Senin, 16 Maret 2009

[daarut-tauhiid] FW: Mario Teguh, Sebuah Oase Di Tengah Keringnya Dakwah Di Televisi...


________________________________

From: Harakah Muqawwamah (HAMAS) [mailto:izzuddien.alqasam@gmail.com]

<http://ebi-indonesia.com/modules/link/images/482d1a0952f30.jpg>
Pasti banyak yangg tahu siapa Mario Teguh...
Itu loh motivator yang jadi pembicara acara Golden Ways di Metro TV dan
BUSINESS ART di O Channel....
Motivasi-motivasinya yang renyah juga dapat kita nikmati setiap Rabu di
Radio Delta Fm 99,1 dan Jum'at di Radio Pro2 Fm 105 jam 7 - 8 pagi, yang
selalu bilang "Super", untuk hal-hal yang hebat atau menarik....

Dari penampilan fisiknya dan gaya brbicaranya, banyak yg mengira ia
adalah seorang non muslim...

Padahal kalo kita dengarkan jawaban2 dia atas sebuah pertanyaan, hampir
semuanya terkait dgn ayat2 Alquran dan Hadist, beberapa contoh di
antaranya, ketika ia menjawab pertanyaan penonton....
1. Apakah mungkin seorang menyatakan diri sbagai org yag beriman, namun
ia masih ttp percaya pd hari baik, bulan baik, fengshui, ukuran pintu.
Seolah2 kalo ukuran pintunya salah, tdk akan ada kebaikan yg akan
menghampirinya. Kalau seorang sdh menyatakan diri beriman, rumusnya
adalah : Me + God = Enough.....
2. Percayalah ibu, bahwa setelah kesulitan ada kemudahan, dan percayalah
akan kata2 itu, karena Tuhan sendiri menyatakan hal ini sebanyak dua
kali...
3. Agar kita dpt hidup ikhlas, ya sudah nyatakan tekad yg kuat terhadap
diri kita bahwa hidupku, ibadahku, matiku hanyalah untuk Tuhan saja...
4. dsb

Memang gaya penyampainnya bukan sperti seorang Kiai, terlebih dia selalu
menggunakan kata Tuhan saja....

Tapi hal itu dilakukan krn ia ingin memberitahukan ttg keindahan Islam,
tanpa org yg di luar Islam merasa jengah dan risih, dan dakwahnya jd
lebih Universal, walaupun isinya tetap Islami, yg dibungkus dgn ala
Mario Teguh......
Ya sebagai hasilnya, banyak org kristen yg justru menganggap ia telah
manjalankan injil dgn baik...
Padahal apa yg disampaikan banyak merujuk pd ayat Al-Quran dan Hadits...

Kiranya kehadirannya, bisa menjadi semacam penyejuk, di tengah keringnya
dakwah di TV kita pasca kasus Aa Gym, di mana menurunnya popularitas Aa
Gym, justru diikuti oleh penurunan popularitas Kiai dan Ustadz yg
lain....
Dan semakin terpuruknya citra Islam yg diakibatkan oleh aktivitas
terorisme maupun aksi2 sepihak yg dilakukan beberapa ormas Islam..

Juga memberikan acara bermanfaat dan mencerahkan di TV, ketimbang
sinetron sampah, kekerasan, mistis yg marak di TV kita selama ini....

Ini ada cuplikan wawancara dgn beliau, yg cukup menyentuh hati...

----------------------------------------------------------
-------------------------------
Artikel ini diambil dari: sufinews.com

Formula yang anda tawarkan seperti Emotional Question (EQ) nya Daniel
Goldman, begitu?
Kira-kira begitulah. Tapi saya mengistilahkannya dengan Emotional
Intelegents atau Kecerdasan Emosi.

Jabarannya seperti apa?
Banyak cara yang ditawarkan orang dalam melatih responcibility seorang
klien. Ada orang yang dilatih untuk berespon agresif terhadap stimuli.
Ada juga yang berlatih merespon dengan cara melarikan diri. Ada pula
yang menggunakan pendekatan bersembunyi atau mencari pembenaran diri
pada apapun. Pada pendekatan yang terakhir ini apapun dibenarkan sebagai
dukungan terhadap kebenaran diri karena mendapat serangan dari
lingkungan. Nah paradigma ini yang biasanya dibangun dalam budaya.
Sehingga muncul budaya kalau tidak setuju diam saja, nanti kalau sudah
keterlaluan baru kita bereaksi. Nah ini mengakibatkan sekelompok orang
untuk diam selama tidak setuju dan kalau sudah tidak tahan baru bereaksi
dengan reaksi yang lebih agresif dan anarkis.

Kecerdasan emosi itu bukan semata kemampuan seseorang mengendalikan
emosi pada tempat dan waktu tertentu. Dalam Kecerdasan Emosi seseorang
dibekali semacam peta baku yang menjadi "rujukan" untuk respons terhadap
spekuli, atau respons terhadap hubungan. Seorang anak yang sudah
memiliki Peta Kecerdasan Emosi tidak akan berespons negatif ketika
dihina sebab dalam dirinya sudah ada peta bahwa hanya orang yang rendah
saja yang marah ketika direndahkan orang lain. Seseorang yang sudah
memiliki Peta Kecerdasan Emosi tidak akan berespons negatif ketika
dikatakan bodoh oleh pihak lainnya sebab dalam Peta Emosi yang
dimilikinya ada petunjuk bahwa hanya orang bodoh saja yang mengatakan
orang lain bodoh. Kalau secara kolektif bangsa ini di isi oleh
individu-individu yang bereaksi positif terhadap apapun yang terjadi
dilingkungan kita, yakinlah kehidupan berbegara dan berbangsa ini akan
lebih damai dan syahdu.

Jadi, penyemangatan yang kita bicarakan adalah penyemangatan yang
memiliki muara pada pengertian-pengertian baik dan positif, bukan dari
acara hingar bingar seperti musik keras atau teriak-teriak atau
loncat-loncat atau melalui obat atau minuman yang membantu artificial
kita untuk merasa kelihatannya seperti bersemangat. Penyemangatan yang
demikian ini sesaat saja sifatnya.

Di Jepang ada sebuah toko barang antik yang disediakan untuk para
eksekutif yang tengah dilanda amarah. Disitu, orang boleh memecah
berbagai jenis keramik yang ada dengan harapan setelah itu orang akan
merasa lega karena amarahnya telah ditumpahkan pada barang-barang yang
dipecahnya. Anda menghindari pendekatan macam ini?
Ya. Seperti yang saya katakan barusan, pendekatan macam itu temporal
saja sifatnya. Dan ini bukan pemecahan. Marah hanya bisa diobati dengan
memaafkan. Menahan amarah tanpa memaafkan hanya akan menambah penyakit
saja.

Tapi dalam konsep tasawuf, memaafkan itu harus dilatih terus menerus
seiring dengan tumbuhnya "kedewasaan ruhaniah" seseorang. Masih dalam
konteks tasawuf, memaafkan itu hasil perjuangan dari pengendalian
kekuatan ghadhab (amarah) yang berada diantara dua tekanan; pengecut dan
pemberang. Bagaimana menurut Anda?
Nah disinilah letak perbedaan antara Ilmu Kejiwaan Barat dengan Ilmu
Kejiwaan dalam agama. Ilmu Kejiwaan Barat tidak menyertakan komponen
keyakinan yang murni sebagai mekanisme manusia sebagai sebuah sistem,
sedang Ilmu Kejiwaan dalam agama menyertakan proses bahwa manusia itu
bagian dari sebuah keberadaan yang lebih besar, yakni Tuhan. Dan apa
yang Anda sampaikan itu adalah bagian dari Ilmu Kejiwaan dalam agama.

Apa yang Anda katakan itu memang sudah seharusnya demikian bagi orang
yang sudah mengakui keberadaan Tuhan. Karena kalau kita sudah menerima
Tuhan, semua waktu, tempat, keadaan dan kesempatan dipersembahkan hanya
untuk Tuhan. Alasan kita tersenyum di pagi hari kepada isteri dan
anak-anak, menyambut mereka dengan santun, berusaha datang tepat waktu
untuk memenuhi janji, itu semua bukan semata-mata karena didasari atas
kesantunan kita sebagai manusia, melainkan kita ingin mengabdi
kepada-Nya.
Kembali pada "memaafkan" yang Anda katakan, dia sebenarnya akibat dan
bukan sifat. Memaafkan adalah sebuah peralihan dari pusat ego kepada
altruisme. Orang-orang altruis dalam al-Quran disebut sebagai
orang-orang yang berbuat baik (al-muhsinun; red). Semakin jelas disini
bahwa memaafkan tak bisa direkayasa secara artificial dengan upacara
pemutihan seperti acara halal bi halal misalnya. Serupa dengan
memaafkan, kesabaran pun demikian. Ia bukan sifat tapi akibat. Ya,
akibat dari karena ia mengerti resiko, mengerti reaksi yang tidak
proporsional. Orang yang penyabar dan pemaaf itu sebenarnya cermin dari
pengertian luas yang ia miliki. Karenanya kalau ada orang dilahirkan
enggak bisa marah, itu bukan kesabaran tapi ketidaknormalan.

Saat memberikan terapi atau memotivasi, diantara Ilmu Kejiwaan Barat dan
Ilmu Kejiwaan dalam agama, mana yang anda gunakan?
Kalau Anda perhatikan penjelasan saya diatas, sebenarnya "peta" yang ada
dalam Kecerdasan Emosional yang saya tawarkan merupakan gugusan pilar
dari kebenaran, keindahan dan kebaikan. Hal ini didasari oleh fitrah
kehidupan bahwa manusia dalam hidup itu tak lepas dari menginginkan
kebaikan, menyukai keindahan dan mencari kebenaran. Tapi dalam realitas
kehidupan, tiga hal ini lebih sering dirasakan oleh manusia sebagai tiga
hal yang berdiri sendiri-sendiri. Misalnya kebenaran yang dicari
ternyata malah membawa kepedihan, keindahan yang disukainya ternyata
tidak membawa kebaikan, atau kebaikan yang diusahakan malah bertentangan
dengan kebenaran. Pada saat yang demikian manusia tidak dapat menikmati
keadaan itu secara sempurna lalu mengidap split personality atau
kepribadian yang terpecah belah. Nah kira-kira melalui apa manusia dapat
menemukan dan merasakan kebenaran, keindahan dan kebaikan sejati
(haqiqi; red)? Dalam beragama bukan?!

Wah penjelasan Anda nyufi banget loh ?!
Ha...ha...ha...terimakasih, Mas. Tapi terus terang. Dalam menjalankan
tugas (baik sebagai pembicara publik maupun motivator) saya menghindari
komponen-komponen komunikasi yang terlalu mengindikasikan agama Islam
secara formal atau verbal.

Kenapa ?
Buat saya, ketika kita betul-betul dengan sadar sesadarnya mengatakan
"ya !" terhadap keberadaan dan keesaan Allah (laa ilaaha illallaah; red)
kita tak perlu repot-repot lagi memikirkan lebel-lebel formal ketuhanan.
Pokoknya terus berlaku jujur, menjaga kerahasiaan klien, menganjurkan
yang baik, menghindarkan perilaku, sikap dan pikiran buruk, saya rasa
ini semua pilihan orang-orang beriman. Itu alasan pertama.

Alasan kedua, Islam itu agama rahmat untuk semesta alam loch. Berislam
itu mbok yang keren abis gitu loch ! Maksudnya jadi orang Islam mbok
yang betul-betul memayungi (pemeluk) agama-agama lain. Agama kita itu
sebagai agama terakhir dan penyempurna bagi agama-agama sebelumnya.
Agama kita puncak kesempurnaan agama loch. Dan karenanya kita harus
tampil sebagai pembawa berita bagi semua. Kita tidak perlu
mengunggul-unggulkan agama kita yang memang sudah unggul dihadapan
saudara-saudara kita yang tidak seagama dengan kita. Bagaimana Islam
bisa dinilai baik kalau kita selaku muslim lalu merendahkan agama (dan
pemeluk) agama lain.

Apakah dalam pandangan Anda semua agama itu sama ?
Ha...ha...ha...ya jelas tidak sama toch, Mas. Tapi oleh Tuhan manusia
diberi kebebasan memilih diantara ketidak samaan itu. Saya tidak akan
mengatakan bahwa perbedaan itu rahmat, tapi saya akan menunjukkan
Windows Operating System yang dikeluarkan Microsof. Masih ada toch Mas
orang yang masih menggunakan Windows 95? Masih ada juga kan orang yang
menggunakan Windows 98 atau Windows 2000? Dan Anda sendiri sekarang
menggunakan Windows XP kan?. Begitu juga dengan agama-agama Tuhan, Mas.
Ada versi-versi yang sesuai untuk zamannya, untuk kelengkapan fikiran di
zaman itu dan disana ada jenis kemampuan masing-masing orang dalam
menyikapinya. Masak Anda mau memaksa orang lain untuk memakai XP pada
orang yang kemampuannya cuma sebatas memiliki Windows 95? Tidak toch!?
Alangkah indahnya kalau semua orang Islam ketika bicara dapat diterima
semua pemeluk agama lain.

Contohnya seperti apa pembicaraan yang dapat diterima semua pemeluk
agama ?
"Anda adalah direktur utama dari perusahaan jasa milik Anda sendiri.
Anda adalah CEO dari kehidupan Anda sendiri. Anda sebenarnya, sepenuhnya
bertanggungjawab atas bisnis kehidupan Anda dan apapun yang akan terjadi
pada diri Anda sendiri. Anda bertanggungjawab atas semuanya antara lain,
produksi, pemasaran, keuangan, RND dan lain sebagainya diperusahaan
kehidupan Anda. Demikian pula Anda sendirilah yang menentukan berapa
besar gaji Anda, berapa income Anda. Bila Anda tidak puas dengan
penghasilan yang Anda terima, Anda bisa melihat didekat cermin Anda dan
menegosiasikan pada bos Anda, yakni Anda sendiri yang ada didalam
cermin," begitu kira-kira. Nah, menurut saya etos demikian tak dapat
dibantah oleh semua ajaran agama-agama yang ada didunia.

Anda ingin mengatakan bahwa dibalik cermin tersebut ada impian masa
depan dan perencanaan strategis, begitu ?
Ya, tepat sekali. Salah satu pengamatan penting yang dapat ditemukan
pada suatu perusahaan atau individu adalah perusahaan yang dapat
mengetahui nilai utamanya dan dapat membuat perencanaan ke depan serta
mengetahui apa yang harus dikerjakan dalam mencapai misi dan visi
perusahaan.

Demikian pula dengan "perusahaan" Anda. Anda harus memiliki "impian"
masa mendatang serta membuat perencanaan strategis yang harus dijalankan
sesuai dengan proses yang direncanakan, sehingga Anda bisa mengerjakan
apa yang harus Anda kerjakan dan bukan yang Anda senang kerjakan.

Jadi, menurut anda apa asset paling utama untuk perusahaan dan indvidu ?
Asset yang paling utama bagi suatu perusahaan dan individu adalah
reputasi. Pemasaran adalah persaingan antar persepsi yang ada dibenak
pelanggan dan bukan persaingan antara produk yang sebenarnya. Jadi,
reputasi dan persepsi suatu perusahaan atau individu adalah sesuatu yang
amat penting dalam mencapai kesuksesan.[/i]

Jika ditemukan kegagalan, dimana letak masalahnya?
Saya melihat hanya sales people yang gagal, yang disebabkan karena
mereka banyak menghabiskan waktu untuk melakukan sesuatu yang kurang
memberikan nilai-nilai kunci pada perusahaan kehidupan mereka.
Sebaliknya, bagi para sales people yang sukses, umumnya mereka fokus
pada aktifitas yang banyak memberikan nilai-nilai tambah dalam
perusahaan kehidupannya.

Termasuk memberi nilai tambah estetika untuk perusahaan yang bernama
Republik Indonesia karena kemerosotan perilaku bangsanya yang terjadi
disana-sini?
Ha...ha...ha...Dalam sekali anda! Tapi memang benar, pengalaman estetika
itu memang menjadi soal yang mendesak bagi masyarakat kita akhir
belakangan ini. Sehingga mata pendidikan estetika pun menjadi pendidikan
yang layak diakselarasi. Estetika bukan sebatas menyangkut kesenian
semata, ini adalah peristiwa kebudayaan. Estetika itu awalnya adalah
ketakjuban manusia dihadapan alam. Lalu alam itu mengajarkan
bermacam-macam persoalan agar manusia meniru dan menduplikasinya. Sejak
itulah lahir peristiwa kesenian. Didalam kesenian jiwa manusia
diperkenalkan kepada nilai-nilai yang lebih luhur. Dari keluhuran seni,
manusia tergerak untuk mencari pengalaman yang lebih tinggi dan
bertemulah dengan pengalaman reliji. Dari seni pindahlah mereka kepada
agama. Dari sekedar pengalaman estetik maka menginjaklah manusia kedalam
pengalaman relejius.

Sama seperti para ahli tasawuf saat membahas cahaya dari proses manusia
bahwa hidup adalah sebuah tamsil agung tentang perjalanan seorang
manusia menembus lorong dirinya sendiri, tanpa kawan, tanpa bekal, tanpa
lentera.....?
Ha...ha...ha.... Anda lebih paham soal itu. Kembali kepada pendidikan
estetika tadi, itulah pendidikan yang hasilnya akan kita nikmati dalam
bentuk nilai kepatuhan publik kepada hukum, tertib sosial, sikap mental
masyarakat yang hidup dan menjunjung tinggi kedaulatan umum. Dan bangsa
ini akan menjadi bangsa yang peka terhadap alam dan kemanusiaan.

Sekaligus menjadi bangsa yang tampil lebih kuat dihadapan hasutan budaya
pop dan tidak mudah memuja sesuatu yang sejatinya biasa-biasa saja cuma
karena ia di populerkan oleh media massa ?
Ya. Hasil pendidikan itu membuat bangsa ini mudah mengenali sesuatu yang
sejatinya indah dan gerah ketika melihat limbah.

Dengan cara apakah pendidikan estetika ini harus dijalankan ?
Oleh karena estetika itu lebih luas dari hanya mengenali lukisan cantik,
tidak mudah memang untuk menyingkapnya. Tapi jika mau sederhana mulailah
dari diri kita dan masing-masing komponen bangsa untuk kemudian para
pemimpin yang besar visi estetik nya dan kesuksesan pun siap untuk
dijelang.

Apa arti sukses menurut anda ?
Perjalanan 50 tahun hidup yang sudah saya jalani menyimpulkan bahwa
sukses itu tidak selalu berarti mendapat piala atau pujian, meski tak
ada salahnya jika kita mendapatkan keduanya. Hanya saja itu semua bukan
kriteria dari sukses itu sendiri. Karenanya tak jarang orang kemudian
sulit menemukan kesuksesan-kesuksesan yang pernah diraihnya.

Secara sederhana sukses adalah bagaimana kita keluar dari comfort zone
kita dan mencoba menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan definisi ini
Anda akan melihat begitu banyak kesuksesan yang bisa Anda lihat pada
diri Anda. Kalau kemarin Anda baru bisa membantu satu orang, hari ini
Anda bisa membantu dua dan besok Anda bisa membantu lebih banyak lagi,
maka anda sukses. Dengan perasaan yang positif mengenai kesuksesan yang
pernah Anda raih, maka Anda akan merasa semakin sukses dan semakin
percaya diri dengan cita-cita, visi dan misi hidup Anda.

Saya sangat tidak setuju dengan ungkapan, "Biarlah kita sekarang susah,
asal nanti kita sukses". Ini jelas enggak pernah bakal sukses. Saya
bertanya, dimana anak tangganya? Bukankah untuk meraih kesuksesan besar
harus diawali dengan kesuksesan kecil dan sedang?. Ada pepatah yang
mengatakan, "Sukses akan melahirkan sukses yang lain." Nah dari pepatah
ini dapat diambil pelajaran, apabila kita semakin mudah untuk melihat
kesuksesan kita dari hal-hal yang kecil, maka mudah bagi kita untuk
mengumpulkan, mengakumulasikan dan melangkah mencapai sukses yang lebih
besar. Percaya dech, dengan sukses kecil-kecil itu, cepat atau lambat
sukses yang lebih besar akan menjemput Anda.

Tapi sayang, umumnya, masyarakat kita menilai sukses seseorang dari
ukuran-ukuran materi seperti merek mobil yang digunakan, mewahnya rumah
yang dimiliki dan lain sebagainya. Bagaimana komentar Anda ?
Ini jelas penilaian yang harus diluruskan sebab akan ada akibatnya; jika
tidak kaya atau bergelimang harta maka seseorang tidak dikatakan sukses.
Sehingga pada akhirnya berlomba-lomba setiap orang untuk mencari
kekayaan yang lepas dari cara yang halal atau yang haram karena ia takut
kalau dikatakan tidak sukses. Jika kekayaan itu sudah diraihnya, pasti
ia mudah terlena dengan kekayaan itu. Dengan angkuh, ia mengklaim bahwa
kekayaan yang ada padanya itu hasil jerih payahnya sendiri. Ia lupa
bahwa kekayaan sesungguhnya bukanlah sebab melainkan akibat dari sukses
yang diraihnya. Hemat saya, orang yang angkuh dengan apa yang dicapainya
sebenarnya dia tidak berencana untuk mencapai kesuksesan-kesuksesan yang
lain.

Tandanya apa sich seseorang yang terjebak pada keangkuhan atau
kesombongan?
Konon tidak seorang pun bisa masuk sorga kalau hatinya tinggi,
arogansinya besar dan harga dirinya bengkak. Orang-orang arogan tidak
bisa masuk sorga. Kira-kira begitulah secara spiritual. Tetapi didunia
pekerjaan pun orang-orang yang kemudian masuk dalam jebakan kesombongan
dan arogansi ditandai dengan perasaan luar biasa hebat, perasaan paling
top, perasaan paling hebat, bahkan lupa sebenarnya dia sudah merasa
lebih besar dari pada sejatinya. Perusahaan-perusahaan dan orang-orang
demikian biasanya mulai mengalami proses penjatuhan atau proses
penurunan.

Jadi, sombong itu awal dari kejatuhan individual maupun kejatuhan
perusahaan?
Ya, awal dari kejatuhan individual atau kejatuhan perusahaan adalah
ketika mereka lupa diri, arogansi dan sombong. Itulah yang bisa
diungkapkan dari sejarah bisnis. Pada banyak produk-produk yang dulu
terkenal, pemimpin besar, market leader, tapi kemudian sekarang hilang
dari peredaran. Kenapa? Jawabanya adalah ketika mereka terjebak dalam
kesombongan yang membuatnya rasa puas diri.

Dengan kata lain, sebaliknya, jika kita ingin maju kita harus rendah
hati ?
Iya.

Rendah hati yang anda maksud ?
Ya, dia sejenis perasaan dimana kita bukan yang paling top, meski
barangkali kita sudah duduk di tempat yang top.

Maksudnya ?
Bisa saja seorang duduk dikursi Presiden misalnya, Gubernur misalnya,
pokoknya sudah paling top. Lalu dia tetap menunjukkan kerendahan hati,
itu rendah hati namanya. Sebaliknya, jika seseorang duduk pada tempat
yang tinggi, seperti pada jabatan-jabatan itu, namun ia arogan, maka
orang tersebut berubah menjadi tirani, berubah menjadi dictator, bahkan
fasis.

Seseorang yang duduk dikedudukan tinggi tetapi rendah hati maka dia
berubah menjadi pelayan, orang tersebut menyenangkan kita. Jadi sekali
lagi, seorang yang rendah hati tidak merasa sudah paling tinggi meskipun
barangkali dia sudah ditempat paling tinggi. Dengan kata lain,
kerendahan hati adalah tidak menuntut apa yang tidak patut bagi kita
sesuai dengan kedudukan kita. Mendahulukan orang lain dengan menolak
mendahulukan apa yang patut bagi kita sesuai dengan kedudukan kita, itu
kerendahan hati. Kerendahan hati adalah sebuah syarat dimana kita bisa
belajar lebih lanjut. Ketinggian hati adalah sebuah kondisi dimana kita
tidak belajar lagi karena sudah merasa paling top, paling pinter, paling
luar biasa.

Penjelasan Anda mengingatkan saya akan nasehat Sufi Besar, Imam Ibnu
'Atha'illah, yang mengatakan, "Tanamkanlah ujudmu dalam bumi yang sunyi
sepi, karena sesuatu yang tumbuh dari benda yang belum ditanam, tidak
sempurna hasilnya." Pertanyaannya, bagaimana memupuk rasa rendah hati
dalam diri kita ?
O, ya ? Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk memupuk kerendahan
hati diantaranya adalah dengan menyadari kembali bahwa seluruh yang kita
punyai adalah anugerah-Nya, berkah-Nya atau rahmat-Nya. Karenanya
katakan pada diri sendiri, "Aku masih ingin belajar", "Aku masih ingin
mendapatkan input dari sekelilingku", "Aku masih ingin mendapatkan
pengetahuan-pengetahuan dari mana saja agar dapat lebih baik".

"Aku masih ingin belajar", "Aku masih ingin mendapatkan input dari
sekelilingku", "Aku masih ingin mendapatkan pengetahuan-pengetahuan dari
mana saja agar dapat lebih baik". Jika ditilik dari kehidupan kita, umat
Islam, nampaknya metode memupuk kerendahan hati yang Anda sampaikan
masih menjadi problem besar tersendiri ya ?
Persis seperti yang saya perhatikan selama ini. Saudara-saudara kita
sesama muslim masih terlalu asyik dengan dunianya sendiri dan bergaul
hanya pada lingkungannya sendiri. Malah yang lebih memprihatikan, dengan
sesama muslim kalau ngundang pembicara dia tanya dulu, "Orang itu
madzhabnya apa ?." Dia tidak akan menerima orang yang tidak satu
madzhab, satu aliran, dengannya. Padahal dinegara-negara maju sudah
menjadi pemandangan yang biasa orang-orang Yahudi mengundang pembicara
Islam, Hindu atau Kristiani, atau sebaliknya.
Mereka sudah mantap dengan iman mereka sehingga mereka tidak khawatir
dengan pembicara yang datang dari luar komunitas mereka. Mereka sangat
yakin, bahwa dengan cara demikian (menghadirkan pembicara "orang luar"),
mereka dapat memperkaya wacana dan kehangatan batin. Kita, atau
persisnya sebagian umat Islam, lupa bahwa salah satu cara mensyukuri
perbedaan ditunjukkan bukan pada lisan akan tetapi dengan mendengarkan
pendapat orang lain yang beda keyakinan agamanya.

Anda punya pengalaman keberislaman Anda?
Iya. Pernah beberapa peserta saya mengklaim materi yang baru saja
selesai saya sampaikan menurut sudut pandang keyakinan agama mereka.
Seorang peserta yang beragama Kristiani mengatakan bahwa materi saya ada
juga di ajarkan dalam Injil. Peserta lain yang beragama Islam mengaku
bahwa materi yang saya sampaikan ada di Al-Quran surat al-Maidah.
Peserta yang Budha menganggap bahwa materi saya itu penerapan dari
Dharma-dharma Budha. Saya hanya mengembalikan semua apresiasi itu
kepada-Nya.

Pengalaman lain ?
Masih banyak orang yang salah faham terhadap Islam. Ada satu pengalaman
yang mengherankan sekaligus membuat saya prihatin. Dalam satu seminar di
acara coffee break isteri saya didatangi salah seorang peserta penganut
agama Kristen yang taat. Masih kepada isteri saya, orang itu memberi
komentar bahwa saya menerapkan ajaran Injil dengan baik. Lalu dengan
lembut, penuh kehati-hatian, isteri saya memberitahu bahwa saya seorang
muslim. Sontak orang itu terperanjat saat mengetahui bahwa saya seorang
muslim. Yang membuat isteri saya (dan kemudian juga saya) prihatin
adalah ucapannya, "Loch, koq ada ya orang Islam yang baik macam Pak
Mario !?"

Saya pun terkekeh mendengarnya. Nah ini kritik dan sekaligus menjadi
tugas kita semua untuk memperbaiki citra Islam
----------------------------------------------------------
---------------------------------------

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Give Back

Yahoo! for Good

Get inspired

by a good cause.

Y! Toolbar

Get it Free!

easy 1-click access

to your groups.

Yahoo! Groups

Start a group

in 3 easy steps.

Connect with others.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: