Selasa, 27 April 2010

[daarut-tauhiid] Mencermati Angka-Angka Dalam Dakwah Rasulullah

http://www.dakwatuna.com

Mencermati Angka-Angka Dalam Dakwah Rasulullah

Oleh: Musyaffa Ahmad Rohim, Lc
________________________________


dakwatuna.com – Ada banyak orang yang momok dengan angka-angka.
Mungkin karena semenjak Sekolah Dasar, ia telah "dicekoki" dengan
Matematika yang sering diplesetkan menjadi mati-matian. Mungkin juga
karena angka sangat terkait dengan uang, dan ternyata, ia
gampang-gampang susah didapatnya, bahkan lebih sering susah dan
sulitnya. Mungkin juga keseringan menghitung angka-angka, akan tetapi
tidak pernah ada wujud dan hasilnya. Dan masih banyak
kemungkinan-kemungkinan yang lain.

Di dalam Al-Qur'an surat Al-Anfal ayat 65-66, Allâh –subhânahu wa
ta'âlâ- berfirman:

65. Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika
ada dua puluh orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat
mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang
sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari
pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak
mengerti [1].

66. sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui
bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus orang
yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang
kafir; dan jika di antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya
mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. dan
Allah beserta orang-orang yang sabar.

Ada banyak orang yang momok dengan angka-angka. Mungkin karena
semenjak Sekolah Dasar, ia telah "dicekoki" dengan Matematika yang
sering diplesetkan menjadi mati-matian. Mungkin juga karena angka
sangat terkait dengan uang, dan ternyata, ia gampang-gampang susah
didapatnya, bahkan lebih sering susah dan sulitnya. Mungkin juga
keseringan menghitung angka-angka, akan tetapi tidak pernah ada wujud
dan hasilnya. Dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang lain.

Saat saya bersama anak-anak dan keluarga menonton VCD The Amazing
Child, sebuah VCD yang mengisahkan bocah berusia 5 tahun yang telah
hafal Al-Qur'ân Al-Karîm, dan bahkan mampu menjelaskan dan memahami
kandungannya, saya dikejutkan oleh sebuah pertanyaan yang diajukan
kepada sang bocah, yang isinya, meminta kepadanya untuk menyebutkan
angka-angka di dalam Al-Qur'ân, dan dengan cekatan nan fashîh, sang
bocah pun membaca ayat-ayat yang berisi penyebutan angka-angka.

Kenapa saya terkejut dengan pertanyaan seperti ini? Sebab, beberapa
waktu yang lalu, saya juga dikejutkan oleh "protes" atau ekspresi
momok sebagian aktivis dakwah terhadap angka-angka.

Dari dua kejutan ini, saya pun mencoba mencari-cari, adakah
angka-angka di dalam Al-Qur'an, dan juga dalam sirah (perjalanan)
hidup nabi Muhammad –shallallâhu 'alaihi wa sallam-?

Jawaban bocah dalam VCD yang saya tonton, memberi inspirasi kepada
saya untuk mencoba mencermati angka-angka ini, yang di antara hasilnya
adalah sebagai berikut:

Al-Qur'ân Al-Karîm telah menyebutkan beraneka macam angka, mulai dari
pecahan, satuan, belasan, puluhan, ratusan, ribuan dan bahkan ratusan
ribu.

Angka-angka pecahan yang disebutkan Al-Qur'ân adalah seperdelapan
(1/8), seperenam (1/6), seperempat (1/4), dan setengah (1/2).

Angka-angka satuan, belasan, puluhan, ratusan dan ribuan yang
disebutkan Al-Qur'ân adalah satu (1), dua (2), tiga (3), empat (4),
lima (5) enam (6), tujuh (7), delapan (8) dan sembilan (9), sepuluh
(10), sebelas (11), dua belas (12), sembilan belas (19), dua puluh
(20), tiga puluh (30), empat puluh (40), lima puluh (50), enam puluh
(60), tujuh puluh (70), delapan puluh (80), seratus (100), dua ratus
(200), tiga ratus (300), sembilan ratus lima puluh (950), seribu
(1000), dua ribu (2000), tiga ribu (3000), lima ribu (5000) dan angka
terbesar yang disebutkan Al-Qur'ân Al-Karîm adalah seratus ribu
(100.000).

Kesimpulan sementara saya setelah mendapatkan angka-angka ini:
"ternyata, Al-Qur'ân Al-Karîm menyebutkan angka-angka", karenanya,
kita tidak boleh alergi atau momok dengan angka-angka.

Bagaimana dengan perjalanan hidup (sîrah) Rasulullâh –shallallâhu
'alaihi wa sallam-?

Bila kita mencoba merunut (membaca secara berurutan) perjalanan hidup
(sîrah) beliau –shallallâhu 'alaihi wa sallam-, ternyata, semenjak
awal, para penutur (yang menuturkan dan mengisahkan) serta penulis
sîrah beliau, juga sudah akrab dengan angka-angka.

Dalam kitab Al-'Ibar Fî Durûs (Khabar) Man Ghabar, dalam peristiwa
tahun 17 H, Al-Hâfizh Al-Dzahabî menulis:

Pada tahun tujuh belas Hijriyah (17 H) telah wafat 'Utbah bin Ghazwân
Al-Mâzinî –radhiyallâhu 'anhu-; salah seorang yang pertama-tama masuk
Islam, ada pendapat mengatakan bahwa dia adalah orang yang masuk Islam
dengan nomor urut tujuh. [lihat juga Mushannaf Ibn Abî Syaibah juz 8,
hal. 45, 199, 452).

Dalam riwayat lain, yang menempati nomor urut ketujuh adalah Sa'ad bin
Abî Waqqâsh –radhiyallâhu 'anhu- [Al-Sunan Al-Kubrâ karya Al-Baihaqi
juz 1, hal. 106, lihat pula: Ma'ânî Al-Qur'ân, karya Al-Nahhâs saat
menafsirkan Q.S. Al-Mâidah: 12).

Riwayat lain mengatakan bahwa yang menempati nomor urut ketujuh adalah
Utsmân bin Al-Arqâm [Al-Mustadrak, karya Al-Hâkim, hadîts no. 6181].

Siapapun yang benar darinya tidaklah penting [2], yang terpenting di
sini adalah bahwa semenjak awal, masalah angka-angka dalam sîrah nabi
Muhammad –shallallâhu 'alaihi wa sallam- telah menjadi perhatian para
penutur dan penulis sejarah perjalanan hidup beliau –shallallâhu
'alaihi wa sallam- ini.

Dan setelah beliau ­–Shallallâhu 'alaihi wa sallam- hijrah ke Yatsrib
(kemudian dikenal sebagai Al-Madinah atau kota nabi Muhammad
–shallallâhu 'alaihi wa sallam-), dan Allâh –subhânahu wa ta'âlâ-
mulai mengizinkan peperangan kepada kaum muslimin, para penulis sîrah
menyuguhkan data-data angka sebagai berikut:

Tahun

Peristiwa

Pasukan Islam

Keterangan

Dua (2)

Perang Badar

313

Tiga (3)

Perang Uhud

1000 (700)

300 orang pulang

Lima (5)

Perang Ahzâb

3000

Delapan (8)

Fathu Makah

10.000

Sembilan (9)

Perang Tabuk

30.000

Ada empat hal yang menarik dari angka-angka di atas, yaitu:

1. Ada pertumbuhan cepat jumlah pasukan Islam dari tahun ke tahun.
Dari Badar ke Uhud (tempo satu tahun) telah terjadi pertumbuhan jumlah
pasukan Islam sebanyak tiga kali lipat (300%), begitu juga dari Uhud
ke Ahzâb (tempo dua tahun). Yang menarik adalah pertumbuhan dari tahun
ke lima (Ahzâb) ke tahun delapan (Fathu Makah), sebab, dalam tempo
tiga tahun, pasukan Islam telah berlipat ganda menjadi 10.000 pasukan
(lebih dari 300%).

2. Suasana "damai" atau genjatan senjata dengan pihak Makah melalui
Shulh Hudaibiyah (perdamaian Hudaibiyah) pada tahun 6 Hijriyah, telah
dioptimalkan oleh Rasulullâh –shallallâhu 'alaihi wa sallam- untuk
menyebar luaskan dakwah seluas-luasnya, di samping untuk menyelesaikan
urusan strategis lainnya, misalnya: penyerbuan ke benteng Yahudi di
Khaibar (tahun 7 H).

3. Pada tahun 9 Hijriyah dan "hanya" dalam tempo satu tahun, jumlah
pasukan Islam telah berlipat ganda menjadi 30.000 pasukan (300%). Hal
ini terjadi karena Makah yang menjadi musuh dakwah telah tidak ada dan
berubah menjadi bagian dari pendukung dakwah.

4. Ada pertumbuhan yang relative "terjaga" dari jumlah pasukan Islam,
yaitu sekitar 300%, walaupun tempo yang dilaluinya berbeda-beda.

Adanya angka-angka pertumbuhan seperti ini, menjadikan kita
bertanya-tanya: adakah angka-angka seperti ini terjadi secara
kebetulan ('afwiyyan), ataukah memang ada perencanaan atau design yang
telah dibuat sebelumnya?

Jika kita menengok kepada tahun dua Hijriyah, saat beliau –shallallâhu
'alaihi wa sallam- belum lama tiba di Madinah, yaitu saat itu beliau
memerintahkan kepada kaum muslimin untuk melakukan sensus tertulis
terhadap semua orang yang telah menyatakan masuk Islam, rasanya
terlalu jauh kalau kita berpendapat bahwa angka-angka pertumbuhan
seperti di atas terjadi secara kebetulan. Pemahaman yang lebih dekat
kepada kebenaran (jika tidak kita katakana kebenaran) adalah pendapat
yang mengatakan bahwa hal itu memang sesuatu yang direncanakan oleh
Rasulullâh –shallallâhu 'alaihi wa sallam-

Dalam kitab Shahîh Muslim disebutkan sebagai berikut:

Dari Hudzaifah –radhiyallâhu 'anhu- ia berkata: Kami bersama
Rasulullâh –shallallâhu 'alaihi wa sallam-, lalu beliau bersabda:
"Lakukanlah ihshâ' untukku berapa orang yang telah menyatakan Islam".
Hudzaifah berkata: 'maka kami berkata: 'Wahai Rasulullâh, adakah
engkau mengkhawatirkan kami? Sementara jumlah kami antara 600 sampai
tujuh ratus! .. [H.R. Muslim, no. 149]

Dan di dalam kitab Shahîh Bukhârî disebutkan:

Dari Hudzaifah –radhiyallâhu 'anhu- ia berkata: Nabi –shallallâhu
'alaihi wa sallam- bersabda: "Tuliskan untukku orang-orang yang telah
menyatakan Islam". Maka kami menuliskan untuk beliau seribu lima ratus
laki-laki … Dari Al-A'masy: Maka kami mendapati mereka berjumlah 500.
Abû Mu'âwiyah berkata: antara 600 – 700 [H.R. Bukhârî, no. 3060]

Beberapa Komentar Terhadap Dua Riwayat Ini

1. Prof. DR. Yusuf Al-Qaradhawî: "Kalau saja terjadi pengkodifikasian
ulang hadîts, maka saya mengusulkan agar dua riwayat ini dimasukkan ke
dalam kitâb al-'ilm (kumpulan hadîts yang berkenaan dengan ilmu
pengetahuan), sebab, al-ihshâ' (penghitungan, kalkulasi, sensus dan
statistic) merupakan dasar berbagai macam ilmu pengetahuan". [lihat:
Al-Rasûl wa al-'Ilm].

2. Menurut Al-Dâwudî, angka-angka yang disebutkan dalam riwayat ini
tidaklah kontradiktif, sebab, ada kemungkinan ihshâ' dilakukan
berkali-kali. [Fath al-Bârî saat mensyarah hadîts di atas].

3. Menurut Ibn Al-Munîr, sensus tertulis tidaklah kontradiktif dengan
keberkahan, bahkan, penulisan yang diperintahkan itu merupakan
kemaslahatan agama. [Fath al-Bârî saat mensyarah hadîts di atas].

Beberapa Tambahan Komentar

1. Dalam terjemahan sederhana, kata ihshâ' berarti: menghitung. Namun,
dalam konteks ilmiah, ihshâ' juga bermakna kalkulasi, sensus dan
bahkan statistic dan grafik. Makna inilah yang oleh Prof. DR. Yusuf
Al-Qaradhaî –hafizhahullâh- disebut sebagai dasar ilmu pengetahuan
modern, karenanya beliau mengusulkan agar hadîts ini dimasukkan ke
dalam kitâb al-'ilm. Wallâhu a'lam.

2. Dua riwayat yang "berbeda", di mana yang satunya menyebutkan uhshû
dan satunya mengatakan uktubû, juga tidak kontradiktif, sebab bisa
digabungkan dan saling melengkapi, sehingga bisa dipahami bahwa
perintah Rasulullâh –shallallâhu 'alaihi wa sallam- kepada para
sahabat adalah agar mereka melakukan ihshâ' secara tertulis, dan tidak
cukup sekedar lisan sahaja. Hal ini menegaskan betapa penting peranan
ihshâ' tertulis ini, agar data benar-benar valid dan akurat.

3. Perbedaan angka-angka sebagaimana disebut dalam periwayatan hadîts
ini, dan sebagaimana dipahami tidak kontradiktif oleh Al-Dâwûdî, juga
bisa dipahami bahwa para sahabat nabi terus dan selalu melakukan apa
yang di zaman sekarang disebut dengan istilah updating data atau
pemutakhiran data dari waktu ke waktu, dan ternyata, updating itu
menunjukkan adanya pergerakan naik yang terus menerus; 500, 600, 700
dan 1500. Wallâhu a'lam.

Dari semua keterangan ini, kita bisa memahami dan menyimpulkan bahwa
pertumbuhan angka-angka bisa kita katakan telah direncanakan atau by
design, dan bukan 'afwiyyah (kebetulan).

Catatan Kaki:

[1] Maksudnya: mereka tidak mengerti bahwa perang itu haruslah untuk
membela keyakinan dan mentaati perintah Allah. mereka berperang hanya
semata-mata mempertahankan tradisi Jahiliyah dan maksud-maksud
duniawiyah lainnya.

[2] Kemungkinan yang rajîh adalah isyarat Al-Dzahabî di atas,
berdasarkan pada riwayat yang dikeluarkan oleh Ibn Abî 'Âshim sebagai
berikut:

281- Telah menceritakan kepada kami Syaibân bin Farrûkh dan Hudbah bin
Khâlid, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Sulaimân bin
Al-Mughîrah, ia berkata: telah memberitakan kepada kami Humaid bin
Hilâl, dari Khâlid bin 'Umair, ia berkata: Telah menyampaikan khutbah
kepada kami 'Utbah bin Ghazwân – radhiyallâhu 'anhu-, lalu ia memuji
Allâh Ta'âlâ dan memuji-Nya, kemudian ia berkata: "Saya telah melihat
diriku sebagai yang ketujuh dari tujuh orang bersama Rasulullâh
–shallallâhu 'alaihi wa sallam-, kami tidak memiliki makanan apapun
selain dedaunan pohon, sehingga ujung bibir kami sampai keluar, lalu
aku menemukan selembar kulit, maka saya belah menjadi dua bagian,
sebagian untukku dan sebagian lagi untuk Sa'ad bin Malik (Abî
Waqqâsh)". [Al-Âhâd wa Al-Matsânî, karya Ibn Abî 'Âshim]. Wallâhu
a'lam.

http://www.dakwatuna.com/2007/mencermati-angka-angka-dalam-dakwah-rasulullah-saw/


------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
====================================================
website: http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
(Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
daarut-tauhiid-digest@yahoogroups.com
daarut-tauhiid-fullfeatured@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
daarut-tauhiid-unsubscribe@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/

Tidak ada komentar: