Minggu, 20 Maret 2011

[daarut-tauhiid] Satu Sedekah Seribu Berkah

Satu Sedekah Seribu Berkah

Oleh Abu Umar Abdillah

Dikisahkan dalam Kitab Min 'Ajaa'ibish Shadaqah, suatu malam ada orang fakir
mengetuk pintu rumah seorang ulama, lalu orang alim itu bertanya kepada
istrinya tentang sesuatu yang dimilikinya. Sang istri berkata, "Kita tidak
memiliki apa-apa selain sepuluh butir telur ayam." Suaminya berkata,
"Berikanlah telur-telur itu kepadanya." Maka telur itu diberikannya kepada
si fakir, dan disisakan satu butir telur untuk anaknya tanpa sepengetahuan
suaminya. Tak lama kemudian, datang seorang tamu mengetuk pintu dan
membawa rejeki yang diperuntukkan untuk keduanya sebanyak 90 dinar. Lalu
orang alim itu bertanya kepada istrinya, "Berapa telur yang kamu berikan
kepada si fakir?" Istrinya menjawab, "sembilan butir." Lalu beliau berkata,
"Kita mendapatkan 90 dinar, setiap kebaikan dilipatkan sepuluh kali."

Kisah ini hanyalah sampel tentang sedekah yang membuahkan keberkahan.
Qadarullah, Allah berkehendak menjadikan berkah tersebut begitu nyata dan
dapat dihitung dengan rumus matematika, Allah menggantinya dengan sepuluh
kali lipat. Meski tentunya tak selalunya 'reward' itu bisa diindera
sedemikian rupa. Yang pasti, seseorang akan mendapatkan hasil lebih banyak
dari apa yang ia sedekahkan karena Allah.

Penderma Lebih Butuh dari Penerima

Sekilas, tatakala seseorang mendermakan hartanya kepada orang fakir, maka si
fakirlah yang mendapat manfaat dari sedekah itu. Namun sejatinya, keuntungan
yang didapatkan oleh penderma, jauh lebih banyak dan lebih besar. Tidak
berlebihan jikalau disimpulkan bahwa kebutuhan kita untuk bersedekah itu
lebih besar dari kebutuhan orang fakir terhadap harta yang kita sedekahkan.
Bukankah Allah telah berfirman,

"Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka
(faedahnya) itu untuk kamu sendiri." (QS. al-Baqarah: 272)

Begitupun dengan firman-Nya, "In ahsantum ahsantum li anfusikum", jika kamu
berbuat baik, maka sesungguhnya kamu berbuat baik untuk diri kamu sendiri.
Ini menjadi kaidah umum untuk seluruh kebaikan. Adapun kebaikan berupa
sedekah sangat nyata dirasakan pengaruhnya oleh orang yang pernah
mengalaminya.

Nabi *shalallahu 'alaihi wasallam* telah meyakinkan kita, bahwa harta tidak
berkurang dengan disedekahkan,

"Tidaklah berkurang harta yang disedekahkan." (HR Muslim)

Imam an-Nawawi menjelaskan dalam Syarah Muslim, bahwa maksud tidak berkurang
itu mengandung dua pengertian. Pertama bahwa harta itu diberkahi dan
dengannya madharat bisa tercegah, sehingga berkurangnya harta secara fisik
tergantikan dengan keberkahan, dan ini bisa dirasakan dan terbukti
sebagaimana pengalaman yang bisa disaksikan. Yang kedua, meskipun secara
dzatnya berkurang, namun dari sisi pahala lebih banyak dari harta yang
berkurang."

Ada hadits lain yang menguatkan bahwa, setiap sedekah yang kita keluarkan,
pasti akan mendapatkan ganti. Sebagai pengabulan doa dari para malaikat
sebagaimana sabda Nabi *shalallahu 'alaihi wasallam*,

Tiada datang waktu pagi melainkan ada dua malaikat yang turun atas manusia,
lalu satunya berdoa, "Ya Allah, Berilah ganti bagi yang bersedekah." (HR.
Bukhari)

Seribu Berkah Ba'da Sedekah

Allah tidak akan menjadikan orang yang berdema menjadi pailit. Bahkan
sebaliknya, berkah yang melimpah akan disandang oleh para dermawan. Logika
iman mengajarkan, bahwa sedekah berarti investasi kepada Allah yang pasti
untung dan mustahil merugi.

Jika seseorang atau badan usaha yang profesional, datang kepada kita dengan
cashflow yang menjanjikan keuntungan, ditambah lagi dengan kemungkinan
minimnya resiko, lalu menawarkan saham untuk kita, tentulah kita akan
bergegas untuk menyambutnya, dan menanamkan modal demi keuntungan yang
besar. Meskipun keuntungan itu masih bersifat asumsi maupun prediksi. Masih
ada resiko kerugian, atau bahkan kebangkrutan. Baik disebabkan oleh
keteledoran dalam mengelola usaha, atau adanya faktor eksternal di luar
perhitungan. Anehnya ketika tawaran itu datang dari Dzat yang menjanjikan
keuntungan jauh lebih tinggi, Dia juga Maha Menepati janji, dan Mahakuasa
membagi rejeki, masih ada orang yang meragukan untuk menyambut tawaran-Nya.
Masih berfikir jikalau investasi itu akan berujung pada kerugian dan
kemiskinan. Alangkah buruk persangkaan mereka kepada Allah.

Bagaimana mungkin akan merugi, investasi usaha yang dikelola oleh Allah yang
Maha Mengatur segala alam semesta? Mari kita simak, jaminan keuntungan yang
Allah janjikan bagi siapapun yang berkenan menanam investasinya kepada-Nya,

"Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah
akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan
memperoleh pahala yang banyak." (QS. al-Hadiid: 11)

Adakah yang lebih layak dipercaya selain Allah, yang Mahakaya, dan Maha
Berkuasa atas segalanya? Bagaimana mungkin orang yang berakal ragu untuk
menitipkan investasinya kepada Allah?

Allah *subhanahu wa ta'ala* pun telah berjanji dalam hadits qudsi,

"Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
Allah Ta'ala berfirman, "Berinfaklah wahai Anak Adam, niscaya Aku akan
berinfak untukmu."

(HR al-Bukhari)

Pun begitu, ganti yang dijanjikan itu belum tampak di depan mata. Hanya
orang yang yakin dan tawakal yang berani mengambil keputusan. Toh, fakta
menunjukkan, tak ada cerita orang yang miskin lantaran over dosis dalam
berderma.

Keberkahan sedekah tak hanya mengundang datangnya kemaslahatan yang
diharapkan, tapi juga mencegah kemadharatan yang ditakutkan. Sedekah yang
kita lakukan seakan menjadi tebusan hingga di kemudian hari kita aman dari
suatu bahaya yang mengancam.

Nabi *shalallahu 'alaihi wasallam* mengisahkan tentang Yahya bin Zakariya
yang memerintahkan Bani Israil dengan lima hal, salah satunya adalah, "Aku
memerintahkan kalian untuk bersedekah. Karena perumpamaan sedekah itu
seperti seseorang yang ditawan musuh, lalu tatkala musuh sudah memegang
leher dan hendak menebasnya, tiba-tiba dia berkata, "Aku menebusnya dari
kalian dengan harta sedikit dan yang banyak." Maka iapun berhasil
membebaskan diri dari mereka." (HR Tirmidzi, beliau mengatakan, "hadits
hasan shahih")

Ibnu Syaqiq bercerita, bahwa Abdullah bin Mubarak pernah ditanya oleh
seseorang tentang luka di lututnya yang terus mengeluarkan nanah sejak tujuh
tahun. Dia juga sudah berusaha menempuh berbagai macam pengobatan, pergi ke
tempat para tabib, namun juga belum menunjukkan hasilnya. Maka Ibnul Mubarak
menyarankan, "Pergilah dan buatkanlah sebuah sumur di tempat perkampungan
yang membutuhkan air, saya ber-harap air bisa mengalir di sana, dan ketika
itu lukamu akan sembuh. Orang itupun melakukan saran beliau dan kemudian
sembuh.

Buah Sedekah di Akhirat

Begitulah keajaiban faedah sedekah di dunia. Sedangkan faedah sedekah di
akhirat lebih hebat lagi. Karenanya, Andai saja manusia setelah mati
dikembalikan ke dunia, maka yang ingin mereka lakukan adalah bersedekah,

"Wahai Rabbi, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu
yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk
orang-orang yang saleh" (QS. al-Munaafiqun: 10)

Ini menunjukkan betapa mereka melihat bahwa di akhirat sedekah sangat
bermanfaat. Orang yang bersedekah akan tahu, bahwa harta sejati yang menjadi
miliknya adalah harta yang disedekahkannya. Sedangkan harta yang tersisa,
atau telah dipergunakan itu akan fana.

Ketika ummul mukminin ditanya oleh Nabi *shalallahu 'alaihi
wasallam*tentang kambing yang disembelih, adakah masih tersisa? Aisyah
menjawab,
"Telah habis dibagi, hanya tersisa sebelah bahunya saja." Nabi *shalallahu
'alaihi wasallam* bersabda, "(yang benar), masih utuh semua, kecuali sebelah
bahunya." (HR Muslim)

Yang dibagik-bagikan itulah hakikat harta yang sebenarnya, sedangkan yang
tersisa itu bukanlah menjadi miliknya selain hanya sementara saja. Kemurahan
Allah yang melipatkan pahala sedekah hingga 700 kali lipat dan bahkan bahkan
masih lebih banyak lagi.

Kedermawanan akan mendekatkan pelakunya menuju jannah, sekaligus membentengi
dan menjauhkan pelakunya dari neraka. Ya Allah, jauhkanlah kami dari sifat
bakhil. Amin. (Abu Umar Abdillah)

http://www.arrisalah.net/kolom/2011/03/satu-sedekah-seribu-berkah.html


[Non-text portions of this message have been removed]

------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: