Jumat, 20 Februari 2009

[sekolah-kehidupan] Digest Number 2534

sekolah-kehidupan

Messages In This Digest (24 Messages)

Messages

1.

(Inspirasi) Langit di Atas Langit

Posted by: "Jenny Jusuf" j3nnyjusuf@yahoo.com   j3nnyjusuf

Thu Feb 19, 2009 4:53 am (PST)



Langit di Atas Langit

Saya percaya di dunia ini tidak ada
orang yang jahat

Hanya mereka yang kalah bergumul
dengan dosa dan ego

 

Kadang memang mudah untuk menyadari

Bahwa kita hidup bergelimang dosa

Namun tidak gampang mengakui

Bahwa kita telah dikalahkan oleh ego

Karena kita semua suka menang

Suka dipandang, suka di atas

 

Kerendahan hati menjadi sesuatu yang
mahal

Dan kebesaran jiwa tak ternilai
harganya

Di tempat dimana ego bersembunyi.

Pengakuan menjadi sesuatu yang
dikejar

Namun jarang ada yang sukarela
memberikannya

Karena manusia memang suka diakui

 

Tapi saya berpikir

Kenapa jadi timbul banyak luka

Kenapa banyak hati yang menangis

Karena ego yang dijunjung tinggi?

Kenapa harus ada selisih

Kenapa harus ada pahit hati

Kenapa harus ada konflik batin

Akibat ego yang tak kesampaian?

 

Dan saya berpikir…

Mungkinkah kita bisa sembuhkan lebih
banyak luka

Membalut lebih banyak pedih

Apabila dengan sukarela kita
singkirkan ego?

Mustahilkah mengasihi dengan tulus

Bila kita tak lagi punya agenda
pribadi?

Saya bertanya.

 

Ya.

Kerendahan hati memang mahal

Tapi itu karena jarang ada orang yang
memproduksinya.

Dan, ya.

Kebesaran jiwa memang tak ternilai

Karena tidak banyak orang yang
memilikinya.

 

Namun sekali lagi saya berpikir…

Rugikah kita menyingkirkan ego demi
membuka hati

Buntungkah kita mengesampingkan ego
demi sebuah pengampunan

Dan apa salahnya membuang ego demi
tulus mengasihi?

Saya percaya di dunia ini tidak ada
orang yang jahat

Tidak mereka, tidak saya, tidak Anda.

Hanya seringkali kita lupa

Bahwa di atas langit

Masih ada langit.

 

*sebuah
catatan di bulan keempat tahun 2006, yang sepertinya masih relevan gaungnya
hingga detik ini. ;-)

ROCK Your Life! - Jenny Jusuf - http://jennyjusuf.blogspot.com

2.

(Catcil) Sisi Lain Jepang : Sampah (komennya Achi TM :-)

Posted by: "Agung Argopo" gopo_alhusna@yahoo.co.id   gopo_alhusna

Thu Feb 19, 2009 7:01 am (PST)

Wah Mbak Febty, uraian yang menarik sekali :-) sebenarnya udah ngga asing lagi, sih, bagi aku yang pecinta komik Jepang hehehe... apalagi kalau baca Kariage Kun. Komik lepas yang dijadikan satu buku. Ada cerita begini di komik Kariage.
 
Si Kariage yang konyol pulang dari belanja. Di jalan dia melihat ada sampah berupa baby walker. Nah tuh baby walker yang udah dibuang sebagai sampah diambil dan dibawa pulang. Eh, gak taunya temannya yang orang bule datang dan mau numpang beol. Dia nanya apakah ada kloset duduknya? Si Kariage mengiyakan. Si Bule pun diantar ke toilet, gak tahunya kloset duduknya adalah... Baby Walker dari sampah yang dia modfikasi jadi kloset duduk! Tapi tetep aja judulnya Baby Walker! Muka tuh bule langsung jiper! Heheheh...
 
selain kariage Kun, ada juga komik Kobo Chan, yang mengajarkan banyak sekali kebudayaan Jepang. hmm... jadi kangen pengen ketemu Doraemooon... halah!
 
salam
Achi TM

Berselancar lebih cepat dan lebih cerdas dengan Firefox 3
http://downloads.yahoo.com/id/firefox/
3.

[RAMPAI] Kepingan Luka (Achi TM)

Posted by: "Agung Argopo" gopo_alhusna@yahoo.co.id   gopo_alhusna

Thu Feb 19, 2009 7:19 am (PST)

KEPINGAN LUKA
 
Rasanya tak perlu lagi mengurai kata penuh cinta di sini
di hatimu sudah tak ada aku
Dendang langit menyeruakkan air awan...
mengelap peluh bumi yang bernapaskan rinduku padamu.
 
Seseorang yang ketika aku tidur selalu merasuk dalam mimpi
seseorang yang sudah menganggapku tiada tetapi jiwaku dicabik satu per satu
bibir menggumam, lidah menari, tangan gemulai
berpuisi kita dalam pasi...
 
Ini tentang kau kawan
melodimu mati di antara bintang
dia tak pernah lagi titipkan salam
meski sekedar selamat malam
sebait kecup hangat
di telaga hitam
hatiku kering...
banyak luka menganga di sini...
 
~ Achi TM ~
Cimone, 19-02-09

Lebih bergaul dan terhubung dengan lebih baik. Tambah lebih banyak teman ke Yahoo! Messenger sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/
4.

[catcil] MENGGURAT SEMANGAT ( - Achi TM - )

Posted by: "Agung Argopo" gopo_alhusna@yahoo.co.id   gopo_alhusna

Thu Feb 19, 2009 7:30 am (PST)

MENGGURAT SEMANGAT
~ Achi TM ~
 
Apalagi yang bisa membuatmu tetap tegak berdiri ketika kau merasa hidup begitu rapuh? Ketika orang yang paling kau percaya, membalik membencimu, ia hidup dalam kebahagiaannya sendiri dan aku berusaha hidup untuk bahagia. Tetapi ketika kau masih menyayanginya kau dihempaskan.
 
Apalagi yang bisa membuatmu tetap menegakkan pena? Mengetik tuts-tuts keyboard yang penuh kesunyian atau menggoreskan sebuah wajah, sebuah pepohonan atau sebuah tempat terindah untuk bersembunyi dari semua penderitaan?
 
Apalagi yang bisa membuatmu tetap tersenyum dan berlari. Ketika satu kakimu telah lelah atau mungkin keduanya sudah begitu lelah untuk mengejar mimpi. Ketika tanganmu sudah berputus asa untuk menggapai, ketika semua orang tak lagi menepuk bahumu dan mengatakan, "ayo lanjutkan."
 
Ketika semuanya menepi
ketika semuanya tanpa senyum
Ketika semuanya melupakan
Ketika semuanya tak sesuai dengan rencana kau masih punya aku....
 
SEMANGAT
di hati
SEMANGAT
di jemari terlemahmu
SEMANGAT
di setiap tungkai kakimu
SEMANGAT
pada air mata yang luruh di pipimu
SEMANGAT
pada bibirmu yang rapuh
SEMANGAT
untuk jiwamu yang mati rasa
 
kau masih punya aku...
 
SEMANGAT.
Mengguratnya dalam satu pekikan...
 
ALLAHU AKBAR!
dan yakinlah... harapan itu selalu ada bagi orang yang terus mau berusaha.
 
Salam Sayang Untuk Semua anak SK
miss U All
Achi TM
Mamanya Abiy

__________________________________________________________
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
http://id.yahoo.com/
5a.

Re: (Catcil) Sisi Lain Jepang: Sidang Penentuan Mahasiswa

Posted by: "Agung Argopo" gopo_alhusna@yahoo.co.id   gopo_alhusna

Thu Feb 19, 2009 7:42 am (PST)

Iya, aku juga jadi inget waktu sidang skripsi...
 
ORANG GILA : Woooiii kapan juga elo bikin skripsi! DODOL!
 
ORANG WARAS : Gue bikin skripsi di Anak Kos DODOL LAGI ...!!
 
ORANG-ORANGAN SAWAH : Owalah nduk-nduk dilarang promosi...
 
ORANG WARAS : Yo ndak opo-opo tho, wong buku temen sendiri kok!
 
Ayo semuanya beli ANAK KOS DODOL LAGI ciptaan DEDEW, dijamin elo semua bakalan DODOL. Kayak aye, nih... kasihan Abiy... mungkin dalam hati di bilang.
 
"Wah EMakku kok jadi dodol, ya?"
 
Ayo Dedew! Tanggung jawab!
 
Mbak Febty maaf-maaf gak nyambung hueheuheueh

Firefox 3: Lebih Cepat, Lebih Aman, Dapat Disesuaikan dan Gratis.http://downloads.yahoo.com/id/firefox
6a.

[RAMPAI] Batu (Achi TM)

Posted by: "Agung Argopo" gopo_alhusna@yahoo.co.id   gopo_alhusna

Thu Feb 19, 2009 8:27 am (PST)

BATU
~ Achi TM ~
 
Mengingatmu seperti batu
beku
bisu
pilu
dingin
hampa
sendiri....

Jatuh cinta itu seperti apa ya rasanya? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com
6b.

Re: [RAMPAI] Batu (Achi TM)

Posted by: "susanti" susanti@shallwinbatam.com

Thu Feb 19, 2009 6:25 pm (PST)

BATU (2)
-Sky-

Mengingatmu seperti batu
kelam
hitam
lebam
perih
lirih
gigil
sepi.....

==
nggak niat ngejam puisi nih ya, pengen aja nerusin. Hehe.

----- Original Message -----
From: Agung Argopo
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Thursday, February 19, 2009 11:27 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] [RAMPAI] Batu (Achi TM)

BATU
~ Achi TM ~

Mengingatmu seperti batu
beku
bisu
pilu
dingin
hampa
sendiri....

----------------------------------------------------------
Apakah demonstrasi turun ke jalan itu hal yang wajar?
Temukan jawabannya di Yahoo! Answers!

----------------------------------------------------------

No virus found in this incoming message.
Checked by AVG - www.avg.com
Version: 8.0.237 / Virus Database: 270.11.0/1959 - Release Date: 02/18/09 20:55:00
6c.

Re: [RAMPAI] Batu (Achi TM)

Posted by: "gopo_alhusna" gopo_alhusna@yahoo.co.id   gopo_alhusna

Thu Feb 19, 2009 9:38 pm (PST)

--- In sekolah-kehidupan@yahoogroups.com, "susanti" <susanti@...>
wrote:

BATU (3)
Achi TM

Melupakanmu layaknya batu
mengiris
sembilu
keras
debar
berdebam
jatuh...
jauh ke dasar jurang...

> BATU (2)
> -Sky-
>
> Mengingatmu seperti batu
> kelam
> hitam
> lebam
> perih
> lirih
> gigil
> sepi.....
>
> ==
> nggak niat ngejam puisi nih ya, pengen aja nerusin. Hehe.
>
> ----- Original Message -----
> From: Agung Argopo
> To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
> Sent: Thursday, February 19, 2009 11:27 PM
> Subject: [sekolah-kehidupan] [RAMPAI] Batu (Achi TM)
>
>
> BATU
> ~ Achi TM ~
>
> Mengingatmu seperti batu
> beku
> bisu
> pilu
> dingin
> hampa
> sendiri....
>
>
>
>
> ----------------------------------------------------------
----------
> Apakah demonstrasi turun ke jalan itu hal yang wajar?
> Temukan jawabannya di Yahoo! Answers!
>
>
>
>
> ----------------------------------------------------------
----------
>
>
>
> No virus found in this incoming message.
> Checked by AVG - www.avg.com
> Version: 8.0.237 / Virus Database: 270.11.0/1959 - Release Date:
02/18/09 20:55:00
>

7.

[Moms] Ibu Hanina: Wanita Segudang Cinta

Posted by: "alfin nuha" alfinnuha@yahoo.com   alfinnuha

Thu Feb 19, 2009 4:57 pm (PST)



8a.

Re: (catcil) klub skripsi (+1 tka)

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Thu Feb 19, 2009 5:51 pm (PST)

So sweet Honey, saya percaya kalian kumpulan orang-orang yang luar biasa....
Salam buat seluruh anggota KLUB SKRIPSI (+1 TKA) ya.....

Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

________________________________
From: Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, February 18, 2009 9:36:04 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] (catcil) klub skripsi (+1 tka)

KLUB SKRIPSI (+1 TKA)
Oleh Retnadi Nur'aini

Nama Klub Skripsi tercetus saat saya duduk di semester 7. Saat itu,
sebagai para mahasiswi angkatan 2002, saya dan beberapa teman
berencana untuk lulus di semester 8. Bertekad untuk berjuang bersama
menghadapi proses pengerjaan skripsi, kamipun memutuskan untuk
membentuk suatu kelompok diskusi yang rutin berkumpul untuk membahas
skripsi para anggotanyaâ€"saat itu anggota awal Klub Skripsi adalah:
Citra, Ain, Shinta, Yena, Dhanny, Niken, dan saya. Dari 7 orang
anggota awal tersebut, ternyata saya adalah satu-satunya yang memilih
jalur nonskripsi atau Tugas Karya Akhir (TKA).

8b.

Re: (catcil) klub skripsi (+1 tka)

Posted by: "Ain Nisa" jurnalcahaya@yahoo.com   jurnalcahaya

Thu Feb 19, 2009 8:00 pm (PST)

haiyaaa...jo, bukan gw kali yang finishing bab 1 seminggu (psst, gw finish bab 1 ...3 bulan!). It was a very very very fun moments...nggak terasa udah banyak ya yang dilewati. miss u guys.love u all.

Airin Nisa
Public Relations
iPower Communications
Jl. Kran Raya Blok B4-7/32 Kemayoran Jakarta 10610
Office: 021-422 0761/021 421 2148

________________________________
From: Bu CaturCatriks <punya_retno@yahoo.com>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com
Sent: Thursday, February 19, 2009 12:36:04 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] (catcil) klub skripsi (+1 tka)

KLUB SKRIPSI (+1 TKA)
Oleh Retnadi Nur'aini

Nama Klub Skripsi tercetus saat saya duduk di semester 7. Saat itu,
sebagai para mahasiswi angkatan 2002, saya dan beberapa teman
berencana untuk lulus di semester 8. Bertekad untuk berjuang bersama
menghadapi proses pengerjaan skripsi, kamipun memutuskan untuk
membentuk suatu kelompok diskusi yang rutin berkumpul untuk membahas
skripsi para anggotanya—saat itu anggota awal Klub Skripsi adalah:
Citra, Ain, Shinta, Yena, Dhanny, Niken, dan saya. Dari 7 orang
anggota awal tersebut, ternyata saya adalah satu-satunya yang memilih
jalur nonskripsi atau Tugas Karya Akhir (TKA).

Well, akhirnya, dengan mempertimbangkan prinsip demokrasi, kamipun
mengganti nama Klub Skripsi menjadi Klub Skripsi (+ 1 TKA).
***

Sejak pertama kali membuka buku panduan bagi mahasiswa baru Komunikasi
FISIP UI S1 Reguler angkatan 2002, saya sudah tahu, bahwa di akhir
masa kuliah saya akan memilih jalur TKA. Saya menggunakan kata "tahu"
dan bukannya "merencanakan" , karena bagi saya, pemilihan jalur skripsi
ataupun TKA merupakan pilihan yang didasari oleh hati.

Meski saat itu, ada stereotipe di jurusan Komunikasi bahwa para
pemilih jalur TKA adalah orang-orang kreatif. Dan bahwa para pemilih
jalur skripsi adalah para intelektualis atau akademisi. Untuk
meluruskan stereotipe tersebut, saya akan mencoba menjelaskan
perbedaan antara skripsi dengan TKA.

Perbedaan signifikan pertama adalah jumlah SKS. Jika skripsi berbobot
6 SKS, maka TKA hanya berbobot 3 SKS—3 SKS sisanya dapat digunakan
untuk mengambil mata kuliah terapan lainnya. Perbedaan kedua, adalah
produk. Jika skripsi menghasilkan sebuah produk penelitian—entah itu
kualitatif atau kuantitatif, maka TKA menghasilkan produk nyata,
seperti misalnya: majalah, talkshow, program PR, iklan, koran—apapun
yang dianggap dapat mengaplikasikan keilmuan kita di Komunikasi dalam
kehidupan nyata. Karena berupa produk nyata, maka TKA juga harus
mencakup unsur-unsur promosi, riset konsumen, tarif iklan, distribusi,
suksesi keberlangsungan jangka panjang, dan banyak lagi unsur bisnis
lainnya. Hal-hal yang justru minim diajarkan pada mahasiswa S1
reguler—tidak seperti mahasiswa D3 misalnya.

Namun bagi saya, justru disitulah tantangannya. Dan karena saya selalu
tertarik dengan majalah anak, maka saya pun memutuskan untuk menyusun
TKA majalah sastra untuk anak SD. Karena saya telah merencanakan untuk
lulus di semester 8, maka saya pun mulai menyiapkan bakal TKA saya di
semester 5. Dimulai dengan pematangan konsep, pencarian kontributor,
pencarian desain majalah yang cocok, rubrikasi halaman, topik, dan
banyak hal teknis lainnya.

It was fun for me. Selain karena saya memang lebih menyukai mata
kuliah-mata kuliah yang menekankan penerapan praktis seperti
Jurnalistik Media Cetak, Menulis Feature, dan Dasar-dasar Penulisan,
saya selalu berpikir, bahwa saya bukanlah tipikal `bright student'
berotak cemerlang yang hobi membahas paradigma, teori komunikasi,
metode penelitian, dan topik-topik teoritis lainnya—tidak seperti 6
anggota Klub Skripsi lainnya.

Namun disinilah bagian menyenangkannya dari Klub Skripsi kami. Nyaris
setiap minggu, kami akan berkumpul—biasanya kami menginap di rumah
Citra, dan semalaman berdiskusi. Dimana setiap masing-masing dari kami
akan mempresentasikan topik skripsinya, untuk kemudian dibahas
bersama—istilah saya "ditajamkan" . Jangan bayangkan diskusi
`berdarah-darah penuh pembantaian' seperti dalam debat politik capres.
Sama sekali tidak. Meskipun topik-topiknya serius, diskusi selalu
berlangsung santai, diselingi canda, dan ditemani setumpuk camilan.
Sangat menyenangkan.

Disini setiap orang bebas bertanya. Namun kami selalu menekankan,
bahwa yang utama adalah kepentingan si empunya topik dan bahwa tujuan
utama klub ini adalah brainstorming. Jadi saat si empunya topik mulai
kehabisan ide, giliran forumlah memberikan bantuan—bisa berupa teori
komunikasi, buku, penelitian, metode penelitian, atau bahkan topik
cadangan. Semuanya didasari dengan pemikiran sederhana: berbagi dan
saling membantu. Bahkan saat saya tidak paham misalnya—yang mana
sering terjadi, maka mereka akan menjelaskannya secara detil kepada
saya, seringkali dilengkapi dengan analogi-analogi sederhana yang
mudah saya pahami.

Begitu pula saat giliran saya presentasi. Meski saya adalah
satu-satunya pengambil jalur TKA, mereka tetap siap membantu saya
untuk brainstorming. Membantu memberikan ide tentang pemasaran, calon
kontrib, atau bahkan pertanyaan-pertanya an penting yang harus saya
pertimbangkan. Dan diskusi yang berlangsung nyaris sepanjang malam itu
akan diakhiri dengan target yang harus ditetapkan oleh kami sendiri.
Misalnya: minggu depan Ain menargetkan untuk finishing bab 1, maka
kami akan mengecek apakah bab 1 Ain sudah beres minggu depan. Saat
target meleset, tidak ada denda. Juga tidak ada penilangan ataupun
omelan. Paling-paling kami hanya akan mempertanyakan alasan
keterlambatan. Jika ada yang bisa dibantu, kami bantu. That's it.

Tidak ada tekanan dalam Klub ini. Setiap orang bertanggung jawab atas
topik dan target yang ditetapkan masing-masing. Sebagai teman, kami
hanya bertugas untuk saling mengingatkan, berbagi dan membantu. Karena
niatan untuk saling berbagi dan membantu ini pula, kami kerap
mengkopikan buku referensi yang kami pikir akan membantu topik anggota
lainnya.

Hal yang bagi saya sangat sangat membantu. Karena masa pengerjaan
skripsi dan TKA adalah masa dimana kita harus membaca banyak sekali
buku dan penelitian, jadi bantuan sumbangan summary buku dan
penelitian pasti akan selalu berguna. Bagian lain yang sangat membantu
bagi saya, adalah diskusi. Betapa kami belajar untuk berbicara di
depan umum, belajar untuk berdebat, belajar untuk mempertahankan
pendapat, belajar untuk membuka pikiran, dan yang terpenting: belajar
tentang sistematika berpikir.

Betapa saat kuliah, kita memang dijejali banyak teori, banyak metode
penelitian, banyak paradigma, banyak konsep, dan banyak isu
komunikasi. Tapi itu semua semata-mata hanyalah alat. Alat yang
bertujuan untuk membedah skripsi atau penelitian kita. Dalam
prakteknya, kita sendirilah yang harus memetakan arah penelitian kita,
tujuan penelitiannya, dan—jika penelitiannya kuantitatif: menurunkan
ke tahap sederhana atau operasionalisasi konsep. Dan bahwa dengan
diskusi-diskusi mendalamlah, sistematika berpikir itu bisa terasah.

Banyak teman saya yang terbentur di pembuatan kuesioner karena kerap
kali tidak tahu pertanyaan apakah yang harus ditulisnya dalam
kuesioner. Atau bahkan, pertanyaan apakah yang harus ditanyakannya
pada narasumber atau Focus Group Discussion (FGD), dan bagaimana
menyarikan hasil wawancara dan kuesioner. Saat saya mendapat
pertanyaan seperti itu, dengan pemikiran seadanya, saya paling hanya
sanggup menjawab: "Ya, kamu maunya neliti apa?", "Apa yang
membangkitkan rasa ingin tahumu segitunya sampai-sampai kamu ingin
neliti ini?", "Apa yang membuatmu tertarik dengan penelitian
ini?"—tiga pertanyaan utama yang hampir selalu menjadi pertanyaan
mendasar di Klub Skripsi. Karena seperti istilah "Menulislah apa yang
kamu ketahui" kamipun berpendapat "Lakukan penelitian yang menarik
minatmu, yang menjadi passion-mu."
***

Tidak seperti namanya, Klub Skripsi tidak hanya membahas hal-hal
seputar skripsi dan TKA. Mungkin karena kami juga saling bersahabat
satu sama lain, pada akhirnya, kami juga berbagi banyak hal. Di waktu
luang, kami biasanya akan menonton serial Friends dan CSI di DVD
secara maraton, wisata kuliner, atau belanja baju vintage di pasar
loak Senen.

Bersama-sama, kami juga melewati banyak hal. Mulai dari momen indah,
seperti: pernikahan Dhanny dan Ardian, wisuda 4 orang anggota Klub
Skripsi di tahun 2006 dengan nilai A dan B, pernikahan Shinta dengan
Nandha, pernikahan saya, juga pernikahan Ain dengan Yuandi. Atau
bahkan, masa-masa sulit satu sama lain. Mulai dari masalah keluarga,
pacar, teman-teman, dosen, bahkan juga masalah dengan diri sendiri.

Entah bagaimana, teman-teman saya ini selalu saja punya ide untuk
menutup ventilasi tanpa menggunakan kasa nyamuk, mengakali sepatu baru
yang meleceti tumit, juga caranya membasuh ego yang lebam dan babak belur.

Yang menyenangkan, mereka tidak punya impression management
aneh-aneh—mereka tak perlu melakukannya. Mereka mengenal setiap orang
berhati bidadari, juga setiap jiwa kesepian yang terabaikan. Seperti
saya, mereka juga jatuh cinta pada hujan, malam berbintang, dan langit
senja. Mereka juga para penulis yang hebat. Mereka punya gudang kosa
kata yang kaya, peka dalam melihat hal-hal sederhana, dan
menuangkannya dalam rangkaian kalimat indah yang selalu membuat saya
berdecak kagum. Ingin rasanya saya menunjukkannya pada setiap orang,
dan berujar jumawa "Hey, saya kenal baik lho dengan penulisnya!"

Mereka punya semua daftar perilaku terpuji yang mereka pelajari seumur
hidup mereka. Mereka mengambilkan minum untuk tamu, menyilakan makan
lebih dulu, membagi makanan, tertawa untuk menghormati setiap lelucon
yang terlontar, juga menyelimuti saat tidur. Dan mereka tahu persis
caranya mengapresiasi seseorang dengan pujian. Ataupun dengan satu
ucapan terima kasih.
***
Merekalah yang mengajari saya caranya makan sushi, caranya menawar
barang, juga caranya minta tolong. Mereka ikut menemani ke dokter,
mengantrikan obat di apotek, membawakan makanan hangat, ikut menunggui
saat salah satu dari kami sakit.

Di luar dugaan saya, ternyata mereka juga selalu tahu saat saya
berbohong, ataupun tak menceritakan yang sebenarnya. Dengan rajinnya,
mereka mengumpulkan setiap keping pertanda. Tapi dengan bijaknya,
mereka memilih untuk diam saja. Bahkan saat akhirnya saya putuskan
untuk bicara, mereka akan berujar lembut "No, nggak tahu ini akan
bikin keadaannya lebih baik apa nggak ya. Tapi kami tahu kok. Jadi
kalo kamu nggak mau ngomongin juga nggak apa-apa."

Tak hanya itu, mereka selalu memaklumi setiap gangguan jeda panjang.
Untuk lagi-lagi berujar lembut. "No, beneran, kalo ceritanya nggak mau
diselesaikan nggak apa-apa." Lalu dengan pengertiannya mengganti
topik, dan mengubur dalam-dalam cerita sebelumnya.
***
Saat sedang marah, tak pernah sekalipun mereka menaikkan intonasi
suara. Tangan mereka juga selalu siap menyeka setiap butir air mata
yang meluncur di pipi saya. Untuk kemudian menawarkan pelukan
mendamaikan, setumpuk kata penyemangat, juga satu kamar yang terbuka
24 jam untuk diinapi. Gratis.

Tidak seperti polisi, mereka tak pernah menilang setiap pelanggaran
yang saya lakukan. Mereka juga tak pernah menghakimi setiap keputusan
yang saya ambil. Seirasional apapun itu. Dalam setiap pertimbangan
yang saya tanyakan pada mereka, faktor kenyamanan sayalah yang selalu
mereka patok di urutan pertama. Bukan norma. Bukan etika.

Dan di titik kilometer terendah yang pernah saya lewati, mereka
memberi saya setumpuk alasan untuk bertahan, menunggu dengan sabar
saat saya mulai bersikap menyulitkan, dan tetap tinggal saat lebih
mudah buat mereka untuk pergi.

Karena mereka adalah para pecinta yang luar biasa. Mereka memuja
setiap detil karakter pasangan mereka, punya sejuta ide romantis untuk
membuktikannya, dan selalu haus untuk memahami tanpa batas. Makanya
saya yakin, pasangan mereka pastilah para pria yang sangat beruntung.

Karena teman-teman saya punya wajah dan hati tercantik di dunia.
***

Persembahan kepada setiap: Diani Citra, Airin Nisa Oktarinda, Shinta
Anita Sari Handharu, Diah Tantri Dwiandani Wibisono, Yena Badruddin,
dan Niken Suryandari di dunia.

9a.

Solusi Masalah Dalam keluarga

Posted by: "muhamad agus syafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Thu Feb 19, 2009 6:56 pm (PST)

Solusi Masalah Dalam keluarga

By: agussyafii

Didalam rumah tangga tidak selamanya berjalan dengan baik. Terkadang pertengkaran terjadi dan yang paling penting kita memiliki solusi dalam setiap masalah yang kita hadapi. Demikian halnya dikeluarga saya. Kadangkala kami juga bertengkar dan ribut. Pernah satu hari kami bertengkar.

Disaat pertengkaran kami sudah memanas, istri saya mengatakan. "Mas, kayaknya kita belum sholat. Berjamaah yuk..? Ntar abis ini kita lanjutkan lagi." . Ditengah kesal campur dongkol saya bergegas untuk mengambil air wudlu. Dan kamipun sholat berjamaah.

Selesai sholat berjamaah, istri saya bertanya, "Mas, tadi masalahnya apa?" Mendengar pertanyaan itu saya sempat berpikir sejenak. "Tadi masalahnya apa ya?" Tanya saya kembali. Sontak kami berdua tertawa. Ternyata salah satu solusi pertengkaran itu mudah, yaitu sholat berjamaah. Coba deh..

Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye Program Pendidikan "Anak-anak Insan Mulia (Amalia)"  Program Pendidikan anak-anak dengan kasih sayang, silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di 087 8777 12 431 atau di http://agussyafii.blogspot.com

9b.

[Catcil]silaturrahim

Posted by: "moh.lutfi31" moh.lutfi31@yahoo.com   moh.lutfi31

Thu Feb 19, 2009 8:36 pm (PST)

Negeri Kecil dan Negeri Besar
salam kenal dari saya kepada Bang Syafi'ie, keluarga memang negeri
kecil yang rumit untuk kita taklukan jika tidak kompak antar
presidennya dengan wakilnya, maka yang jadi korban tentunya rakyat
(anak-anak), solusi sholat sekiranya cukup ampuh untuk meredam
kemarahan kita, apalgi ditambah mengaji al-Qur'an tentunya
syetan-syetan akan lari tunggang langgang.
entah dengan Bangsa ini, kayaknya sulit bila cuma dengan sholat dan
mengaji karna keadaan Bangsa semakin kronis, kemarahan ada dimana-mana
dari Pimpinan pertama dengan Komisi VII perwakilan rakyat saling
menghujat, apalagi masyarakat bawah yang mulai bersitegang dengan
banyak partai yang berdiri mentereng didepan rumah-rumah mereka yang
mudah menimbulkan kemarahan. demikian alam juga marah banjir, longsor
dan badai juga tiada henti menghantam bangsa ini. saya kira sholat dan
mengaji tidak cukup, harus ditambah denagan sikap kepedulian, kasih
sayang dan pengabdian baik pada negeri kecil atau negeri besar.

salam hormat

m.lutfi

10a.

Re: (Ruang Baca) Manusia Markeso

Posted by: "Siwi LH" siuhik@yahoo.com   siuhik

Thu Feb 19, 2009 7:18 pm (PST)

saya lama nggak ngikutin bukunya Emha MAs, terakhir Slilit Sang Kyai...luama bangetttttt...walaupun beliaunya itu termasuk idola saya mas, jadi inget dulu masih 'bujangan' rajin ke Menturo utk ikut pengajian padhang mbulan dan diskusi dirumahnya sampai Subuh....

Salam Hebat Penuh Berkah
Siwi LH
cahayabintang. wordpress.com
siu-elha. blogspot.com
YM : siuhik

________________________________
From: Terhegemoni <siril_wafa@yahoo.co.id>
To: sekolah-kehidupan@yahoogroups.com; alumni_umm_kaltim@yahoogroups.com; amandakudus@yahoogroups.com; Forum_LingkarPena@yahoogroups.com; forum_penulis_kota_malang@yahoogroups.com; menulismudah@yahoogroups.com; penulislepas@yahoogroups.com; puskur@yahoogroups.com; rumahilmu@yahoogroups.com; wong-pati@yahoogroups.com; warnaislam@yahoogroups.com; guru-tendik@yahoogroups.com; sayang_anak@yahoogroups.com; bukukita@yahoogroups.com; wordsmartcenter@yahoogroups.com; cfbe@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, January 13, 2009 4:16:52 PM
Subject: [sekolah-kehidupan] (Ruang Baca) Manusia Markeso

Judul :
Markesot Bertutur Lagi
Penulis :
Emha Ainun Nadjib
Halaman : 296 hlm
Penerbit : Mizan
Kota Terbit : Bandung
Terbit : Agustus 1994
Cetakan : I


Dalam buku ini Emha Ainun Nadjib menceritakan
tokoh yang bernama Markesot. Sebagaimana diungkapkan dalam preambule-nya bahwa
Markesot tidak punya gagasan apapun yang disebut dengan” masa depan”. Ia tidak
membayangkan apa-apa tentang perjalanan hidupnya, ia tidak mencemaskan hari
tuanya, ia tidak memimpikan istri dan anak, meskipun sarjana itu
mengejar-ngejarnya sampai-sampai surat cinta disobek-sobek yang dikirimkan
kepadanya dianggap absurd dan cengeng. Ia tidak memperhatikan warna bajunya
atau potongan rambutnya meskipun yang belakang ini mulai berubah semenjak sang
sarjana berhasil menaklukkan hatinya. Yang dipunyai markesot adalah kesetiaan
menjalani hidup dalam satuan detik. Kesetiaan terhadap barang-barang yang
diperbaikinya, barangkali benda itu melahirkan filosofi dan nilai-nilai
kepadanya.
Tokoh Markesot bagi Emha Ainun Nadjib merupakan
kenangan pribadinya atas masa kanak-kanaknya bersama temannya. Merekonstruksi
pemikiran dan memodifikasinya menjadi tokoh imajiner yang diperlukan oleh
masyarakat pembaca dalam situasi sejarah seperti sekarang. Dan Emha Ainun
Nadjib juga mengakui bahwa beberapa cerita dalam tokoh Markesot ini adalah dia
sendiri. Dan, yang harus disebut pula bahwa jasa Markesot baik yang asli maupun
yang dimodifikasi dan diidealisir kepada masyarakat tidak terletak dalam
representasi kemerdekaan pribadinya, sikap egaliternya, perhatiannya yang besar
kepada semua persoalan masyarakat, tapi juga lebih konkret dari itu.
Sesuatu yang sangat saya apresiasi dalam tokoh
Markesot ini adalah bahwa dia selalu mengatakan “bahwa guru adalah apa yang
kita hadapi”. Ia punya kepekaan dan kecerdasan ekstra dalam mesin kendaraan
bermotor. Dari motor sampai truk dan juga kegemarannya dalam elektronika.
Jangan sodorkan kepadanya “sampah” sepeda motor maupun mobil, nanti dia renungi
dan diotak-atik sehingga kembali seperti semula.
Buku ini merupakan kelanjutan pertualangan
Markesot dalam mengarungi samudera permasalahan kita. Dibandingkan dengan “buku
pertama”nya. Buku keduanya ini lebih seru dan mengajak kita untuk merenungi
hakikat kehidupan tanpa menghilangkan sama sekali nuansa guyonan yang telah
menjadi ciri khasnya. Pada hakikatnya, Markesot adalah sebuah cara (untuk
tetap) bertahan menjadi manusia.
Buku ini terbagi menjadi sembilan bagian dan saya
kira satu paragraf pada awal bagian masing-masing bab merupakan representasi
dari bab tersebut. Bagian pertama Markesot bertutur tentang kesunyian. Bagi
Emha Ainun Nadjib, ada banyak hal yang amata menusuk dan menghantam akal sehat
tapi hampir semua para ahli dan pemerintah menyatakan bahwa semua baik-baik
saja sungguh saya amat kesepian. Begitulah yang tertulis di halaman awal bab
pertama sebelum Anda membuka lembaran-lembaran halaman berikutnya.
Sementara pada awal bagian kedua Markesot
bertutur tentang hakikat hidup, lagi-lagi saya tertegun dengan pernyataan Emha
Ainun Nadjib. “Apa kau pikir belajar tasawuf itu hanya dari ulama, ustad, dan
kiai-kiai saja? Apa kalian pikir cacing yang melata dan rerumputan yang
dinjak-injak orang tidak bisa berfungsi sebagai sesama mursyid atau maha guru
bagi proses tasawuf kita?”. Pada bagian ketiga Markesot bertutur tentang
keterbukaan. Di sini kita bebas mengemukakan pendapat apa saja, asal pendapat
itu tidak bertentangan dengan pemerintah. Kita boleh berpidato atau menulis apa
saja di koran â€"koran, asal tidak mengandung unsur SARA, asal tidak menghambat
pembangunan dan tidak merongrong wibawa
pemerintah.
Bagian keempat Markesot bertutur tentang harapan
masyarakat. Indonesia sudah semakin “babak bundhas” oleh berbagai ironi
pembangunan. Oleh makin rendahnya tingkat kemampuan ekonomi mayoritas penduduk
yang tinggal di desa-desa. Oleh berbagai penyakit struktural, inkonsistensi
moral, dan disiplin dalam jajaran birokrasi. Bagian kelima Markesot bertutur
tentang jabatan ia ringkaskan dengan alhasil lurah yang kita tokohkan ini bebal
integritas sosialnya, tuli kemampuannya dan tidak landhep kepekaan
kerakyatannya. Kerjanya hanya menjadi “kerbau cocokan” carik lama yang dikenal
sebagai dedengkot “mafia penghisap rakyat”.
Sementara pada bagian keenam Markesot bertutur
tentang janji pemilu. Lho, bukannya pemilu itu bikin orang tidak tenang. Cuma
Markemplo kurang sir ramai-ramai. Bagi dia, pemilu itu rahasia bathin seperti
hanya cinta pribadi dan Tuhan. Apa yang dia lakukan terhadap pemilu, yang tahu
ya hanya dia sendiri dan Tuhan serta serjumlah malaikat yang diizinkan untuk
mengetahui rahasia itu. Bagian ketujuh Markesot bertutur tentang calon petinggi.
Seseorang menjadi pemimpin atau tidak itu akan muncul dengan sendirinya melalui
seleksi alam, bukan melalui teknokrasi seperti itu. Kalau orang merasa dirinya
jadi pemimpin biasanya dia bukan pemimpin yang baik, malah cenderung menjadi
penguasa. Pemimpin biasanya adalah orang yang merasa sebagai temannya orang
banyak.
Pada bagian kedelapan Markesot bertutur tentang
masyarakat bawah. Masyarakat tidak punya kesanggupan apapun untuk membeli nasib
yang lebih baik, membeli tali koneksi, membeli perlindungan, dan membeli
kemewahan. Mereka bisa saja tiap hari dipukuli oleh majikannya, disirami air
panas, digunduli rambutnya, diperkosa, atau diapakan pun-tanpa ada kemungkinan
untuk membela diri. Dan yang terakhir, bagian kesembilan Markesot bertutur
tentang masa depan. Pernahkah kita membayangkan, kalau di tahun 1989 kita punya anak bagaimana kelak nasib anak
itu kelak di tahun 2000 umpamanya? apakah yang akan kita lakukan sekarang agar
anak-anak kita kelak memperoleh suatu dunia yang menyejahterakan hidup mereka?


Sangata,
13 Januari 2009
http://mkpd. wordpress. com

________________________________
Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat.
Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang!

11.

Sebarkan SAlam

Posted by: "yan_ku" yayan_unj@yahoo.com   c_al_iyan

Thu Feb 19, 2009 7:30 pm (PST)

Seorang trainer berulang kali menggemakan salamnya sebagai brand dari
produk trainingnya. Seraya ia berkata dengan bersemangat,"Salam
Dahsyat", dan ratusan peserta seminar menyembutnya dengan kepalan
tangan keatas, "Dahsyat, Yea.....hh", ruangan bergemuruh dan sedetik
kemudian tepuk tangan riuh. Ruangan kembali segar. Training menjadi
lebih mudah dicerna, diterima dengan gelombang yang sama.

Tentu kita mengenal salam-salam berikut:

Salam Dahsyat   kata Tung Desem Waringin
Salam 165          kata Ary Ginandjar
Salam Super      kata  Kata MArio Teguh
Salam HEbat      kata YAyan Supardjo
Salam adil & Sejahtera kata Partai Dakwah
SAlam BErjuang Sepenuh Hati kata BEM UNJ 2006

Banyak
yah ternyata, dan salam itu mampu menyemangati siapapun yang merasakan
dahsyatnya sebuah salam. Kalau begitu sebelum lanjut membaca samapi
akhir artikel ini mari kita ucapkan dengan sepenuh hati, secara dahsyat
dan sangat super sambil salam 165. yaitu kita salamkan ucapan yang amat
membumi. Sudah siap, bener nih sudah siap. oke kita test.

1

   2

        3

"Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh"

Wah sangat dahsyat gak tuh. Alasannya apa sih bahwa salam ini sangat dahsyat. Seperti berikutnih alasannya:

Abu
Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang kikir yang
sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam menyebarkan Salam.”
Allah SWT berfirman didalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86: Apabila
kamu dihormati dengan suatu penghormatan maka balaslah dengan
penghormatan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa.
Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan. Demikianlah
Allah SWT memerintahkan agar seseorang membalas dengan ucapan yang
setara atau yang lebih baik. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hathim.
Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama para sahabatnya,
seseorang datang dan mengucapkan, “Assalaamu’alaikum.” Maka Rasulullah
SAW pun membalas dengan ucapan “Wa’alaikum salaam wa rahmah” Orang
kedua datang dengan mengucapkan “Assalaamu’alikum wa rahmatullah” Maka
Rasulullah membalas dengan, “Wa’alaikum salaam wa rahmatullah
wabarakatuh” . Ketika orang ketiga datang dan mengucapkan
“Assalaamu’alikum wa rahmatullah wabarakatuhu.” Rasulullah SAW
menjawab: ”Wa’alaika”.
Orang yang ketiga pun terperanjat dan
bertanya, namun tetap dengan kerendah-hatian, “Wahai Rasulullah, ketika
mereka mengucapkan Salam yang ringkas kepadamu, Engkau membalas dengan
Salam yang lebih baik kalimatnya. Sedangkan aku memberi Salam yang
lengkap kepadamu, aku terkejut Engkau membalasku dengan sangat singkat
hanya dengan wa’alaika.” Rasulullah SAW menjawab, “Engkau sama sekali
tidak menyisakan ruang bagiku untuk yang lebih baik. Karena itulah aku
membalasmu dengan ucapan yang sama sebagaimana yang di jabarkan Allah
didalam Al-Qur’an.” Dengan demikian kita bisa mengambil
kesimpulan bahwa, membalas Salam dengan tiga frasa (anak kalimat) itu
hukumnya Sunnah, yaitu cara yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Kebijaksanaan membatasi Salam dengan tiga frasa ini karena Salam
dimaksudkan sebagai komunikasi ringkas bukannya pembicaraan panjang.(http://syarifmawahib.wordpress.com/2007/03/19/mengucapkan-salam-menurut-islam/)Yah sudah dahsyat kan. JAdi jangan lewatkan menyebarkan salam dan menjawab salam. Doa loh itu. he he he. Sudah dulu ya:
Wassalamu'alaykumu WR Wb,
tuh khan dijawab gak? baru saja dibahas.

-------------------------------------
Yayan Supardjo
http://ya2nya2n.multiply.com
mobile: +628159518816
flexy: 021-33810886
voiprakyat: +62 188 1001 83595
email: yayan_unj@yahoo.com

Message: "If you continually give, you will continually have"

----------------------------------------------------------

Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/
12.

[MIMBAR}Nomor Telephone Allah

Posted by: "Supriyadi (PPIC)" SUPRIYS3@Mattel.com

Thu Feb 19, 2009 8:34 pm (PST)

> Di suatu sore yang rintik-rintik hujan... agak gelap memang sore
> itu... mentari tertutup kelamnya mendung....
>
> "Yah,... aku pinjam HPnya ya? " tiba-tiba anakku Daffa merajuk
> "Aku mau telephone Allah...." lanjut anakku yang sekarang kelas TK B
>
> .... "Wahh aneh-aneh ajah nih si "Cipluk" ini" pikirku
> .... "mosok Allah mau di telepon pakai HP.... "
>
> Secepat kilat HP kesayanganku sudah pindah tangan.
> Lalu tangan mungil itu memejet tombol dengan manisnya...
> "...dua... empat... empat ... tiga ... empat ... Hallo...?"
>
> "....Subuh... Dhuhur... Ashar... Maghrib... Isya...yah mas Daffa?"
> tanyaku menyelidik
> Daffa mengangguk sambil terus ngobrol ngalor ngidul di HP
>
> "Kalau nomor buat premium call ada mas?" tanyaku lagi
>
> ... Daffa meletakkan HP-ku lalu sembari mulut mungilnya
> dimonyong-monyongkan berucap manja...
> "tambahin ajah ama 4 4 3 Yah..."
>
> Wah nomor cantik tuh... 2 4 4 3 4 443
>
> "... Subuh (2)... Dhuhur (4) ... Ashar (4) ... Maghrib (3) ... Isya
> (4)... ditambahin Tahajud (4+4) dan Witir (3)... " pasti langsung di
> bales nih....!
>
> Si Daffa memang menggemaskan nih....
>
> Lalu aku cepat-cepat simpan nomor cantik tersebut 24434.443 di otak
> terdalamku
> Lalu aku segera berwudhu
> Sambil tertunduk malu
> Sering kurang lengkap dalam dial nomor telephone ini
> Sehingga mungkin sering tidak nyambung
>
> Salam penuh syukur dan keberlimpahan
>
> Supriyadi
> Galih-apisemangat.blogspot.com
> YM: penggoda_loa
>
>
>
> Peliharalah segala salat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa.
> Berdirilah karena Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk (Al Baqarah
> 238-239)
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
13.

[Catcil]Keluarga Istimewa

Posted by: "muhamad agus syafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Thu Feb 19, 2009 8:36 pm (PST)

Keluarga Istimewa

By: agussyafii

Di pengajian Amalia (Anak Insan Mulia) hampir rata-rata anak orang yang tidak mampu, anak yatim juga ada yang tidak sekolah karena orang tuanya tidak mampu. Namanya Atun. Atun dan keluarganya teramat istimewa buat istri saya. Dia selalu diperlakukan istimewa. Buat saya ada kekaguman pada diri istri saya, bagaimana mungkin orang itu begitu istimewa. Tinggalnya masih ngontrak, bapaknya penjual gorengan diperempatan jalan, ibunya ibu rumah tangga. Anaknya banyak. Bahkan dibilang keluarga itu keluarga miskin.

Saya sempat katakan padanya, apa yang istimewa pada diri atun dan orang tuanya. Istri bertanya. "apakah dia pernah mengeluh karena kemiskinannya?"

"Tidak." jawab saya.

"apakah dia pernah mengambil hak orang lain?" katanya.

"tidak." jawab saya.

"apakah dengan kemiskinannya menghalanginya untuk rajin beribadah?" tanyanya.

"Tidak, Saya sering bertemu dengan ayahnya atun jamaah dimasjid." jawab saya.

"Itulah sebabnya Mas, kita harus mengistimewakan orang-orang seperti mereka, dengan kondisi yang kekurangan mereka tetap istiqomah dalam hidupnya."

--

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13).

Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye Program Pendidikan "Anak-anak Insan Mulia (Amalia)"  Program Pendidikan anak-anak dengan kasih sayang, silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di 087 8777 12 431 atau di http://agussyafii.blogspot.com

14a.

(Moms) Sang Dewi Fortuna: Ibu Lilik Supratiningsih

Posted by: "moh.lutfi31" moh.lutfi31@yahoo.com   moh.lutfi31

Thu Feb 19, 2009 8:38 pm (PST)

Sang Dewi Fortuna : Ibu Lilik Supratiningsih
(penyandang mahkota "pahlawan bangsa")

Sebelum saya masuk sekolah dasar. Sehabis pulang sekolah kakak-kakak
kelas saya sering bercerita seluruh aktifitas di dalam kelasnya, ada
yang bercerita tentang betapa senangnya ketika mendapatkan nilai 100,
yang lain bangga karena telah bisa membaca, dan betapa mereka
bahagianya ketika hafal angka 1-100.
Setiap hari Jum’at dan Sabtu mereka pulang lebih awal, lalu bercerita
kegiatan olahraga mereka dengan semangat, dan memperlihatkan hasil
menggambar mereka. Sapi, kucing dan ayam menjadi favoritnya. Setelah
itu mereka akan mengajari saya, dengan meniru gaya guru kelasnya, saya
diperkenalkan huruf a, b,c dst sehingga saya hafal huruf alpabet
sebelum saya masuk di kelas 1 SD, walaupun masih belum kenal bentuk
hurufnya.
Sampai saat ini saya ingat betul ketika nama guru kelas mereka yang
sering mereka sebut-sebut saat mengajari saya di sekolah-sekolahan
(sebuah permainan berkelompok satu menjadi guru, yang lainnya menjadi
murid) bagaimana cara menulis, menggaris atau cara menggambar ayam dan
tikus, mereka pasti bilang "tadi Ibu Lilik (nama panggilan beliau)
mengajari saya seperti ini", sambil mempraktekkan yang mereka
pelajari dikelas. Nama guru yang mereka idolakan terus mereka sebut,
menjadi bahan referensi pembicaraannya ketika menjelaskan, membuat
saya penasaran. Sehabis bermain saya terus bertanya tentang Ibu Lilik
Supratiningsih karena tahun depannya saya akan telah masuk sekolah.
Mereka selalu cerita tentang beliau yang telaten, sabar dan penuh
perhatian pada mereka dan teman-temannya. Mereka senang ketika setiap
hari Ibu Lilik memberi nilai pada hasil tulisan mereka, apalagi dengan
menggunakan tinta berwarna merah, jika ada yang salah beliau akan
memperbaiki satu-persatu jawaban dari siswanya.
Sosok Beliau yang sabar dan menyenangkan ketika mengajar membuat saya
ingin cepat-cepat masuk sekolah, paman saya juga mempertegas bahwa
sosok Ibu Lilik memang sangat perhatian pada siswanya yang juga sempat
belajar pada beliau. Sehingga dengan dukungan paman dan kemauan saya
untuk sekolah di SD Guluk-Guluk I tempat Ibu Lilik mengajar
terkabulkan, setelah menaklukan hati Ayah yang bermaksud ingin
menyekolahkan saya di SD Guluk-Guluk IV tempat beliau belajar dulu.
Setelah satu minggu saya masuk sekolah, sosok Ibu Lilik sangat
perhatian pada saya seperti ibu kandung saya sendiri, dia berkali-kali
mengajari saya tentang angka dan huruf, karena memang saya termasuk
siswa yang tidak sekolah TK sebelumnya, Ibu Lilik tidak akan lupa
memberi nilai pada setiap hasil perkerjaan saya, dengan itu semua
membuat saya semangat untuk masuk sekolah pada hari berikutnya.
Pekerjaan Ibu Lilik hanya mengajar dan menjadi ibu rumah tangga, dia
lulusan D2, setamatnya beliau langsung mengajar. Mengajar telah
menjadin ruh baginya, beliau istiqomah mengajar di kelas 1 Sekolah
Dasar Guluk-Guluk 1, beliau pernah mengajar kelas 3 sewaktu saya kelas
5 tapi itu cuma bertahan setahun dengan dalih guru kelas 1 pengganti
beliau tidak tahan dengan tangisan dan ulah nakal anak-anak,
lebih-lebih pas kencing dalam kelas (he…barang kali saat ini tidak).
Kesabaran dan ketelatenan menjadi ciri khas tersendiri pada beliau,
dunia anak telah menjadi bagian dari hidupnya, beliau harus menjadi
teman, ibu dan pelayan dari anak-anak. Anak-anak senang pada beliau,
bila disampingnya mereka merasa tenang, tak jarang setiap pulang
sekolah anak-anak harus berebutan untuk meraih tangan beliau, walau
(maaf) ingus masih berlepotan di hidung anak-anak (siswa) beliau.
Menyatunya dengan dunia anak-anak menjadikan figur seperti beliau
sulit ditemukan di era reformasi ini, banyaknya komentar tentang
betapa sulitnya dunia anak-anak, membuat banyak psikolog, motivator
pendidikan memberikan berbagai bimbingan terkait dengan dunia
anak-anak. Hal demikian tidak pada diri Ibu Lilik, dunia anak-anak
secara alami telah terjiwai dalam diri beliau walau pada masanya
penataran tentang dunia anak-anak tidak segencar hari ini, tapi beliau
bisa melewati dengan sukses, pengalamannya berkenalan dengan dunia
anak-anak mengantarkan beliau menjadi guru favorit sekecamatan
Guluk-Guluk pada 2005, dari keunikannya beliau menjadi idola setiap
anak-anak dan kepala sekolah. Terbukti dengan banyaknya kepala sekolah
mengharapkan beliau untuk mengajar di sekolahnya.
Dari perjalanan, perjuangan dan pengabdian beliau pada bangsa,
tentunya layak untuk disandangkan mahkota "pahlawan bangsa", melihat
kiprah guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa tak lagi seharum masa
dulu. Dewasa ini istilah demikian kian pudar, seiring profesi guru
bukan lagi dijadikan tempat mengabdi pada negara dan agama, melainkan
profesi guru â€"Pegawai Negeri Sipil- dijadikan proyek untuk
mengembungkan ekonomi keluarga. Kita lihat pada saat pengrekrutan CPNS
sering terjadi kongkalikong antara para pejabat pendidikan dengan para
calon guru. Dari proses model seperti ini mengakibatkan pengangguran
berdasi (baca; sarjana) di bangsa ini setiap tahunnya bertambah, tanpa
disadari kreativitas anak bangsa dikembosi, kemampuan mengajar seorang
guru tidak lagi jadi periotas, yang penting ada uang maka proses
menjadi pegawai negeri sipil (PNS) akan berjalan mulus-sukses.
Jika saat ini pemerintah gencar-gencarnya meningkatkan mutu guru
dengan memperdayakan program sertifikasi guru sebagai langkah
menyaring guru profesional, membuat para guru sibuk untuk sekolah
kembali ke jenjang yang lebih tinggi dan ikut pelatihan kesana-kemari,
berdampak pada semaraknya layanan proyek ijazah dan serifikat instan
bermunculan, yang pada akhirnya sosok guru tidak lagi “sesakral”
sewaktu saya menjadi siswa, disegani sekaligus dihormati. Coba kita
kaji kasus Sekolah Dasar Sipan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Seorang guru dan wali kelasnya, Erwin Ronaldo Panjaitan, 27 tahun,
yang dilaporkan melakukan pencabulan terhadap 2 siswanya. Ironisnya,
kedua sisiwinya dipaksa melakukan oral seks terhadap dirinya di depan
kelas. Kasus yang sama, peristiwa pencabulan terjadi di sebuah SMA di
Tebet, Jakarta Selatan, yang dilakukan oleh seorang guru bantu pelatih
futsal, Joe yang diduga homoseksual, terhadap anak didiknya dengan
memainkan alat vital siswanya sebagai syarat untuk lulus sebagai
anggota tim futsal sekolah tersebut. Di Bengkulu, seorang siswa SD
Negeri 07 Desa Badung Agung, Kecamatan Semidang Alas memukuli dan
membanting siswanya hingga buang air di celana. Sementara di Sumatera
Barat, salah satu guru di SD 04 Sicincin Hilla ditangkap polisi
karena mencabuli 40 siswanya selama 3 tahun terakhir. Di Makassar,
seorang siswa mengalami muntah-muntah hingga lebam sekujur tubuhnya,
setelah dipukuli gurunya dengan menggunakan mistar kayu. Satu lagi,
kasus pencabulan terjadi di SMP Negeri 23 Bayan, Purworejo, Jawa
Tengah, seorang guru di sekolah tersebut, enam kali menyetubuhi
seorang siswinya dalam kurun waktu empat bulan. Selain itu, demo
tuntutan pengangkatan sebagai guru tetap, tuntutan tunjangan
kesejahteraan yang tak kunjung dibayar, merupakan bukti hilangnya
moral dan integritas seorang guru yang patut digugu dan ditiru,
orentasi mereka tidak lagi pada pengabdian pada bangsa dan agama
melainkan pada uang dan kepentingan pribadi karena memang pada pribadi
guru tersebut tidak ada jiwa (sense) mengajar sebagaimana yang
dimiliki oleh Ibu Lilik, teaching is art guru adalah seni sehingga
panggilan nurani mengajar akan terpancar sendirinya dari seorang
pendidik dan mengajar akan menjadi hal yang menyenangkan, tidak main
petak umpet dengan kepala sekolah atau berbagi hasil dengan sukwan
(guru suka relawan) alias 2,5 % dari gaji pokoknya dijadikan upah
mengajarnya. Si guru enjoy saja di rumah, mengembangkan bisnis
keluarga, pas sekali dengan konsep Kapitlisme Pendidikannya Paulo
Freire, sekolah dijadikan kedok komersialisasi ilmu pengetahaun dan
harga diri seorang guru sebagai civitas sekolah tergadaikan. Jika
seperti ini, siapa yang tidak ingin jadi guru?
Melihat potret guru diatas, tentunya sosok Ibu Lilik akan dirindukan
di Negari ini, seiring dengan banyaknya guru pencari jasa yang
berkeliaran di sekolah-sekolah Negeri. Maka saatnya kini bangsa
memberikan penghargaan pada Ibu-Ibu pejuang bangsa seperti Ibu Lilik
yang umurnya kini memasuki usia tua, yang tidak sempat untuk
melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dan tidak mendapatkan jatah
sertifikasi guru, setidaknya pemerintah tidak hanya fokus pada
sertifikat untuk mengukur akan keprofesionalan seorang guru, tapi jiwa
pengabdi dan nasionalisme seorang guru juga perlu diperhatikan karena
sertifikat bisa dibuat secara fiktif.
Ibu Lilik yang saya takdzimi, semangat dan keikhlasannya untuk
berjuang pada bangsa tetap dirindukan oleh anak bangsa, karena
Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu bangsa ini sibuk dengan urusan mereka
masing-masing sehingga lupa pada anak bangsa yang tak mengenyam
pendidikan lantaran dililit ekonomi yang tak berkecukupan, setiap hari
mereka harus berlomba dengan orang tua mereka mencari makan untuk
bertahan hidup. Ditambah pula para guru yang killer, yang sering
kehilangan metode ketika mengajar karena memang bukan profesinya
mereka tekuni membuat anak bangsa enggan bersekolah. Ibu Lilik yang
terhormat semoga engkau akan terlahir kembali, dikala masa anak-anakku
lahir kelak untuk Indonesia yang tercinta. Amin.

Biodata Penulis
Nama : Moh. Lutfi
Alamat : Jl. Makam Pahlawan No. 2 PPA. Nirmala Guluk-Guluk Sumenep 69463
Email : ellutvimam@gmail.com/moh.lutfi31@yahoo.com
Hp : 087884267586

14b.

Re: (Moms) Sang Dewi Fortuna: Ibu Lilik Supratiningsih

Posted by: "ugik madyo" ugikmadyo@gmail.com   ugikmadyo

Thu Feb 19, 2009 10:31 pm (PST)

Sahabat eSKa,
Mohon perhatian bagi yang mengikuti lomba The Amazing Mom.
Untuk selanjutnya, pengiriman naskah
Silahkan Langsung di kirim ke antologi. penerbitan @ gmail. com (hilangkan
spasi)
Seperti ketentuan yang berlaku
Tidak perlu di kirim ke milist :)

Terima Kasih atas perhatiannya

Ugik Madyo
(salah satu) Moderator

On Fri, Feb 20, 2009 at 10:28 AM, moh.lutfi31 <moh.lutfi31@yahoo.com> wrote:

> Sang Dewi Fortuna : Ibu Lilik Supratiningsih
> (penyandang mahkota "pahlawan bangsa")
>
> Sebelum saya masuk sekolah dasar. Sehabis pulang sekolah kakak-kakak
> kelas saya sering bercerita seluruh aktifitas di dalam kelasnya, ada
> yang bercerita tentang betapa senangnya ketika mendapatkan nilai 100,
> yang lain bangga karena telah bisa membaca, dan betapa mereka
> bahagianya ketika hafal angka 1-100.
> Setiap hari Jum’at dan Sabtu mereka pulang lebih awal, lalu bercerita
> kegiatan olahraga mereka dengan semangat, dan memperlihatkan hasil
> menggambar mereka. Sapi, kucing dan ayam menjadi favoritnya. Setelah
> itu mereka akan mengajari saya, dengan meniru gaya guru kelasnya, saya
> diperkenalkan huruf a, b,c dst sehingga saya hafal huruf alpabet
> sebelum saya masuk di kelas 1 SD, walaupun masih belum kenal bentuk
> hurufnya.
> Sampai saat ini saya ingat betul ketika nama guru kelas mereka yang
> sering mereka sebut-sebut saat mengajari saya di sekolah-sekolahan
> (sebuah permainan berkelompok satu menjadi guru, yang lainnya menjadi
> murid) bagaimana cara menulis, menggaris atau cara menggambar ayam dan
> tikus, mereka pasti bilang "tadi Ibu Lilik (nama panggilan beliau)
> mengajari saya seperti ini", sambil mempraktekkan yang mereka
> pelajari dikelas. Nama guru yang mereka idolakan terus mereka sebut,
> menjadi bahan referensi pembicaraannya ketika menjelaskan, membuat
> saya penasaran. Sehabis bermain saya terus bertanya tentang Ibu Lilik
> Supratiningsih karena tahun depannya saya akan telah masuk sekolah.
> Mereka selalu cerita tentang beliau yang telaten, sabar dan penuh
> perhatian pada mereka dan teman-temannya. Mereka senang ketika setiap
> hari Ibu Lilik memberi nilai pada hasil tulisan mereka, apalagi dengan
> menggunakan tinta berwarna merah, jika ada yang salah beliau akan
> memperbaiki satu-persatu jawaban dari siswanya.
> Sosok Beliau yang sabar dan menyenangkan ketika mengajar membuat saya
> ingin cepat-cepat masuk sekolah, paman saya juga mempertegas bahwa
> sosok Ibu Lilik memang sangat perhatian pada siswanya yang juga sempat
> belajar pada beliau. Sehingga dengan dukungan paman dan kemauan saya
> untuk sekolah di SD Guluk-Guluk I tempat Ibu Lilik mengajar
> terkabulkan, setelah menaklukan hati Ayah yang bermaksud ingin
> menyekolahkan saya di SD Guluk-Guluk IV tempat beliau belajar dulu.
> Setelah satu minggu saya masuk sekolah, sosok Ibu Lilik sangat
> perhatian pada saya seperti ibu kandung saya sendiri, dia berkali-kali
> mengajari saya tentang angka dan huruf, karena memang saya termasuk
> siswa yang tidak sekolah TK sebelumnya, Ibu Lilik tidak akan lupa
> memberi nilai pada setiap hasil perkerjaan saya, dengan itu semua
> membuat saya semangat untuk masuk sekolah pada hari berikutnya.
> Pekerjaan Ibu Lilik hanya mengajar dan menjadi ibu rumah tangga, dia
> lulusan D2, setamatnya beliau langsung mengajar. Mengajar telah
> menjadin ruh baginya, beliau istiqomah mengajar di kelas 1 Sekolah
> Dasar Guluk-Guluk 1, beliau pernah mengajar kelas 3 sewaktu saya kelas
> 5 tapi itu cuma bertahan setahun dengan dalih guru kelas 1 pengganti
> beliau tidak tahan dengan tangisan dan ulah nakal anak-anak,
> lebih-lebih pas kencing dalam kelas (he…barang kali saat ini tidak).
> Kesabaran dan ketelatenan menjadi ciri khas tersendiri pada beliau,
> dunia anak telah menjadi bagian dari hidupnya, beliau harus menjadi
> teman, ibu dan pelayan dari anak-anak. Anak-anak senang pada beliau,
> bila disampingnya mereka merasa tenang, tak jarang setiap pulang
> sekolah anak-anak harus berebutan untuk meraih tangan beliau, walau
> (maaf) ingus masih berlepotan di hidung anak-anak (siswa) beliau.
> Menyatunya dengan dunia anak-anak menjadikan figur seperti beliau
> sulit ditemukan di era reformasi ini, banyaknya komentar tentang
> betapa sulitnya dunia anak-anak, membuat banyak psikolog, motivator
> pendidikan memberikan berbagai bimbingan terkait dengan dunia
> anak-anak. Hal demikian tidak pada diri Ibu Lilik, dunia anak-anak
> secara alami telah terjiwai dalam diri beliau walau pada masanya
> penataran tentang dunia anak-anak tidak segencar hari ini, tapi beliau
> bisa melewati dengan sukses, pengalamannya berkenalan dengan dunia
> anak-anak mengantarkan beliau menjadi guru favorit sekecamatan
> Guluk-Guluk pada 2005, dari keunikannya beliau menjadi idola setiap
> anak-anak dan kepala sekolah. Terbukti dengan banyaknya kepala sekolah
> mengharapkan beliau untuk mengajar di sekolahnya.
> Dari perjalanan, perjuangan dan pengabdian beliau pada bangsa,
> tentunya layak untuk disandangkan mahkota "pahlawan bangsa", melihat
> kiprah guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa tak lagi seharum masa
> dulu. Dewasa ini istilah demikian kian pudar, seiring profesi guru
> bukan lagi dijadikan tempat mengabdi pada negara dan agama, melainkan
> profesi guru â€"Pegawai Negeri Sipil- dijadikan proyek untuk
> mengembungkan ekonomi keluarga. Kita lihat pada saat pengrekrutan CPNS
> sering terjadi kongkalikong antara para pejabat pendidikan dengan para
> calon guru. Dari proses model seperti ini mengakibatkan pengangguran
> berdasi (baca; sarjana) di bangsa ini setiap tahunnya bertambah, tanpa
> disadari kreativitas anak bangsa dikembosi, kemampuan mengajar seorang
> guru tidak lagi jadi periotas, yang penting ada uang maka proses
> menjadi pegawai negeri sipil (PNS) akan berjalan mulus-sukses.
> Jika saat ini pemerintah gencar-gencarnya meningkatkan mutu guru
> dengan memperdayakan program sertifikasi guru sebagai langkah
> menyaring guru profesional, membuat para guru sibuk untuk sekolah
> kembali ke jenjang yang lebih tinggi dan ikut pelatihan kesana-kemari,
> berdampak pada semaraknya layanan proyek ijazah dan serifikat instan
> bermunculan, yang pada akhirnya sosok guru tidak lagi “sesakralâ€
> sewaktu saya menjadi siswa, disegani sekaligus dihormati. Coba kita
> kaji kasus Sekolah Dasar Sipan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
> Seorang guru dan wali kelasnya, Erwin Ronaldo Panjaitan, 27 tahun,
> yang dilaporkan melakukan pencabulan terhadap 2 siswanya. Ironisnya,
> kedua sisiwinya dipaksa melakukan oral seks terhadap dirinya di depan
> kelas. Kasus yang sama, peristiwa pencabulan terjadi di sebuah SMA di
> Tebet, Jakarta Selatan, yang dilakukan oleh seorang guru bantu pelatih
> futsal, Joe yang diduga homoseksual, terhadap anak didiknya dengan
> memainkan alat vital siswanya sebagai syarat untuk lulus sebagai
> anggota tim futsal sekolah tersebut. Di Bengkulu, seorang siswa SD
> Negeri 07 Desa Badung Agung, Kecamatan Semidang Alas memukuli dan
> membanting siswanya hingga buang air di celana. Sementara di Sumatera
> Barat, salah satu guru di SD 04 Sicincin Hilla ditangkap polisi
> karena mencabuli 40 siswanya selama 3 tahun terakhir. Di Makassar,
> seorang siswa mengalami muntah-muntah hingga lebam sekujur tubuhnya,
> setelah dipukuli gurunya dengan menggunakan mistar kayu. Satu lagi,
> kasus pencabulan terjadi di SMP Negeri 23 Bayan, Purworejo, Jawa
> Tengah, seorang guru di sekolah tersebut, enam kali menyetubuhi
> seorang siswinya dalam kurun waktu empat bulan. Selain itu, demo
> tuntutan pengangkatan sebagai guru tetap, tuntutan tunjangan
> kesejahteraan yang tak kunjung dibayar, merupakan bukti hilangnya
> moral dan integritas seorang guru yang patut digugu dan ditiru,
> orentasi mereka tidak lagi pada pengabdian pada bangsa dan agama
> melainkan pada uang dan kepentingan pribadi karena memang pada pribadi
> guru tersebut tidak ada jiwa (sense) mengajar sebagaimana yang
> dimiliki oleh Ibu Lilik, teaching is art guru adalah seni sehingga
> panggilan nurani mengajar akan terpancar sendirinya dari seorang
> pendidik dan mengajar akan menjadi hal yang menyenangkan, tidak main
> petak umpet dengan kepala sekolah atau berbagi hasil dengan sukwan
> (guru suka relawan) alias 2,5 % dari gaji pokoknya dijadikan upah
> mengajarnya. Si guru enjoy saja di rumah, mengembangkan bisnis
> keluarga, pas sekali dengan konsep Kapitlisme Pendidikannya Paulo
> Freire, sekolah dijadikan kedok komersialisasi ilmu pengetahaun dan
> harga diri seorang guru sebagai civitas sekolah tergadaikan. Jika
> seperti ini, siapa yang tidak ingin jadi guru?
> Melihat potret guru diatas, tentunya sosok Ibu Lilik akan dirindukan
> di Negari ini, seiring dengan banyaknya guru pencari jasa yang
> berkeliaran di sekolah-sekolah Negeri. Maka saatnya kini bangsa
> memberikan penghargaan pada Ibu-Ibu pejuang bangsa seperti Ibu Lilik
> yang umurnya kini memasuki usia tua, yang tidak sempat untuk
> melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dan tidak mendapatkan jatah
> sertifikasi guru, setidaknya pemerintah tidak hanya fokus pada
> sertifikat untuk mengukur akan keprofesionalan seorang guru, tapi jiwa
> pengabdi dan nasionalisme seorang guru juga perlu diperhatikan karena
> sertifikat bisa dibuat secara fiktif.
> Ibu Lilik yang saya takdzimi, semangat dan keikhlasannya untuk
> berjuang pada bangsa tetap dirindukan oleh anak bangsa, karena
> Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu bangsa ini sibuk dengan urusan mereka
> masing-masing sehingga lupa pada anak bangsa yang tak mengenyam
> pendidikan lantaran dililit ekonomi yang tak berkecukupan, setiap hari
> mereka harus berlomba dengan orang tua mereka mencari makan untuk
> bertahan hidup. Ditambah pula para guru yang killer, yang sering
> kehilangan metode ketika mengajar karena memang bukan profesinya
> mereka tekuni membuat anak bangsa enggan bersekolah. Ibu Lilik yang
> terhormat semoga engkau akan terlahir kembali, dikala masa anak-anakku
> lahir kelak untuk Indonesia yang tercinta. Amin.
>
> Biodata Penulis
> Nama : Moh. Lutfi
> Alamat : Jl. Makam Pahlawan No. 2 PPA. Nirmala Guluk-Guluk Sumenep 69463
> Email : ellutvimam@gmail.com <ellutvimam%40gmail.com>
> /moh.lutfi31@yahoo.com <%2Fmoh.lutfi31%40yahoo.com>
> Hp : 087884267586
>
15.

[Catcil]Berlaku Lurus

Posted by: "muhamad agus syafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Thu Feb 19, 2009 8:39 pm (PST)

Berlaku Lurus

by: agussyafii

Prof. Achmad Mubarok buat saya sekeluarga sudah tidak ubahnya seperti ayah sendiri. Bahkan saya di kantor Mubarok Institute memanggilnya "abah." Kala dikejar deadline buku saya senantiasa bersama abah bisa berhari-hari untuk menulis dan meng'edit' buku.

Terkadang buat saya abah adalah sosok yang sederhana, bukan hanya sosok sebagai ayah namun juga sosok seorang pendidik sangat begitu kuat pada dirinya. Sebagai seorang yang memahami dunia pendidikan, saya memahami betul karakter abah.

Saya pernah bertanya padanya bagaimana kita bisa selamat ditengah kehidupan yang penuh bujuk rayu seperti sekarang ini.  Abah menjawabnya. saya harus bagaimana?" Abah menjawabnya. "berlakulah lurus disiang hari, agar tidak gelisah dan cemas jika dimalam hari."

Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye Program Pendidikan "Anak-anak Insan Mulia (Amalia)"  Program Pendidikan anak-anak dengan kasih sayang, silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di 087 8777 12 431 atau di http://agussyafii.blogspot.com

16.

(PUISI / RAMPAI) SEMUA MENGGONGGONG

Posted by: "Arrizki Abidin" arrizki_abidin@yahoo.com   arrizki_abidin

Thu Feb 19, 2009 10:31 pm (PST)

“SEMUA MENGGONGGONG”
(Irisan hati rakyat kecil menyongsong PEMILU)
 
Bosan...
Hanya menunggu yang tak pernah datang
Cuma kata-kata saja
Pertama berkalimat panjang seakan beri janji
Kemudian berkalimat pendek seakan senang permainkan yang dicari
Kalau sudah bosan ya pergi saja
Tak usah menambah dengan sengaja
Sia-sia kebiasaan yang semua
Berkala ditiap lima tahunnya
Dan menguap di akhir tanpa rasa salah
 
      Kalian tahu...
      Kalau sudah bosan ya bilang saja
      Tak perlu bela kami lagi
      Tak perlu wakilkan suara kami lagi
      Kami pilih karena suka
      Tapi diujung kalian durhaka pada semua
 
      Semua sama
      Semua bersuara
      Semua lantang
      Semua menggonggong
      Dan tak ada yang menggigit
 
Berkoarlah !
Menggonggonglah sesuka hati kalian !

17.

[Catcil]Yasinan Bersama Membawa Kesembuhan

Posted by: "muhamad agus syafii" agussyafii@yahoo.com   agussyafii

Thu Feb 19, 2009 11:12 pm (PST)

Yasinan Bersama Membawa Kesembuhan

By: agussyafii

Malam itu saya mendapatkan sms dari seorang teman. "Mas Agus, saya shodaqoh untuk anak-anak Amalia ya..tolong malam jumat nanti doakan untuk kesembuhan adik saya yang sedang sakit."

Pada malam jumatnya saya dan anak-anak amalia yang berjumlah 25 anak membaca surat yasin bersama, tidak lupa pula berdoa untuk kesembuhan Adik teman yang sedang sakit. Kekuatan doa sungguh luar biasa. Tidak sampai sampai satu bulan teman tadi bertutur bahwa adiknya sekarang sudah sembuh. "Terima kasih ya mas atas doanya.."tuturnya.

Berdoa memohon kepada Alloh SWT dengan satu niat sebaiknya tidak dilakukan sendirian. Berdoa bersama-sama akan memudahkan terkabulnya satu doa.

--
Obatilah orang-orang yang sakit dengan shodaqoh dan bentengilah harta-harta kalian dengan zakat dan siapkan untuk menolak bala' dengan doa (Hadist Riawayat Baihaqi)

Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye Program Pendidikan "Anak-anak Insan Mulia (Amalia)"  Program Pendidikan anak-anak dengan kasih sayang, silahkan kirimkan dukungan dan komentar anda di 087 8777 12 431 atau di http://agussyafii.blogspot.com

18.

[etalase] "Kunang-Kunang dan Bidadari" - Buku Terbaru FLP Jepang di

Posted by: "Lia Octavia" liaoctavia@gmail.com   octavialia

Thu Feb 19, 2009 11:12 pm (PST)

*"KUNANG-KUNANG DAN BIDADARI" - BUKU TERBARU KARYA FLP JEPANG DI MILAD FLP
KE-12
*

Dapatkan! Buku terbaru karya FLP Jepang yaitu Kunang-Kunang dan Bidadari
dengan harga khusus pada stan bazaar Penerbit Erlangga pada acara Milad FLP
Ke-12 Ahad, 22 Feb 2009, di MP Book Point, Jl. Puri Mutiara No. 72, Jakarta
Selatan, tentunya dengan harga khusus. Diskon hingga 30%.

Buruan dapetin bukunya karena diskon ini hanya berlaku pada tanggal
tersebut! Dan tentu saja potongan harga ini akan disumbangkan sebagai donasi
untuk Palestina.
Beli buku sekaligus menyumbang. Datang ya!

*Judul : Kunang-Kunang Dan Bidadari
Penulis : FLP Jepang
Penerbit : Erlangga, 2008*

Sebuah Persembahan untuk Ibu. Alhamdulillah buku ini menjadi urutan ketiga
yang terbit tahun 2008, setelah Antologi Ramadan: Ramadan Tiba dan Jejak
Langkah di Negeri Gempa.

Buku ini ditulis oleh Elsi Dwi Hapsari, Ivandini, Prahesti Pandanwangi, F.
Abubakar, Lizsa Anggraeny, Budiyati, Sulfiza Ariska, Seriyawati, Ulya
Zulmadjdi, Irmayanti, Sandra Buana Sari, Ryka Lolita, Bainah Sari Dewi, Sunu
Hadi, Moch. Asri, Putri Palupi.

Layout dan sampulnya bagus. Ukurannya juga lucu. Ada halaman persembahan,
dan di belakang ada dua halaman kosong tempat pembaca buku ini ikut
menuliskan cerita mereka sendiri untuk ibu. Kisah ibu yang dituturkan oleh
berbagai pelaku menghadirkan kolaborasi yang elegan dan tidak rugi untuk
dibaca.

Buku ini insyaAllah bisa menjadi Kado yang bagus untuk Ibunda tercinta.

http://forumlingkarpena.multiply.com
www.forumlingkarpena.net
19.

(catcil) Bergerak dan Berubah

Posted by: "galih@asmo.co.id" galih@asmo.co.id

Fri Feb 20, 2009 2:24 am (PST)

Waktu menunjukkan hampir pukul empat sore.
Hm...satu jam lagi jam pulang kantor tiba.
Tidak terasa waktu bergulir dengan cepat,
sebuah pernyataan klasik dan selalu seperti
itu. Pagi berangkat kerja, siang istirahat,
dan sore kembali dari rutinitas pekerjaan.
Senin sampai jumat seperti itulah keadaannya.

Waktu bergerak terus membawa makhluk menuju
aktivitasnya. Waktu bergerak dan makhluk pun
ikut bergerak. Hal inilah yang membuat saya
meyakini bahwa banyak hal di dunia ini yang
bergerak alias dinamis atau tidak statis.
Karena pergerakan itulah selalu terjadi
perubahan-perubahan termasuk perubahan jaman
beserta isinya.

Ketika pagi hari mentari terbit di ufuk timur
kemudian bergerak sehingga terbenam di ufuk
barat. Sebuah pucuk daun dari hari ke hari
memekarkan dirinya sehingga membentuk daun yang
lebar. Begitu pula tren fashion yang digunakan
oleh manusia berubah seiring perubahan jamannya.
Dari mulai celana cutbray hingga celana pensil
pada saat ini.

Semuanya berubah selama pergerakan itu masih
ada, selama putaran jarum jam masih ada, dan
selama paru-paru aktif memompa paru-paru untuk
bernafas. Semua bergerak bagi yang mau terjadinya
perubahan.

Kali ini saya menatap diri. Begitu banyak
perubahan yang terjadi sebagai akibat pergerakan
saya dalam menjalani kehiupan ini. Banyak fase
yang saya lalui sehingga membentuk sebuah
karakter yang melekat pada jiwa ini. Fase-fase
tersebut berubah-ubah sehingga karakter yang
dihasilkan pun berubah-ubah.

Saya melihat diri ini begitu dinamisnya
sehingga sering memunculkan sosok yang baru,
berubah-ubah, tergantung fase yang sedang
dijalaninya. Berbeda dengan makhluk lain,
matahari misalnya, meski melakukan pergerakan
namun sampai ujung waktu posisinya tidak akan
pernah berubah. Terbit dari ufuk timur dan
terbenam dari ufuk barat dan akan seperti itu
selamanya. Sehingga membuat karakter matahari
akan selalu statis meski melakukan pergerakan.
Begitu pula bulan, tumbuhan, hewan, saya
melihat karakter-karakter mereka cenderung
statis meski fisik mereka melakukan pergerakan
asalkan habitatnya tidak berubah.

Habitat, lingkungan, ya, itulah kuncinya. Saya
menyadari bahwa perubahan karakter ini sangat
dipengaruhi dimana saya berpijak. Jika saya
berpijak pada satu tempat, seberapa besar
dinamisnya saya tentu tidak akan terlelau
berpengaruh terhadap pembentukan karakter saya.
Mungkin yang akan berubah adalah sisi-sisi yang
dipengaruhi oleh usia. Untuk yang satu ini diam
di satu tempat atau di banyak tempat tetap akan
membuat manusia berubah.

Saya bercermin. Saya melihat sosok diri yang
berbeda jika dibandingkan dengan masa saya
berpredikat sebagai mahasiswa. Begitu pula
ketika saya mahasiswa, sangat berbeda dengan
sosok saya ketika menjadi siswa SMA. Saya
meresa seperti sebuah pohon yang mempunyai
tunas tetapi menjadi spesies yang baru yang
berbeda dengan induknya.

Berubah, karakter baru, saya seperti berenang
di arus yang deras tanpa bisa melawannya.
Terus mengalir mengikuti arus namun entah
sampai kapan dan dimana muaranya berada.
Mengikuti arus kehidupan memang baik. Hidup
jadi terasa ringan untuk dijalani dan mengalir
saja. Namun saya berfikir semua itu tergantung
dimana saya berpijak. Jika saya berpijak di
tempat yang bisa membuat saya bersikap
mengikuti arus dengan santai itu bagus.
Sehingga saya tidak perlu susah payah
mengerahkan tenaga untuk berenang menuju
muara. Tidak hanya itu, jika tempatnya bagus
saya akan bisa belajar bagaimana menghindari
bebatuan yang besar dan terkadang cadas
yang tersebar disepanjang arus. Bagaimanapun
saya tidak mau sampai di muara dalam keadaan
badan penuh lebam dan luka akibat banyaknya
benturan-benturan yang terjadi antara badan
saya dengan bebatuan itu. Mengikuti arus namun
dengan trik dan startegi yang benar sehingga
sampai di muara dengan selamat tanpa lecet
sedikit pun.

Kembali saya bercermin. Beberapa fase telah
saya lalui dengan beragam tempat dan orang
yang saya temui. Saya teringat ketika menjadi
siswa SMA yang selalu berkutat dengan buku-buku
eksak(anak IPA ceritanya). Mimpi untuk dapat
tembus UMPTN di UGM yang membuat saya menjadi
sosok pelajar dengan tumpukan soal-soal UMPTN.

Namun sosok yang haus akan soal-soal latihan
tersebut luntur ketika sudah menginjakan
kaki di kota Jogja. Tidak ada lagi tumpukan
soal-soal latihan setiap harinya. Lingkungan
baru membuat saya bergerak ke arah yang
berlawanan dengan tujuan semula. Saya benar-
benar menjadi sosok yang berbeda di tempat
yang berbeda. Terkesima dengan tempat baru
membawa saya ke petualangan baru bukan
berpetualang untuk mewujudkan impian di
tempat sebelumnya. Walhasil kegagalan pun
menyapa saya dalam UMPTN. Lagi, tempat menjadi
faktor perubah.

Sekarang saya berpijak di tempat yang belum
saya pijak sebelumnya. Tempat yang menempa
saya sehingga memunculkan karakter baru yang
bersemayam dalam diri. Terkadang saya berfikir
kenapa bisa seperti ini atau bisa juga
seperti ini. Banyak hal yang tidak pernah
terpikirkan namun menjadi sebuah realitas
yang hadir dalam kehidupan saya, menyapa dan
mengakrabi. Semuanya benar-benar bergerak.

Perubahan memang menimbulkan berbagai reaksi.
Wajar, namun khawatir akan tetap hadir. Suka
dan tidak suka, kecewa, menghargai, merupakan
bumbu dari perubahan tersebut. Ada hal yang
saya pelajari dari reaksi lingkungan terhadap
perubahan yang saya alami. Kejujuran. Ya,
kejujuran untuk menjadi diri sendiri dan apa
adanya.

Saya harus belajar untuk bersikap jujur
mengeluarkan apa yang saya rasa. Hal ini
memang akan lebih membarikan rasa relax.
Namun kiranya saya juga harus belajar
memahami bahwa perubahan yang terjadi
pada diri saya tidak akan menyenangkan
semua pihak. Sehingga saya dapat melakukan
perubahan itu dengan kejujuran hati.

Saya pun harus tetap belajar bagaimana
beradaptasi dengan lingkungan-lingkungan
baru. Bukan untuk belajar menjadi bunglon
namun lebih kepada menciptakan sikap yang
berkarakter yang sesuai dengan kejujuran
hati. Saya pun rindu dengan sikap yang
bijak untuk bertanya mengenai alasan dari
pergerakan saya lakukan sehingga menciptakan
banyak perubahan.

Hm...semuanya berubah karena semuanya bergerak.

20 Febuari 2009, 05.15 pm
Oriza Isfahan
Recent Activity
Visit Your Group
Drive Traffic

Sponsored Search

can help increase

your site traffic.

Y! Messenger

PC-to-PC calls

Call your friends

worldwide - free!

Check out the

Y! Groups blog

Stay up to speed

on all things Groups!

Need to Reply?

Click one of the "Reply" links to respond to a specific message in the Daily Digest.

Create New Topic | Visit Your Group on the Web

Tidak ada komentar: