Keseimbangan Ilmu,Iman dan Amal Dalam Kehidupan
Oleh : Prof. Dr. Achmad Mubarok,MA
Disampaikan dalam Work Shop Pengawasan Dengan Pendekatan Agama,
diselenggarakan oleh Inspektorat Jenderal Departemen Agama,
Jakarta 6 Mei 2008
sumber, http://mubarok-
Pendahuluan
Manusia adalah makhlukyang mengenal makna. Jika seekor sapi dihargai
sesuai dengan besar kecilnya daging,maka manusia yang gemuk belum
tentu lebih bermakna dibanding yang kurus, orang besar belum tentu
lebih bermakna dibanding orang kecil, atasan belum tentu lebih
bermakna dibanding bawahan. Tinggi rendahnya makna disebut martabat.
Orang yang bermartabat adalah orang yang kehadirannya di pentas
kehidupan memberi makna,meski boleh jadi kehadirannya hanya sebentar.
Sebaliknya orang yang kehadirannya tidak memberi makna,meski mungkin
umurnya panjang atau masa jabatannya lama, ia bukanlah orang yang
bermartabat. Hadirnya tidakmembuat genap, absennya tidakmembuat
ganjil. Konsep makna dipengaruhi oleh ilmu,iman dan amal. Orang yang
berilmu langkahnya dipandu oleh teori, orang yang beriman langkahnya
dipandu oleh keyakinan,sedangkan orang yang banyak beramal langkahnya
dipandu oleh semangat.
Konsep Pengawasan Dalam Kehidupan
Ada orang yang merasa bebas sebebasnya dalam hidup.Ia menentukan apa
yang diinginkan dan apa yang dikerjakan, karena ia merasa bahwa
manusia adalah penentu dalam kehidupan. Baik-buruk,perlu-
penting-tidakpentin
Ada orang yang merasa bahwa hidup ini ada skenarionya dan manusia
harus hidup mengikuti skenario itu. Jika tidak maka ia akan ditegur
sutradara dan ditertawakan penonton karena melakukan sesuatu yang
menyimpang dari skenario. Dari mana skenario itu ? ada yang merasa
bahwa masyarakatlah penyusun skenario itu, oleh karena itu orang yang
perilakunya menyimpang akan dikucilkan oleh masyarakat. Yang lain
meyakini bahwa skenario itu datang dari atas, dari Sang Pencipta
kehidupan, baik yang melalui kitab suci,ajaran nabi maupun melalui
akal murni berupa akhlak universal dan kearifan lokal. Penyimpangan
dari skenario diyakini akan berakibat "kualat".
Pertanyaannya "siapa" yang merasa diawasi dan "siapa" yang mengawasi ?
Siapa yang menyuruh mematuhi skenario dan siapa yang menggoda untuk
menyimpang ? siapa pula yang menegur ?
Al Qur'an surat Qaf ayat 16 berbunyi :
Artinya : Sungguh Kami(Tuhan) telah menciptakan insan, dan Kami
mengetahui apa yang dibisikkan oleh nafs nya. Dan kami (mengawasi
mereka) dari jarak yang lebih dekat dari ulat leher mereka.
Dari ayat tersebut ada hal-hal yang perlu diterangkan secara detail,
yaitu (1) insan, (2) nafs (3) bisikan (4) Pengawasan Tuhan
Insan
Al Qur'an menyebut manusia dengan sebutan basyar dan insan. Basyar
adalah manusia secara fisik, sedangkan insan adalah manusia sebagai
makhluk psikologis. Kata insan berasal dari kata nasiya yansa yang
artinya lupa, dari kata uns yang artionya mesra atau jinak dan
darikata nasa yanusu yang artinya gejolak. Jadi karakteristik
psikologis insan ada pada jarak antara lupa dan sadar, mesra dan benci
dan antara tenang dan bergejolak.
Ada manusia yang selalu sadar, tenang dan penuh dengan rasa kasih
sayang, sebaliknya ada manusia yang pelupa,pembenci dan gelisah. Ada
juga yang tenang tetapi penuh dengan kebencian dan selalu sadar akan
kebenciannya, dan masÃh banyaklagi typology psikologi manusia. Yang
menarik adalah definisi insan; al insan hayawan nathiq, manusia adalah
hewan yang berfikir. Jadi pembedanya adalah berfikirnya. Jika manusia
sudah tidak bisa lagi diukur berfikirnya,
Nafs
Nafs artinya sisi dalam manusia, atau jiwa. Nafs atau jiwa merupakan
sistem yang bekerja secara sistemik, dengan sub-sistem akal,hati,
hatinurani, syahwat dan hawa nafsu.
Akal= problem solving capasity, tugasnya berfikir, produknya logik,
ia mampu menemukan kebenaran tetapi tidak menentukannya. Kebenaran
akal sifatnya relatip. Akal adalah potensi intelektuil manusia
Hati= alat untukmemahami realita. Hal-halyang tidak masukakalbisa
difahami oleh hati. Muatan hati sangat banyak, dari benci, cinta,
keberanian, takut, tenang,gelisah dan sebagaianya. Hati bisa longgar,
sempit dan bahkan tertutup. Hati memimpin sistem kejiwaan, tetapi ia
memiliki karakter tidak konsisten, bisa jujur,bisa bohong.
Nurani berasal dari kata nur artinya cahaya.Nurani adalah cahaya
Tuhan yang ditempatkan di dalam hati, oleh karena itu ia konsisten dan
tidakbisa kompromi dengan kebohongan. Nurani selalu jujur. Nurani
seperti black box yang ada di dalamhati. Sebagai cahaya,nurani bisa
tidak memancarkan cahaya jika tertutup. Yang sxuka menutupi cahaya
nurani adalah keserakahan dan perbuatan maksiat. Orang yang nuraninya
mati seperti orang yang berjalan di tempat gelap, salah langkah,salah
ambil,salah masuk dan salah naroh. Bahasa Arabnya gelap adalah zhulm,
orangnya disebut zalim.
Syahwat adalah dorongan keinginan kepada sesuatu atau dalam
psikologi disebut penggerak tingkah laku atau motif. Tuhan menghiasi
manusia dengan syahwat kepada lawan jenis, bangga kepada anak-anak,
menyukai barang berharga, kendaraan bagus, kebun dan ternak. Syahwat
sifatnya netral, jikaditunaikan secara benar menjadi ibadah, jika
ditunaikan tanpamengindahkan nilai-nilaimoraldan agama menjadi dosa.
Hawa nafsu adalah dorongan kepada syahwat yang bersifat rendah,.
Karakteristiknya ingin segera menunaikan dan tak peduli akibat,baik
bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Bisikan
Manusia ketika menerima stimulus, ia mempersepsi kemudian
memasukkannya kedalam memori,kemudian berfikir sebelum bertindak.
Semua sub sistem dalam jiwanya memberi masukan atau bisikan,misalnya ;
akal memberi pertimbangan yang logis
hati berusaha memahami apapun realitas yang dihadapi
nurani mengingatkan konsekwensi2 jika salah langkah
syahwat mendorong agar mengambil keputusan dan bertindak yang dengan
itu ia memperoleh kepuasan.
Hawa nafsu membisiki agar segera mengambil kesempatan dalam
kesempitan, gunakan aji mumpung, gak usah ragu-ragu dan gak usah
pikirkan yang lain, pokoknya enak.
Menejemen Qalbu (hati)
Manusia bisa berfikir , merasa, dan berkehendak. Kehendaknya
dipengaruhi oleh cara berfikirnya dan cara merasanya, fikirannya juga
dipengaruhi oleh apa yang dikehendaki, perasaanya juga dipengaruhi
oleh apa yang difikir dan dikehendaki.
dapat diberdayakan untuk memilih mana yang terbaik bagi dirinya dan
bagi orang lain, bagi negara, baik untuk sekarang,nanti atau bahkan
untuk anak cucunya. Tapi itu semua butuh menejemen yang tepat, mana
yang harus di dorong,mana yang harus ditekan,mana yang harus
dipertimbangkan dan mana yang harus diturut.
Jika lebih mengikuti akalnya maka orang cenderung rationil,tapi
terkadang kering
Jika lebih mengikuti kata hatinya maka ia bisa tenang atau gelisah
bergantung moodnya
Jika lebih mengikuti nuraninya dijamin pilihan benar dan langkahnya
tepat
Jika lebih mengikuti syahwat, maka ia cenderung mengarah kepada
glamourism dan hedonisme
Jika lebih mengikuti hawa nafsunya dijamin sesat dan merusak dirinya
(dan orang lain)
Peran Ilmu,Iman dan Amal dalam Pengawasan
Secara teori, orang berilmu yang beriman dan suka beramal dijamin
hidupnya benar,proporsional. Tetapi dalam praktek, orang pinter
terkadang keblinger, imannya juga tidak dijamin stabil, kembang
kempis, terkadang menebal dan terkadang menipis, oleh karena itu orang
terkadang gagal mengawasi diri sendiri. Manusia itu makhluk sosial
dimana orang menjadi apa dan siapa bergantung dengan siapa mereka
bergaul. Lihat saja perilaku anggauta DPR dan pejabat karir, terkadang
cara berpakaian , cara berjalannya dan seleranyapun menyesuaikan
dengan "skenario" sosial..
Menurut hasil penelitian psikologi, 83% perilaku manusia dipengaruhi
oleh apa yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar dan 6% sisanya oleh
berbagai stimulus. Oleh karena itu kejujuran tidak boleh diserahkan
kepada hati masing-masing orang. Pegawai Departemen Agama dengan
Pegawai bukan Departemen agama secara sosial dan psikologis sama saja.
Mencegah perilaku menyimpang dari aparatur negara Departemen apapun
tidak cukup dengan nasehat agama (pengaruhnya 11%), tetapi harus
dengan sistem yang mempersempit ruang aparat untuk berpeluang menyimpang .
Ilmu diperlukan bukan untuk ketahanan hati tetapi untuk merancang
sistem pengawasan hingga logis, komprehensip, efektip dan efisien.
Iman diperlukan terutama untuk memberi keteladanan hidup bersih oleh
aparat eselon, karena bagi masyarakat Indonesia yang paternalistik,
keteladan sangat efektip dan murah biaya dalam pengawasan aparat negara.
Amal perlu digalakkan untuk memberikan etos mengutamakan orang
lain(itsar), sehingga aparat terobsessi untuk memberi bukan untuk
mengambil. Uang korupsi biasanya habis untuk foya-foya bukan untuk
beramal, uang setan kembali ke setan.
Pengawasan Melekat
Di akhir ayat al Qur'an tersebut diatas disebutkan bahwa Tuhan berada
pada jarak yang lebih dekat dibanding urat leher manusia, mengawasi
lalu lintas bisikan jiwa, bukan hanya apa yang diperbuat dan
dikatakan, tetapi apa yang hanya terlintas di dalam hatipun Tuhan
mengetahui. Teks ayat ini merupakan informasi bagi manusia bahwa tidak
ada sesuatupun yang dilakukan oleh manusia,yang baik maupun yang buruk
kecuali pasti diketahui oleh Tuhan. Tidak ada sesuatu yang bisa
dimanipulasi dari pengawasan Tuhan.
Tetapi efektifitas informasi dari ayat ini diterima secara berbeda
oleh manusia, bergantung pada bagaimana tingkat pemahamannya, karena
manusia ada yang hanya mampu berfikir, yang lain sudah bertafakkur,
dan yang lain sudah bertadabbur
berfikir bisa menyerap informasi, tetapi hasilnya hanya bersifat
kognitip.
Bertafakkur bisa membayangkan ruang lingkup informasi, dan hasilnya
bisa bersifat afektip
Bertadabbur bisa merasakan kekuatan informasi sehingga hasilnya
bukan hanya kognitip dan afektip, tapi sudah psikomotorik.
Orang yang sudah bisa bertadabbur terhadap ayat suci maka dalam
dirinya sudah ada sistem pengawasan melekat. Ia tak pernah
berandai-andai, memperhitungkan atau membayangkan melakukan suatu
penyimpangan dengan harapan tidak akan ketahuan. Orang seperti ini
sudah alergi terhadap hal-hal yang menyimpang. Nah saya yakin di
negeri kita,baik yang mengawasi maupun yang diawasi mayoritas masih
berada pada tataran berfikir, sedikit sekali yang bertafakkur dan
hanya satu dua yang sudah bisa bertadabbur. Oleh karena itu hanya
sistem yang ketat dan tepat yang bisa meminimalisir perilaku
menyimpang aparatur negara , termasuk perilaku menyimpang dari
aparatur yang mengawasi.
Wallohu a'lam bissawab
sumber, http://mubarok-
Wassalam,
agussyafii
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
===================================================

Change settings via the Web (Yahoo! ID required)
Change settings via email: Switch delivery to Daily Digest | Switch format to Traditional
Visit Your Group | Yahoo! Groups Terms of Use | Unsubscribe
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar