Kamis, 22 April 2010

[daarut-tauhiid] Anak Gizi Buruk Di Lingkungan Villa Mewah Bogor

 

Di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, berdiri beberapa vila dan rumah mewah, bahkan beberapa tempat peristirahatan dan juga tempat rekreasi keluarga di daerah itu cukup terkenal. Tanpa harus menyebut nama, ada area rekreasi keluarga dengan inisial WF, ada juga vila JH dan beberapa lainnya yang berdiri tegar dan nampak mewah. Pemandangan di daerah ini sangatlah mengagumkan, indah mempesona dengan udara yang sejuk dan segar. Hamparan hijau menghiasi kemanapun mata memandang, sungguh elok dan membuat betah berlama-lama berada di tempat itu.

Tetapi siapa sangka, diantara rumah-rumah mewah itu ada sebuah rumah gubuk yang tak terlalu besar yang didalamnya dihuni oleh lima belas jiwa. Kebanyakan perempuan dan anak-anak berusia balita, yang hidup dalam kondisi memprihatinkan. Rumah gubuk yang sebagian sudah lapuk itu sangat pengap dan tidak sehat, di dalamnya dibuat kamar-kamar sempit untuk lima keluarga. Di kamar-kamar sempit itulah masing-masing keluarga bernaung, ada yang satu keluarga tiga orang –ayah ibu dan satu anak- ada pula yang satu keluarga empat jiwa. Yang pasti, begitu memasuki rumah tersebut, bukan hanya pengap, namun aroma tak sehat juga membuat tamu yang datang tak bisa berlama-lama di dalamnya.

Tepatnya, rumah gubuk itu berada di Kampung Loji, Desa Pasir Jaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor. Di dalam rumah gubuk itu ditemukan seorang anak berusia 3,5 tahun yang didiagnosa menderita gizi buruk. Ramdani namanya, atau biasa dipanggil Dani. Perutnya buncit, sedangkan badannya sangat kurus. Matanya kosong, sayu dan agak ke dalam, kulitnya layu tidak segar, beberapa tanda khas anak yang menderita gizi buruk. Setiap saat Dani menangis karena terus menerus merasa sakit di perutnya. Ya, karena anak ini pun mengalami masalah pencernaan. Perutnya yang buncit itu, dipenuhi "sampah" yang jarang dikeluarkan, namun setiap hari justru ditambah. Setiap makan, Dani pasti merasa kesakitan di perutnya. Bayangkan saja, bila Anda mengalami perut kembung, saat perut dalam kondisi tidak siap menerima makanan, tetapi terus dimasukkan makanan. Atau ketika Anda susah buang air besar, perut dalam keadaan penuh, tetapi juga harus terus ditambahi makanan ke dalam
perut. Sakit bukan?

Dani saat ini memiliki berat badan hanya sekitar 9 kg, sebelumnya kondisinya jauh lebih parah, yakni kurang dari 8 kg. Anak malang ini sempat dibawa ke rumah sakit oleh bidan setempat, namun hanya beberapa hari dibawa kembali ke rumahnya karena tidak ada yang bisa menunggu di rumah sakit. Di rumah hanya kakek dan neneknya yang merawat Dani, begitu juga ketika di rumah sakit. Lantaran kakeknya sakit, maka tidak ada lagi yang bisa menunggu Dani, sehingga Dani pun dibawa pulang tanpa sempat mendapat perawatan memadai.

Ayah Dani, seorang tukang batu dengan penghasilan minim yang tak tentu. Ia banyak bekerja di luar rumah dan sering meninggalkan anaknya. Sedangkan ibu kandung Dani sudah lama pergi dari rumah itu dan tak pernah kembali meski sekadar menengok kabar buah hatinya. Sebenarnya Dani punya ibu tiri setelah Ayahnya menikah lagi, namun sang ibu tidak tinggal di rumah tersebut dan memilih tinggal di rumah yang lain. Hal ini pula yang menyebabkan Ayah Dani jarang pulang ke rumah, yang sesungguhnya milik kakek Dani.

"Jangan dikira berat badan 9 kg itu normal, kedengarannya sih tidak terlalu parah. Tetapi berat 9 kg itu pengaruh dari perut buncitnya yang penuh sampah itu. Coba lihat fisiknya, jelas anak ini menderita gizi buruk," jelas Rini Maryani, Head of Sehat Indonesia, ACT, ketika mengunjungi kediaman Dani, 13 April 2010 lalu.

Rumah kakek Dani memang tidak kelihatan dari pinggir jalan, di sisi-sisi vila mewah di wilayah itu, harus masuk ke dalam lagi sejauh kurang lebih dua ratus meter agak ke bawah. Mungkin karena tempatnya yang tersembunyi itulah, keberadaan rumah kakek Dani terhalang oleh bangunan-bangunan besar dan juga pepohonan. Namun, tentu bukan alasan bagi orang-orang yang tinggal bertetangga dengan kakek Dani untuk tak peduli, terlebih bila sampai tidak tahu ada anak yang menderita gizi buruk di sekitar rumahnya.

Salah seorang kader kesehatan setempat, Bidan Hesti yang pernah membawa Dani ke rumah sakit beberapa waktu lalu, menyebutkan bukan hanya Dani yang menderita gizi buruk. Setidaknya ada sekitar 20-an balita yang menderita gizi buruk di Kecamatan Cigombong, tersebar di beberapa desa seperti Desa Pasir Jaya, Desa Ciadeg, Desa Ciburayut, Desa Cisalada.

"Itupun baru data sementara, karena kami belum maksimal untuk menelusuri secara detil ke berbagai daerah lainnya," ujar Lutfi Kurnia, koordinator relawan ACT di Bogor. Artinya, boleh jadi masih ada balita lainnya yang belum terdata dengan berbagai alasan. Sebab biasanya tidak semua ibu menyadari pentingnya memeriksakan kondisi anaknya setiap bulan ke Posyandu.

Saat ini, Dani sudah dibawa kembali ke rumah sakit dengan bantuan ACT dan langsung dalam pengawasan Bidan Hesti serta beberapa relawan MRI (Masyarakat Relawan Indonesia) – ACT agar proses terapi terhadap balita gizi buruk berjalan baik. Peran relawan sangat penting, mengingat kasus balita gizi buruk ini memang harus mendapat perawatan intensif selama kurang lebih enam bulan. Para relawan yang ditugaskan ini harus ikut mengontrol setiap hari perkembangan balita sampai ia benar-benar pulih. "Biasanya, relawan bahkan terlibat sampai ketika balita sudah di rumah. Ia yang membuatkan sendiri makanan untuk balita ini dan terus mengontrol perkembangannya. Karena boleh jadi, orang tua si balita tidak serajin relawan kami yang benar-benar bertanggungjawab pada tugasnya," jelas Rini Maryani.

Dani, menambah daftar anak penderita gizi buruk di negeri ini. Menurut data World Food Program (WFP) tahun 2008, 13 juta anak di Indonesia terdata menderita gizi buruk. Kasus tertinggi berada di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). ACT sebagai lembaga kemanusiaan terdepan sangat menaruh perhatian khusus pada 'bencana' dan ancaman lost generation ini sejak tahun 2005 hingga saat ini. Di tahun 2010 ini, ACT menargetkan bisa memulihkan 10.000 balita di seluruh Indonesia dengan bantuan para berbagai stakeholder kepedulian. Angka yang masih sangat kecil dibanding jumlah penderita gizi buruk yang ada. Namun, dengan kemitraan yang lebih luas bukan mustahil bangsa ini bisa terbebas dari gizi buruk di tahun-tahun yang akan datang. Semoga (Gaw)

***

Tulisan ini dibuat dalam rangka kampanye peduli gizi buruk, sekaligus memperkenalkan program "BEGITU" – Bengkel Gizi Terpadu, ACT, yang sudah berjalan di tahun kedua. BEGITU sudah dibuka di salah satu daerah di Kabupaten Tangerang, yakni Desa Pengadegan, Pasar Kemis. Selain itu, program turunan dari BEGITU, Malnutrition Rehabiliation Program (MRP) digelar di berbagai daerah, termasuk di NTT. Semua program ini merupakan bagian dari Program Sehat Indonesia – ACT. http://actforhumanity.or.id

Bayu Gawtama
Programme Director - ACT
http://actforhumanity.or.id
0852 190 68581

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.


Welcome to Mom Connection! Share stories, news and more with moms like you.


Hobbies & Activities Zone: Find others who share your passions! Explore new interests.

.

__,_._,___

Tidak ada komentar: