Selasa, 24 Februari 2009

[daarut-tauhiid] Generasi Tauhid

Generasi Tauhid


Ketika ajal hampir tiba, Nabi Yakub memanggil anak-cucunya.
Ia merasa khawatir meninggalkan generasi ingkar tauhid, karena hanya akan
menjadi ''sampah'' masyarakat. Ia ingin memeriksa sejauh mana kemantapan mereka
terhadap agama tauhid yang telah ditegakkan nenek-moyangnya. ''Hai anak-cucuku,
siapakah yang akan kalian sembah sepeninggalku nanti?'' tanyanya.

Dengan tegas anak-cucu Yakub menjawab, ''Kami akan menyembah Tuhan sesembahanmu
dan sesembahan moyangmu: Ibrahim, Ismail, dan Ishak, yaitu Tuhan Yang Mahaesa.
Dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.'' (Al-Baqarah 133). Dialog di atas
menggambarkan keserasian antara generasi tua dan generasi penerus dalam
menegakkan ajaran tauhid, yang tentu saja harus menjadi teladan bagi setiap
muslim. Yakub sangat khawatir meninggalkan generasi lemah iman dan gersang
agamanya. Namun ia sangat bahagia ketika mendengar anak-cucunya memberikan
pernyataan bahwa mereka tetap berpegang teguh pada ajaran tauhid.

Yang ditanyakan Yakub, ''Siapakah yang akan kalian sembah sepeninggalku
nanti'', bukan ''Apa yang akan kalian makan sepeninggalku nanti.'' Sungguh
suatu penanaman nilai tauhid yang sangat luar biasa lagi mendalam. Kenyataan
yang ada sekarang, jauh berbeda. Banyak orangtua lebih mendambakan harta. Merasa
sangat khawatir anak-cucuknya tidak bisa makan sepeninggalnya nanti, hingga
tidak jarang hidupnya dihabiskan untuk mengumpulkan kekayaan. Tak lagi ingat
halal-haram, yang penting anak-cucu bisa hidup bahagia dengan harta warisan
sampai tujuh turunan. Agama sekadar ucapan lisan, hatinya kosong penuh
kemunafikan. Padahal Ibrahim dan Yakub pernah berwasiat, ''Hai anak-cucuku,
Allah telah memilih buatmu agama, maka janganlah kalian mati sebelum
benar-benar menjalankan ajaran agama Islam.'' (Al-Baqarah 132).

Kita diberi pelajaran yang sangat berharga, agar mengikuti jejak Ibrahim dan
Yakub dalam membina generasi penerus. Kalau kita mengikuti paham materialis,
berarti telah cenderung pada faham Qarun yang ditenggelamkan ke bumi oleh
Allah. Kekayaan yang pelimpah akan menjadi fitnah bagi anak-cucu. Boleh jadi
mereka akan memperebutkan harta warisan, lupa kepada jerih payah dan perjuangan
orangtua. Melihat realitas yang ada, ketika manusia sibuk memikirkan materi,
kita seharusnya mampu mencoba diri membekali nilai-nilai tauhid kepada
anak-anak sejak dini. Kita kenalkan mereka dengan kalimah thayibah. Kita
perdengarkan kepadanya bacaan kalam Ilahi dan ucapan-ucapan yang baik. Kita
perlihatkan perilaku yang terpuji, dan bahkan di dalam rumah pun kita pajang
hiasan dinding yang mengandung nilai-nilai Islami.

Kita ajak anak-anak ke majelis taklim, ke masjid
maupun ke surau.
Kita biasakan mereka berinfak,
mengasihi fakir miskin, dan yatim piatu. Menyayangi teman dan menanamkan rasa
kebersamaan. Dari sinilah akan lahir generasi tauhid yang kita dambakan.

Republika

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Messenger

Group get-together

Host a free online

conference on IM.

Group Charity

City Year

Young people who

change the world

Weight Loss Group

on Yahoo! Groups

Get support and

make friends online.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: