannya itu.


"Baiklah, Bu aku setuju dengan apa yang ibu katakan tadi. Tapi dengan satu syarat apabila pernikahanku nanti tak seperti pikiran ibu. Aku harap ibu menerima hal tersebut," jawabku terbata-bata menghindari perkataan yang membuat hatinya luka. Dan aku pun menyetujui perjodohan itu.


Bukan, bukan aku menerima segala permintaan ibuku saat itu. Tapi karena faktor kesehatan yang tak mungkin membuat sakitnya lebih parah lagi. Dan aku pun hanya bisa pasrah dan menerima permintaan itu. Walau aku saat membenci perjodohan—yang dilangsungkan tanpa persetujuan sebelumnya. Hanya sepihak. Yakni, dari suara parau ibuku.


"Baiklah lusa ibu akan menelpon Nay untuk ibu kenalkan kepada kamu nanti," lanjut ibuku dengan wajah yang begitu bahagia. Walau ia tak tahu bahwa ada sesorang yang amat terluka dari perjodohan itu nanti. Ya, orang itu tak lain aku dan Rey. Entah aku harus bicara apa nanti bila aku berhadapan dengan Rey. Ternyata aku tak akan menikahi dirinya. Aku menikahi perempuan lain. Padahal selama ini ia sudah menyerahkan segalanya. Kegadisannya telah aku renggut sebelum tali pernikahan mengikat aku bersamanya.



Kini perjodohanku dengan Nay telah menjadi bukti dari perjodohan ibuku. Aku pun harus menjalani itu. Walau pun aku sudah memberi suatu ketegasan pada Nay bahwa aku menikahnya lantaran aku kasihan terhadap ibuku. Bukan karena aku mencinta dirinya. Terlebih aku hidup bersamanya bagai terpasung dalam kukungan waktu yang membuat aku semakin muak kepadanya.



"Mas, kok kopinya tidak Mas sentuh. Nanti dingin kopinya, lho." Suara Nay menghamburkan lamunanku. Dan seketika itu pula lamunan tentang permintaan ibuku lenyap. Yang ada hanya sunggingan lekung yang menghias di bibir Nay saat aku melihat ke arahnya. Ketika sedang menaruh kopi untukku di meja teras depan rumah sebagai teman pagiku.




"Ah, kamu bikin Mas terkejut saja!" kataku dengan sedikit agak keras ketika terkejut dengan sapaannya itu.



Pagi itu di luar hujan turun deras. Dan aku terpaksa hanya berdiam diri di rumah dengan perempuan yang selama ini tak aku pedulikan dengan kehadirannya selama ini. Ingin keluar untuk menyelesaikan tugas-tugas kerja di kantorku hujan deras itu menghalangiku untuk meninggalkan rumah. Bagiku bersama-sama beberapa jam dengan perempuan yang ada dihapanku ini hanya semakin membuat aku sakit. Sakit dikarenakan aku tak begitu mencintai dirinya. Dan pernikahan adalah salah satu rasa sakit yang tak ada obatnya.



Suatu hari pernah aku berterus terang kepada Nay. Bahwa selama aku menikahinya selama lima tahun aku masih berhubungan dengan Rey dan menghasilkan benih cinta padanya. Dan kini Rey sudah memiliki anak dari benihku. Rey sekarang begitu bahagia dengan buah cintanya itu tanpa ada ikatan pernikahanku dengannya. Sedangkan aku masih dalam genggaman perempuan yang sudah bersama-sama denganku tanpa ada suara tangisan dari seorang anak manusia. Hampa.


***


Malam semakin pekat bulan bulat masih malu-malu untuk menutupi dirinya dibalik awan malam. Aku masih setia di dalam kamar bersama Nay. Aku tatap perempuan itu secara seksama. Ya, perempuan yang ada hadapanku ini begitu sabar menghadapi segala perilakuku yang—mungkin kalau aku sebagai dirinya perceraian adalah jalan terbaik untuk dijalani. Tapi perempuan ini begitu sabar mendampingiku selama lima tahun. Dan selama itu pula aku telah mengkhianati dirinya.



"Lho, Mas belum tidur?" tiba-tiba suara teduh itu memudarkan lamunanku malam itu. Nay menanyakan keadaanku. Kenapa aku belum tidur selarut itu.



"Sudahlah kamu tidur saja! Aku tak apa-apa. Tidur saja kamu dulu nanti kamu kesiangan bekerja." Kataku acuh.



"Mas...Mas marah padaku? Atau, mungkin Mas menganggap aku perempuan mandul yang sudah lima tahun pernikahan kita belum membuahkan buah cinta kita." Nay meratap atas kata-kataku yang mungkin menyakitkan baginya.


"Sudahlah aku tak mau memikirkan itu semua. Aku di matamu bagai orang sudah tercebur di sungai dan aku harus menyelam sekalian," jawabku melapiaskan segala keragu-raguan dalam hati Nay.


Malam itu juga Nay menghiasi malam-malamku dengan airmatanya. Dan itu tak membuatku sama sekali merasa iba terhadap dirinya. Hanya satu keinginanku ia segera membenci dan memutus pernikahan ini segera. Itu yang aku impikan sebagai lelaki yang lima tahun hidup bersamanya tak merasa kebahagian yang dalam hidupku.


***

Keesokannya aku mendapatkan telpon dari Rey bahwa Kay sakit. Kay adalah hasil buah cintaku pada Rey. Anak perempuanku- -yang masih tiga tahun itu mengalami sakit panas. Dan aku pun segera menjenguk Kay ke rumah sakit. Tapi aku bingung darimana Rey bisa tahu nomor telpon rumahku padahal aku tak pernah memberitahukannya. Aku pun bertanya-tanya


"Ada apa Mas. Kok itu seperti suara perempuan," ujar Nay menanyakan suara siapa dibalik telepon itu.


Aku tak menjawab sejenak. Memikirkan apakah aku harus menjawab pertanyaan Nay atu tidak.


"Baiklah Mas kalau Mas tak mau menjawab itu semua. Nay juga tak mau merusak kebahagian Mas. Kebahagian Mas juga adalah kebahagianku."


Aku terkejut saat Nay berkata seperti itu. Dari mana ia tahu bahwa suara perempuan itu adalah perempuan lain dariku selain dirinya. Padahal aku sudah menyembunyikan kebusukan darinya. Atau, jangan-jangan kawanku Boy yang memberitahukan ini semua.


"Mas tidak usah menyalahkan siapaa-siapa. Aku tahu bahwa perempuan itu adalh Rey. Kekasih Mas selama ini. Perempuan yang dulu pernah menemuiku sebelum pernikahan kita. Ia mengatakan bahwa selama pernikahan kita, ia telah berhubungan bersama Mas."



"Sudahlah Mas pergi saja aku juga tak menyalahkan Mas. Mungkin aku yang patut dipersalahkan. Perempuan gabuk yang tak pantas membahagiakan suaminya. Cepatlah Mas jangan sampai Kay kenapa-kenapa," Nay melepaskan kepergianku dengan derai airmatanya yang sudah membentuk anak sungai kecil.
Akhirnya aku pun sampai di rumah sakit. Rumah sakit dimana Kay dirawat. Ternyata aku terlambat datang. Kay sudah lebih dahulu meregang nyawa sebelum tiba kedatanganku. Kulihat Rey sedang mengisak sedu sedan meratapi kepergian Kay. Dan itu kulihat dari parasnya yang sembab penuh dengan airmata yang mengenangi kelopak matanya itu.


"Maa'f Rey aku datang terlambat. Ini akibat percakapanku dengan Nay yang mengetahui hubungan aku bersamamu selama ini. Aku tahu ini salahku dan suatu pelajaran untukku juga."


"Sudahlah aku tak mau membicarakan itu. Bagiku sekarang kau pulang saja. Aku tak mau lagi merusak kebahagianmu besama Nay. Aku malu sebagai sesama perempuan telah mengkhianati Nay selama ini."


Malam itu Rey terus-menerus menyalahkan dirinya. Ia menyadari bahwa selama ia berhubungan denganku ia merasa bersalah kepada Nay, istriku. Terlebih Rey juga seorang perempuan sama dengan Nay. Merasa telah mengkhianti kaumnya. Perempuan yang merasa disakiti oleh lelaki semacam aku. Lelaki yang begitu sok suci dihadapan seorang perempuan yang bernama Nay itu.



Hidup tak dapat bisa terka. Begitu juga dengan perjalanan anak manusia. Halnya perjalananku dengan Rey yang tak habis aku pikirkan. Rey telah meninggalkan diriku setelah kepergian Kay, anak perempuan dari rahimnya yang sudah tiada. Rey telah meninggalkan aku selamanya dan juga telah melupakan kehidupannya bersama-sama denganku. Hilang dari kehidupanku.


Kini sekarang aku berada di atas gundukan tanah merah. Dan orang yang ada ada di dalam gundukan tanah ini tak lain adalah Kay, buah hasil cintaku pada Rey. Ia lebih dahulu meninggalkanku. Aku hanya dapat pasrah, tak bisa untuk mengahalangi maut yang menghampiri Kay. Tapi satu hal yang aku sesali selama ini ternyata aku jugalah orang yang membuat orang yang ada disekelilingku pergi selama-lamanya. Terlebih ketika aku kehilangan Kay dan Rey. Mereka benar-benar meninggalkan kehidupanku selama ini. Namun aku sempat tersadar perempuan-perempuan --yang ada dalam hidupku selama ini ternyata mereka jugalah yang menyadari kekeliruanku. Terutama Nay yang selama ini telah sering aku khianati.

Ciputat, 24 Mei 2008

4e.

Re: (Cerpen) PEREMPUAN di BAWAH SELAKANGANKU

Posted by: "Andri Pranolo" apranolo@gmail.com   and_pci

Mon May 26, 2008 2:42 am (PDT)

Dear Mbak Diyah dan Bang Fiyan

Luar Biasa cerpennya, jadi mengingatkan QS. AN-NUR [24]: 26
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk lelaki-lelaki yang keji, dan
lelaki-lelaki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula),
dan wanita-wanita yang baik adalah untuklelaki-lelaki yang baik dan
lelaki-lelaki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula…)"

.......................
Nay, Ben, dan Rey mengakui kesalahan dan kekhilafannya selama ini,
mereka taubat dengan sebenar-benarnya taubat.
Sebagian waktunya disisihkan untuk belajar dan mendalami agama,
mereka terlihat khusuk tatkala waktu menghadap sang pencipta.
Sebagian malamnya, mereka gunakan untuk curhat dengan sang pencipta,
Airmata yang dikeluarkan Nay pun pada malam-malam itu, bukan lagi
airmata "sandiwara", tapi, airmata yang keluar karena ke-alfaan,
kebutuhan, dan kerinduan kepada Allah Azza Wa Jalla.
.........................
Allah SWT berikan dan cabut "nikmat" kepada siapa-siapa saja yang dikehendaki,
Anak yang kritis di Rumah Sakit kemudian meninggal itu bukan anaknya
Rey dan Ben,
Itu anak orang lain. Ada kesalahan informasi yang disampaikan oleh
pihak Rumah Sakit pada waktu itu. Rey baru mengetahui setelah lebih
dari sebulan sejak kejadian itu. Rey akhirnya dapat berkumpul kembali
dengan anaknya, jelas, tangis dan senyum bahagia padu menghiasi
kesyahduan pertemuan ibu-anak itu.

Begitu juga dengan Ibu Ben. Perceraian Ben dan Nay, bukan membatnya putus asa,
malahan sebaliknya, membuatnya menemukan kesadaran akan kepasrahannya
kepada Allah SWT. Kesehatannya berangsur-angsur pulih. Bahkan tidak
lama kemudian sembuh total, tidak hanya sehat secara jasmani, tetapi
rohaninya pun seolah telah menemukan sumber mata air untuk membasahi
kerontang keimanan dan menumbuhkan ketaqwaan di hati, lisan, dan
perbuatannya.
.......................

Begitulah, gambaran Allah SWT yang maha penyayang dan pengasih,
membukakan pintu hidayah dari jalan mana saja, yang seringkali di luar
dugaan dan nalar manusia.

kini mereka (Ben, Rey, dan Nay) hidup bersama pasangannya
masing-masing, dan dikaruniai anak-anak yang lucu dan mempunyai
kualitas untuk berjalan menunaikan amanah sebagai kholifah didunia
dengan landasan keimanan dan ketaqwaan yang kokoh.

......................

Salam
Apranolo-Jogja

On 5/26/08, dr. Sony H.W <sonym4n@gmail.com> wrote:
> Ternyata perempuan jahat mendapat jodoh lelaki yang jahat juga...

5a.

Mana yang kau pilih?

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun May 25, 2008 11:51 am (PDT)

Hidup penuh pilihan. Bener lho. Kalau perlu aku bersumpah. Hehe, kan ndak boleh sembarangan bersumpah ya. Ya udah deh, aku ndak jadi sumpah-sumpahan. Yups. Kenapa sih, belum-belum aku menuliskan bahwa hidup penuh pilihan? Soalnya sering banget deh, kita dihadapkan pilihan, dan bingung tuk memilih. Kita? kamu aja kali, aku tidak. (versi guru bahasa Indonesia yang terikat aturan. Hiks)

Di artikel super ringan ini aku ndak mo ngajak memilih hal yang berat-berat kook. Ringan aja. Seringan kertas koran dikiloin. Halah, itumah berat juga ya?

Mulai dari mana ya, aku membahas pilihannya? Mmm, mulai dari hal yang sering aku alami deh. Apa sih? Eng ing eng, ini dia.....

1. Aku tuh agak-agak males urusan makan (kalau kakak sama adikku baca, pasti deh mereka ndak bakal percaya). Seringnya sih aku ndak makan pagi. Nah, siangnya baru deh makan. Itu juga kalau ndak lupa. Jadi deh setiap jam 18.30 posisiku jadi gadis kelaparan. Seringnya sih, jam segitu aku masih di jalan, menikmati kemacetan Jakarta. Laper banget kan? Nah, ceritanya di tasku sebenarnya sudah ada amunisi. So, datanglah pilihan itu. Makan ndak yaa, di mobil umum? Kenapa sih, aku agak bimbang? Soalnya kata bapak, jangan makan di mobil, sayang. (sayangnya aku yang nambahin sendiri:). Trus aku tuh gadis manis berjilbab. (manisnya juga aku yang nambahin sendiri. Tak usah dipercaya:). Akhirnya masalah etika itu yang jadi pertimbanganku. Makan ndak yaaaa? Jadi ingat, sebenarnya waktu pulang dari Bandung kopdar kemarin, di bus perutku dah kerucuk-kerucuk. Hiks. Apalagi sambil mangku batagor Bandung yang baunya memanggil-manggil. Apakah pilihanku? Kelaparan! Sering
aku berpikir, seperti pribahasa ya, ayam mati di lumbung padi. Apa tikus ya? ayam aja deh.

2. Pilih mana, ketinggalan hape atau ketinggalan dompet? Ya pilih ndak ketinggalan lah. Tapi banyak lho, sebagian orang yang lebih pilih ketinggalan dompet. ya iya lah (masa ya iya donk, plis deh ah), orang uangnya ada di tas, bukan di dompet.
Nah, di kasusku tuh, aku seriiing banget ketinggalan hape. Tapi dasar aku orangnya agak cuek dan ndak ge-eran (paling ndak ada yang nelpon kook), seringnya sih di jalan waktu aku baru nyadar aku ndak punya hape, aku pilih terus cabuut. Males ah, balik lagi. Ya gitu deh. Hari ini aja aku ketinggalan hape (eh, maksudnya kemarin ding, sekarang kan dah ganti hari). Mang hari ini eh, kemarin (minggu, maksudnya) banyak banget yang mesti aku urusin. Yah, wajar duunk ada yang kurang barang satu biji.
Nah. Pilihan lagi neeh. Ternyata, ada beberapa telepon. Mo balas nelpon balik, ndak ada pulsa. Lagian aku pulangnya dah kemaleman. Pk 22.00. Ndak pantes lah, telpon-telpon orang jam segitu. Mo sms, hiks, lebih parah dari fakir miskol.fakir sms. (percaya ataw tidak, aku mang seringan ndak punya pulsa dari pada punya.). Yah, jadi mohon maaf yah, yang sudah merasa nelpon tapi ndak aku angkat (halah, sok geer. maaf sodara-sodara, dia bercanda kok)

3. Pilih ngabisin uang ataw nabung? Hehe. parah banget ya, pilihannya. Orang bijak tentu akan berkata, tabung berapa persen dulu, sisanya belanjakan sesuai kebutuhan. Yeee, gampang bicara, susah pelaksanaan, buuu. Alhasil karena ketidakbijakanku dalam memilih, hari ini, detik ini. Sepertinya aku tidak memiliki uang sepeserpun (hmmm. terlalu hiperbola. Punya sih, tapi beberapa ribu.) Yup. Sepertinya aku tipe orang yang suka gambling ya. Misalnya saja, kalau aku punya uang seratus ribu dan aku mau beli sesuatu, ya aku keluarkan saja. Perkara besok, ya besok. Heran, masih bisa bertahan sampai saat ini (mang Allah Mahabaik bangeeeet). Duuuh, ajarin aku menabung dunk. Ngelesnya sih gini.Kalau aku nabung, nilai uang kan menurun. Sayang dunk. Mending di investasikan ke emas. nah.Kan emas mahal, tuh. Aku belum bisa beli. Dapat uangnya dari mana? Nabung? yaa, keburu turun deh, nilai uang. hehe.

4. Ikut ke Blitar ndak yaaa? Ini beneran lhooo. Ibuku rencananya mo pulkam. Acara berapa harian mangkatnya embahku. Ibu bilang, dulur-dulur mo pada kumpul. Nah. Jalan-jalan kan? langsung deh spontan aku teriak, ikuuut. Apalagi kakakku semangat banget waktu tau aku mo pergi seminggu. Dia bilang, aku suruh ikut. Dia ongkosin deh, mo naik apa aja. Tapi tiket pulangnya ndak diongkosin. Duh. Ngusir banget yah. Hehe, tapi dia cuma bercanda kok (walaupun keliatannya enggak sih. Hiks). Yup, kalau jadi, berarti aku berangkat bersama maine muther und futher hari Selasa, 27 Juli, eh, maksudnya 27 Mei 2008. Kira-kira pulang ahad deh. Duh, binguuung banget. Secara banyak yang harus ditinggalkan. Anak-anakku tersayang, guru-guru tercinta (yang perempuan lhooo, yang perempuan!), dan tentu saja milis tersayang. Soalnya kan belum tentu aku bisa OL tiap hari. Naiknya aja kereta api yang seharian. Berarti Selasa ndak mungkin OL. Rabu baru sampai. Blum tentu ada warnet.
Kamis, dan Jumat, agak-agak mungkin. Kondisional deh. Nah Sabtu-Ahad, waktu kepulangan. Aku kan belum punya laptop yang bisa buat internetan.

Kalau masalah ngajar, sepertinya sih bisa ditinggal. Apalagi aku cuma ngajar sekitar 5 pertemuan, pekan ini. Kasih aja tugas buat puisi, cerpen, ataw kalau perlu novel sekalian (hehe, untungnya guru bahasa Indonesia). Nah Primagama gmana? ya, suruh ganti jadwal aja. Trus tugas humas? hehe, kan ada humas satunya lagi. Iya kan? (wah, apa kita bisa ketemuan di Surabaya ya?)

Wah, kalau tuk pilihan yang satu ini sebenarnya aku masih agak binguuung neeeh.

Yah, gitu deh. Hidup penuh pilihan. Mana yang kau pilih?

Salam
Dyah

5b.

Re: Mana yang kau pilih?

Posted by: "novi_ningsih" novi_ningsih@yahoo.com   novi_ningsih

Sun May 25, 2008 1:13 pm (PDT)

1. kalao urusan makan sama, deh :D
huehehe, padahal abis dapat sisaan sate dari kakak :D
kalau aku situasinya gini, kalau keasyikan beraktivitas, apa aja,
deh... aku suka malas makan, apalagi makan sendiri... bawaannya liat
ke mana-mana :D, tapi karena magh yang marah2 mau ga mau kudu makan,
tapi kalo ngemil jagonya, udah berapa toples ya yang aku abisin (bukan
toplesnya, lho, tapi isinya :D). Hmmm, tapi kalo disuruh milih makan
apa tidur, aku mili tidur, kalo lagi capek, ya :D.
Hmm, ternyata dirimu kelaparan pas pulang dari bdg, makan mah, makan
aja kali, daripada laperrrr :D, tapi ga boleh, ya... aku kalo ga tahan
laper,makan lho ;p... seingetku, bapak pernah ngomelin aku makan itu
pas aku makan sambil jalan :D (kalo lari boleh kali, ya ;p, hihih)

Btw, kalau aku justru ga makan lagi pas pulang, icip batagor dikit,
trus kerja ;p. Terlalu bersemangat cerita ke orang rumah, ttg
pengalaman bandung :D... hmm, sama makan kartika sari, deng... eh sama
brownis jg ga ya... heheheh :D

2. hmmm, milih ga ketinggalan2-2nya :D
soalnya kan di jalan juga suka ada yang nelepon, ngasi order, hueheheh
:D dan di dompet ada atm, kali-kali nemu buku bagus :D
hmm, untuk saat ini, aku ga mau ketinggalan flashdisk :D, dimaki deh
aku ninggalin flashdisk sama temenku, ga niat bener katanya:D, secara
data2 ada di sana :D

3. sebenarnya pilih nabung :D
karena aku kan bukan karyawan,dan transferan ga datang barengan,
barengan kebutuhan :D. tapi kalau dihadapkan sama buku dan
pernak-pernik 3F, jadi runtuh, deh :D. Tapi, akhirnya "dipaksa" juga
nabung sama ibu... katanya untuk masa depan, hehehe

4. pilih ke Blitar, refereshing dari penatnya jakrta :D
waktu ibu mudik ke solo, dsk, sebenarnya aku mau ngikut, tapi ga boleh
:D, lagian juga ga bisa, karena deadline, hehehe... jadinya, aku suruh
kakak cowokku ke sini, tapi dari janji tengah mei, sampe sekarang kok
belum datang2 ya :D

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, dyah zakiati <adzdzaki@...>
wrote:
>
> Hidup penuh pilihan. Bener lho. Kalau perlu aku bersumpah. Hehe, kan
ndak boleh sembarangan bersumpah ya. Ya udah deh, aku ndak jadi
sumpah-sumpahan. Yups. Kenapa sih, belum-belum aku menuliskan bahwa
hidup penuh pilihan? Soalnya sering banget deh, kita dihadapkan
pilihan, dan bingung tuk memilih. Kita? kamu aja kali, aku tidak.
(versi guru bahasa Indonesia yang terikat aturan. Hiks)
>
> Di artikel super ringan ini aku ndak mo ngajak memilih hal yang
berat-berat kook. Ringan aja. Seringan kertas koran dikiloin. Halah,
itumah berat juga ya?
>
> Mulai dari mana ya, aku membahas pilihannya? Mmm, mulai dari hal
yang sering aku alami deh. Apa sih? Eng ing eng, ini dia.....
>
> 1. Aku tuh agak-agak males urusan makan (kalau kakak sama adikku
baca, pasti deh mereka ndak bakal percaya). Seringnya sih aku ndak
makan pagi. Nah, siangnya baru deh makan. Itu juga kalau ndak lupa.
Jadi deh setiap jam 18.30 posisiku jadi gadis kelaparan. Seringnya
sih, jam segitu aku masih di jalan, menikmati kemacetan Jakarta. Laper
banget kan? Nah, ceritanya di tasku sebenarnya sudah ada amunisi. So,
datanglah pilihan itu. Makan ndak yaa, di mobil umum? Kenapa sih, aku
agak bimbang? Soalnya kata bapak, jangan makan di mobil, sayang.
(sayangnya aku yang nambahin sendiri:). Trus aku tuh gadis manis
berjilbab. (manisnya juga aku yang nambahin sendiri. Tak usah
dipercaya:). Akhirnya masalah etika itu yang jadi pertimbanganku.
Makan ndak yaaaa? Jadi ingat, sebenarnya waktu pulang dari Bandung
kopdar kemarin, di bus perutku dah kerucuk-kerucuk. Hiks. Apalagi
sambil mangku batagor Bandung yang baunya memanggil-manggil. Apakah
pilihanku? Kelaparan! Sering
> aku berpikir, seperti pribahasa ya, ayam mati di lumbung padi. Apa
tikus ya? ayam aja deh.
>
> 2. Pilih mana, ketinggalan hape atau ketinggalan dompet? Ya pilih
ndak ketinggalan lah. Tapi banyak lho, sebagian orang yang lebih pilih
ketinggalan dompet. ya iya lah (masa ya iya donk, plis deh ah), orang
uangnya ada di tas, bukan di dompet.
> Nah, di kasusku tuh, aku seriiing banget ketinggalan hape. Tapi
dasar aku orangnya agak cuek dan ndak ge-eran (paling ndak ada yang
nelpon kook), seringnya sih di jalan waktu aku baru nyadar aku ndak
punya hape, aku pilih terus cabuut. Males ah, balik lagi. Ya gitu deh.
Hari ini aja aku ketinggalan hape (eh, maksudnya kemarin ding,
sekarang kan dah ganti hari). Mang hari ini eh, kemarin (minggu,
maksudnya) banyak banget yang mesti aku urusin. Yah, wajar duunk ada
yang kurang barang satu biji.
> Nah. Pilihan lagi neeh. Ternyata, ada beberapa telepon. Mo balas
nelpon balik, ndak ada pulsa. Lagian aku pulangnya dah kemaleman. Pk
22.00. Ndak pantes lah, telpon-telpon orang jam segitu. Mo sms, hiks,
lebih parah dari fakir miskol.fakir sms. (percaya ataw tidak, aku mang
seringan ndak punya pulsa dari pada punya.). Yah, jadi mohon maaf yah,
yang sudah merasa nelpon tapi ndak aku angkat (halah, sok geer. maaf
sodara-sodara, dia bercanda kok)
>
> 3. Pilih ngabisin uang ataw nabung? Hehe. parah banget ya,
pilihannya. Orang bijak tentu akan berkata, tabung berapa persen dulu,
sisanya belanjakan sesuai kebutuhan. Yeee, gampang bicara, susah
pelaksanaan, buuu. Alhasil karena ketidakbijakanku dalam memilih, hari
ini, detik ini. Sepertinya aku tidak memiliki uang sepeserpun (hmmm.
terlalu hiperbola. Punya sih, tapi beberapa ribu.) Yup. Sepertinya aku
tipe orang yang suka gambling ya. Misalnya saja, kalau aku punya uang
seratus ribu dan aku mau beli sesuatu, ya aku keluarkan saja. Perkara
besok, ya besok. Heran, masih bisa bertahan sampai saat ini (mang
Allah Mahabaik bangeeeet). Duuuh, ajarin aku menabung dunk. Ngelesnya
sih gini.Kalau aku nabung, nilai uang kan menurun. Sayang dunk.
Mending di investasikan ke emas. nah.Kan emas mahal, tuh. Aku belum
bisa beli. Dapat uangnya dari mana? Nabung? yaa, keburu turun deh,
nilai uang. hehe.
>
> 4. Ikut ke Blitar ndak yaaa? Ini beneran lhooo. Ibuku rencananya mo
pulkam. Acara berapa harian mangkatnya embahku. Ibu bilang,
dulur-dulur mo pada kumpul. Nah. Jalan-jalan kan? langsung deh spontan
aku teriak, ikuuut. Apalagi kakakku semangat banget waktu tau aku mo
pergi seminggu. Dia bilang, aku suruh ikut. Dia ongkosin deh, mo naik
apa aja. Tapi tiket pulangnya ndak diongkosin. Duh. Ngusir banget yah.
Hehe, tapi dia cuma bercanda kok (walaupun keliatannya enggak sih.
Hiks). Yup, kalau jadi, berarti aku berangkat bersama maine muther und
futher hari Selasa, 27 Juli, eh, maksudnya 27 Mei 2008. Kira-kira
pulang ahad deh. Duh, binguuung banget. Secara banyak yang harus
ditinggalkan. Anak-anakku tersayang, guru-guru tercinta (yang
perempuan lhooo, yang perempuan!), dan tentu saja milis tersayang.
Soalnya kan belum tentu aku bisa OL tiap hari. Naiknya aja kereta api
yang seharian. Berarti Selasa ndak mungkin OL. Rabu baru sampai. Blum
tentu ada warnet.
> Kamis, dan Jumat, agak-agak mungkin. Kondisional deh. Nah
Sabtu-Ahad, waktu kepulangan. Aku kan belum punya laptop yang bisa
buat internetan.
>
> Kalau masalah ngajar, sepertinya sih bisa ditinggal. Apalagi aku
cuma ngajar sekitar 5 pertemuan, pekan ini. Kasih aja tugas buat
puisi, cerpen, ataw kalau perlu novel sekalian (hehe, untungnya guru
bahasa Indonesia). Nah Primagama gmana? ya, suruh ganti jadwal aja.
Trus tugas humas? hehe, kan ada humas satunya lagi. Iya kan? (wah, apa
kita bisa ketemuan di Surabaya ya?)
>
> Wah, kalau tuk pilihan yang satu ini sebenarnya aku masih agak
binguuung neeeh.
>
> Yah, gitu deh. Hidup penuh pilihan. Mana yang kau pilih?
>
>
> Salam
> Dyah
>

6a.

Mau nanya

Posted by: "Imam Suyudi" pekalian@yahoo.com   pekalian

Sun May 25, 2008 5:54 pm (PDT)

Yth. Ketua Sekolah Kehidupan

Salam Hormat,
Saya Imam Suyudi dari Jambi. Buku hadiah lomba 1001 Kissah Ramadhan sudah saya terima. Alhamdulillah dna terima kasih banyak.
Ada pertanyaan yang ingin saya ajukan. Karena keterbatasan sarana dan prasarana laiknya "peradaban kota" terutama di kecamatan tempat tugas, saya sering ketinggalan informasi perkembangan milist kita.
Hal yang saya tanyakan adalah:
1. Apakah benar 10 pemenang 1001 Ramadhan akan dibukukan? Saya ada di nomolr kelima. Jika iya, apakah buku tersebut sudah terbit dan bagaimana memperolehnya?
Demikian Bung Nursalam AR Yth yang didaulat jadi pimpinan kita.

Tabik,

Imam Suyudi

Karena keterbatasan

7a.

sulam salam tuk ESKA.

Posted by: "tinta_mirah" tinta_mirah@yahoo.co.id   tinta_mirah

Sun May 25, 2008 5:54 pm (PDT)

Bingung neh ana mo tulis apa.
mohon maklum,asma(nama)nya juga pendatang baru.terlebih,ana jarang
corat-coret perihal nonfiksi.
btw,kasih semangat buat ana ya!
dan coment cerpennya ana (kerudung bersulam mendung).
salam..untuk semua.

7b.

Re: sulam salam tuk ESKA.

Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Sun May 25, 2008 11:46 pm (PDT)

silakan nulis tentang apa aja, mbak/mas tinta:):)

salam (salah satu moderator),
fety

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "tinta_mirah"
<tinta_mirah@...> wrote:
>
> Bingung neh ana mo tulis apa.
> mohon maklum,asma(nama)nya juga pendatang baru.terlebih,ana jarang
> corat-coret perihal nonfiksi.
> btw,kasih semangat buat ana ya!
> dan coment cerpennya ana (kerudung bersulam mendung).
> salam..untuk semua.
>

8.

(Berita Kelahiran) Berita Gembira Lagiii....

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Sun May 25, 2008 5:59 pm (PDT)

Assalaamualaikum wr wb.
Sudah pada denger belum ya?....
Mbak Indar udah melahirkan putri keduanya Yasmine Jaladri Hilmy, cesar pada hari Jum'at kemaren di RS Hermina Depok. Alhamdulillah semua sehat, putrinya lahir dengan BB 2,66 kg panjang 46 cm.
Barakallah, semoga anak yang terlahir akan membratkan bumi dengan kalimah LAailaahaailallah muhammadarrasulullah, semoga berguna bagi agamanya, berguna dan berbakti pada orang tua, dan bangsanya.
Amin Allahumma Amin, Bi Barakatillah...

Wassalam wr wb.

nb. : maaf kalau udah ada yg posting soalnya baru buka email trus seneng ada kabar gembira ini...

Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

9.

Jembatan Barelang, Tempat Para Pencinta Buta

Posted by: "Wahyudi" wahyudi@cei.com.sg

Sun May 25, 2008 7:16 pm (PDT)

Hari minggu sore itu aku jalan-jalan menggunakan sepeda motor menuju
jembatan Barelang bersama istri dan kedua anakku untuk sekedar refreshing
setelah seminggu penuh aku bekerja di PT, Istri sibuk mengurus rumah dan
anak-anakku bergelut dengan pelajaran sekolah. Sepertinya keluargaku perlu
liburan yang bisa menyegarkan pikiran kami. Mengingat saat itu tanggal
sudah mulai menua, keuangan keluarga sudah menipis, tinggal bersisa untuk
memenuhi kebutuhan pokok keluarga sampai saat gajian kembali tiba. Maka
kami putuskan untuk ke jembatan Barelang yang murah meriah. Dengan mengisi
bensin Rp. 10.000, sudah cukup untuk berekreasi.

Ba'da Ashar kami berangkat dari rumah. Setelah mampir di SPBU depan Villa
Mukakuning untuk mengisi bensin perjalanan dilanjutkan menuju jembatan
Barelang. Kelihatannya Afiq, si bungsu dan Anggi anak pertamaku mengoceh
dengan gembira menanyakan segala hal yang kami lewati yang menarik
perhatian mereka. Aku bahagia anak-anakku gembira menikmati liburan murah
meriah ini. Sepanjang jalan ternyata banyak juga orang-orang yang ingin
menuju ke Jembatan Barelang, mereka memakai sepeda motor, sebagian besar
adalah pasangan muda-mudi yang mungkin sedang pacaran.

Setengah kilometer sebelum sampai ke jembatan 1, tiang jembatan yang
tinggi dengan tali-talinya yang besar mengikat jembatan sudah terlihat
berdiri gagah dan megah. Sesampainya di Jembatan Barelang sudah banyak
orang-orang yang berwisata di jembatan kebanggan masyarakat Batam ini.
Dari semua orang yang kulihat sedang menikmati pemandangan laut dan
pulau-pulaunya yang bertebaran itu, hampir keseluruhannya adalah pasangan
muda-mudi.

Sepanjang Jembatan 1 Barelang itu berjejer ratusan sepeda motor dan juga
mobil yang diparkir membuat jalan di jembatan itu semakin sempit,
mengakibatkan kendaraan yang mau lewat berjalan tersendat-sendat. Di
pinggir jembatan ratusan pasangan muda-mudi sedang asyik masyuk dalam
kemesraannya masing-masing. Tak perduli ataupun malu oleh banyaknya
manusia yang ada disekitarnya. Karena memang manusia-manusia yang lain pun
sedang sibuk dengan perasaan cintanya masing-masing.

Tak mau kalah dengan kesibukan para pencinta itu. Pedagang asongan
bersemangat menyongsong limpahan rejeki yang berserakan di jembatan siap
untuk dijemput. Mereka sibuk menawarkan dagangannya mulai dari keripik
udang, kepiting goreng, es krim, mie ayam, bakso, sate, jagung bakar dan
masih banyak lagi berlomba untuk mengumpulkan lembaran rupiah yang begitu
berlimpah.

Perlahan motor kuarahkan ke jembatan 2. Meski tak sebanyak pengunjung
seperti di jembatan 1, tapi jembatan 2 juga dipenuhi oleh pasangan
pencinta yang sedang memadu kemesraan. Pemandangan dari atas jembatan ini
pun tak kalah indah dibandingkan dengan Jembatan1. Anakku meminta untuk
turun dari motor, kujalankan motorku keluar dari aspal menuju tanah lapang
yang dikelilingi semak dan perdu. Kuparkirkan motor di tempat yang agak
lapang dan anak-beranak kami menuju ke pinggir tanah lapang untuk melihat
laut dibawah sana yang biru lembut merayu. Berlomba kami melemparkan
batu-batu kecil ke tengah lautan dibawah sana.

Diantara semak-semak yang banyak tumbuh itu dipakai oleh begitu banyak
pasangan yang sedang masyuk memadu kasih. Entah, apakah benar mereka
sedang menikmati alam yang begitu indah, atau malah mereka sedang
menikmati madunya cinta dengan alam sebagai saksi atas dosa-dosa yang
sedang dilakukan oleh para pencinta itu.

Wahyudi ; http//wahyudi-batam.blogspot.com
Batam, 18 Mei 2008. Terinspirasi dari keindahan Jembatan, pulau-pulau dan
lautan Barelang yang dipenuhi oleh pencinta-pencinta buta.
10.

Siapa menyusul?

Posted by: "dyah zakiati" adzdzaki@yahoo.com   adzdzaki

Sun May 25, 2008 9:09 pm (PDT)

Sahabat baik, semoga hari Anda indah dalam berbagai aktivitas. Semangat, dan nikmatilah hidup dengan baik.

Jangan lepas kesempatan tuk bersua dalam dunia nyata (hihi). Percayalah, Anda akan bertemu dengan orang-orang yang ramah, baik, menyenangkan, dan pastinya, orang-orang yang selalu ingin belajar. Karena hidup adalah sebuah sekolah. Sekolah kehidupan.

Bukankah setiap langkah akan dihitung, bila kita berniat bersilaturrahim dengan saudara kita? Di manapun Anda, sahabat. Datanglah. Datanglah.

Berikut adalah daftar nama peserta yang sudah mendaftar. Pastikan segera nama Anda tercantum pada nomor berikutnya.

Laporan Peserta Milad yang sudah mendaftar via milis/sms/telp/e-mail/mang harus datang.

Bpk/Ibu/Sdr/i (mohon maaf bila ada kesalahan pengetikan nama. Mohon dikonfirmasi)
1. Dani Ardiansyah
2. Hamasah Putri + Nibras Alief
3. Novi Ningsih
4. Sinta
5. Dyah Zakiati
6. Teha Sugiyo
7. Andri Pranolo
8. Nia Robiatun Jumiah
9. Ugik Madyo (dalam konfirmasi couse masalah cuti)
10. Fety
11. Suami mbak Fety
12. Catur Catriks
13. Retno
14. Arrizki Abidin
15. Ammy Ram
16. Suami + Anak-anak bunda Ammy
17. Fiyan Arjun
18. Sismanto (diusahakan, dalam konfirmasi)
19. Retno Arum Palupi
20. Nursalam A.R.
21. Yuni Meganingrum
22. Galih
23. April
24. Suhadi
25. Istri maz Suhadi + anak
26. Asma Sembiring
27. Elisa
28. Epri Tsaqib
29. Hadian Febrianto
30. Adjie
31. Syamsul Arifin
32. Kartina Haswanto
33. Taufiq
34. Lia Octavia
35. Margo W.
36. Rusdin S. Rauf
37. Yayan
38. Jun An Nizami (tinta merah)

Cara daftar:
1. Via SMS, kirim ke 081808358139 atau
2. Via milis, cc ke dyahzakiati@google.com

Tanpa kehadiran Anda, Sahabat, Milad Eska takkan ramai jadinya:D

Salam
Dyah
Salah satu humas Eska

11.

Fwd: [Syukron] Akh Smile for you ...

Posted by: "abdul azis" abdul_azis80@yahoo.com   abdul_azis80

Sun May 25, 2008 10:42 pm (PDT)

Moga menambah inspirasi

Note: forwarded message attached.

~ Jangan Mati Sebelum Berarti, Berbuatlah Yang Terbaik, Karena Hidup Hanya Sekali ~

Abdul Azis, S.Pd
Direktur Eksekutif Salman Institute

www.cahayarumah.multiply.com
http://indonetwork.co.id/salmaninstitute/profile/
YM. abdul_azis80
12a.

Re: Mereka yang Istimewa dan Merunduk (kenanganku di  Bandung yang I

Posted by: "inga_fety" inga_fety@yahoo.com   inga_fety

Mon May 26, 2008 12:04 am (PDT)

sedih gak datang, hanya bisa baca:(

salam,
fety

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, dyah zakiati <adzdzaki@...>
wrote:
>
> Apakah yang kautemukan ketika kau bertemu orang-orang "luar biasa" itu?
> Sungguh, tak ada setetespun keangkuhan di sana. Yang ada adalah
> kerendahatian yang justru membuat mereka besar. Bagaikan padi. Kian
> berisi, kian merunduk. Pribahasa itu kian kusadari kebenarannya saat
> pertemuanku dengan mereka.
>
> Sebut saja namanya Pak T - walaupun
> kutahu kalaupun namanya kusebutkan takkan mengurangi kerendahatian dan
> kebersahajaannya - Bapak berwajah ramah penuh senyum yang tlah
> menghasilkan berpuluh karya dan menjadi pembicara besar di berbagai
> even itu (dan pastinya lebih banyak lagi prestasinya yang belum aku
> ketahui), sama sekali tak segan-segan tuk menjemput dan mengantar kami
> pada acara hari ini. Awalnya aku pun tak percaya beliau mau merepotkan
> dirinya hanya untuk menjemput kami, yang mungkin belum seujung kuku
> dalam kapasitas ilmu dan kebijakannya yang luar biasa. Kami yang masih
> muda dan hijau yang mungkin seharusnya tidak pantas tuk merepotkannya.
> Tapi beliau melakukannya!
>
> Pembicaraan yang mengalir bagaikan
> oase menyejukkan hati kami. Banyak ilmu yang kami tuai hari ini
dalam kata-kata yang beliau sampaikan dengan menarik dan inspiratif.
Begitu kebapakkan. Ah,
> indahnya pertemuan ini.
>
> Dan semakin beruntungnya aku bertemu kedua
> bunda itu. Bunda yang masing-masing memiliki kelebihan luar biasa, tapi
> dengan ramahnya menepuk bahu kami dan tersenyum keibuan. Dari lisannya
> mengalir masukan-masukan berarti. Canda tawa mengalir begitu saja,
> padahal sungguh, baru kali ini aku berjumpa mereka. Luar biasa, mereka
> dengan penuh keakraban memperlakukan kami seperti anak mereka sendiri.
>
> Usia
> muda tak berarti pengalaman yang muda pula. Pertemuanku dengan bapak
> muda yang sebenarnya seusia denganku membuktikan itu. Gayanya yang
> santai dan humoris itu tak menutupi kapasitasnya ketika berbicara. Duh,
> sungguh aku merasa jauh ketinggalan berhadapan dengannya. Hal itu
> membuatku terpacu dan terinspirasi untuk belajar dan belajar lebih
> lagi.
>
> Dan percayakah engkau, bahwa gadis manis yang mungkin
> lebih muda dariku itu tlah melanglang buana dalam dunia penulisan
> naskah di televisi ternama dalam acara ternama. Dan tak seguratpun
> kesombongan ada padanya. Dalam senyum di tengah kelembutannya yang
> sedikit pendiam dia bercakap-cakap bagai teman lama yang baru bertemu.
>
> Siapa
> yang meragukan kepiawaian menulis kedua gadis imut berkacamata itu?
> Kedua tokoh inilah yang merangkulku dan mengajakku masuk dalam sebuah
> dunia luar biasa. Dunia yang penuh dengan hikmah, dunia yang penuh
> dengan kisah kehidupan. Dunia yang kian menyadarkanku pada lika-liku
> dunia itu sendiri. Dunia penuh keindahan yang bertabur bunga-bunga tapi
> tak luput pula mengingatkan tuk waspada pada duri-duri yang mungkin
> tersemai.
>
> Dan satu lagi sahabat baru. Di tengah pertemuan yang
> baru pertama kali ini aku belum sempat menggali dan mengenali
> kebesaranmu. Tapi aku yakin, kau pun istimewa.
>
> Ya. Aku bertemu orang-orang istimewa hari ini.
>

13.

Dam Mukakuning, Danau Lembut diantara Deru Industri

Posted by: "Wahyudi" wahyudi@cei.com.sg

Mon May 26, 2008 12:41 am (PDT)

Dam Mukakuning adalah sebuah danau alam air tawar yang terletak di daerah
Mukakuning. Danau ini terbelah oleh jalan raya utama yang menghubungkan
antara Mukakuning dan Batu Aji. Untuk masyarakat yang tinggal di Batu Aji
dan bekerja di Kawasan Industri di Mukakuning seperti Batamindo dan
Panbil, maka setiap hari pulang dan pergi kerja akan melewati danau tenang
nan lembut ini.

Danau Mukakuning merupakan pemasok kebutuhan air bersih di Batam yang
dikelola oleh PT. Adhya Tirta Batam. Karena perannya yang sangat penting
sebagai penyangga kehidupan seluruh masyarakat Batam ini maka keberadaan
hutan disekitar Dam Mukakuning ini sangat penting sebagai penyerap dan
penyimpan air hujan yang ditampung di danau ini. Bisa terlihat hutan yang
menghijau mengelilingi danau menambah keindahan dan kelembutan air yang
tenang tanpak riak.

Danau yang terletak di dekat pusat industri terbesar di Batam yakni
Kawasan Industri Batamindo, seakan menjadi pelipur kesuntukan pikiran bagi
para pekerja yang seharian dijejali oleh rutinitas kerja. Danau yang
terbelah oleh jalan raya Mukakuning-Batu Aji ini seolah selalu siap sedia
untuk menjadi tempat curahan penat bagi hati yang sedang dilanda stress.
Airnya yang jernih berkilau ditimpa oleh sinar matahari Batam yang
bersinar begitu terik. Dengan kejernihannya seolah bisa menyejukkan
seterik apapun mentari bersinar.

Kelembutan air danau Mukakuning mampu membelai jiwa-jiwa yang ingin
menyegarkan kembali kalbunya. Semilir angin yang berhembus di danau ini
bagaikan usapan lembut yang bisa membuat terlena insan-insan yang
menginginkan kedamaian. Semak dan perdu tumbuh subur di sekeliling danau
menambah warna-warni yang menjadikan keindahan itu semakin nyata.

Sejauh mata memandang air tenang danau, dilatarbelakangi oleh hijaunya
hutan bagaikan pagar yang menjadi tameng sebagai pelindung danau dari
tangan-tangan kotor tak bertanggung jawab. Pohon-pohon besar kecil
berjejer bagaikan prajurit yang dengan disiplin menjaga sekaligus penghias
danau, seperti lukisan indah ciptaan seniman besar dunia. Menikmati
keindahan danau Mukakuning akan lebih lengkap lagi sambil memancing ikan
yang banyak berkeliaran di dalam air yang jernih. Akan terasa lengkap
menyalurkan hobi memancing sambil menikmati sajian keindahan alam danau
Mukakuning.

Andai saja ada perahu-perahu yang bisa dipakai untuk mengarungi kelembutan
dan ketenangan air danau. Maka akan semakin banyak lagi kenikmatan yang
bisa direngkuh dari wisata alam danau Mukakuning. Bila saja kita bisa
menembus hutan hijau dan lebih banyak lagi mengeksplorasi misteri
keindahannya mungkin akan semakin dalam kebahagiaan yang bisa dirasakan
oleh jiwa yang rindu akan keasrian dan keaslian alam di sekeliling Dam
Mukakuning.

Kesadaran masyarakat dan wisatawan untuk menjaga kelestarian alam di Danau
Mukakuning sangat diperlukan agar keindahan dan kelembutannya tetap
lestari. Kelestarian danau Mukakuning perlu dijaga agar selalu bisa
dinikmati oleh seluruh masyarakat. Dan supaya fungsinya sebagai penyangga
kehidupan masyarakat Batam akan kebutuhan air bersih selalu bisa dirasakan
dan tidak terganggu karena kelalaian manusia yang tidak punya kesadaran
akan arti penting dari Dam ini.

Wahyudi ; http//wahyudi-batam.blogspot.com (untuk Anda yang ingin
menyusuri sudut-sudut keindahan Batam)
Terinspirasi oleh keindahan dan kelembutan alam di danau Mukakuning.
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Instant hello

Chat over IM with

group members.

Yahoo! Groups

Familyographer Zone

Learn how to take

great pictures.

Yahoo! Groups

Special K Challenge

Join others who

are losing pounds.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: