Senin, 12 September 2011

[daarut-tauhiid] cerita jodoh(ku)

 

Cerita Jodoh(ku)Oleh: Lhinblue alfayruz

sumber: dakwatuna.com -
===================
Apa yang terlintas di benak Sahabat pertama kali ketika membaca judul tulisan ini??
Oohh.. Mungkin ada yang berpikir bahwa sang penulis akan berbagi tentang cerita jodohnya.
Tentunya
di sini aku takkan berbagi tentang cerita jodohku karena aku sendiri
belum mengalaminya. Namun, aku akan berbagi tentang cerita jodoh(ku).
"Ku" yang dimaksudkan di sini adalah orang yang sudah mengalami proses
dalam menjemput jodohnya. Setiap kita mempunyai scenario hidup termasuk
cerita jodoh yaitu bagaimana proses penjemputan jodoh masing-masing.
Mungkin ada yang awalnya tak saling kenal akhirnya menikah. Atau ada
juga yang sudah kenal sejak lama dan akhirnya menikah walaupun tak
pernah menduga sebelumnya.
Perkenankan aku untuk mengutip
perkataan Pak Mario Teguh yang SUPER SEKALI: "Jodoh itu di tangan Tuhan.
Benar. Tapi jika Anda tidak meminta dan mengambil dariNYA, selamanya
dia akan tetap di tangan Tuhan."
Ya! Jodoh itu adalah bagian dari
rezeki, perlu diusahakan, perlu diikhtiarkan. Nah, proses ikhtiar dalam
penjemputan jodoh inilah yang akan aku angkat dalam tulisan ini. Cerita
Jodoh(ku), yang aku dapatkan dari sumber orang pertama dan orang kedua
atau bahkan orang kesekian. Ada berbagai cerita yang aku angkat di sini
yang semoga saja bisa menginspirasi dalam mengikhtiarkan penjemputan
jodoh kita.
Cerita Jodoh(ku) part 1: Berawal dari Facebook
Ada
seorang ikhwan yang profesinya sebagai seorang trainer menemukan
jodohnya via Facebook. Bagaimana hal itu bermula? Mari aku ceritakan
kisah tentang mereka.
Bagi seorang trainer, menjaga silaturahim
dengan orang-orang yang telah ditrainingnya adalah sebuah keniscayaan.
Begitu pun dengan ikhwan trainer ini. Di setiap akhir training, ia
selalu memberikan nama akun FBnya agar para peserta training bisa tetap
menjaga silaturahim dengan sang trainer via FB.
Suatu hari,
seperti biasa, ketika seorang trainer menulis status FB, pasti berbau
hal-hal yang bisa memotivasi seseorang, seperti apa yang selama ini
dilakukan mereka via training. Izinkan aku untuk mengutip sebuah lirik
yang mungkin tak asing di telinga kita:
"Berawal dari Facebook baruku..
Kau datang dengan cara tiba-tiba.."
Ya! Berawal dari sebuah status
FB sang trainer yang begitu memotivasi para pembaca, ada salah seorang
akhwat yang pernah menjadi peserta training yang mengomentari status
tersebut. Intinya, sang akhwat tersentuh dengan kata-kata yang
dituangkan sang trainer dalam statusnya. Dari situlah, sang trainer
akhirnya berkunjung ke FB sang akhwat -karena merasa belum mengenal sang
akhwat- hanya sekadar ingin mengingat-ingat mungkin sang akhwat pernah
menjadi salah satu peserta trainingnya.
Tak dinyana, ketika
memasuki halaman FB sang akhwat, ada sebuah rasa yang muncul dalam hati
dan sebuah bisikan yang begitu halus dan berulang : "Aku yakin, dia
jodohku..". Interaksi dan komunikasi pun terjalin via FB hingga akhirnya
sang trainer memutuskan untuk meminang sang akhwat menjadi istrinya.
Gayung pun bersambut, sang akhwat menerima pinangan itu dan mereka
menikah. Simple, isn't it?
Cerita Jodoh(ku) part 2: Love at the first sight
Love
at the first sight atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi "cinta pada pandangan pertama". Menurut penelitian para ilmuwan,
cinta jenis ini sering terjadi pada laki-laki. Ketika seorang laki-laki
melihat seorang perempuan dan dengan serta merta ada rasa cinta tumbuh
dari sana. Itulah yang dinamakan cinta pada pandangan pertama, ada suatu
ketertarikan tertentu saat pertama kali melihat seorang perempuan.
Pada
suatu agenda dakwah, yang tanpa hijab (pembatas antara ikhwan dan
akhwat), seorang ikhwan -yang memang sedang mencari jodohnya- merasa
menemukan jodohnya ketika ia melihat dari kejauhan ada seorang akhwat
yang membuat jantungnya berdebar-debar dan muncullah bisikan dari
hatinya: "Aha, dialah orangnya.."
Tentu, bagi aktivis dakwah
ketika ada perasaan yang muncul terhadap lawan jenis, tak serta merta
disampaikan secara langsung kepada yang bersangkutan. Sang ikhwan
berjuang untuk mengikuti kata hatinya karena ada keyakinan yang mendalam
bahwa akhwat itulah jodohnya. Karena ia pun sudah masuk dalam kategori
'siap nikah', maka tak ada kata lain selain untuk berta'aruf dengan sang
akhwat. Ia mencari tahu siapa
Murabbiyah (guru ngaji) sang akhwat dan
mencari tahu nomor HPnya. Allah pun memudahkan jalannya. Sang murabbiyah
akhwat ternyata adalah orang yang sudah dikenalnya. Sang ikhwan
akhirnya menghubungi sang murabbiyah dan menyatakan diri untuk
berta'aruf dengan akhwat yang dimaksud.
Sang akhwat yang tidak
tahu menahu tentang sang ikhwan, akhirnya mengiyakan untuk melanjutkan
proses ta'aruf, tentunya setelah istikharah panjangnya. Proses ta'aruf
pun berlangsung, mulai pertemuan pertama, kedua, yang didampingi oleh
guru ngaji masing-masing (tak berduaan), ada begitu banyak kecocokan,
dan akhirnya pertemuan berlanjut ke pertemuan pihak keluarga
masing-masing. Kedua pihak keluarga pun merasa cocok, tak ada masalah,
hingga akhirnya sang ikhwan mengkhitbah (meminang) sang akhwat dan tanpa
berlama-lama dalam proses, mereka pun menikah. Barakallah..
Cerita Jodoh(ku) part 3: Halalkan saja..
Jika
dua cerita di atas berkisah tentang dua orang yang awalnya belum saling
kenal dalam menemukan jodohnya, maka pada cerita ketiga ini, aku
menceritakan kisah yang sedikit berbeda, dua orang yang sudah saling
kenal dan memang mereka berjodoh pada akhirnya.
Cerita ini bermula
dari tiga orang aktivis dakwah yang diamanahkan untuk pergi ke suatu
kota untuk suatu tugas dakwah tertentu, untuk menetap agak lama di kota
itu. Tiga orang ini terdiri dari dua akhwat dan satu ikhwan. Qadarullah,
salah seorang akhwat tidak bisa pergi karena ada satu keperluan yang
begitu mendesak yang tidak bisa ditinggalkan.
Lantas bagaimana dengan
tugas dakwah yang sudah diamanahkan kepada mereka bertiga? Akankah tetap
berjalan dengan satu orang yang tidak ikut serta? Itu berarti hanya ada
satu ikhwan dan satu akhwat yang akan pergi. Dan mereka berdua bukanlah
mahramnya. Bukankah akan terjadi fitnah yang besar jika dua orang yang
bukan mahramnya melakukan perjalanan bersama?
Maka, mereka pun
berkonsultasi kepada sang qiyadah. "Ustadz, bagaimana kami bisa pergi
berdua saja karena kami bukan mahram? Adakah yang bisa menggantikan
al-ukh yang tidak bisa pergi itu? Ataukah ustadz ada saran lain?"
Sang
ustadz menjawab dengan mantap: "Ya sudah, halalkan saja..". Akhirnya,
mereka menikah dan melanjutkan perjalanan dakwah bersama. Subhanallah,
inikah yang dinamakan '"menikah di jalan dakwah"?? Ketika hati tak lagi
ragu, ketika dakwah menjadi alasan pernikahan mereka, bukan alasan lain
yang bersifat duniawi.
Cerita Jodoh(ku) part 4: Ternyata jodohku dia..
Seorang
ikhwan yang dikategorikan siap nikah, sedang berikhtiar menjemput
jodohnya. Proposal nikah pun sudah diajukan kepada sang Murabbi untuk
dicarikan pendamping hidup.
Tak lama berselang, ta'aruf dengan
seorang akhwat pun dilakukan. Namun, proses kandas di tengah jalan.
Ta'aruf-ta'aruf berikutnya pun demikian, tak ada yang sampai pelaminan
bahkan khitbah pun belum. Berkali-kali ta'aruf, rupanya sang ikhwan
belum juga menemukan jodohnya.
Hingga akhirnya pada suatu ketika,
sang ikhwan ditawari seorang akhwat oleh sang Murabbi. Akhwat yang
dimaksud tak lain tak bukan adalah adik kelasnya yang juga satu
organisasi dakwah. Proses ta'aruf yang dijalani begitu lancar dan
berlanjut hingga ke pelaminan.
"Ternyata jodohku dia..", gumam
sang ikhwan setelah pernikahan berlangsung. Mungkin akan ada suatu
lintasan pikiran dalam benak sang ikhwan: "Andai saja dari dulu saya
tahu kalo jodohku dia, dari awal aja proses dengan dia..". Sayangnya,
kita tak pernah tahu siapa jodoh kita sebelum kita benar-benar
menemukannya dan menikah dengannya.
####
Sahabat, begitulah
beberapa cerita jodoh(ku) yang bisa aku angkat dalam tulisan ini. Ada
yang pertama kali berinteraksi, langsung mengetahui bahwa dia jodohnya.
Ada pula yang sudah kenal sebelumnya dan tidak pernah menduga, ternyata
berjodoh. Jodoh benar-benar misteri, tinggal kita yang memilih bagaimana
proses penjemputan jodoh yang akan kita torehkan dalam cerita
jodoh(ku). Apapun ikhtiar yang dilakukan, semoga menuai berkah Allah.
Jika
di awal jalan menuju pernikahan saja sudah tidak berkah, maka
mungkinkah keberkahan berumah tangga akan terwujud? Semoga kita bisa
menjaga keberkahan proses dari awal hingga akhir.
Sahabat, memang
betul bahwa Allah pembuat scenario terbaik, sutradara terbaik dalam
kehidupan ini. Tapi ingat! Kita adalah aktornya, performance aktor lah
yang akan dilihat, bisakah sang aktor berperan sesuai dengan yang
diharapkan sang sutradara seperti yang tertuang dalam scenario?
Allah
memang sudah menetapkan jodoh kita di Lauh Mahfudz sana, jauh sebelum
kita lahir ke dunia ini. Apakah kita akan berjodoh dengan orang yang
belum dikenal sebelumnya atau bahkan orang yang sudah kita kenal dan
dekat di sekitar kita. Tinggal kita yang memilih akan menjemput jodoh
yang disertai keberkahan atau tidak.
Lantas apa yang dimaksud
dengan berkah Allah dan bagaimana cara agar apa yang dilakukan
senantiasa mendapat keberkahan dari Allah?
Berkah, jika dilihat
dari bahasa berupa kata 'al-barakah', yang artinya berkembang, bertambah
dan kebahagiaan. Asal makna keberkahan, begitu Imam Nawawi berkata,
ialah kebaikan yang banyak dan abadi.
Ada 2 syarat agar barakah
Allah senantiasa menaungi kita. Pertama, iman kepada Allah. Jadi, hanya
orang mukminlah yang mendapatkan barakah Allah, seperti yang Allah
sampaikan langsung melalui surat cintaNYA:
"Andaikata penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi, mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya". (QS.
Al-A'raaf [7] : 96)
Orang yang merealisasikan
keimanannya kepada Allah, dengan hanya bergantung padaNYA, yakin
padaNYA, senantiasa menyertakan Allah dalam setiap apa yang dilakukan,
merekalah orang-orang yang akan mendapatkan barakah Allah. Semoga kita
termasuk ke dalamnya. Aamiin.
Syarat kedua, amal shalih. Amal
shalih adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-NYA,
sesuai dengan syariat yang diajarkan Rasulullah Shalallahu 'alaihi
wassalam.
Jadi, untuk meraih keberkahan dalam ikhtiar menjemput
jodoh, kita harus YAKIN ke Allah bahwa jodoh kita takkan pernah
tertukar. Kita pun harus menyertakan Allah dalam setiap mengambil
keputusan terkait jodoh ini, selalu istikharah memohon petunjukNYA. Dan
yang tak kalah penting, perbanyak amal shalih, semakin dekat ke Allah
dan menjauhi apa-apa yang dilarangNYA. Tidak bermaksiat ketika proses
menjemput jodoh itu berlangsung.
Tidak ada jalan berdua yang akan
mendekati zina, tidak ada sms mesra dengan kata-kata penuh cinta, tidak
ada chatting untuk hal-hal yang tak penting, sebelum akad ditunaikan.
Setiap
orang yang sedang dimabuk cinta -tulis Dr. Khalid Jamal dalam buku
Ajari Aku Cinta di halaman ke 25- pasti ia tidak menghendaki kekasihnya
merupakan salah satu komponen kemaksiatan yang ia lakukan. Demikian pula
ia tidak mau menjadi salah satu komponen kemaksiatan yang dilakukan
kekasihnya. Camkanlah arti kata cinta yang amat mulia tersebut.
Bukankah kita sudah yakin dengan janji-NYA yang tertuang seperti ini dalam ayat cintaNYA?

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki
yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang
dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh
itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)." (QS. An-nuur
[24] : 26)
Maka, hal yang paling tepat untuk dilakukan dalam
penantian bertemu dengan jodoh hanyalah memperbaiki diri. Yakinlah,
ketika diri ini sedang berusaha memperbaiki diri, maka ia-pun yang entah
berada di belahan bumi yang mana, yang telah tertulis dalam kitabNYA,
juga sedang berusaha memperbaiki diri. Dan semoga Allah mempertemukan
kita dengannya dalam kondisi keimanan terbaik yang mampu untuk
diusahakan.
Sahabat, jika diibaratkan hari ini kita berada pada
waktu pagi setelah sarapan, maka bertemunya kita dengan sang jodoh
adalah waktu makan siang kita. Jika sudah tiba waktu makan siang, maka
kita pun akan segera sampai pada waktu makan siang kita. Tinggal
bagaimana kita memanfaatkan waktu dari pagi hingga siang itu untuk
mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat bukan sekadar menunggu jam
makan siang yang akan membuat kita menjadi bosan.
Ada banyak hal
yang bisa kita lakukan dalam ikhtiar menjemput jodoh. Selain berikhtiar
mencari atau meminta dicarikan pendamping hidup, satu hal yang paling
penting adalah mempersiapkan diri menuju gerbang pernikahan. Bukan,
bukan persiapan hari H resepsi pernikahan yang cuma satu hari yang aku
maksudkan di sini. Tapi, hari-hari setelah hari H: sudah siapkah kita
menjadi seorang suami/istri, sudah siapkah kita menjadi ayah/ibu, sudah
siapkah kita menjadi seorang menantu, sudah siapkah kita menjadi
adik/kakak ipar, sudah siapkah kita menjadi bagian dari keluarga besar
suami/istri kita, dan sudah siapkah kita menjadi seorang tetangga? Dan
pertanyaan utama yang patut dipertanyakan adalah akan dibawa ke mana
bahtera rumah tangga kita nantinya??
Maka, Sahabat, mari kita
tunggu waktu makan siang kita dengan menyibukkan diri dengan hal-hal
yang bermanfaat, bukan saja menyiapkan diri menuju gerbang pernikahan,
tapi juga menyibukkan diri dengan amanah yang saat ini kita emban.
Jangan sampai kita focus menyiapkan diri menuju pernikahan tapi malah
menelantarkan apa-apa yang saat ini Allah amanahkan kepada kita. Umat
butuh kontribusi kongkret dari kita -para pemuda-, maka bekerjalah.
Bekerja untuk Indonesia. Bekerja untuk Allah.Terakhir, izinkan aku mengutip sebuah kalimat dari Majalah Ummi edisi 02/XVII/Juni 2005:

"… menikah justru akan membuka pintu rizki, bila dilakukan dengan
persiapan yang matang, pemikiran yang tepat dan niat yang ikhlas.
Mudah-mudahan Allah berkenan memberikan kemudahan kepada kita semua…"
By: LhinBlue, yang sering khilaf dalam berkata-kata, yang masih dangkal dalam setiap ilmu
=============

**SURYATI**
Gd. Pascasarjana FEUI
Pascasarjana Ilmu Ekonomi Lt. 2
Kampus UI
Depok

Telp : 78849152-53
Fax : 78849154
Pin BB : 27782D20
Email : y4t12002@yahoo.com, suryati06@ui.ac.id

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE
A bad score is 598. A bad idea is not checking yours, at freecreditscore.com.

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: