Selasa, 24 Februari 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2540

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (9 Messages)

Messages

1a.

Re: [Catcil : Menjemput Rizki]

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Mon Feb 23, 2009 11:06 pm (PST)

Hmm..kalau pemparagrafan tulisan ini lebih diperhatikan dan lebih
deskriptif,tentu tulisan "sejuk" ini akan lebih nikmat disantap:). Tapi,
Insya Allah,saya dapat inti sarinya. Menjemput rizki (yang halal) memang
kadang harus dilakukan dalam tindakan yang -- menurut orang lain -- sungguh
luarbiasa atau heroik. Terlebih jika seseorang itu sudah menikah dan punya
tanggungan, semangat untuk mengejar rizki akan lebih berlipat ganda. Nggak
percaya? Ya, nikah aja dulu,hehe...

Terima kasih ya untuk tulisannya.

Salam kenal.

Tabik,

Nursalam AR

On Mon, Feb 23, 2009 at 10:03 PM, syahrenan <syahrenan@yahoo.co.id> wrote:

> Sore ini aku dan yuli terjebak hujan di masjid jami' alun alun. Jam 2
> kami masuk pelataran masjid. Dengan keadaan yang basah kuyup karena
> tidak membawa mantel kami berlari menuju tempat sholat wanita setelah
> terlebih dahulu memarkir sepeda motor. Setelah itu kami bergantian ke
> tempat wudhu, karena harus ada yang menunggu barang bawaan kami.
> Setelah berwudhu kami sholat juga bergantian. Selesai sholat kami
> mengobrol sejenak . mendung diluar masih sangat gelap. Mungkin hujan
> akan sampai malam, fikirku dalam hati. Tak lama kemudian hujan agak
> sedikit reda. Tak sengaja ketika melihat keluar aku melihat seorang
> tukang becak yang berdiri berhujan hujanan dengan berlindung hanya
> menggunakan plastik yang membungkus badannya. Jalanan sangat sepi .
> yang melintas hanyalah mobil dan terlihat beberapa pejalan kaki yang
> membawa payung tanpa melihat bapak tukang becak itu.
> "Apa bapak itu ga kedinginan ya nek berdiri disitu tanpa berteduh?".
> Tanyaku pada Yuli yang kemudian tertarik mengamati juga.
> "Pastinya kedinginan can, karena kita aja yang ada didalam ruangan
> masjid saja sudah dingin."
> Hehhh… aku menghela nafas.
> "Kenapa bapak itu masih kekeuh berada disana? Padahal hujan deras
> sedang mengguyur."
> "Dia menunggu rizki."
> Aku menatap wajah Yuli lekat-lekat setelah itu pandangan aku alihkan
> ke bapak tukang becak itu. Subhanallah …. Kasihan sebenarnya melihat
> bapak itu harus diam berdiri diguyur hujan. Tapi yang membuatku salut
> adalah dia begitu kokoh masih berada disana karena seperti kata Yuli
> tadi (dia menunggu rizki). Rizki yang bagi kita mungkin tidak
> seberapa namun bagi bapak itu dan keluarga yang menunggunya dirumah
> seperti anugerah yang tak terhingga yang telah didapatkan bapak itu
> pada hari ini. Aku melihat disekeliling bapak itu begitu sepi . hanya
> dia yang tetap bertahan. Pengamatanku buyar ketika seorang marbot
> memukul bedug tanda sudah masuk waktu ashar. Bergegas aku memakai
> mukena dan merapikan diri untuk segera sholat. Temanku Yuli pun
> melakukan hal yang sama. Sebelum aku mengikuti sebagai makmun pada
> Yuli aku menengok kebelakang melihat bapak tukang becak itu. Dia
> menghilang. Bapak itu sudah tidak ada ditempatnya.
> "Nek… bapak itu sudah tidak ada."
> Yuli ikut menengok kebelakang.
> "Mungkin sudah dapat penumpang atau memang pulang ya?"
> Tanya Yuli yang kubalas dengan mengangkat bahu. Lalu aku kembali
> menoleh kedepan. Namun seketika pandanganku berhenti ketika melihat
> apa yang tadi aku cari. Aku melihat bapak itu sedang menurunkan
> sedikit becaknya agar bisa dinaiki oleh seorang perempuan muda dan
> anaknya. Subhanallah…. Alhamdulillah… desisku dalam hati. Aku
> mencolek pundak Yuli dan tersenyum sembari menunjuk kearah bapak
> tukang becak itu.
> Allah maha adil. Gumamku dalam hati. Yuli ikut tersenyum melihat
> bapak itu mengayuh becaknya mengantarkan ibu muda dan anaknya.
>
>
>

--
-"Let's dream together!"
Nursalam AR
Translator, Writer & Writing Trainer
0813-10040723
E-mail: salam.translator@gmail.com
YM ID: nursalam_ar
http://nursalam.multiply.com
1b.

Re: [Catcil : Menjemput Rizki]

Posted by: "candra aini" syahrenan@yahoo.co.id   syahrenan

Tue Feb 24, 2009 2:56 am (PST)

trimakasih sebelumnya buat mas nursalam atas kritriknya. insyaallah kedepannya akan diperbaiki lagi dalam  hal kepenulisan. salam kenal dan persahabatan :)

--- Pada Sel, 24/2/09, Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com> menulis:
Dari: Nursalam AR <nursalam.ar@gmail.com>
Topik: Re: [sekolah-kehidupan] [Catcil : Menjemput Rizki]
Kepada: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Cc: syahrenan@yahoo.co.id
Tanggal: Selasa, 24 Februari, 2009, 2:06 PM

Hmm..kalau pemparagrafan tulisan ini lebih diperhatikan dan lebih deskriptif,tentu tulisan "sejuk" ini akan lebih nikmat disantap:). Tapi, Insya Allah,saya dapat inti sarinya. Menjemput rizki (yang halal) memang kadang harus dilakukan dalam tindakan yang -- menurut orang lain -- sungguh luarbiasa atau heroik. Terlebih jika seseorang itu sudah menikah dan punya tanggungan, semangat untuk mengejar rizki akan lebih berlipat ganda. Nggak percaya? Ya, nikah aja dulu,hehe...

Terima kasih ya untuk tulisannya.

Salam kenal.
 
Tabik,

Nursalam AR

On Mon, Feb 23, 2009 at 10:03 PM, syahrenan <syahrenan@yahoo.co.id> wrote:
Sore ini aku dan yuli terjebak hujan di masjid jami' alun alun. Jam 2
kami masuk pelataran masjid. Dengan keadaan yang basah kuyup karena
tidak membawa mantel kami berlari menuju tempat sholat wanita setelah
terlebih dahulu memarkir sepeda motor. Setelah itu kami bergantian ke
tempat wudhu, karena harus ada yang menunggu barang bawaan kami.
Setelah berwudhu kami sholat juga bergantian. Selesai sholat kami
mengobrol sejenak . mendung diluar masih sangat gelap. Mungkin hujan
akan sampai malam, fikirku dalam hati. Tak lama kemudian hujan agak
sedikit reda. Tak sengaja ketika melihat keluar aku melihat seorang
tukang becak yang berdiri berhujan hujanan dengan berlindung hanya
menggunakan plastik yang membungkus badannya. Jalanan sangat sepi .
yang melintas hanyalah mobil dan terlihat beberapa pejalan kaki yang
membawa payung tanpa melihat bapak tukang becak itu.
"Apa bapak itu ga kedinginan ya nek berdiri disitu tanpa berteduh?".
Tanyaku pada Yuli yang kemudian tertarik mengamati juga.
"Pastinya kedinginan can, karena kita aja yang ada didalam ruangan
masjid saja sudah dingin."
Hehhh… aku menghela nafas.
"Kenapa bapak itu masih kekeuh berada disana? Padahal hujan deras
sedang mengguyur."
"Dia menunggu rizki."
Aku menatap wajah Yuli lekat-lekat setelah itu pandangan aku alihkan
ke bapak tukang becak itu. Subhanallah …. Kasihan sebenarnya melihat
bapak itu harus diam berdiri diguyur hujan. Tapi yang membuatku salut
adalah dia begitu kokoh masih berada disana karena seperti kata Yuli
tadi (dia menunggu rizki). Rizki yang bagi kita mungkin tidak
seberapa namun bagi bapak itu dan keluarga yang menunggunya dirumah
seperti anugerah yang tak terhingga yang telah didapatkan bapak itu
pada hari ini. Aku melihat disekeliling bapak itu begitu sepi . hanya
dia yang tetap bertahan. Pengamatanku buyar ketika seorang marbot
memukul bedug tanda sudah masuk waktu ashar. Bergegas aku memakai
mukena dan merapikan diri untuk segera sholat. Temanku Yuli pun
melakukan hal yang sama. Sebelum aku mengikuti sebagai makmun pada
Yuli aku menengok kebelakang melihat bapak tukang becak itu. Dia
menghilang. Bapak itu sudah tidak ada ditempatnya.
"Nek… bapak itu sudah tidak ada."
Yuli ikut menengok kebelakang.
"Mungkin sudah dapat penumpang atau memang pulang ya?"
Tanya Yuli yang kubalas dengan mengangkat bahu. Lalu aku kembali
menoleh kedepan. Namun seketika pandanganku berhenti ketika melihat
apa yang tadi aku cari. Aku melihat bapak itu sedang menurunkan
sedikit becaknya agar bisa dinaiki oleh seorang perempuan muda dan
anaknya. Subhanallah…. Alhamdulillah… desisku dalam hati. Aku
mencolek pundak Yuli dan tersenyum sembari menunjuk kearah bapak
tukang becak itu.
Allah maha adil. Gumamku dalam hati. Yuli ikut tersenyum melihat
bapak itu mengayuh becaknya mengantarkan ibu muda dan anaknya.

--
-"Let's dream together!"
Nursalam AR
Translator, Writer & Writing Trainer
0813-10040723
E-mail: salam.translator@gmail.com
YM ID: nursalam_ar
http://nursalam.multiply.com

Firefox 3: Lebih Cepat, Lebih Aman, Dapat Disesuaikan dan Gratis.http://downloads.yahoo.com/id/firefox
2a.

Re: (Catatan Kaki) Memberi = Meminta, Memberi atau Meminta, Meminta,

Posted by: "Nursalam AR" nursalam.ar@gmail.com

Mon Feb 23, 2009 11:11 pm (PST)

Tulisan yang inspiratif,Mbak. Serasa jadi oasis di tengah panasnya Jakarta
(halah:).

Makasih ya sudah membuat saya merenung siang ini. Yup,benar, *give and it
will be given to you*...

Tabik,

Nursalam AR

2009/2/23 andrisuryaningsih <andrisuryaningsih@yahoo.com>

> Seorang teman yang seringkali menerima email saya pernah mengatakan,
> "Mengapa kamu senang menulis dan mengirimkan tulisan ke berbagai milis?
> Bukankah membuang-buang waktu saja dan nggak mendapatkan apa-apa dari
> menulis di milis, alias nggak ada uangnya?". Dalam benak pikiran teman saya
> ini, kalau tidak ada imbalannya uangnya, buat apa dikerjakan. Baginya
> melakukan sesuatu kepada orang lain, harus selalu diukur dengan mendapatkan
> imbalan uang.
>
> Seorang kenalan lain, setiap ketemu isi pembicaraannya adalah bagaimana
> caranya kita bisa hidup tanpa mengeluarkan biaya alias gratis. Misalnya, dia
> mengajak saya makan siang, begitu selesai makan dan waktunya membayar,
> selalu ada saja alasannya untuk tidak membayar. Di lain waktu dia datang ke
> meja saya dengan bangga mengatakan," Aku baru saja ditraktir makan sama Anto
> di bakmi vietnam di Sabang, enak lho." Ini bukan hanya dilakukan sekali dua
> kali, tetapi berkali-kali dan dengan banyak teman lainnya. Dalam hati saya,
> "hah, yang benar saja, dibayarin orang lain kok membanggakan diri." Anehnya,
> kenalan ini adalah seorang manager yang berpendidikan tinggi, yang
> jelas-jelas tidak kesulitan keuangan karena memiliki penghasilan yang cukup.
>
> Atau segambreng kenalan lain, mereka mengajak teman-teman nya
> "Yuk...anterin aku ke bioskop, nanti aku kasih kamu buku bagus deh". Berniat
> memberi tapi menentukan syarat dimuka. Ingin memberi tapi minta dulu.
>
> Mentalitas Meminta, biasanya didasari oleh kekhawatiran dalam dirinya akan
> kekurangan dan kecemasan tentang masa depan yang belum pasti. Pikirannya
> dipenuhi kekhawatiran, kalau banyak memberi akan menjadi kekurangan.
>
>
> Akibatnya kelompok ini senang mementingkan diri sendiri, menumpuk kekayaan,
> ilmu untuk dirinya sendiri. Memikirkan orang lain harus ada imbalannya.
> Inilah pribadi-pribadi egois yang memiliki mentalitas meminta.
>
> Dalam kehidupan ini saya belum pernah menemukan orang-orang yang memiliki
> mentalitas meminta seperti ini menjadi berhasil dan sukses. Karena biasanya
> dalam dunia bisnis, dalam pekerjaan mereka mengembangkan kompetisi yang
> cenderung menjatuhkan orang lain, merendahkan orang lain dan tidak jarang
> dilakukan dengan cara-cara yang tidak terpuji. Sebagai karyawan, sebagai
> pengusaha, sebagai pegawai, mereka selalu mendahulukan meminta hak-haknya
> dan seringkali tidak memperhatikan kewajibannya. Inilah ciri-ciri mental
> para "loser".
>
>
> Bagaimana dengan mentalitas memberi? Mereka yang memiliki mentalitas
> memberi berkeyakinan bahwa dalam kehidupan ini begitu banyak kesempatan
> hidup diluar sana yang tidak akan serba kekurangan. Mereka berkeyakinan
> seolah-olah ada begitu banyak kue kehidupan yang berlimpah, yang tidak akan
> pernah habis untuk dibagi-bagi dengan banyak orang. Mereka berkeyakinan
> memberi dan berbagi adalah bentuk pelepasan energi positif dari dalam
> dirinya untuk orang lain dan alam semesta. Sehingga dalam berhubungan dengan
> orang lain selalu berprinisp mendahulukan memberi, bukan meminta. Banyak
> bukti-bukti keberhasilan bagi mereka yang memiliki mentalitas memberi Kalau
> ukurannya dalam bidang spiritual, lihatlah sosok seperti A'a Gymnastiar yang
> memiliki kesuksesan dengan senantiasa berbagi ilmu dan tausyiahnya
> dimana-mana. Demikian juga dnegan sosok ustad Arifin Ilham, dengan
> keikhlasannya senantiasa memberi dan berbagi ilmu dengan orang lain.
>
>
> Kalau ukurannya materi duniawi, boleh dilihat para entertainer yang
> memiliki pekerjaan dengan memberikan pelayanan melalui hiburan, seperti
> Krisdayanti, Tamara Blezynski, atau Samsons.
> Mereka memberikan pelayanan kepada orang lain melalui menyanyi, berakting,
> dll. Pada umumnya mereka mendapatkan bayaran yang lebih tinggi dibandingkan
> lainnya. Kalau ukurannya adalah kepuasan batin, lihatlah mereka yang
> pekerjaannya memiliki idealisme dalam pelayanan untuk banyak orang, kegiatan
> sosial, dll. Mereka merasakan kebahagiaan yang menyentuh nilai-nilai
> spiritual yang merupakan kebahagiaan tertinggi dalam hati.
>
>
> Kalau kita ingin berhasil meraih kesuksesan dan kemuliaan dalam hidup ini,
> mulailah mengubah mentalitas diri kita menjadi Mentalitas Memberi. Berikan
> segenap karunia potensi yang anda miliki, keluarkan potensi spiritual yang
> anda miliki, untuk memberikan manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain.
>
>
> Kewajiban hidup kita bukan hanya mensejahterakan diri sendiri, tetapi juga
> mensejahterakan kehidupan orang lain.
>
>
> Hal ini sesuai dengan wujud ihsan manusia kepada sifat-sifat Allah yang
> Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Maha Pengasih dan Maha Penyanang. Rasakan kehidupan
> akan memberikan kemudahan-kemudahan yang tak terduga untuk Anda.
>
> Memberi, atau meminta? Memberi untuk meminta? Meminta untuk Memberi?
> Memberi atau meminta? Atau Memberi=Meminta?. Suka suka dia lah ya (?)
>
> *Note : Dari sebuah sumber yang skarang entah dimana, darimana dan untuk
> siapa?*
>
>

--
-"Let's dream together!"
Nursalam AR
Translator, Writer & Writing Trainer
0813-10040723
E-mail: salam.translator@gmail.com
YM ID: nursalam_ar
http://nursalam.multiply.com
3.

[ruang baca] Q & A; buku pinjaman dari Mbak Retno

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Mon Feb 23, 2009 11:37 pm (PST)

Assalamu'alaikum wrwb

Saya sungguh terharu setelah mengetahui film Slumdog Millionaire memenangi
Oscar tahun ini.
Film ini kisahnya diangkat dari novel berjudul Q & A dan buku Q & A ini atas
kebaikan Mbak Retno, dipinjamkan pada saya. Saya sudah selesai membacanya
dan saya berjanji pada Mbak Retno untuk membuatkan resensinya, tetapi belum
sempat resensinya saya tulis, filmnya sudah memenangi Oscar duluan ^_^

Mbak Retno, tunggulah resensinya. Insya Allah akan kutuliskan segera untukmu
dan teman-teman SK semua ^_^

Salam
Lia
4a.

Re: (TEKA) Jurus 'Marketing Rahasia' Jundi

Posted by: "Mimin" minehaway@gmail.com   mine_haway

Mon Feb 23, 2009 11:49 pm (PST)

On 2/24/09, Terhegemoni <siril_wafa@yahoo.co.id> wrote:
>
> Pelajaran yang luar biasa dari orang tuanya, semoga Rafa n Jundi
> sehebat ortunya :) makasih atas sharingnya mas, bagaimana khabar
> Surabaya?
>
> Sis,
>
>
>
>
>
Sepakat..., saya salut dengan gaya mendidik anaknya. Dari pelajaran seperti
itu bisa menghilangkan penyakit gengsi. Dan upaya mempersiapkan anak dlm
pertahanan hidup di dunia dengan cara yang benar tentunya.
Matursuwun sanget, smoga bisa menjadikan cerita ini sebagai pelajaran dalam
mendidik anak sy kelak.

--
http://minesweet.co.cc
YM : mine_haway
4b.

Re: (TEKA) Jurus 'Marketing Rahasia' Jundi

Posted by: "abinyajundi" abinyajundi@yahoo.com   abinyajundi

Tue Feb 24, 2009 12:10 am (PST)

he..he..jangankan ente ane aj ketawa melulu ngliat si Jundi
eNgkoh banget kan..he..he..
ada sebuah kebiasaan yang sering saya lakukan dalam memanggil
dia..biasanya saya selalu memanggil si Jundi dengan sebutan
Boss..ya..kali aj jadi Boss beneran ntar kalo gede gitu maksudnya..
Btw untuk urusan sendal gampanglah itu..tinggal dieksport ke jakarta
anyway thanks..
salam

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, Nursalam AR
<nursalam.ar@...> wrote:
>
> Akhirnya Mas Suhadi muncul juga!
> Saya acung jempol deh untuk pola tarbiyah Mas Suhadi untuk
keluarganya:).
> Patut ditiru.
>
> Btw, jadi tersenyum geli nih membayangkan Jundi yang dengan mata
sipitnya
> menawarkan sendal. Fuh! Style pedagang sekali ya,hehe...
>
> Mas, terima kasih untuk sharing perjuangan hidupnya. Kapan-kapan,
Insya
> Allah, mungkin kita bisa saling kontak untuk pengiriman sendal ke
Jakarta.
> Dari deskripsinya, sepertinya motifnya oke tuh:).
>
>

5.

(rampai) Sungguh Berbahagia

Posted by: "galih@asmo.co.id" galih@asmo.co.id

Tue Feb 24, 2009 1:38 am (PST)

Sungguh Berbahagia

Sungguh berbahagia jika seseorang tau kalau dirinya dalam posisi yang
terdesak,
itu artinya jalan keluar akan segera menghampirinya.
Sungguh berbahagia jika seseorang tau dirinya menjalankan hal2 yang
salah,
itu artinya cahaya hidayah akan segera menghampirinya.
Sungguh berbahagia jika seseorang tau dirinya tidak bisa mengambil sikap,
itu artinya kedewasaan akan menghampirinya.
Sungguh berbahagia jika seseorang tau dirinya mengingkari janji,
itu artinya sikap amanah akan segera menghampirinya.
Sungguh berbahagia jika seseorang tau dirinya tidak mempunyai ketetapan
hati,
itu artinya istiqamah akan segera menghampiri.
Sungguh berbahagia jika seseorang tau dirinya berfikiran linglung,
itu artinya kecerdasan akan segera menghampiri.
Sungguh berbahagia jika seseorang tau dirinya tidak bisa menjalankan
keinginan orang yang dicintainya,
itu artinya cinta akan segera menghampirinya.

-oriza isfahan-
6.

[Catcil : Kekayaan Hati]

Posted by: "syahrenan" syahrenan@yahoo.co.id   syahrenan

Tue Feb 24, 2009 2:56 am (PST)

Banyak cara agar kita dapat belajar dari kehidupan. Salah satunya
saat aku melihat televisi yang menayangkan program reality show
bertajuk "Tolong".

Di acara itu disetting seorang anak kecil yang meminta tolong pada
orang untuk meniupkan balon untuk diberikan kepada adiknya yang ulang
tahun. Gadis itu berjalan kesana kemari sampai akhirnya ia bertemu
dengan seorang bapak.
"Pak, saya minta tolong tiupkan balon ini karena adik saya mau ulang
tahun."
Bapak itu hanya tersenyum lalu bilang "La anginnya?"
Lalu bapak itu mulai menjauh. Dan si anak kecil pergi sambil
mengucapkan terima kasih. Lalu dia berjalan lagi. Dia menemui seorang
perempuan dan temannya. Gadis itu kembali meminta tolong namun jawab
si perempuan itu
"Maaf ya dek, leher kakak sakit." Kata perempuan itu sambil
meninggalkan gadis itu masuk kesebuah toko.

Gadis itu pergi lagi menemui seorang wanita yang sedang naik motor
dan meminta tolong namun wanita itu berkata bahwa dia sedang terburu-
buru. Banyak orang yang ditemui gadis itu dan rata-rata mereka acuh
dan tidak mau menolong. Sampai akhirnya gadis itu menemui seorang
penjual bensin yang sedang menyapu di depan daganganya.
"Pak, boleh minta tolong meniupkan balon saya? Adek saya mau ulang
tahun."
Bapak itu menghentikan kegiatan menyapunya dan menoleh pada si gadis
tadi. Dan bapak itu berkata
"Di tiup pakek kompresor ya."
Gadis itu menggeleng. "Ga mau , ditiup pakek mulut saja. Saya takut
nanti meletus."

Akhirnya bapak itu meletakkan sapunya dan mencari tempat duduk.
Dipersilahkan gadis itu duduk namun dia tidak mau. Bapak itu mulai
meniup satu persatu balon gadis itu dengan menggunakan mulutnya.
Disela-sela meniup balon bapak itu juga melayani pembeli bensin yang
membeli barang dagangannya dan bapak itu menawarkan minuman pada
gadis kecil itu namun gadis itu tidak mau. Dia asyik melihat bapak
itu meniupkan balon untuknya. Enam buah balon sudah ditiup. Gadis itu
senang sekali dan mengucapkan terima kasih.

Setelah adegan itu berakhir si gadis muncul lagi dan mengatakan bahwa
dia dari tim tolong. Bapak itu terkejut. Ketika ditanyai kenapa bapak
itu mau menolong meniupkan balon dia ingat anaknya. Dia memiliki anak
yang seusia dengan gadis itu. Anaknya juga mau ulang tahun. Namun
sang bapak tidak mempunyai uang untuk merayakan ulang tahun anaknya.
Melihat gadis itu minta ditiupkan balon, bapak itu kembali teringat
akan anaknya. Bahwa anaknya mungkin juga seperti itu.

Kawan..... ternyata kesahajaan hidup tidak mampu menutupi sebuah
kekayaan hati. Bapak itu contohnya. Meskipun saat itu dia sedang
berdagang menjual bensin, namun melihat gadis kecil yang minta
ditiupkan balon hatinya merasa iba. Karena dia ingat anaknya yang
akan ulang tahun tapi dia tidak punya cukup uang. Kebaikan hatinya
itu telah diganti oleh Allah dengan uang yang diperoleh dari menolong
orang tadi. Uang yang bisa digunakannya untuk merayakan ulang tahun
anaknya atau untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

Satu pelajaran yang bisa kita petik adalah milikilah kekayaan hati di
tengah kesahajaan hidup karena dengan kekayaan hati kita tidak akan
merasa kekurangan karena kita senantiasa bisa memberi.

7.

[Catcil] Indahnya Mendongeng

Posted by: "muhamad agus syafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Tue Feb 24, 2009 2:57 am (PST)

Indahnya Mendongeng

By: agussyafii

Malam itu anak-anak Amalia berkumpul. Tiap malam rabu ada program Muhasabah, menanamkan nilai-nilai dengan melalui mendongeng. Malam itu Istri saya mendongeng didepan anak-anak Amalia.

"Pada suatu malam, Umar Bin Khattab berkeliling negeri...." nampak anak-anak menyimak cerita secara saksama, ada yang mulutnya menganga. Adi matanya berbinar-binar. Cerita itu membuat anak-anak menjadi takjub.

Ditengah jalan cerita, suasana nampak serius mengikuti jalan cerita. terdengar suara, "Kak, kenapa Umar berkeliling kampung sendiri? Bukankah Umar Khalifah? punya tentara?" tanya Ari. Gerr..terdengar tertawa teman2nya. istri saya menjelaskan bahwa Umar pada saat itu keliling negeri tidak membawa tentara karena Umar keliling negerinya dengan sembunyi-sembunyi.

Mendongeng itu begitu indah, buat anak-anak Amalia mendongeng adalah bagian menanamkan nilai. Anak-anak lebih mudah mencerna nilai dengan dongeng daripada dengan ceramah. mendongeng bagi orang tua sangatlah penting. Ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam mendongeng, yaitu:

* Mendongenglah dengan ucapan yang jelas dan tidak terburu-buru. Makin balita putra anda, sebaiknya makin pelan agar ia dapat menyerap dalam memahami cerita.

* Usahakan anda bercerita dengan suara senyaman mungkin.

* Ungkapkan ekspresi anda pada saat sang tokoh sedang menangis atau sedang tertawa. Namun hindarkanlah eskpresi berlebihan. Variasikan kecepatan, irama suara anda.

* Gunakan suara anda mengikuti karakter dalam tokoh cerita, apakah anak-anak atau binatang.

* Gunakan Alat peraga atau alat bantu. Misalnya, boneka tangan, kotak pensil atau yang lainnya. Penggunaan alat peraga ini Penggunaan alat peraga ini biasanya sangat efektif untuk anak-anak yang lebih kecil.

* dan yang paling penting dipenutup cerita berikanlah kesimpulan yang jelas, setiap nilai-nilai kebaikan yang dilakukan dalam tokoh tersebut.

--
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS. Yusuf: 111).

Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dibuat dalam rangka program "Anak-anak Insan Mulia Peduli" (Amalia Peduli) silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di 087 8777 12 431 atau http://agussyafii.blogspot.com

Recent Activity
Visit Your Group
Sell Online

Start selling with

our award-winning

e-commerce tools.

Y! Messenger

Want a quick chat?

Chat over IM with

group members.

Dog Zone

on Yahoo! Groups

Join a Group

all about dogs.

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web