Jumat, 06 Maret 2009

[daarut-tauhiid] Menikah, Sulit?

Menikah, Sulit?


oleh Hifizah Nur

----------------


Dalam
suatu sesi diskusi di kelas bahasa Jepang, sensei memberi kami tema
tentang "Bila pernikahan tidak disetujui ortu, apakah anda akan tetap
menikah?"  Topik ini lumayan mendapatkan perhatian dari teman-teman
sekelas yang selalu bosan mengikuti kelas percakapan di siang yang
melelahkan. Tema  ini sangat  cocok untuk anak muda. Apa lagi di antara
teman-teman sekelas yang bertiga belas orang orang itu, hanya saya
sendiri yang sudah menikah, alias lebih senior dari yang lain.

Awalnya diskusi berjalan biasa, setiap orang mengungkapkan
pendapatnya. Ada yang memilih tetap melakukan pernikahan, ada juga yang
mengungkapkan dengan pasti bahwa ortunya tidak akan menentang
pernikahannya. Saya sendiri yang menikah dengan smooth meskipun tanpa
proses pacaran mengungkapkan orang tua saya ok-ok saja ketika saya
menikah, lancar seperti jalan tol.

Selanjutnya diskusi semakin menjauh dari tema inti. Teman-teman yang
kebanyakan masih berusia di awal 20-an mengungkapkan bahwa mereka suatu
saat ingin menikah, tapi sekarang masih ingin memuaskan
keinginan-keinginan pribadi. Seperti bekerja, mengumpulkan banyak uang
dan pergi ketempat-tempat terkenal di dunia. Karena itulah mungkin,
usia pernikahan semakin lama semakin menua. Di Jepang saja rata-rata
usia pernikahan kira-kira 29 tahun untuk perempuan dan 35 tahun untuk
laki-laki.

"Kalau menikah, pasti akan sulit melakukan hal-hal yang menyenangkan" kata seorang teman.

Teman laki-laki yang berasal dari Norwegia langsung menukas,
"kenapa? saya tidak keberatan kalau isteri saya kelak punya keinginan
untuk bersenang-senang sendiri".

Teman perempuan saya yang lain mencibir,"saya tidak percaya kalau
ada laki-laki yang mau memberi kebebasan kepada isterinya seperti itu"

Wah diskusi mulai memanas nih...dua pola pikir yang berbeda, dari
barat dan dari timur. Yang satu menganut kebebasan, satu lagi sangat
paham tentang ketatnya aturan-aturan rumah tangga, yang biasa ada di
dunia timur.

"Bagi saya, pernikahan itu sesuatu yang mengikat, tidak bisa bebas
lagi menikmati hidup, makanya saya tidak ingin menikah" Ujar teman dari
Canada, yang berdarah Taiwan.

Selanjutnya teman laki-laki dari eropa tadi berkata, "karena itu
sebelum menikah kita harus saling mengenal dulu yang lama, bahkan kalau
bisa tinggal bersama" ujarnya.

Wah sudah mulai melenceng nih, seru saya dalam hati. "Mungkin pola
pikir kita berbeda. Saya sendiri, tanpa melewati proses hidup bersama
sebelum menikah pun, sampai saat ini pernikahan saya lancar-lancar
saja. Tidak ada masalah-masalah besar," Tukas saya cepat.

Teman dari Canada berbalik ke arah sensei , dan bertanya, "Sensei,
apakah sensei setelah menikah tidak mendapat masalah dengan suami
sensei?"

"Tentu saja ada," Jawab sensei sambil tersenyum. Mungkin maklum juga
dengan keingintahuan muridnya yang masih sangat muda-muda itu. "Suami
saya orang yang sangat memelihara kebersihan, dan sangat sangat
kibishii (ketat) dalam hal ini. Di awal-awal setelah menikah, meskipun
saya sudah membersihkan rumah, tetapi suami saya selalu mengeceknya
lagi dan mengkritik hasil kerja saya yang bagi dia kurang bersih."
Sensei berhenti sejenak, memperhatikan reaksi murid-murid di depannya.

"Tetapi setelah berjalan setahun, masing-masing pihak sudah bisa saling beradaptasi" Ujar sensei.

Karena sensei tahu, hanya saya yang sudah menikah di kelas itu,
sensei bertanya pada saya."Kalau kamu sendiri, sesudah menikah,
bagaimana rasanya? apakah menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk?"
tanya sensei.

"Saya rasa saya menjadi lebih baik dari sebelumnya" Ujar saya.
"Misalnya, sebelum menikah, saya orang yang keras kepala, kurang peduli
dengan orang lain. Tapi setelah menikah, saya bisa jadi lebih memahami
orang lain. Dan sekarang lebih mempertimbangangkan keluarga saya dalam
mengambil keputusan-keputusan" tambah saya.

Perbincangan bergulir ke arah perceraian setelah menikah. Ternyata
di negara teman laki-laki yang berasal dari Norwegia itu, tingkat
perceraian sangat tinggi, mencapai 50% ."berarti tidak ada hubungan
antara mengenal luar dalam lebih dulu sebelum menikah, dengan
kelanggengan pernikahan ya...." Batin saya. Lalu di Jepang pun angka
perceraian meningkat pesat belakangan ini. Begitu juga di Korea,
sampai-sampai pemerintah Korea membuat kebijakan untuk membawa kasus
perceraian ke pengadilan, untuk mempersulit proses perceraian.

Di Jepang bila pasangan suami isteri ingin bercerai sangat mudah.
Mereka tinggal mengisi kolom perceraian yang diambil di shiyakusho
(kantor pemerintah) lalu bercerai begitu saja. Tentu saja mereka harus
membagi harta menjadi dua bagian sesuai kesepakatan mereka.
Akhirnya saya bilang" Sensei, menurut saya, yang sangat penting
dalam suatu pernikahan adalah, masing-masing pihak harus menyadari
kalau mereka sedang mengambil tanggung jawab yang berat. kalau itu
disadari oleh setiap pasangan, saya yakin pernikahan itu akan baik-baik
saja."

Sensei mengangguk setuju dengan pendapat saya. Saya tidak tahu
dengan teman-teman yang lain. Mungkin mereka masih harus menyerap,
melihat dan belajar lebih banyak tentang dunia pernikahan.

Dalam islam sendiri, para pemuda disarankan untuk segera menikah
agar bisa tetap manjaga kesucian diri. Pernikahan adalah perjanjian
yang berat yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Bukan
suatu hal yang main-main.

Bagi saya pernikahan adalah suatu proses dan juga sarana yang bisa
menjadikan saya lebih baik dari waktu ke waktu. Pernikahan juga membuat
saya bisa menjalani hidup ini dengan tenang, karena memiliki tempat
berbagi, tempat mencurahkan kasih sayang, dan tempat memperkaya batin
saya dengan pelajaran memaafkan.

Ya, memaafkan. Bagi diri saya sendiri yang masih sangat tidak
sempurna menjadi ibu dan isteri yang baik di keluarga saya. Bagi
anak-anak saya yang masih harus mengenal a ba ta tsa kehidupan. Dan
bagi suami saya yang masih belajar menjadi pemimpin dalam menjalankan
bahtera rumah tangga ini, agar semua penumpang selamat sampai ke
tujuan.
Meraih keabadian syurga di akhirat kelak. Allahumma amiin.
--------------sumber:eramuslim.com
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Recent Activity
Visit Your Group
Y! Groups blog

the best source

for the latest

scoop on Groups.

Yahoo! Groups

Stay healthy

and discover other

people who can help.

John McEnroe

on Yahoo! Groups

Join him for the

10 Day Challenge.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: