Rabu, 04 Maret 2009

[daarut-tauhiid] FW: Sistem Demokrasi: Apakah Sesuai Syariah?

Dari milis tetangga

Assalamu'alaikum wr wb

Ada baiknya sebelum menentukan kita ikut Pemilu atau Golput, kita
dengarkan tausiyah Ust. Ahmad Sarwat

=================================

Sistem Demokrasi: Apakah Sesuai Syariah?

http://www.ustsarwat.com/search.php?id=1211161988
<http://www.ustsarwat.com/search.php?id=1211161988>

Apakah sistem Demokrasi dan partai itu termasuk dalam ajaran Islam? Lalu
bagaimana dengan Partai yang mengatasnamakan memperjuangkan Syariat
Islam tapi juga memperjuangkan sistem Demukrasi?

jawaban

Assalamu ''alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Dunia politik adalah dunia yang sarat jargon dan ungkapan yang bernada
bombastis, karena memang watak dunia politik adalah bagaimana mengajak
dan mengumpulkan pendukung.

Sudah barang tentu sebuah jargon yang diusung tidak selamanya sesuai
dengan definisi dan kriteria baku yang dikenal. Namanya juga iklan,
biasanya agak bombastis dan tidak selalu seperti apa adanya. Maka kita
keliru kalau menilai suatu jargon politik dengan pengertian baku yang
ada di buku pelajaran.

Jargon Demokrasi

Dan salah satu jargon yang sekarang ini sedang ngetrend adalah jargon
demokrasi. Sehingga semua orang berkata tentang demokrasi. Tapi
masing-masing punya pengertian dan maksud yang berbeda. Istilah boleh
sama, tapi definisi dan esensi bisa saja berbeda.

Bukankah seorang Soekarno juga mengusung istilah demokrasi? Namun di
sisi lain, banyak kalangan yang menilainya juga sangat diktator.
Setidaknya untuk kurun dan kalangan tertentu.

Bukankah Soherto juga mengusung istilah demokrasi? Namun semua kita tahu
bahwa istilah demokrasi yang dimaksud oleh seorang Soeharto tentu sangat
berbeda dengan istilah yang dimaksud oleh Soekarno.

Hasilnya, kita boleh bilang bahwa meski jargon demokrasi itu digunakan
semua orang, tapi isi, esensi, makna dan batasannya bisa saja sangat
berbeda.

Dan tentunya kita tidak bisa menyamakan istilah demokrasi yang diusung
seorang Soekarno dengan demokrasi yang digagas oleh Seoharto. Dan
keduanya bisa saja sangat berbeda dengan istilah demokrasi yang kita
kenal sebagai penjabaran trias politika yang ada dalam kamus atau buku
sejarah.

Mengapa Istilah Demokrasi Laris Manis?

Pertanyaannya adalah: mengapa orang banyak mengusung istilah demokrasi.
Semua orang bicara demokrasi namun kenyataan di lapangan justru berbeda.
Demokrasi versi A akan 180 derajat berbeda dengan demokrasi versi B.

Jawabannya untuk kurun waktu ini, dengan tsaqafah yang berkembang,
dengan tingkat informasi yang modern, istilah demokrasi seolah menjadi
sebuah kesepatan buat orang-orang yang ingin melawan dari kediktatoran,
kekerasan, tirani, kedzaliman dan kekuasaaan lalim yang absolut.

Mungkin karena dunia Islam sedang terkubur di balik reruntuhan
kejayaannya, apalagi kampanye besar-besaran anti Islam yang dilakukan
oleh musuh Islam, maka isitlah yang dikenal orang sebagai lawan dari
kelaliman dan kediktatoran seolah tidak jatuh pada syariah atau khilafah
Islam.

Buktinya, kampanye tentang Islam di berbagai negara Islam malah anjlok
dan tidak diterima oleh kalangan muslim sendiri. Agak aneh memang, tapi
itulah realitanya.

Partai-partai yang mengusung nama Islam, syariah, apalagi khilafah,
sepanjang sejarah Islam di Indonesia tidak banyak dipiih orang.
Setidaknya, belum pernah mengantarkan partai itu ke posisi mayoritas
yang dipilih rakyat. Tentu dengan beberapa pengecualian, misalnya
Masyumi di Indonesia, atau FIS di Aljazair, atau REFAH di Turki.

Kalau pun sempat menang, kemenangan mereka tidak langgeng. Selalu muncul
kekuatan lain yang menjatuhkannya.

Tapi ketika sebuah partai Islam mengusung istilah yang mudah dimengerti
dan dipahami rakyat, misalnya istilah demokrasi itu, lucunya justru
banyak yang mendukung dan menyatakan bergabung.

Logika Ormas dan Orsospol: Berbeda

Di situlah letak perbedaan asasi antara sebuah ormas dan partai. Ormas
bisa dijadikan sebuah jamaah kader, namun belum tentu bisa
disederajatkan dengan sebuah orsospol.

Ormas memang tidak bicara tentang dukungan dan suara, sebaliknya, sebuah
partai, nyawanya ditentukan oleh kuat tidaknya dukungan suara. Maka
sebuah partai harus pandai memilih jargon yang sekiranya bisa diterima
semua orang. Walau pun 100% partai itu tidak mendukung esensi jargon
yang diusungnya, bahkan mungkin malah melakukan hal yang sebaliknya.

Banyak kalangan yang mungkin agak keseleo logika pada titik ini. Mereka
ingin sebuah partai Islam dari awal mengusung jargon syariah, khilafah
dan lainnya. Padahal partai itu berada di sebuah negara yang rakyat
muslimnya masih merasa asing dengan jargon-jargon itu. Mereka lebih
akrab dengan istilah demokrasi, kemanusiaan, kerakyatan, keadilan sosial
dan sejenisnya, ketimbang jargon syariah dan khilafah yang dianggap agak
berbau puritan. Setidaknya, ini menurut mereka.

Kalau kami katakan seperti ini, tentunya bukan berarti kami menentang
teman-teman yang banyak mengusung istilah syariah dan khilafah. Ini
sekedar sedikit analisa yang bisa saja benar dan bisa tidak. Tapi kalau
ditimbang-timbang, pobia terhadap istlah yang berbau Islam, syariah atau
khilafah, memang masih sangat bisa kita rasakan. Dan wajar juga kalau
ada sebagian aktifis dakwah yang punya logika demikian.

Sehingga, demokrasi dalam pandangan mereka tidak mengapa bila dipakai
dan dibawa-bawa. Tentunya yang dimaksud bukan demokrasi yang
bertentangan dengan akidah dan syariah Islam.

Demokrasi yang diusung adalah demokrasi yang tetap mengemukakan bahwa
kekuasaan tertinggi adanya di tangan Allah. Sedangkan mengapa justru
istilah demokrasi yang banyak dikemukakan, karena rakyat yang sebenarnya
beragama Islam itu lebih nyaman dengan istilah demokrasi. Hanya karena
sekarang ini lagi musim istilah demokrasi, maka tidak ada salahnya
menggunakan istilah itu. Toh, apalah arti sebuah nama?

Kalangan Yang Tidak Sependapat

Tentunya logika seperti ini bukan tanpa kritik. Banyak kalangan yang
tidak setuju dengan alur berpikir seperti ini.

Maka muncul pula berbagai pendapat yang berbeda serta bernada
mempertanyakan.

Misalnya mereka bilang, lho memangnya ada demokrasi yang sesuai akidah
dan syariah? Bukankah demokrasi itu sistem buatan kafir? Bukankah
demokrasi itu menyebutkan bahwa kekuasaan berada di tangan rakyat, bukan
di tangan Allah, berarti demokrasi itu bertentangan dengan akidah Islam.
Mengapa harus dicampur-campur dengan Islam? Kalau mau memperjuangkan
Islam, mengapa tidak pakai saja isitlah yang datang dari Islam itu
sendiri?

Mungkin pertanyaan-pertanyaan model begini yang akan banyak bertaburan,
bila kita mengetengahkan wacana tentang demokrasi ala Islam yang banyak
diusung partai-partai berbasis umat Islam. Dan memang wilayah ini adalah
wilayah ''panas'' penuh perdebatan, yang barangkali memang tiada akhir.

Tentu bukan wadahnya untuk memperdebatkan masalah ini di sini. Karena
tentunya semua pihak yang berbeda pendapat akan tetap mempertahankan
hujjahnya masing-masing.

Namun setidaknya, untuk belajar ke depan nanti, tidak ada salahnya
sekedar berkenalan dengan hujjah-hujah itu tanpa harus berprasangka yang
tidak-tidak. Dengan mengusung rasa hormat atas perbedaan pendapat,
mengapa kita tidak belajar berkenalan dengan alasan-alasan yang datang
dari pihak yang mungkin tidak sesuai atau tidak sejalan dengan pemikiran
kita sendiri?

Wallahu a''lam bishshawab, wassalamu ''alaikum warahmatullahi
wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

=========

Wassalamu'alaikum wr wb

Haris Respati

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Yahoo! Groups

Dogs Owners Group

Join Do More For Dogs

pet community

Yahoo! Groups

Special K Challenge

Join others who

are losing pounds.

All-Bran

Day 10 Club

on Yahoo! Groups

Feel better with fiber.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: