Sembilan Langkah Menjadi Pemimpin Orang Beriman
Oleh Ustaz Muhammad Arifin Ilham
Menjadi pemimpin bukan semata-mata kemenangan karena terpilih, tapi
lebih dari itu, sebagai amanah yang akan dipertanggungjawabk
hadapan Allah. Banyak hal yang harus diejawantah sebagai pemimpin
orang beriman.
Pertama, teladan dalam ketakwaan dan paham kitabullah dan sunah (QS
65: 2). Sangat sulit disebut pemimpin jika tidak ada keteladanan dalam
pencarian ridha Allah. Abu Bakar ash-Shiddiq menyeru ketika dilantik
jadi khalifah, ''Jika kepemimpinanku benar menurut Alquran dan
as-sunnah , maka ikuti aku. Tapi jika salah, tinggalkan aku.''
Kedua, wara' (berhati-hati dengan hukum Allah) dan istikamah. Tidak
ada niat melabrak hukum Allah, bahkan konsisten dengan keimanan dan
istikamah di jalan-Nya. (QS 41: 30-33).
Ketiga, sehat, kuat, cerdas, dan visioner. Seorang pemimpin harus
punya visi dalam membangun dan menyejahterakan rakyat (QS 59: 18).
Karena itu, daya tunjang kesehatan, fisik yang kuat dan kemampuan
mengeksplorasi kecerdasan menjadi hal mutlak bagi seorang pemimpin.
(QS 2: 247).
Keempat, ahli ibadah, zikir, tadabbur Quran, berjamaah di masjid,
puasa sunah, dan ahli tahajjud. Memimpin butuh efektivitas dan
kearifan. Hal ini akan didapatkan jika pemimpin itu ahli ibadah, gemar
berzikir, suka membaca Alquran, kaki dibawa ke masjid, berlapar-lapar
dengan puasa sunah, serta mau menyingkap selimut di waktu malam untuk
bertahajud menghadap Allah. (QS 17: 79).
Kelima, tsiqah (bisa dipercaya), adil, jujur, amanah, tepat janji,
tegas, dan berani. ''Sesungguhnya Allah memerintahkanmu memberikan
amanah kepada yang berhak menerimanya. Jika hendak menetapkan hukum di
antara manusia, berilah hukuman dengan adil ....'' (QS 4: 58).
Keenam, rendah hati, merakyat, tulus mencintai rakyatnya, serta dekat
dengan anak yatim piatu dan fakir miskin (QS 4: 10). ''Hendaklah
rendahkan hatimu kepada orang-orang yang beriman yang mengikutimu
....'' (QS 26: 215).
Ketujuh, jabatan menjadi washilah dakwah (QS 41: 34). Kedudukannya
sebagai pemimpin bukan sebagai kehormatan, tetapi untuk kepentingan
dakwah, yaitu mengajak umat dan rakyat makin dekat dengan Allah.
Kedelapan, sangat mendengar nasihat ulama, siap dikritik, terus
belajar, dan tidak mudah tersinggung apalagi marah (QS 11: 88).
Terakhir, selalu berdoa untuk rakyatnya disertai tawakkal yang kuat.
Indah sekali jika ada pemimpin, di siang hari ia berjibaku melayani
rakyat, sedangkan malamnya ia tahajjud lalu mengangkat tangan dan
berserah diri kepada-Nya. ''Maka jika kamu telah bertekad mengerjakan
sesuatu (setelah berusaha) maka serahkan kepada Allah ....'' (QS 3:
159). Wa Allahu a'lam.
Red: irf
sumber:
http://www.republik
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar