Kamis, 15 September 2011

[daarut-tauhiid] Re: Ta'mir Masjid Itu Bernama Soekarno - From Moscow with Love (1)

2011/9/15 Koran Digital <korandigital@gmail.com>

FROM MOSCOW WITH LOVE (1)
Ta'mir Masjid Itu Bernama Soekarno
Oleh M. Aji Surya
Kamis, 15 September 2011 , 05:41:00 WIB

Melancong ke Rusia jangan lupa mampir ke masjid biru. Disini kita bisa
mengenang celoteh Presiden pertama Indonesia disegani pemimpin negara
adidaya Uni Soviet.

Kota St. Petersburg tanpa the Blue Mosque pastilah tidak lengkap. Seperti
rawon tanpa garam. Meski nama aslinya masjid Jam'ul Muslimin, orang lebih
sering mengasosiasikannya dengan kubah dan "gerbang"-nya yang berwarna biru
nan cantik. Letaknya yang berada diantara dua obyek wisata utama yakni
benteng Peter & Paul serta sungai Neva, menjadikan masjid ini dikenal oleh
siapapun.

Jujur, pertemuan saya dengan imam masjid biru, Mufti Ja'far Nasibullah
Ramadan lalu telah membakar kecintaan dan kebanggan saya sebagai warga
Indonesia. Bagaimana tidak, imam berwibawa itu menganggap saya yang katrok
ini seorang Soekarno kecil. "Kunjungan Anda membangunkan ingatan saya atas
Presiden Soekarno," kata pria yang berperawakan sedang dengan wajah sedikit
oval, saat bersalaman persis di pintu gerbang masjid.

Memasuki the Blue Mosque bersama sang imam terasa sejuk di hati, seolah
berada di beberapa masjid agung Indonesia. Di atas pintu masuknya, terpajang
kaligrafi bertuliskan ayat suci yang mengingatkan kita agar senantiasa
membersihkan hati: ''Masuklah dengan damai dan aman.''

Setelah melewati semacam ruang tamu, kita akan langsung masuk ke dalam
masjid lantai pertama yang mampu menampung lebih dari dua ribuan jamaah.
Kubah besar yang dari luar berwana biru langit, bagian dalamnya terdapat
ukiran dan lukisan yang terpengaruh oleh budaya Arab. Di tengah-tengah
menggantung lampu bulat besar terbuat dari baja tulen bertatahkan kaligrafi
dengan berat lebih dari 2 ton. Lampu buatan Rusia itu tampak kokoh
berwibawa. Sementara, karpet tergelar dengan rapi.

Dari kejauhan tampak mihrab agung berwarna biru yang terbentuk dari
kumpulan ribuan marmer yang didisain khusus. Di tengah-tengahnya terdapat
siluet berupa kaligrafi yang menegaskan pesan-pesan Tuhan tentang kebaikan
dan kebijakan yang harus diikuti oleh umatnya. Di sampingnya, terdapat
mimbar khutbah berwarna emas dengan tangganya yang tinggi terbuat dari kayu
dan mengingatkan kita pada mimbar di beberapa masjid agung di pulau Jawa.
Persis di sebelah kanan mihrab terdapat dua ukiran kaligrafi hadiah dari
Megawati Soekarno Putri dan Jusuf Kalla.

Sementara itu, lantai dua dan tiga dipakai khusus untuk jamaah wanita,
sehingga masjid tidak perlu disekat seperti yang ada di beberapa masjid
kita. Uniknya, untuk bisa mengikuti shalat berjamaah, kaum hawa hanya bisa
melihat imam salat melalui dua jendela gaya Mesir. Seperti jendela yang
terlihat dalam film Ayat-Ayat Cinta-nya Hanung Bramantyo.

Tampak juga pilar-pilar besar yang berfungsi menyangga kubah, lantai dua
dan tiga yang dihiasi dengan aneka lukisan bunga Rusia bagian Selatan.
Warnanya cerah dan membangkitkan gairah. Pembagian ruangan yang lega serta
kebersihannya yang terjaga membuat para jamaah betah berzikir di dalamnya.

Hubungan antara masjid ini dengan mantan Presiden pertama Indonesia, Ir.
Soekarno, tidak bisa dipisahkan. Pada zaman komunis Uni Soviet, nama
Soekarno berkibar-kibar di tengah masyarakat Soviet. Bukan hanya dianggap
sebagai teman dalam Perang Dingin melawan poros Barat, namun juga sebagai
presiden negara berpenduduk muslim terbesar yang memberikan 'berkah' bagi
muslim di kota di St. Petersburg.

Menurut Ja'far Nasibullah, suatu hari di tahun 1955, Soekarno berkunjung ke
St Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad. Ia datang dan menikmati
kota indah ini dengan putri kecilnya yang bernama Megawati Soekarnoputri.
Kunjungan yang lebih bersifat rekreasi ini tidak bisa dilewatkan sang
presiden, karena kota yang didirikan oleh Kaisar Peter Agung itu memang
merupakan kota terindah di Uni Soviet. Tidak kalah dengan Paris ataupun
Barcelona.

Suatu siang, dari dalam mobil Soekarno sekilas melihat sebuah bangunan yang
unik. Sopir diminta memutar haluan untuk melihat bangunan tersebut. Namun,
sang sopir tak menuruti permintaan orang nomor satu RI. Tidak ada perintah
untuk memutar apalagi berhenti, katanya. Tapi dasar presiden kita itu
cerdik, diam-diam dengan berbagai cara ia datangi bangunan itu.

Setelah dua hari menikmati keindahan kota dekat Findlandia yang saat itu
masih bernama Leningrad, Soekarno terbang ke Moskow untuk melakukan
pembicaraan tingkat tinggi guna membahas masa depan kerja sama bilateral dan
berbagai persoalan Perang Dingin yang saat itu terus memuncak dengan
rekannya Nikita Sergeyevich Khrushchev. Dalam bincang-bincang di Kremlin
tersebut sempat tersiar kabar suatu pembicaraan khusus diantara kedua
pemimpin bangsa.

''Bagaimana kunjungan ke Leningrad tuan Presiden. Tentu sangat
menyenangkan, bukan?,'' tanya pemimpin adidaya Soviet.

''Rasanya saya belum pernah ke Leningrad,'' ujar Soekarno.

''Tuan Presiden memang pandai bertutur. Bukannya kemarin dua hari
berjalan-jalan dengan sang puteri di sana.''

''Ya. Kami memang berada disana, tapi kami belum kesana.''

''Kenapa begitu?''

'Karena saya tidak dibolehkan sopir mengunjungi bangunan yang saya yakin
sebuah masjid.''

Seminggu setelah kunjungan usai. Sebuah kabar gembira datang dari pusat
kekuasaan, Kremlin. Seorang petinggi pemerintah setempat menginformasikan
bahwa satu-satunya masjid di Leningrad yang telah menjadi gudang pasca
revolusi Bolshevic tersebut boleh dibuka lagi untuk beribadah tanpa
persyaratan apapun. Sang penyampai pesan tidak memberikan alasan secuilpun
mengapa itu semua terjadi.

Sampai sekarang, beredar cerita di kalangan masayarakat St. Petersburg
bahwa rahmat itu datang melalui celoteh presiden pertama kita. "Tanpa
Presiden Soekarno, mungkin masjid ini sudah hancur sebagaimana masjid dan
gereja yang lain. Karenanya batin saya selalu dekat dengan semua orang
Indonesia. Ya lublu Indonesiyu (Saya cinta Indonesia)," ujar sang imam
dengan mimik serius. Sontak, kepala saya berdiri tegak, bangga abis sebagai
anak bangsa Indonesia.

(Penulis adalah diplomat Indonesia pada KBRI Moskow ajimoscovic@gmail.com)


------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: